Celestial Soul Online [End]

By KuroHako

381K 22.1K 1.9K

Rank 3 #Adventure Rank 2 #Adventure Sinopsis; Kisah berpusat kepada Kuro Kanata. Dari luar dia terlihat han... More

Transfer 00 [Prolog] rev.
Transfer 01 [Beginning Player (Liber)] rev.
Transfer 2 [My Skills] rev.
Transfer 3 [Adventure Begin] rev.
Transfer 4 [Death City] rev.
Transfer 5 [Flamia] rev.
Transfer 06 [First Kiss] rev.
Transfer 07 [That is Secret] rev.
Transfer 08 [Fight to Despair] rev.
Transfer 8,5 [Nine Minutes] rev.
Transfer 9 [Happy Birthday (I)] rev.
Transfer 10 [Happy Birthday (2)] rev.
Transfer 11 [Wonderful Gift] rev.
Transfer 12 [Celestial World] rev.
Chapter 13 [Truth] rev.
Transfer 14 [Bonds (I)] rev.
Transfer 15 [Bonds (II)] rev.
Transfer 16 [Bonds (III)]
Transfer 17 [The Twin]
Transfer 18 [The Three]
Transfer 19 [Dimension Break]
Transfer 20 [True God Slayer]
Transfer 21 [God Slayer and Liber)
Transfer 22 [God Slayer and Liber part 2]
Transfer 23 [God Slayer and Liber part 3]
Transfer 24 [God Slayer and Liber part 4]
Transfer 25 [Memories of Secret: The beginning of Everything] rev.
Transfer 26 Memories of Secret ; First Love
Transfer 28 [Memories of Secret ; The Beginning]
Transfer 29 [Awakening of Darkness]
Transfer 30 [Angels]
Transfer 31 [Beyond The Truth]
Transfer 32 [Guardian part 01]
Transfer 33 <Guardian part 2>
Transfer 34 [Dream World]
Transfer 35 <Never Give Up>
Transfer 36 [Believe]
Transfer 37 [Will]
Transfer 38 [Confrontation]
Transfer 39 [Flamia VS Verona I]
Transfer 40 [Flamia VS Verona II]
Transfer 41 [The Answer is Me]
Transfer 42 [Death and Return]
Transfer 43 [Light and Darkness]
Transfer 44 [Hope and Hopeless]
Transfer 45 [Kuro Kanata]
Extra I

Tranfer 27 [Memories of Secret ; Re-Life]

4.9K 342 18
By KuroHako

Jalanan mulai terasa kasar. Roda roda mobil mulai bergerak tak beraturan dan mobil mewah mahal kini tak terasa nyaman lagi.

Sepanjang jendela hanya ada pepohonan dan alam yang indah. Tanda dilarang masuk yang terbuat dari papan kayu. Namun di tempat itu sebenarnya terdapat banyak mantra pelindung yang membuat orang biasa tak bisa masuk dengan mudah.

Itupula yang membuat semua mobil berhenti meskipun mereka belum sampai di lokasi tujuan mereka.

"Ruko-sama, Kuro-sama. Kita sudah sampai. Mulai sekarang kami tak bisa mendampingi kalian."

"Terima kasih. Ayo Onii-chan. Kita sudah sampai. Kau pasti juga sudah tak sabar kan?"

Tak ada jawaban dari Kuro. Dia hanya turun dari mobil dengan tenang.

Meskipun kesal, namun Ruko sadar Kuro yang ada didepannya bukanlah Kuro yang akan membalas candaannya.

Tidak. Belum.

Setelah turun, Yamato dan Kuroyuki mendampingi mereka. Mereka berempat lalu berjalan ke arah puncak gunung Fuji.

Langit mulai senja. Normalnya akan memakan waktu berjam jam hingga mereka sampai ke tempat tujuan mereka, namun disinilah kekuatan mereka sebagai God Slayer berperan.

"Ruko-chan, kau pasti tahu kuil itu tak ada di peta manapun. Bisakah kau menebak kenapa hal itu bisa terjadi?"

Dengan semua pengetahuan yang dia miliki, Ruko menjawab pertanyaan Kuroyuki.

