My Bad Girl (Melvin D. Frankl...

By Sitinuratika07

1.6M 68.9K 3.1K

Series #4 Fantasi [Sequel Mine - Melvin D.Franklin] Hai namaku Melvin. Anak kedua yang lahir dari perut Mama... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 10
Bab 11 - Chit Chat
My Bad Girl New Cover
ORDER KELUARGA FRANKLIN
Ebook My Bad Girl

Bab 9

101K 5K 255
By Sitinuratika07

Hello~~ buat sekedar info, aku akan selesaikan novel melvin dulu baru konsen ngelanjutin cerita yang lain ya :) Thx :) yg minta foto melvin lagi mata merah kmrn, liat aja di akhir wkw rada lucu sih :D

Happy reading{}

****

Melvin's POV

"Keyla, kenapa kamu lama banget di dalam sana hah?" tanyaku sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandiku secara tak sabar. Sudah 20 menit lebih dia berganti pakaian, tetapi tidak keluar-keluar juga.

Aku cemas..

"Sebentar Vin! Agak susah pake rok ini," jawab Keyla dengan suara agak pelan. Tetapi aku masih bisa mendengarnya karena telingaku sangat  peka.

"Baiklah, jika ada yang bisa kubantu, bilang. Jangan malu-malu," balasku lalu duduk di tepi ranjang.

"Oke bawel."

Selagi menunggu Keyla keluar dari kamar mandi, aku kembali mengecek pekerjaanku lewat ipad. Ada  email dari Jhon, dia bilang tentang rapat ulang di Drammen karena minggu lalu dibatalkan. Sial, kenapa sekalian tidak jadi saja?

Seharusnya rapat di Drammen adalah rapat yang harus dihadiri oleh Kelvin tetapi dia tidak mau karena katanya jarak NYC dengan Drammen terlalu jauh. Dia tidak mau menginap, apalagi meninggalkan istri dan anaknya. Alasan. Bilang saja tidak mau karena relasi bisnis rapat kami itu adalah seorang wanita berumur yang centil. Dasar wolf gila. Kalau begini, yang repot kan pasti aku. Huh.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka perlahan. Lalu Keyla keluar dari kamar mandi itu dengan takut-takut. Astaga!! Apa-apaan dengan baju itu!?

Aku pun menatap sosok Keyla dengan mimik wajah super terkejut. Blazer putih tipis dan rok ketat selutut berwarna hitam? Dia sangat terlihat.. Sexy? Ehemm, Jhon sialan! Kenapa dia membelikan pakaian minim seperti itu untuk wanitaku!?

Aku mendekati Keyla dengan langkah cepat, sedangkan gadis cantik itu bersikap waspada.

"Melvin, kenapa?" tanyanya polos. Aku menyodorkan satu lagi paper bag yang berisi pakaian dari salah satu merek paling terkenal di dunia. Aku memang menyuruh Jhon membeli beberapa setel pakaian wanita, dari pakaian biasa sampai kantoran. Mengingat aku tak punya waktu untuk membeli sendiri.

"Aku tidak suka, ganti! Pakai ini saja."

Keyla mengelak, dia tidak mau menerima paper bag ditanganku, "Vin, aku suka baju ini. Lagian ini rapi kok," katanya sambil memperlihatkan lekuk tubuh indahnya itu padaku. Aku berdecak pelan, lama-lama aku juga bisa menerkammu Keyla!

"Tidak sayang! Itu terlalu pendek! Awas saja kau memakai rok sialan itu!" ancamku membuat Keyla terlonjak kaget. Dia pun akhirnya menurut, walaupun mulutnya sesekali mengumpat, dan mengambil paper bag itu seraya berjalan kembali ke  kamar mandi.

"Bagus, aku tunggu di bawah. Kita sarapan," ucapku setelah Keyla masuk ke kamar mandi itu. Dia pasti merajuk. Heh.

Aku pun segera turun ke bawah menuju dapur. Membuatkan kami berdua susu coklat dan roti panggang. Apalagi coba? Aku tak bisa memasak. Kalau tidak roti panggang, paling aku sarapan dengan secangkir susu saja. Hidup sendirian memang susah.

Malangnya nasibku.

"Melvin." Keyla datang ke meja makan dengan raut wajah yang ditekuk. Terbanding terbalik denganku yang puas karena penampilan Keyla sekarang lebih tertutup dari yang tadi.

"Ini mah namanya kuno, Vin! Norak banget!" protes Keyla seraya memperlihatkan pakaian yang ia kenakan padaku.

