Awareness: Is (not) The Ending

By Ciciliaa03

17.6K 1.2K 79

-[COMPLETED] -[TAHAP REVISI] - BEBERAPA PART DI PRIVATE (TERMASUK ENDING, EPILOG, EXTRA PART MENGHINDARI CO... More

Prolog
1. New Class
2.Poetry
3. Doubtful
4. Do you love me?
5. Sympathy, Empathy or Love?
6.Consensus
7. It's the answer?
8. Darkness(1)
9. Darkness(2)
10. New Boyfriend
12. Jealous
13. Distance
14. bestfriEND?
15. Where Are you?
16. It's happiness?
17. bestfriEND, again?
18. Langit Jingga
19. Seleksi
20.Selingkuh?
21. OMG! My First Kiss!
22.Accident
23. Menyesal
24. The Car?
25. Reality
26. Pemilik Hati
27. Goodbye
Epilog
EXTRA PART #1
EXTRA PART #2
About Sequel
XXX

11. Give and Take

305 29 2
By Ciciliaa03

Seperti hukum atom, cinta itu harus saling memberi dan menerima untuk mencapai keseimbangan

••

Lena menyimpan es jeruk dan duduk bergabung dengan kedua temannya.

"Gue lihat, makin hari makin so sweet aja sama Nata."

Lena mengangkat kedua bahunya sambil menyunggingkan senyum kecil.

"Nata itu beda, dia romantis dengan caranya sendiri."

Ia tersenyum tiap membayangkan momen bersama pacarnya itu, kedua teman Lena menyorakinya kemudian saling tertawa.

"Lo kenal Stevi?" Tanya Friska.

Satu anggukan sebagai jawabannya.

"Lo nggak takut Nata suka sama dia?"

Hampir saja Lena tersedak ketika sedang menyeruput es jeruknya, setelah air es itu berhasil masuk kedalam kerongkongannya ia pun tertawa.

"Lo gila aja, mereka sahabatan dari kecil."

Friska hanya menampakkan cengiran kuda.

"Tapi bisa jadi sih Len, menurut gue juga mereka itu cocok sama sama baik, pinter, Stevi juga cantik natural." Vania menyetujui ucapan Friska.

"Secara nggak langsung lo bilang kalo gue blo'on dan nggak cantik natural." Ucap Lena sinis. Pasalnya Lena memang memakai make up tapi tidak terlalu tebal juga. Agar wajahnya tidak terlihat pucat itu tujuannya.

Vania menggeleng, "bukan gitu."

Lena kembali mengedikkan bahunya.

"Kalopun Nata emang sukanya sama Stevi, kenapa dia malah nembaknya gue? Gue yang nggak ada apa-apanya dibanding Stevi." Ucap Lena.

"Kalo cinta mah nggak ada alasan." Ucap Lena melanjutkan.

"Sedekat apapun mereka, kalo Nata cintanya sama gue. Yang lain bisa apa?" Lena mengakhirinya dengan mengangkat bibirnya, tersenyum.

••

Setelah turun dari motor, Lena berbalik pada pria itu dan memberikan helm.

"Mampir dulu?" Tawarnya.

Nata menerima helmnya dan tersenyum.

"Sorry Len, aku harus kesekolah lagi. Ada klub kimia." Jawab Nata.

Lena menyipitkan matanya dan mencubit lengan Nata.

"Ih harusnya tadi nggak usah nganterin aku lagi, aku kan bisa naik ang-"

Nata menempelkan telapak tangannya pada mulut Lena kemudian dia mengecup telapak tangannya sendiri. Ciuman tidak langsung tetapi mampu membuat jantung Lena berdegup dua kali lebih cepat.

"Kamu tanggung jawab aku. Oke?" Jawab Nata. Lena yang masih menormalkan detak jantungnya mengagguk samar.

Back to earth Len!

"Tunggu disini jangan pergi dulu." Ucapnya setelah tersadar. Dia berlari kecil memasuki rumah, pria itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah Lena. Setelah hampir lima menit Lena kembali dengan kotak makan di tangan kanannya.

"Nih, brownies lagi buat kamu. Dimakan ya! Jangan bosen-bosen sama brownies." Lena suka dengan brownies, dan hampir tiap hari dia membuat browniesnya sendiri.

Nata menerima kotak makan itu dengan baik. "Terimakasih sayang, aku pergi dulu ya.."

Nata mengambil tas gendongnya dan menyimpan kotak makan itu, sesudahnya ia kembali menjalankan mesin motornya dan berpamit kepada Lena untuk kembali ke sekolah.

••

Klub Kimia tidak berlangsung lama, hanya 2 jam untuk pertemuan kali ini. Semua anak klub sudah mengeluari ruangan beberapa menit yang lalu, begitupun dengan Nata dan Stevi.

"Yuk pulang."

Stevi menghentikan langkahnya, dia menyipit menatap sahabatnya.

"Seza udah bela-belain nunggu aku dua jam diluar Nat."

"Ucu-ucu-ucu co cwiit," ledek Nata.