"Kuil itu dilindungi semacam perisai khusus yang tak hanya membuatnya tak terlihat, namun juga tak tertembus. Bahkan senjata nuklir tak mampu menggoresnya. Hal itu karena tempat itu merupakan titik dimana energi supranatural terkumpul."

"Ha ha.. kau terlalu berlebihan jika menambahkan senjata nuklir, namun kau tak salah. Alasan kenapa tempat itu tak ada di peta, mungkin lebih tepat jika karena sejak awal tempat itu tak ada di dunia ini."

"Eh?"

"Kau akan segera tahu.."

Ruko dan lainnya perlahan naik. Orang normal akan langsung mengibarkan bendera putih jika melihat tujuan mereka. Namun pemandangan yang penuh pepohonan rindang tiba tiba berubah menjadi pemandangan hutan yang gelap gulita tanpa ada cahaya sedikitpun. Langit juga berwarna merah darah membuktikan mereka sudah tak berada di dunia yang mereka kenal.

Bagi Ruko yang mengalami hal ini untuk pertama kalinya, dia terlihat gugup dan takut. Sedangkan Yamato dan Kuroyuki justru terlihat senang.

"Kita sudah sampai di Astral Bridge. Kau tahu tempat ini kan?"

Ruko mengangguk pelan. Disaat yang sama dia melirik Kuro dengan tatapan sedih.

"..tempat ini berada di antara dimensi lain. Bisa dibilang merupakan tempat sebelum dimensi lain. Karena itulah tak dinamakan seperti itu. Hanya orang tertentu saja yang bisa memasuki tempat ...ini."

"Kau tak perlu mencemaskan Kuro. Manusia biasa mungkin akan langsung mati jika berada di tempat ini, namun aku sudah memperkuat Kuro dengan sihir."

Mendengar itu tak membuat Ruko senang. Dia justru semakin menyadari perbedaan dirinya dengan Kuro.

Setelah cukup lama berjalan, Ruko melihat gerbang merah (Toori) yang mengarah ke sebuah kuil besar yang bercahaya terang. Tak hanya besar, kuil itu lebih megah dari istana Shogun pada zaman dahulu dan memancarkan cahaya suci.

Tempat itulah yang akan mereka gunakan untuk membangkitkan kekuatan Kuro secara paksa.

Butuh waktu untuk menaiki anak tangga. Meskipun jika menghitung anak tangga akan membuat kepala pusing dan melelahkan, namun Ruko sama sekali tak merasakannya.

Lalu sampailah dia dan keluarga Kuro di depan halaman luas kuil. Disana mereka disambut oleh sembilan gadis kuil yang cantik bagai bidadari. Namun dari aura yang terpancar dari mereka, Ruko justru merasa takut.

"Jangan takut. Meskipun mereka menakutkan, namun mereka tak akan berbuat aneh aneh dan hanya membantu kita."

"..i-iya."

Kuroyuki mencoba menenangkannya, namun dia tak bisa.

Sekilas mereka mirip bidadari, namun hal itu mustahil karena keluarga mereka membuat kontrak dengan iblis.

Kuroyuki dan Yamato berbicara kepada mereka dengan bahasa yang tak Ruko kenal. Dari ekspresi mereka, semuanya berjalan lancar tanpa ada masalah.

Kemudian mereka masuk ke kuil utama. Kuil itu tak memiliki patung atau altar yang biasa ditemukan di sebuah kuil pada umumnya. Namun keindahannya membuat semua orang berpikir itu adalah istana paling megah yang pernah mereka lihat.

Di tengah istana terdapat sebuah tempat khusus yang digunakan untuk melakukan sebuah upacara. Tak perlu menebak upacara apa yang akan diadakan di tempat itu.

Namun sebuah pola yang menyerupai lingkaran sihir tergambar jelas dengan tinta merah seperti darah yang terhubung ke tiang besar di delapan sudut mata angin.

"Kita tak memiliki banyak waktu. Sebaiknya kita mulai upacaranya."

Yamato memberi tanda. Gadis kuil langsung ke posisi mereka masing masing. Mereka membentuk formasi lingkaran. Salah satu dari mereka menjadi pusatnya.