Aku pun berjalan mengampirinya dan memutarbalikkan tubuhnya beberapa kali, "Norak darimana? Ini yang dinamakan cantik sayang. Sudah ahh ayo makan," ucapku menarik tangannya dan menuntunnya ke kursi makan.

Keyla akhirnya luluh juga saat melihat susu coklat hangat yang kutaruh di depan roti bakarnya itu. Sepertinya kesukaan kami sama.

"Jadi setiap hari aku selalu memakai pakaian seperti ini ya, Vin?" tanya Keyla.

"Tentu, kalau bisa kulitmu jangan sampai terlihat sedikit pun," ucapku. Seketika itu juga Keyla melotot padaku.

"Aku rasa kau mulai gila," kata Keyla sambil meminum susu coklatnya. Aku pun hanya terkekeh dibuatnya.

Memangnya apa yang salah? Aku hanya menyuruhnya mengganti rok ketat itu dengan sepan dasar pensil dan cardigan berwarna peach untuk menutupi lengannya yang ter-ekspose tadi. Menurutku pakaian yang sedang dipakainya sekarang ini lebih tertutup dan pastinya lebih menghindari godaan-godaan pria hidung belang di luar sana.

"Baiklah, sesekali pake rok juga gak papa. Tapi roknya harus panjang sampai mata kaki," pesanku.

Keyla menatapku horor sambil berdiri, "Ini bukan di Indonesia Melvin!!!"

****

Aku dan Keyla sudah tiba di depan perusahaan bernama Franklin Corp yang berkantor cabang di Kota Oslo, Norwegia. Sedangkan pusatnya Kakek Daniel lebih memilih di Alaska, mungkin karena di sanalah awal mula dia mendirikan perusahaan yang umurnya hampir setengah abad ini.

Di kantor yang menjalankan usaha dalam bidang teknologi inilah kekayaan Franklin di dapatkan. Belum lagi usaha-usaha kecil lainnya, seperti restoran, sekolah, mall dan lain hal sebagainya.

"Apa ini kantormu, Vin?" tanya Keyla saat kami sudah sampai di parkiran basement. Dia membuka sendiri pintu mobilnya bersamaan dengan keluarnya aku dari mobil. Yahhh, padahal tadi aku ingin bersikap gentle dengan membukakan pintu mobilnya itu.

"Ya, kenapa? Aku yakin kau bukan pertama kalinya melihat kantorku bukan?"

Keyla mengangguk, "Bukan pertama kali lagi, malah hampir setiap hari. Awalnya aku pikir ini hotel bintang lima. Tinggi banget sih," katanya menimpali. Perlu diketahui, aku dan Keyla terus saja berbincang menggunakan bahasa Indonesia setelah obrolan kami malam itu.

"Hahaha, hotel? Bisa jadi. Bisa jadi. Nanti aku buatin hotel cinta buatmu sayang," godaku setengah berbisik di telinga Keyla. Gadis cantik itu pun mengusap telinganya geli dan mencubit perutku sedikit.

"Dasar otak mesum!" Aku pun tertawa pelan seraya mengusap-usap kepalanya gemas.

Papa Mama, aku sudah temukan pendamping hidupku! Dialah yang akan jadi istriku nanti. Lihat saja.

****

Keyla's POV

Aku masih bingung. Sebenarnya hubunganku dengan Melvin ini apa sih? Kami sepasang kekasih atau hubungan yang rumit antara pria tampan dan gadis pelayan club malam? Tetapi waktu itu dia mengenalkanku sebagai pacar di depan Papa-nya. Pacar? Nembak aja belum. Ah bingung, jalani saja deh kayak air mengalir.

"Seharian ini aku gak ada di kantor, aku rapat di Drammen." kata Melvin saat kami berdua masuk ke dalam lobby. Saat itulah kami berdua langsung jadi sorotan siapapun orang yang berada di sana. Huh, bisa tidak jangan melihatku sinis begitu Tante-tante girang? Sirik ya melihatku berjalan dengan bos kalian? Haha.

Tapi tunggu, apa yang dia bilang tadi? Seharian ini dia tidak ada di kantor? Jadi kenapa aku di sini coba kalau dia tidak ada?

"Jadi aku bagaimana? Kamu tinggalin aku sendirian disini, Vin?" tanyaku sedih. Kini Melvin menuntunku untuk berjalan menuju lift. Ngomong-ngomong lift ini sepertinya khusus untuk para petinggi kantor. Aku minder.. Hyaa, apalagi aku terus-terusan ditatap dua orang resepsionis di depan sana. Mereka menatapku seakan ingin membunuhku hidup-hidup!!

