Fly Me to the Heart (Pindah D...

By AkuKirana

432K 5.3K 89

Setiap gadis pasti selalu bermimpi bisa menikah dengan prajurit negeri dan hidup bahagia selamanya seperti da... More

PROLOG
1 : Awal dari Semuanya
2 : Meet Him
3 : Kunjungan Menantu
5: (Ternyata Bukan) Kencan Pertama

4 : Kencan Pertama

9.6K 694 10
By AkuKirana

Ini bisa disebut, kencan pertama. Tentu saja itu cuma pemikiran dari pihak Vita. Dari pihak radit lain cerita. Radit bahkan menyebut jalan-jalan pertama mereka ini sebagai 'kegiatan yang tak bermanfaat'.

Tak berapa lama kemudian mobil Radit sudah memasuki parkiran sebuah mall. Suasana di mobil masih saja hening bercampur tegang seperti saat mereka berangkat tadi.

"Eh kita ke mall?" tanya Vita bego. Niatnya sih mau mencairkan suasana tegang di antara mereka, eh malah perkataan Vita barusan kesannya bego banget.

"Enggak, kita ke tukang las." Jawab Radit cuek.

"Lah emang di mall ada tukang las? Kok kita parkirnya di parkiran mall sih bukan di parkiran tukang las?" Vita masih terus menyerocos. Maksud hati ingin mengikuti alur -mungkin- humor milik Radit, namun nyatanya ia salah langkah begitu dilihatnya lelaki bertulang pipi keras itu menoleh. Matanya menajam, menusuk tepat pada manik mata Vita.

"Lo pura-pura bego atau emang bego banget sih. Inget lo itu calon istri anggota TNI AU, calon ibu Pia Ardya Garini. Jadi tolong jangan ngerusak image gue sebagai anggota yang gagal nyari istri ya." Ucapan sarkastik itu keluar begitu saja dari mulut Radit.

Perkataan Radit barusan kontan membuat hati Vita mencelos. Kenapa ada manusia berhati batu seperti ini? Hubungan macam apa yang sedang lelaki ini coba bangun?
Akankah aku mampu menjalani kehidupanku dengannya? -batin Vita-

Tanpa disadari sebulir airmata jatuh. Ya Vita menangis. Menangisi kehidupannya yang tragis. Yangg mengharuskan dirinya untuk bersanding dengan anggota TNI AU yang dingin dan kejam ini. Kalau bukan demi bunda, Vita yakin dia takkan pernah sudi untuk menikah dengan Radit. Bahkan mungkin hanya untuk berkenalan pun ia enggan.

Vita bingung mengapa dia mendadak menjadi cewek cengeng. Padahal dari awal ketika om dan tantenya berniat menjodohkan dia dengan lelaki itu, dia sudah mencamkan dalam hati bahwa pernikahan ini dilaksanakan bukan atas nama cinta. BUKAN ATAS NAMA CINTA! Tapi kenapa sekarang hatinya terasa begitu sakit ketika lelaki bertubuh tinggi besar itu berkata kasar. Apa benar ia sudah menjatuhkan hatinya untuk sang tentara penerbang ini?

Lamunan Vita buyar ketika lengan radit menyenggol lengannya. Mengulurkan selembar tisu. Rupanya mobil sudah lama berhenti. Bahkan mesin mobil sudah mati daritadi.

"Buat apa?" tanya Vita.

"Lo nggak sadar? Lo itu nangis." Radit menatapnya jengkel. Perempuan di depannya ini mulai lagi.

Vita meraba sekitar matanya. Basah. Haduh, kenapa harus nangis didepan radit sih? Kan jadi turun harga diriku -jerit Vita dalam hati-

"Udah deh gak usah malu gitu. Santai aja. Mungkin emang gue yang salah. Maaf ya." Ucapan tulus itu meluncur begitu saja dari bibir Radit. Bahkan lelaki itu tak sempat menghentikan kata-katanya. Ia terhenyak, mengapa dengan mudahnya ia bisa mengatakan maaf pada orang asing yang baru dikenalnya seperti Vita?

Perempuan berambut panjang itu memilih diam. Vita langsung menyambar tisu yang disodorkan oleh Radit. Sedetik kemudian ia membuang mukanya untuk menghadap kaca jendela mobil di sisi kirinya.

"Makasih." Ucap Vita pelan namun masih tertangkap pendengaran radit. Radit tersenyum samar. Dalam hatinya, sebenarnya lelaki itu tak tega jika harus terus-terusan bersikap ketus pada perempuan yang akan menyandang status sebagai istrinya ini. Namun keengganannya untuk kembali terjatuh dalam jerat cinta lah yang membuatnya begini.