Yamato lalu memberi tanda ke Kuro.

Masih dengan tatapan kosong, Kuro melepaskan pegangan tangan dari Ruko dan menuju gadis kuil yang berada di tengah.

Upacara sudah dimulai.

"...Onii-chan.."

Sebelum pergi, Ruko memegang erat tangan Kuro agar tak pergi, namun Ruko tak menerima balasan.

"Lepaskan, Ruko. Ini adalah satu satunya jalan yang harus kita pilih. ...satu satunya."

"....!"

Tiba tiba Ruko merasakan suatu yang aneh dari nada bicara Kuroyuki. Kuroyuki yang selalu tenang kini terlihat sedih oleh alasan yang tak diketahui.

Kuro tiba di depan gadis kuil. Saat itulah gadis kuil menunjukkan senyuman yang menakutkan.

"Ruko-chan, jangan membenci kami."

"Aku juga meminta hal yang sama."

"? ..mana mungkin aku membenci kalian. Aku sudah menganggap kalian seperti orang tuaku sendiri. Selain itu, kalian telah membuatku bisa mendapatkan impianku untuk bisa bersama dengan Onii-chan."

Ruko menunjukkan senyuman yang penuh ketulusan. Sayangnya dia tak tahu kalau itu menjadi senyuman yang paling menyakitkan bagi Kuroyuki dan Yamato.

Lingkaran sihir mulai bersinar terang. Cahaya itu perlahan menuju ke satu titik yaitu sang gadis kuil yang berada di depan Kuro.

Sang gadis kuil menggenggam erat cahaya dan perlahan cahaya itupun berubah menjadi sebuah pisau cahaya kecil. Gadis kuil itu lalu mengucapkan semacam mantra dan cahaya itu kini berubah menjadi cahaya hitam, gelap dan menakutkan.

"...?!"

Ruko bisa merasakan energi yang penuh dengan kejahatan dan kebencian. Bisa dikatakan itu sebuah wujud kegelapan.

(Kenapa aku mempunyai firasat yang sangat buruk...)

Sementara itu, sang gadis kuil perlahan memberikan pisau hitam itu kepada Kuro.

Setelah menerimanya, mata Kuro tersadar dari pengaruh sihir. Namun dia tak berusaha menolak takdirnya. Dia tak bisa.

Saat melihat sosok gadis kuil di depannya yang menyerupai bidadari, Kuro sadar kecantikan mereka hanya sebuah ilusi dari sang iblis.

Kuro tersenyum. Dia tahu dirinya cepat atau lambat akan mengalami hal ini. Dia sudah mempersiapkan mentalnya bahkan bersiap dengan kematian.

Anehnya, dia tak merasa takut.

"....kalian benar benar...."

Sang gadis kuil memeluk Kuro seperti seorang ibu yang rindu kepada anak mereka. Tak ada rasa hangat, justru hawa dingin yang menyakitkan.

(..aku ingin mengatakan banyak hal... tapi aku tak berhak..)

Kuro melihat pisau di tangannya. Pisau itu mirip kunai, namun memiliki ketajaman yang tak bisa dibayangkan.

(Aku rasa ini sangat menyakitk-hm?)

Sang gadis kuil menunjukkan tatapan yang seolah mengatakan semuanya akan baik baik saja. Dan singkat.

"..terima kasih..."

Tanpa ada keraguan, Kuro mengarahkan mata pisau ke lehernya.

"...Onii-chan?"

Ruko mengetahui apa yang akan segera terjadi. Dia langsung berlari ke arah Kuro dengan tujuan untuk menghentikannya.

Namun saat mendekat, dia dihentikan oleh sebuah dinding yang tak terlihat.

"Onii-chan, jangan lakukan itu...‼"

Sebanyak apapun dia berteriak. Sebanyak apapun dia berharap dan meneteskan air mata, dia tahu semua itu tak ada gunanya.

Diapun mencari bantuan, namun yang dia terima adalah tatapan sedih dari seseorang yang seharusnya menghentikan semua ini.

Ya. Yamato dan Kuroyuki hanya menatap.