"Maaf sayang. Hari ini kamu belajar dulu dari Stella, dia ketua HRD di sini. Kalo udah ngerti, besok udah bisa kerja." kata Melvin seraya mendorong sedikit tubuhku masuk ke dalam lift.

Stella? Kayak merek apa ya? Aku jadi ingat iklan di Indonesia. Hahaa.

Untung saja kami berbahasa Indonesia sekarang, jadi orang-orang kepo yang berada di lift ini tidak akan mengeluarkan jurus bergosip mereka. Kasihan.

"Jadi aku belajar dulu hari ini ya? Hmm okay. Tapi beneran jadi sekretaris kan kayak di novel-novel romance gitu?" tanyaku curiga. Melvin menutup mulutnya yang hendak tertawa. Dilihat dari dekat begini, Melvin sangat-sangat tampan ya ampun. Apalagi bibir tipis berwarna pink alami itu. Ditambah lagi wajahnya sangat baby face. Ahh melted.

"Ya begitulah, honey. Siapkan saja dirimu hm.." ucapnya misterius.

"Maksudnya apa sih?"

Melvin cuma menggeleng dan kembali mengusap-usap kepalaku lembut. Memangnya aku harus menyiapkan apa?

****

"Stella, ini Keyla. Dia karyawan baru disini," ucap Melvin dengan gaya khas seorang CEO. Aku dan Melvin sudah berada di ruangan khusus Direktur Utama yang terletak di lantai paling atas kantor pencakar langit ini.

Ruangan Melvin sangat luas. Interiornya luar biasa. Modern dan berkelas dengan warna platinum dan keemas-emasan di lantainya, menandakan kalau perusahaan miliknya ini memang menjalankan usaha di bidang teknologi. Apalagi di tambah miniatur pesawat jet di sudut kanan. Dulu, aku sering mendengar pembicaraan ayah tentang Melvin yang sudah bisa menciptakan jet berkecepatan tinggi padahal baru di usia muda. Wow, lelaki tampan ini rupanya pintar banget ya.

Pasti keluarga Melvin sangat bangga padanya. Pasti.

"Ah iya Pak," ucap Stella itu sambil melihatku dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik. Satu lagi fans Melvin yang membenciku. Yihaa!

"Tolong kamu ajarkan dia tentang segala seluk-beluk pekerjaan sekretaris." lanjut Melvin membuat kening wanita berambut pirang itu berkedut kencang. Dia pasti bingung dengan apa yang barusan Melvin katakan. Sedangkan aku hanya bisa diam seribu bahasa~~

"Sekretaris? Maksud anda menjadi sekretaris Direktur?" tanya Stella sopan. Melvin hanya mengangguk mantap. "Tapi kan ada Mr. Wilder?" lanjutnya lagi. Wilder? Ahh Jhon Wilder yang kemarin. Aku baru ingat. Iya ya, dia kan sekretaris Melvin, kok aku juga bisa jadi sekretaris sih?

"Oh Keyla jadi sekretaris indoor dan Jhon saya ubah jadi sekretaris outdoor," jawab Melvin dengan tenang. Oh begitu.

"Baiklah kalau tidak ada pertanyaan lagi, saya ada rapat sekarang. Saya titip Keyla padamu, Stella. Perlakukan dia dengan baik," ucap Melvin seraya berdiri dari kursi singgasananya dan berjalan menghampiriku.

"Aku pergi dulu ya sayang, baik-baik disini. Jangan nakal," pesannya sambil berbisik di telingaku. Setelah itu, Melvin mengecup pipiku pelan dan berjalan keluar dari ruangan amazing-nya ini meninggalkanku dan Stella berdua saja.

Demi Tuhan!! Wanita pirang ini seperti jelmaan medusa!

"Bitch, sejak kapan kau merayu Melvin-ku?"

Damn! Apa kataku!? Dasar wanita ular bermuka dua! Poker face! Iyuhh. Bitch? Apa yang barusan dia katakan? Dia mengejekku jalang? Apa tidak terbalik?

"Eheem." Aku pun sedikit berdeham menutupi kekesalanku dengan wanita ular ini. Dia pun masih memandangiku dari atas ke bawah dengan tatapan menghina. Menantangku? Kita lihat saja.