Radit takut jika nanti ia selalu berbuat baik, maka Vita akan mulai mencintainya dan segera menuntutnya untuk mencintai perempuan itu balik. Ia tak mau! Sungguh ia tak mau jika kembali merasakan sakitnya jatuh cinta.

Ketika Vita akan membuka pintu mobil untuk keluar, tangannya dicekal oleh tangan kokoh Radit, lagi. Bedanya, cekalan tangan Radit sekarang dirasa lebih lembut daripada sebelumnya. Vita menoleh, menatap lelaki di sampingnya ini dengan penuh tanda tanya.

"Omongan gue jangan lo masukin hati. Gue emang orangnya gitu. Apalagi sama cewek." Radit bersuara tiba-tiba. Meminta Vita agar memaklumi kelakuannya.

"Sejak kapan lo mikirin hati gue?" Vita hanya melirik tangan Radit yang masih memegang tangannya. Bagaimana bisa lelaki ini berkata semanis itu setelah sebelumnya ia berkata sangat kasar? Sebegitu menyeramkannyakah mood-swing milik Radit? Bisakah ia bertahan jika lelaki itu terus-menerus berkelakuan seperti ini?

Ya! Kini Vita sudah bertekad untuk membuat hatinya kebal. Dia akan bersikap dingin saja. Karena jika sekali saja dia bersikap manis pada Radit, berani bertaruh jika ia akan jatuh hati dalam artian sebenarnya pada lelaki berbibir tipis itu. Vita tak mau hal itu terjadi mengingat pernikahan ini dilakukan demi bundanya. Demi keluarganya.

"Lo itu nyebelin ya. Ya udah masukin aja omongan gue ke hati lo. Biar sakit hati sekalian." Radit mengempaskan tangan Vita begitu saja. Kesal sekali ketika permintaan maafnya yang tulus tak dihiraukan perempuan itu.

Hempasan Radit yang terlalu kuat membuat tangan perempuan itu membentur dashboard mobil. Seperti tak berdosa, lelaki itu keluar mobil dan melenggang begitu saja tanpa mempedulikan tangan calon mempelainya

Vita meringis kesakitan. Kini pergelangan tangan kanannya lebam, menampakkan kebiruan yang tidak jelas.

Vita segera keluar dari mobil saat dilihatnya Radit sudah berjalan agak jauh di depan.

"Radit, tungguin!" Teriak Vita. Dia masih sibuk mem-pukpuk tangannya yang lebam. Tapi Radit seakan tuli, ia bahkan tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Vita.

"Dit..." Sekali lagi perempuan itu berteriak.

"Radit.."

Vita tetap berteriak. Lama-lama ia lelah. Berpikiran bahwa kalau teriak terus-terusan yang ada nanti pita suaranya putus. Apalagi pengunjung lain yang sedang memarkir mobilnya satu per satu mulai menoleh ke arahnya.

Vita diam dan ketika ia melihat tak ada seorang pun melihatnya, maka dengan segera ia melepas salah satu flat shoes yang sedang dipakainya. Dan dilemparkannya ke arah Radit yang langsung mendarat tepat mengenai punggung lelaki yang segera menjadi suaminya itu.

Radit menoleh dengan tatapan horror. Ia lalu berjalan cepat ke arah Vita setelah sebelumnya ia memungut sepatu yang hanya sebelah tadi untuk digunakan sebagai 'senjata pembalasan'.

Vita ketakutan lalu dengan segera berlari menghindari Radit. Takut calon suaminya itu akan membalas perbuatannya. Radit yang melihat targetnya lari segera saja mengejarnya.

Jadilah mereka tontonan gratis yang cukup menghibur di lapangan parkir mall itu. Seperti cerita Cinderella tapi sudah dimodifikasi. Dan kini adegannya adalah sang Cinderella lari tunggang langgang dengan sepatu sebelah dan si pangeran mengejar-ngejar dengan menenteng sebelah sepatu si putri. Banyak pengunjung yang berjejer untuk melihat tontonan gratis itu. Tapi si aktor dan si aktris gadungan tetap tidak sadar bahwa telah banyak pasang mata yang melihat aksi mereka. Mereka terus berkejaran mengelilingi lapangan parkir itu.

Mereka baru tersadar ketika banyak tepuk tangan dan siulan yang memang sengaja ditujukan ke arah mereka.