Saat sang putra satu satunya mereka menggorok lehernya sendiri.

"Tidaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkk‼‼‼‼‼‼"

Teriakan Ruko memecah keheningan, namun tak ada yang bisa mencegah apa yang sudah terjadi.

Darah menyembur dar leher Kuro. Perlahan tubuhnya jatuh ke lantai, namun disaat itulah sang gadis kuil menahan tubuhnya yang berlumuran darah.

"Ti-tidak, Onii-chaannn..."

Air mata menetes semakin deras saat tubuh Kuro perlahan mulai lemas dan pucat. Dia memukul dinding dengan sekuat tenaga, namun dia tak memiliki kekuatan yang cukup untuk menggoresnya.

"Buka matamu Onii-chan, bukankah kau ingin kembali dan bertemu dengan Chiaki-chan? Hentikan candaaanmu dan bangkitlah. Aku minta ma-"

"Sudahlah Ruko, tak ada yang bisa kita lakukan."

"Paman Yamato... a-aku.."

Ketika melihat orang tua Kuro, Ruko sadar bukan hanya dirinya saja yang sedih dengan apa yang terjadi.

Disaat itulah tiba tiba sosok satu persatu miko berubah menjadi asap hitam seperti kegelapan. Semuanya lalu bergabung menjadi satu dan membesar. Kegelapan besar itu kembali membentuk wujud monster menyeramkan dan menakutkan.

Bagi seorang god slayer seperti mereka, mereka mengenal baik sosok monster yang merupakan jelmaan iblis.

Iblis itu tersenyum lebar. Iblis itu senang seperti menemukan sebuah harta karun yang berharga.

Ruko, Yamato dan Kuroyuki tak bisa mengalihkan perhatian mereka dari sosok iblis yang merupakan sumber kekuatan mereka sebagai seorang god slayer. Alasan lainnya, mereka memang tahu wujud iblis di dalam mereka, namun tak pernah melihat sosok iblis yang sebenarnya.

"...?! Onii-chan?"

Ruko terkejut. Sosok Kuro yang seharusnya sudah mati kini perlahan bangkit. Matanya yang kosong membuat dirinya seperti zombie.

Ruko merasa senang. Kuro ternyata belum sepenuhnya mati. Masih ada harapan untuk menyelamatkannya.

Tapi harapan itu langsung berubah menjadi keputus asaan.

"...........Sa..cred Break..."

Dari tubuh Kuro tiba keluar kegelapan yang luar biasa. Dinding yang membuat Ruko dan kedua orang tua Kuro tak bisa mendekat hancur dengan mudahnya.

Ruko terlempar seperti daun kering tertiup angin topan. Untunglah dia sempat ditolong oleh Yamato.

"Paman, terima kasih, ..tapi apa yang sebenarnya terjadi?"

"Kuh.. kami sama sekali tak tahu. Ini sebenarnya merupakan upacara penyegelan, namun aku sama sekali tak mengerti kenapa ini bisa terjadi."

"Penyegelan? Bukankah ini upacara pembangkitan?"

"Kami jelaskan nanti, yang terpenting kita harus kembali hidup hidup terlebih dahulu."

Astral Bridge merupakan perbatasan antar dimensi. Jika tubuhnya terlempar ke luar batas kuil, dirinya bisa saja akan berakhir di sebuah dimensi yang berbahaya dan tak bisa kembali ke dunia asal.

"Kuro.... sebenarnya apa dirimu?"

Saat seorang Kanata tak memiliki kekuatan God Slayer, bukan berarti mereka tak memiliki kekuatan tersebut. Justru kekuatan itu ada sejak lahir di dalam tubuh mereka. Inilah yang membuat Kuro berbeda dengan Yamato dan yang lainnya.

Kekuatan yang terlalu besar akan menjadi masalah jika tak segera disegel, karena itulah ritual penyegelanpun dilakukan.

Penyegelan yang berbahaya dan mengancam nyawa harus dilakukan. Demi kebaikan Kuro dan tentu demi kebaikan dunia. Kekuatan yang terlalu besar dan tak terkendali akan menyebabkan bencana yang lebih besar daripada kerusakan yang dihasilkan oleh Fallen God.