"Kau tuli? Atau bisu? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku huh?" tanyanya kasar. Ergghh, rasanya ingin aku jambak rambut blondenya itu lalu kubuang dia dari jendela ruangan Melvin ini.

"Maksud kamu apa? Aku tidak mengerti," ucapku polos, kedua tanganku yang semula menyatu di depan paha kini kusedekapkan di depan dada. Aku juga tersenyum miring membalas wajah sinisnya itu.

See? Dia bertambah marah. Bitch, kau salah mencari masalah denganku.

"Jangan pikir kau dekat dengan Melvin, kau bisa seenaknya di sini!" Stella menghampiriku dengan langkah cepat. "Melvin milikku!" ucapnya mendorong pundakku sebelah kiri.

"Kami tidak hanya dekat, Mrs. Stella. Hmmph, kami sepasang kekasih." balasku sambil menahan tawa, maksudnya tawa mengejek.

Wajah Stella berubah merah karena amarah, dia menggeram kesal padaku dan tangannya bergerak seperti ingin menampar wajahku. Dengan cepat, aku menahan pergelangan tangannya lalu memilintirkan tangan medusa itu dan kulepaskan spontan sampai ia terdorong ke samping. Hahaha, aku pun tertawa keras.

"Beraninya kau!!" teriak Stella menghampiriku cepat.

"Eitss tunggu dulu Miss. Kau tidak lihat itu?" Aku menunjuk CCTV di sudut ruangan Melvin. Stella mengikuti telunjukku, ia berdecih meremehkan.

"Haha, kau takut aku adukan dengan Melvin?"

"Kenapa aku? Seharusnya kau yang harus takut bitch, karena jika Melvin melihat ini semua, kau akan di pecat! Dengar? You'll FIRED!" teriakku di depan wajahnya.

Stella mendorong pundakku, "Kita lihat saja nanti." Lalu ia keluar dari ruangan Melvin dengan wajah marah dan hentakkan kaki kesal.

"Haha, okay."

Kita lihat saja nanti. Yang pasti Melvin berpihak padaku-lah. Dasar wanita bodoh.

****

Semenjak Stella, wanita sialan itu pergi dari ruangan khusus CEO ini, aku hanya duduk sendirian di sofa super empuk di depan televisi 32 inch berlayar bening dan tipis. Menonton food network atau sinetron percintaan sambil makan snack, hmm tidak buruk juga.

Lagipula, aku sudah searching tentang pekerjaan sekretaris di kantor. Tugasnya memang banyak tapi sepertinya mudah semua. Seperti membuka surat masuk untuk pimpinan, melayani serta bertamu mewakili pimpinan, menerima dan melayani telepon serta menelpon, dan lain sebagainya. Tetapi lama kelamaan, bosan juga di sinis sendirian terus. Kapan Melvin pulang? Sudah lewat jam makan siang. Hikss.. kangen. Ehh, tidak-tidak. Aku baper. Wuaa, salah lagi, yang bener laper.

Tiba-tiba bunyi dering handphone-ku terdengar. Apa Melvin yang menelponku? Aku pun cepat-cepat mengambil benda tipis itu dan melihat siapa yang menelpon. Astaga.. Bukan Melvin tapi..

Dad's Bitchy  calling~~

Sebutan keramat itu hanya untuk ibu tiriku. Menjijikkan untuk apa dia menelponku? Bagaimana ini ya, angkat atau tidak?

"Angkat saja Key. Tunjukkan dengan si jalang itu kalau kau baik-baik saja sejak keluar dari rumah." dewi batin jahatku berbicara.

Aku kembali menggeleng, tidak. Aku tidak mau mengangkat teleponnya. Tidak akan pernah! Maafkan aku dewi jahat, kali ini aku tidak berpihak padamu.

Si wanita modus, jahat, matrek, atau sebutan buruk lainnya itu pasti ingin sesuatu. Tidak mungkin dia menelpon tanpa tujuan yang jelas. Gara-gara dia juga-lah, ayah jadi tidak sayang lagi padaku. Arghh, demi bibir si Melvin, aku tidak mau lagi kembali menginjakkan kaki di rumah licik itu daripada harus menanggung beban dipundak cantikku ini. Aku tidak mau lagi diperlakukan hina oleh ayahku sendiri. Sudah cukup penderitaanku, sekarang aku akan bahagia hanya bersama dengan Melvin.

Semoga saja.