"Wah mereka romantis amat."

"Kayaknya mereka lagi shooting ftv baru."

"Oh jadi begini ya Cinderella di dunia nyata itu?"

"Pengen deh dikejar sama si aktor, abisnya gantengnya sampe tumpeh tumpeh."

Begitu komentar seluruh penonton 'hiburan gratis' itu. Kerumunan yang didominasi oleh kaum hawa itu tak henti-hentinya memberi kritik.

Sontak komentar-komentar para penonton tadi menghentikan aksi Radit dan Vita. Mereka hanya saling bertukar pandang heran dengan begitu banyaknya orang yang mengelilingi dan menonton aksi kejar-kejaran mereka.

"Loh kok udahan?"

"Apa shooting-nya udah selesai?" Tanya beberapa ibu-ibu genit yang berdiri di barisan depan kerumunan itu.

Vita hanya mampu mengangakan mulutnya lebar selebar tambak ikan milik kakeknya di desa. Radit mendekati perempuan itu. Vita hanya meneguk ludah ketakutan. Mengira bahwa lelaki berbulu mata lentik itu akan membalas perbuatannya lalu mempermalukannya di depan semua orang di sini.

Tanpa disangka Radit merangkulnya tiba-tiba. Membuat hati Vita jumpalitan gak karuan.

"Maaf ya ibu-ibu, adegannya saya sama istri saya sudah selesai. Itu tadi bukan shooting ftv, tapi shooting film pendek pribadi yang akan ditayangkan di acara resepsi kami lusa." Radit menjawab dengan cengiran lebarnya membuat para ibu-ibu genit itu makin terpesona. Dasar tukang cari perhatian! -ucap Vita dalam hati-

Ehh tapi apa dia bilang tadi? Aku istrinya? Demi apa? Kan kita belum resmi? Ngebet banget dia ya. Tapi kenapa aku seneng banget gini ya. -Vita terus bertanya-tanya dalam hati-

"Sukses sama resepsinya ya."

"Salam-salam dulu yuk sama pengantin baru. Siapa tau dapat berkah."

Dan satu per satu para penonton yang kebanyakan ibu-ibu itu mulai menyalami kami. Sumpah ini persis kayak acara nikahan pada umumnya. Bedanya ini dadakan, tanpa ijab qobul dan bahkan diadakan di tempat parkir mall.

"Semoga langgeng sampe kakek nenek ya."

"Semoga hanya maut yang bisa memisahkan."

"Semoga sakinah mawaddah warrahmah ya keluarga kecilnya."

"Semoga cepat dikaruniai momongan yang soleh dan soleha."

Vita hanya tersenyum kikuk melihat lelaki di sampingnya itu sedang tersenyum lebar menahan tawanya menyalami ibu-ibu itu dan menjawab "Amin" dan "Terima Kasih" pada semua doa yang ditujukan untuk mereka.

Setelah lapangan parkir sepi. Kami segera berpandangan. Radit langsung tertawa terbahak-bahak sambil menjatuhkan sebelah sepatunya yang sebelah di dekat kaki Vita yang tadi berlari tanpa alas kaki.
Tawanya menular membuat perempuan itu juga ikut tertawa bersama lelakinya.-Boleh menyebut lelakinya kan?- Dan mereka sama-sama menertawakan kekonyolan yang terjadi barusan.

"Kita bisa jadi bintang film kalau terus-terusan kayak tadi." Radit berkata sambil terus tertawa.

Perempuan itu hanya membalas ucapannya dengan tertawa lagi. Benar-benar kejadian yang tak terduga.

"Itu adalah hal terkonyol yang pernah terjadi di hidupku." Ya iyalah orang kamu itu selalu jaga image didepan semua orang -batin Vita dalam hati-

Entah mengapa melihatnya tertawa lepas saat bersama-sama seperti ini membuat hati Vita merasakan kenyamanan yang tak terkira.

Semoga aku adalah alasan bagi kebahagiaanmu selanjutnya Dit....











(Revisi)
20 Mei 2017, 21.39 WIB
Oleh: AkuKirana

Continue Reading

You'll Also Like

558K 98.7K 51
Uang adalah penguasa dunia yang membuat roda hidup tetap berputar. Febi akhirnya mengakui kebenaran kutipan itu setelah memikirkan kemungkinan menjua...
337K 1.4K 6
Kocok terus sampe muncrat!!..
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

88.3K 14K 40
hanya fiksi! baca aja kalo mau
STRANGER By yanjah

General Fiction

260K 29K 34
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...