Mengendalikan atau mati. Tersegel atau mati. Itulah pilihan yang dimiliki Kuro.

-tapi saat ini dia memilih pilihan yang berada di luar pilihan.

Kegelapan yang berasal dari Kuro lebih besar dari kegelapan iblis. Kedua kegelapan itu saling menelan satu sama lain seperti bertarung. Hanya tinggal waktu saja hingga melihat siapa yang tertelan terlebih dahulu.

Pertarungan yang tak biasa. Itulah yang mereka lihat.

Kegelapan milik Kuro perlahan menelan kegelapan sang iblis dan akhirnya Kuro menang. Setelah itu kegelapan milik Kuro semakin besar daripada yang sebelumnya.

"Yamato, ini gawat..."

"Aku tahu itu, tapi kita tak tahu harus berbuat seperti apa."

Mereka hanya bisa melihat.

Kegelapan yang merupakan perwujudan Kuro kini menelan segalanya. Bahkan kuil yang bagaikan istana perlahan mulai hancur. Yamato dan lainnya bahkan tak luput menjadi santapan.

"Kita tak memiliki pilihan lain. Bakar dan hanguskanlah menjadi debu, Phoenix‼"

Yamato mengaktifkan kekuatannya. Mata kanannya berubah menjadi mata iblis. Api merah membara menyelimuti tubuhnya.

Api itu dapat melelehkan besi dan membuat tanah menjadi lava dalam sekejap mata, namun api itu sama sekali tak melukai Ruko yang berada di tangannya.

"Cintai dan lukai, Gremory."

Tak mau kalah, Kuroyuki juga mengaktifkan kekuatannya. Dia diselimuti aura hitam kemerahan yang memancarkan kasih sayang dand cinta, namun juga menakutkan.

Sementara itu, kegelapan Kuro mulai menyerang mereka. Yamato dan Kuroyuki membalas dan bertahan. Dengan kekuatan yang mereka miliki, seharusnya mereka bisa mengalahkan kegelapan itu.

-tapi suatu yang tak diinginkan terjadi.

Saat api dan aura hitam Kuroyuki menyentuh kegelapan Kuro, kekuatan mereka tak ada efeknya dan justru tertelan kegelapan. Mereka sadar jika melawan hanya akan memperbesar kegelapan Kuro.

"Ini gawat, kita harus pergi dari tempat ini. Tampaknya kegelapan itu mengincar kita."

Kuroyuki mengangguk. Keduanya lalu mundur dan keluar dari kuil dengan membawa Ruko.

"Onii-chan..."

Di dalam kegelapan pekat, sosok Kuro terlihat. Kuro tak diragukan lagi masih hidup. Lukanya yang parah bahkan kini sudah menghilang tanpa bekas.

Tapi tatapan mata iblis yang dingin dan dipenuhi kebencian membuat Ruko sedih.

Kenapa ini bisa terjadi?

Kenapa Kuro dipenuhi oleh kebencian?

Ruko sadar dia sama sekali tak mengenal sosok Kuro yang sebenarnya.

Setelah ketiganya berada di luar kuil, mereka kembali waspada dan mempersiapkan diri untuk kembali ke bumi jika keadaan semakin memburuk. Dan itu terjadi.

Kuil dalam sekejap menghilang tertelan kegelapan. Jika mereka tak segera keluar, mungkin nasib mereka akan sama dengan kuil.

Lalu yang tersisa hanyalah Kuro.

"Sampai sini saja kah.. Kuroyuki, kita keluar dari sini. Jika kita membiarkan hal ini mungkin Kuro akan menjadi ancaman terbesar manusia, tapi kita tak punya pilihan lain selain mundur."

"..Yamato, kau tahu apa arti ucapanmu barusan kan? Bagaimanapun juga dia.."

"Aku tahu itu‼"

Yamato berteriak dengan penuh emosi. Dia marah, namun disaat sama dia menunjukkan kesedihan yang mendalam.

"Tapi kita tak punya pilihan lain. Aku memang senang dia hidup, namun ..namun ..ini juga tanggung jawabku untuk membunuhnya. Setidaknya itulah yang harus kulakukan sebagai ayahnya."