****

Author's POV

Melvin ingin sujud syukur sekarang mengingat seharian ini meeting di Kota Drammen telah berakhir. Rapat yang hampir saja merenggut keperjakaannya. Astaga, bayangkan saja kalau Ny. Lackey, pemimpin alias CEO diperusahaan tempat rapatnya tadi semakin agresif saja dari terakhir mereka bertemu. Beberapa kali pria tampan itu harus menyingkirkan tangan nakalnya yang sengaja meraba-raba paha Melvin. Dia berani bertaruh kalau tak cepat-cepat keluar dari ruangan itu, juniornya pasti sudah tak perjaka lagi.

Ingin sekali rasanya Melvin membatalkan kontrak kerja itu tetapi dia mengingat pesan dari kakek Daniel kalau perusahaan Lackey adalah perusahaan pertama yang bekerja sama dengan perusahaan Franklin. Dan dia tidak berhak memutuskan kerja sama bisnis yang sudah memakan waktu hampir setengah abad itu. Melvin bisa apa?

Ya sudahlah, yang terjadi biarlah terjadi. Toh, sampai saat ini dia baik-baik saja menjalankan perusahaan teknologi milik Franklin ini. Yang jelas sekarang, Melvin ingin kembali ke kantor untuk bertemu gadis cantik berambut ikal ya ia rindukan itu. Keyla. Memikirkannya saja bisa membuat Melvin si pria konyol itu tersenyum lepas.

Sekitar satu jam setengah menempuh perjalanan menuju Oslo dengan menggunakan helicopter, karena kalau jika menggunakan transport darat akan memakan waktu 6 jam, Melvin akhirnya tiba dikantor pukul 4.30 sore. Satu per satu karyawan pulang dengan senyum mengembang diwajah mereka saat berpapasan dengannya. Melvin juga ikut membalas senyuman secara formal dan segera masuk ke dalam lift khusus menuju ruangannya. Tadi dia sudah menelpon Keyla dan tahu kalau gadis itu sekarang berada disana sendirian.

Tetapi yang dia bingungkan, kenapa Keyla tidak bersama Stella? Bukankah Melvin menyuruhnya untuk mengajari Keyla hari ini? Melvin menduga, Stella bertingkah buruk padanya setelah dia pergi tadi.

"Sayang?" panggil Melvin sambil membuka gagang pintu. Keyla spontan menolehkan kepalanya ke belakang dan langsung beranjak dari sofa.

"Melvin!" seru Keyla sambil berjalan mendekati pria tampan yang juga sedang berjalan mendekatinya. "Kenapa lama banget sih rapatnya huh? Aku bosan di sini terus." rengut Keyla setelah memukul pelan dada Melvin.

Rasa lelah dan penat sehabis kerja seharian terasa hilang saat Melvin melihat gadis pujaannya. Dia hanya tersenyum lebar menanggapi ocehan Keyla lalu dibawanya tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Seketika Keyla terdiam.

"Gimana nanti kalo kamu udah kerja sayang? Pasti seharian dikantor kan, apalagi kamu sekretaris indoor." ujar Melvin sambil mengelus pucuk kepala Keyla dengan lembut.

"Tapi kan kalo banyak kerjaan ya gak bosen, vin." balas Keyla. Melvin kembali tersenyum. Ah pria itu memang selalu tersenyum kalau sedang bersama Keyla.

"Oh ya kenapa tadi kamu gak bareng Stella?" Melvin mendadak melepas pelukannya dan menahan pundak keyla, sebenarnya dari tadi dia ingin menanyakan itu.

"Gak tau!" Keyla melepaskan tangan Melvin dari pundakknya, "pulang yok!" rengut Keyla dengan wajah di tekuk. Melvin semakin bingung, sepertinya memang ada sesuatu di antara Stella dan Keyla. Awas saja kalau Stella berbuat macam-macam. Ini tidak bisa didiamkan.

Melvin pun segera menyusul Keyla dengan langkah kaki lebarnya, tak lupa pula menggenggam tangan gadis itu seperti ingin semua orang tahu bahwa ada hubungan khusus antara Keyla dengan dirinya dan juga supaya tidak ada yang berani bertingkah seenaknya dengan kekasihnya ini.

"Ya udah sayang, lupain aja tentang Stella---"

"Iyalah!" Belum selesai Melvin bicara, Keyla langsung memotongnya.

"Sayang, gak baik motong pembicaraan orang." pesan Melvin sambil mencubit pelan hidung Keyla. Si empunya hanya cemberut. Mereka berdua hendak memasuki lift kosong karena sudah banyak pegawai yang pulang.