"Yamato..."

Kuroyuki mengerti apa yang ingin dilakukan Yamato. Jika bisa dia bahkan ingin melakukan yang sama.

Melihat Kuro yang menelan semuanya begitu menyedihkan bagi keduanya. Inilah kutukan mereka sebagai seorang yang telah bersekutu dengan iblis.

Air mata mengalir dari Kuroyuki. Disaat yang sama dia bersiap menggunakan sihir Dimension Gate untuk kembali ke dunia mereka.

(Tuhan, aku tak pantas meminta hal ini. Jiwa kami sudah kotor dan tak butuh pengampunanmu. Namun aku adalah orang tua yang menginginkan kebahagiaan bagi anakku. Tuhan, berikanlah keajaiban kecilmu kepada sosok yang berdosa ini..)

Seorang pembunuh dewa yang berdoa kepada dewa. Mungkin itu suatu yang menggelikan, namun di situasi yang penuh dengan keputus asaan, sebagai manusia, mereka hanya bisa berdoa kepada tuhan.

Tak peduli doa itu terkabul atau tidak. Hanya keajaibanlah satu satunya harapan mereka.

Dimension Gate terbuka. Kini mereka bisa pergi ke dunia asal mereka.

Sebelum pergi mereka menatap kembali sosok Kuro.

"....Kuro, maafkan kami.."

"...Hm? Paman, Bibi ada seseorang disana selain Onii-chan."

Mereka terkejut dan melihat Kuro dengan seksama. Mereka memang melihat sosok bayangan, namun sosok itu langsung menghilang dalam sekejap mata.

Lalu kejadian mengejutkan lainnya terjadi. Kegelapan perlahan mulai berkurang dan menghilang. Kegelapan itu semuanya kembali ke tubuh Kuro yang kecil. Ini adalah keajaiban.

Setelah kegelapan menghilang, dua buah kotak muncul di mata Kuro. Tak berapa lama kemudian, Kuropun tumbang dan tak sadarkan diri.

"....."

"...."

"...."

Mereka tercengang dan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun mereka tahu, doa mereka terjawab dan keajaibanpun terjadi.

Ketiganya lalu mendekati Kuro dan membawanya pulang dengan senyuman kebahagiaan. Pulang ke tempat yang seharusnya. Pulang ke tempat yang bisa disebut rumah.

Mereka tak tahu siapa sosok bayangan itu, namun mereka berterima kasih kepadanya. Sosok yang telah memberikan keajaiban bagi mereka yang berada dalam keputus asaan.

Keesokan harinya, Kuro tersadar dari pingsannya. Dia melihat Ruko dan kedua orang tuanya duduk di kamar tidurnya dengan wajah bahagia dan khawatir.

"Kuro, syukurlah kau sudah sadar..."

Kuroyuki begitu senang. Dia memeluk Kuro dengan erat hingga Kuro kesulitan bernafas karena kedua dada besar menekan wajahnya.

Ruko terlihat tak senang. Dia ingin memeluk Kuro terlebih dahulu dan memberikan ciuman yang penuh dengan cinta. Tapi dia mengerti, bagaimanapun juga mereka adalah orang tuanya.

"Hentikan.. aku tak bisa bernafas."

"Aha .. baiklah. Maklum saja, aku benar benar kawatir kau tak akan kembali kepada kami."

Perlahan Kuroyuki melepaskan pelukannya. Sekarang giliran Ruko yang memeluknya.

"Selamat kembali, Onii-chan."

Kuro memeluk tubuh kecil Ruko dengan perlahan.

"Maaf, Hime. Aku hampir saja melukaimu."

"?"

Ruko benar benar bingung karena Kuro tak pernah memanggil dengan sebutan itu sebelumnya.

"Aha ha.. apa ada yang salah?"

Banyak. Kuro ada di depannya, namun Ruko merasa asing dengannya. Bisa dibilang dia adalah Kuro, namun disaat yang sama bukan Kuro.

Kuro tersenyum tipis dengan penuh kelicikan. Dia seolah bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran mereka.

"Ya ampun, kalian manusia memang selalu seperti ini."

Kuro lalu menunjukkan dua mata iblis miliknya yang kini memiliki dua buah kotak yang menyatu seperti rantai. Mata itu tak normal jika dibandingkan dengan mata iblis Kuroyuki dan Yamato.

"Mungkin kalian sudah tahu apa yang terjadi jika kalian melakukan ritual penyegelan, namun aku akan memperjelas lagi siapa diriku yang sebenarnya. Aku adalah iblis yang memakai wujud gadis kuil di Astral Bridge itu. Semuanya, salam kenal.."

"...."

"...."

"...."

Ketiganya hanya terdiam mematung dengan tatapan penuh keheranan.

Ritual penyegelan bertujuan untuk menyegel kekuatan Kuro yang terlalu besar. Kedua kotak yang menyatu merupakan tanda ritual itu sukses. Tapi hasil dari ritual itu merupakan suatu yang tak terduga.

"Err.. apa maksudmu?"

Ruko masih belum mengerti. Dan bukan hanya da saja yang belum.

Kuro perlahan turun dari tempat tidur. Dia hampir jatuh, namun dia berhasil bertahan dan berdiri dengan tegap. Sekilas dia mirip anak yang baru belajar berjalan.

"Hmm bagaimana menjelaskannya? Oh... iya, bagaimana kalau mudahnya tubuh ini memang tubuh putra kalian, namun ada jiwa lain yang bersemayam di dalamnya. Sebagai God Slayer kalian tahu kalau ada jiwa iblis di tubuh kalian, namun iblis itu tak mengendalikan kalian. Sedangkan aku adalah kebalikannya."

Suasana kembali hening. Mereka mulai mengerti apa yang terjadi, namun disaat yang sama banyak pertanyaan yang muncul di kepala mereka.

Kuro (?) tersenyum kecil dan duduk di kasur. Dia melihat ke sekeliling dengan senangnya seolah menjelajahi apa di sekitarnya.

"Jadi kau si iblis." Ucap Yamato tiba tiba.

Kuro mengangguk.

"Jika seperti itu, itu artinya kau memiliki kekuatan itu?"

"Sayang sekali aku tak memilikinya."

Jawaban itu membuat semuanya terkejut.

"Tapi jika kalian mengatakan tentang sihir, aku bisa melakukannya dengan mudah. Bahkan kekuatanku cukup menghancurkan negara ini jika aku mau."

Kuro kembali membuat bingung dengan perkataannya.

"Ritual penyegelan itu berhasil, namun penyegelan bukan berarti kekuatan tubuh ini berkurang, hanya saja kekuatannya ditekan dan dibatasi penggunaanya. Dan yang melakukannya tentu adalah aku, jiwa lain yang ada di dalam tubuh ini."

Karena situasi dan keadaan Kuro masih sangat aneh dan asing, maka kejadian yang berhubungan dengan kejadian ini merupakan hal yang harus ditangani hati hati.

Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin adalah tindakan yang paling penting.

"Jadi kau adalah perwujudan segel itu. Jika seperti itu, apa yang terjadi dengan jiwa putra kami? Mungkinkah dia..?"

"Mengenai itu kau jangan cemas, Ibu. Bolehkah aku memanggilmu Ibu, meskipun aku bukan anakmu, namun saat ini jiwa kami menyatu. Bisa dibilang aku adalah kepribadiannya yang kedua."

"...itu bukan masalah. Kami adalah keluargamu. Mana mungkin kami melarangnya."

"Terima kasih." Mata Kuro berkaca kaca seolah terharu. "Aku tak pernah merasakan apa itu yang dinamakan kasih sayang. Ini suatu yang baru bagiku, namun ini bukanlah hal yang buruk. Oh iya, mengenai jiwa putra kalian, dia hanya tertidur pulas saat ini. Dan kupikir sebaiknya dia terus tertidur selamanya."

"...?!"

Ruko tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Jangan menatapku seperti itu, Hime. Itu membuatku sedih. Mungkin aku terdengar kejam, namun itu merupakan keingininannya. Keinginan dari jiwa Kuro."

Air mata mengalir dari Ruko. Dia semakin tak mengerti dan sedih.