"Jadi, selain tentang Stella, bagaimana hari ini?" tanya Melvin saat mereka di dalam lift.

"Hemm, biasa aja. Tadi pas jam makan siang, banyak pegawai wanita-mu masuk menawarkan makanan. Mereka kira kamu ada di sana. Kayaknya kamu populer banget deh," jawab Keyla panjang lebar.

"Iya dong. Itu sudah biasa baby, malah setiap hari."

"Serius? Kurasa, mereka semua menyukaimu."

Melvin menaruh lengannya di seputaran leher Keyla membuat gadis itu sedikit terkejut, "Well, entahlah, yang mereka suka aku atau hartaku. Ehmm.. apa kau juga menyukaiku sayang?" tanya Melvin tiba-tiba. Keyla pun gelagapan mendengar pertanyaan frontal seperti itu.

"Apaan sih!?" Keyla melepaskan tangan Melvin spontan dan mengerucutkan bibirnya. Ia melakukan itu hanya demi menutupi rasa gugup yang langsung menjalar disekujur tubuhnya. Belum lagi, detakan jantungnya kini berdetak lebih cepat.

Padahal intensitas pertemuan mereka masih bisa terhitung dengan jari, tetapi kenapa sudah ada rasa-rasa aneh?

Astaga, jangan-jangan aku menyukai Melvin? Mungkin saja, melvin cogan sih, ucap Keyla dalam hati. Perempuan itu tidak bisa menyangkal kalau Melvin memang mempunyai pesona yang meledak-ledak seperti bom nuklir.

"Hahahahha, wah wah pipimu seperti kepiting rebus Key. Hahaha." Tiba-tiba Melvin tertawa keras melihat perubahan wajah Keyla yang semakin memerah hebat. Dia tidak menyangka kalau godaan ringan yang menjurus serius itu membuat Keyla blushing?

"Don't laughed me!!" Keyla mencubit-cubit kecil perut Melvin yang datar itu sampai ia meringis kegelian.

"Oke oke, tidak lagi. Hahah, oke sayang. Tidak lagi. Berhentilah sebelum aku memakanmu. Di lift ini, Sekarang juga." kata Melvin tersenggal-senggal karena Keyla terus mencubit Melvin dengan gemas. Tetapi ketika ia mendengar kata 'memakan' tadi, dia langsung terdiam.

"How pervert you are! Omes!!" ucap Keyla kesal.

"Hah Omes?"

"Otak mesum!!"

Melvin kembali tertawa, lalu dengan cepat dia mengecup pipi Keyla membuat pipi gadis itu bertambah merah saja.

"Jika pria tidak mesum, berarti dia tidak normal sayang. Hahahha," Melvin keluar dari lift sambil tertawa, meninggalkan Keyla yang masih terbengong-bengong di lift. Beberapa menit kemudian, dia pun sadar kalau mereka sudah tiba di lobby.

Melvin, pria tampan sialan menyebalkan!!! rutuknya dalam hati.

****

"Keyla, kamu hamil?"

DUK! Keyla memukul dada Melvin sedikit kuat. Pria itu meringis kesakitan.

"Enak aja! Gak lah, hamil anak siapa? Anak kamu? Zzzz..." protes Keyla seraya memilih-milih sayuran.

"Ahahha, kalau begitu kenapa kamu ngidam sayang? Aneh banget, tumben-tumbenan mau masak." cetus Melvin asal. Dia memasukkan beberapa buah apel ke dalam troli yang sedang didorongnya.

"Ya ampun Vin. Cerewet. Ya suka-suka aku dong! Lagian kita kan baru kenal emmm.. seminggu 3 hari. Sok tau deh."

Melvin tertawa melihat tingkah Keyla yang sedang menggerutu. Dia menggemaskan, pikirnya. Apa seperti inilah kelihatannya sepasang suami istri yang sedang belanja bersama? Sungguh harmonis. hehe.

Ya, mereka berdua sedang berkeliling di supermarket. Sehabis pulang dari kantor, Keyla langsung mengajak Melvin berbelok arah menuju supermarket untuk berbelanja keperluan masak. Awalnya Melvin terkejut karena Keyla bilang ia mau masak buat makan malam nanti. Dia tidak menyangka gadis seperti Keyla ternyata bisa masak juga.

"God, tampan sekali. Ya ampun.."

Melvin menoleh ke belakang. Ternyata ada dua gadis yang kira-kira berumur 15 tahunan sedang berbisik-bisik sambil melihat Melvin. Saat dia menoleh, gadis itu pura-pura melihat produk makanan yang ada di sampingnya.

"Melvin, sini!" ucap Keyla agak kuat saat dia berada dicounter ikan-ikan. Melvin pun menurut, ia mendorong troli menuju Keyla berada.

"Apa Key? Mau makan ikan?" tanya Melvin lembut. Kembali ia mendengar suara bisikan halus dari belakang. Ternyata dua gadis centil itu mengikutinya!

"Itu pacarnya? Ahh. Sayang sekali. Cantik juga."

"Tapi kan belum tentu. Mungkin hanya temannya saja." ucap kedua gadis itu. Melvin tersenyum miring, dia tahu bagaimana cara mengusir kedua stalker itu dengan cara halus.

"Ikan apa hon?" tanya Melvin seraya merangkul pundak Keyla mesra. Ditambah dia sengaja mencium pucuk kepala Keyla dengan sayang. Perlakuannya itu entah kenapa diterima manis oleh Keyla. Dia tidak membantah atau mengelak sedikitpun.

Berbeda dengan stalker yang mengikuti Melvin dari awal dia masuk ke dalam supermarket ini. Kedua gadis barat itu terkejut. Mereka melototkan matanya besar dan mulutnya menganga. Hilanglah sudah harapan untuk dekat dengan pria tampan nan mapan itu. Belum lagi, mereka tidak tahu kalau Melvin adalah salah satu Franklin, keluarga terkaya di dunia saat ini. Entah bagaimana jadinya.

"Apasih cium-cium! Malu tauk. Liat tuh diliatin ibuk-ibuk," protes Keyla dengan suara berbisik. Melvin pun tertawa pelan sambik menggusel rambut Keyla gemas.

"Kenapa ya? Suka-suka aku dong," balas Melvin disertai dengan cibiran.

Dia menyebalkan!! Batin Keyla kesal. Tak dipungkiri, dia senang juga.

30 menit berbelanja, akhirnya Melvin dan Keyla pulang ke apartemen Melvin dipusat kota. Mereka pulang dengan membawa beberapa buah kantung besar berisi segala macam keperluan makanan. Dari buah sampai ikan.

Awalnya Keyla ingin sekali memakan ikan gurami. Dia sudah lama tidak memakan ikan itu. Tetapi sepanjang ia mencari jenis gurami di supermarket tadi, Keyla tidak menemukannya satupun. Jadi mau tidak mau, gurami diganti dengan salmon.

"Sayang, ganti bajumu dulu terus mandi. Baru beresin barang-barang itu!" tegas Melvin saat Keyla hendak membuka lemari pendingin yang super besar itu. Bayangkan empat pintu! Seperti lemari baju. Hem..

"Nanti ahh, sudah terlanjur. Kamu aja sana."

"Gak nurut banget dasar. Ya udah sini aku bantuin." Melvin mendekati Keyla yang sedang berjongkok di depan kulkas yang terbuka itu. Dia sedang menata buah-buahan di dalamnya. Sedangkan Melvin menaruh sayuran disamping tempat Keyla.

"Kamu itu yang gak nurut. Habis ini aku mau masak dulu baru mandi," ucap Keyla disela-sela kegiatannya.

"Mandi dulu!" bantah Melvin.

"Masak dulu, Melvin jangkung!" balas Keyla

"Mandi dulu. Keyla judes!!"

"Arghh, masak masak masak dulu Melvin Daniel Franklin!!"

"Gak! Mandi mandi mandi bareng aku dulu, Keyla... Ah apa nama kepanjanganmu sayang?"

Skak mat.

Keyla terdiam. Dia membulatkan matanya besar dan setelah itu dia memasukkan buah-buahan itu dengan gerakan cepat sampai habis.

"Ah iya, mandi dulu. Gerah banget nih. Hahha, aku ke kamar duluan ya," kata Keyla gugup langsung berlari menuju kamar. Kamar Melvin.

Melvin melihat itu pun memicingkan matanya tajam. Terlihat sekali kalau Keyla sedang gugup saat ditanyakan nama kepanjangannya itu. Setiap Melvin bertanya tentang keluarga Keyla lebih dalam, dia pasti akan menghindar sebisa ia mampu. Aneh, ini sangat aneh.

Melvin segera menutup pintu kulkas berwarna perak itu dan berinisiatif untuk menelpon sekretarisnya, Jhon. Dia tidak berpikir ini sebelumnya, mencari segala sesuatu mengenai Keyla.