Meskipun dia senang Kuro kembali, namun yang kembali merupakan orang lain. Orang asing. Orang yang tak mereka kenal.

"Yah.. kurasa Ayah dan Ibu sudah mengerti apa yang kumaksud. Intinya putra kalian masih hidup. Bukankah itu yang terpenting?"

Meskipun masih menunjukkan tatapan keberatan dengan kenyataan yang ada, namun Kuroyuki dan Yamato sadar mereka masih beruntung karena kejadian terburuk yang mereka bayangkan tak pernah terjadi.

Mereka bersyukur karena anak mereka masih hidup.

"Ya kau benar, Kuro."

"Kalau bisa jangan memanggilku dengan nama itu. Entah mengapa aku merasa tak pantas."

Kuroyuki terdiam sesaat dan berpikir. Dia lalu tersenyum.

"Baiklah, bagaimana kalau Shiro?"

"Aku menyukai nama itu."

"Kalau begitu mulai sekarang kami akan memanggil dengan nama itu. Sayangnya kami berdua pergi dulu. Kami ingin memberi tahu pemerintah mengenai apa yang terjadi saat ini. Maaf. Kami akan segera pulang setelah urusan kami selesai."

"Kau tak perlu minta maaf, Ibu. Dan sampai jumpa nanti."

"Sampai jumpa, Shiro. Ruko-chan."

Kuroyuki dan Yamato lalu keluar dari kamar Kuro. Meninggalkan Ruko dan Shiro sendirian di kamar.

Dengan kekuatannya, Shiro bisa melihat apa yang ada di balik dinding.

(Seperti yang kuduga, mereka masih belum bisa menerima hal ini.)

Shiro bisa melihat Kuroyuki menangis tersedu sedu. Sedangkan Yamato berusaha untuk menenangkannya.

Meskipun dia iblis yang tak mengerti apa itu yang dinamakan cinta, namun saat melihat Kuroyuki yang bersedih membuatnya merasakan sakit meskipun dia tak terluka.

(Inikah yang dinamakan memiliki perasaan?)

Dia tak membencinya, namun dia tak menyangka apa yang dia rasakan saat pertama kali menjadi manusia adalah sebuah kesedihan.

Dia memiliki semua ingatan dan kesenangan dari pemilik tubuh itu sebelumnya. Dia merasakan rindu, cinta dan kasih sayang. Namun dari semua itu, dia merasakan kebencian besar yang membuat kegelapan semakin kuat.

"Onii-chan, kenapa kau terdiam?"

Dia menatap Ruko yang kini berada di sampingnya.

Dia menatap wajah polos dan suci. Usianya yang muda membuatnya tak terlalu mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi satu hal yang jelas-

"Bukan apa apa, Hime. Bagaimana kalau kita bermain sebentar?"

"Ya. Ayo kita bermain. Tapi apakah Onii-chan sudah sembuh?"

"Jangan kawatir. Aku sehat, bahkan aku bisa menghancurkan gunung Fuji jika kau memintanya."

Itu sebuah candaan, namun dia bisa melakukannya jika dia mau.

Continue Reading

You'll Also Like

740 74 5
Sandyakala mengandung arti "pertemuan waktu" atau dalam bahasa sansekerta dapat diartikan sebagai waktu dimana matahari mulai terbenam yaitu cahaya m...
NIGHTMARE By Nesa Tri utari

Mystery / Thriller

715 168 18
Up : Setiap Rabu ~~~~~~~~~~~~ Mimpi yang menjadi kenyataan adalah sesuatu yang diinginkan didalam hidup. Namun, jika itu adalah mimpi buruk...
13.1K 1.9K 115
Judul Asli:η©ΏδΉ¦ε₯³ι…ζŠ’θ΅°ιœΈζ€»ε…‰ηŽ― Status:Completed Author:Turn the sky Lian Xi pindah ke esai umum tiran kuno dan menjadi peran pendukung wanita dari keluarga ka...
264 36 2
Zerin sungguh menikmati hidupnya, menjadi gadis populer yang di jauhi tidak membuat Zerin gempar, dia sangat menyukai momen di mana orang memujanya n...