Tidak sampai deringan ketiga, telepon Melvin pun di angkat.

"Hallo sir, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Jhon sopan dari seberang. Sudah berulang kali Melvin menyuruh Jhon untuk memanggilnya nama saja, layaknya seperti teman. Tetapi Jhon tidak mau, padahal umur mereka sama. Entah kenapa.

"Jhon, bisakah aku meminta tolong padamu? Kau tahu kan dengan kekasih baruku? Namanya Keyla." ucap Melvin cepat. Jhon terdiam disana menunggu Melvin berbicara lagi.

"Aku mau kau mencari tahu semuanya tentang kekasihku ini. Aku tidak mau berprasangka buruk," lanjut Melvin.

Jhon menjawab ragu, "Emm Sir, sebenarnya saya sudah tahu saat pertama kali datang ke apartemen waktu itu. Jujur, saya sangat terkejut melihat wajahnya."

"Memangnya kenapa? Kau kenal dengan Keyla!?" tembak Melvin dengan nada marah. Jhon langsung mengelak.

"Tidak, sir. Saya kenal wajahnya saat anda menyuruh saya menggantikan pertemuan tender besar bulan kemarin."

"Terus?!"

"Mr. Gerald Barclays membawa putrinya saat itu."

Melvin terdiam sejenak. Pikirannya terlalu kalut untuk membayangkan ucapan apa yang akan Jhon katakan selanjutnya.

"Dan putrinya itu, Nona Keyla Sir."

Saat itu juga, Melvin tidak sengaja meremukkan ponselnya karena genggaman tangan yang terlalu kuat.

****

Melvin menggeram kesal sampai-sampai ponsel yang ia genggam remuk dan rusak tanpa sisa. Dia terlihat sangat frustasi, amarahnya langsung keluar begitu saja saat tahu Keyla berbohong selama ini.

Tidak-- Dia tidak pernah berbohong. Pada dasarnya Keyla memang tidak pernah membicarakan nama keluarganya. Tapi mau bagaimana lagi? Kini Melvin tahu dan mungkin sebentar lagi Papa-nya bakal mengetahui semua kalau ia berhubungan dengan keluarga Barclays. Keluarga licik yang hampir merusak keluarganya 18 tahun lalu. Pikiran Melvin terlalu pusing jika ingin mengingat peristiwa itu.

"Argh! Sialan!" teriak Melvin menggebrak meja makan dan berjalan cepat menuju kamarnya karena gadis itu berada di sana. Dengan langkah cepat hampir tak terlihat, Melvin menghempaskan pintu kamarnya menggunakan telapak tangan kirinya.

"KEYLA!" teriak Melvin berang, matanya berubah merah tua dan tanpa ia sadari taring runcing pun sudah memanjang dengan sendirinya. Keyla yang baru saja ingin membuka pintu kamar mandi terlonjak kaget oleh suara teriakan itu.

"Me...Melvin?" Keyla berbicara gagu melihat perubahan wajah Melvin yang begitu menyeramkan.

"Keyla Barclays!! Kau menipuku!!" kecam Melvin menghampiri tubuh kaku Keyla dan langsung mencengkram dagu gadis itu sampai berbunyi seperti tulang patah.







TBC

SPOILER:

"Gerald Barclays ialah dalang penculikan Mamaku 18 tahun lalu."





ARRRRGGGGGHHHHHH :( Apa apa apa yang selanjutnya terjadi?

wkkwkw aku pun tak tahu. Kalian maunya gimana? Part selanjutnya mungkin beda dari spoiler. Ada ide yang lebih baik?

nih siapa yang request melvin mata merah. lucu ya.



Continue Reading

You'll Also Like

412K 22.9K 40
Vampir. Apa yang ada di benak kalian tentang itu? Benar, makhluk penghisap darah yang paling menjijikkan yang pernah ku tahu. Ku tarik ucapanku. Sete...
22.1K 4.4K 37
Kelanjutan dari kisah Christy bersama teman temannya didalam lingkup aliansi. setelah berhasil mendamaikan bangsa serigala dan juga bangsa vampir. Ch...
1.6M 86K 14
Series #3 Fantasi Forever Love [Baca dulu cerita Mine] Hallo, namaku Deira D. Franklin atau lebih panjangnya Deira Daniel Franklin, ngomong-ngomong...
26.4K 1K 7
It's my first novel,and I wish you're be Love this.... Kali ini gue mau cerita tentang cwe. yang bernama Cornelia, yg tomboy,gaul,but nakal,and otak...