Stevi memukul tas pria itu dan kembali berjalan lebih cepat meninggalkan Nata yang terbahak. Pria itu terus mengusilinya dengan gaya-gaya bicaranya yang alay membuat Stevi risih dan berusaha menghindari Nata.

"Maaf lama Za."

Seza yang sedang memainkan handphonenya beralih menatap gadis yang sudah berdiri di depannya.

"Udah?" Tanya Seza.

Stevi mengangguk dan menarik lengan Seza menyuruhnya untuk segera pergi darisana meninggalkan Nata yang meneriaki namanya sambil tertawa. Mungkin Nata sudah gila!

"Kita makan dulu ya?"

Anggukan antusias oleh Stevi, Seza mengapit tangan kanan Stevi dan menggiringnya menuju mobil.

Matahari sudah berganti tugas dengan bulan, setelah makan Seza mengendarai mobilnya sampai di pekarangan rumah sepi Stevi, ia membuka kan pintu untuk kekasihnya itu.

"Mampir?"

"Lain kali aja ya, udah mendung juga nih." Seza menampakkan raut bersalahnya.

Stevi tersenyum, "hati hati di jalan."

Seza mengangguk dan kembali masuk kedalam mobil dia menjalankan mesin mobilnya, mengemudi mengeluari pekarangan rumah yang cukup rindang itu.

Suara guntur menggelegar dari langit gelap malam ini, Stevi yang belum memasuki rumahnya menatap kearah langit dan menarik napas perlahan.

"Semoga lampu nggak padam."

Stevi sudah biasa sendiri di rumah, tidak. Maksudnya Stevi sudah biasa ditinggal sendirian di rumah oleh orangtuanya, kalau dulu Nata pasti diminta orangtuanya untuk menemani gadis itu, tapi sekarang tidak lagi karena Stevi pun sudah beranjak dewasa dan pasti bisa menjaga dirinya serta rumahnya itu. Mereka tidak memiliki asisten rumah tangga karena Fina tidak menyetujuinya. Menurutnya quality time yang baik itu hanya mereka bertiga tanpa ada orang lain walaupun quality time mereka sangat jarang bahkan bisa dihitung dengan jari perbulannya.

Setelah mengganti pakaian, Stevi duduk di kursi belajarnya dan membuka buku buku tebal yang berisikan materi kimia. Sejenak ia melirik kearah jendela kamar, diluar hujan lebat terjadi dengan beberapa guntur yang saling berlomba mengeluarkan suaranya. Satu hal yang Stevi tidak ingin terjadi sekarang.

Lampu padam.

Karena biasanya di komplek perumahannya sering terjadi pemadaman listrik tanpa pemberitahuan sebelumnya atau mungkin Stevi yang tidak menerima pemberitahuannya. Dia membaca tiap sub materi yang berada disana dan mencoba untuk memahaminya, baru saja ia mengerjakan satu soal, dan sial LAMPU PADAM!

"Hape mana..." Stevi tidak bergerak dari tempatnya, matanya meneliti setiap ruangan yang sudah berubah menjadi gelap. Saat petir datang, kamar itu berubah menjadi temaram dan kembali gelap setelah petir itu pergi.

"Sial, gue takut!" Stevi meringkuk di kursinya, ia membenamkan wajahnya diantara lipatan kaki. Matanya tertutup, dia tidak bisa bernapas dengan teratur. Otaknya selalu memutar kemungkinan dari kejadian-kejadian yang membuat dirinya sendiri takut. Dia tidak bisa mengontrol dirinya, tidak bisa mensugestikan dirinya agar sedikit lebih tenang.

Seberkas cahaya muncul dari daun pintu yang terbuka, dengan takut-takut Stevi menengok kearah pintu dan terlihatlah Nata yang membawa lilin, mendekat kearah ranjangnya.

"Ayo sini tidur." Ucapnya duduk di tepi ranjang.

Dia selalu datang disaat seperti ini, Stevi bersyukur memiliki sahabat dan tetangga seperti Nata. Yang selalu ada untuknya. Tanpa membereskan buku-bukunya, Stevi berjalan kearah ranjang.

Setelah berbaring dan menutupi separuh tubuhnya dengan selimut, Stevi menatap lekat wajah Nata yang terlihat oleh cahaya lilin.

"Thanks, Nat."

Nata tersenyum, ia membelai rambut indah gadis itu.

"Aku nggak akan ninggalin kamu Vi, itu janji aku." Nata tahu, Stevi sangat membenci kegelapan, dari dulu.

Stevi mengangguk-angguk, sesekali ia melihat Nata menguap dan beberapa kali mengucek matanya.

"Kamu tidur disini aja deh Nat."

Nata menautkan alisnya bingung, memang saat ini sudah larut malam dan dia pun sudah mengantuk. Diluar hujan masih lebat. Diapun tidak ingin beranjak pulang, malas membawa payungnya.

"Guling ini jadi batasan, kamu nggak boleh ngelewatin batasan ini. Ngerti?"

Nata mengangguk patuh, memang apa yang akan dia lakukan pada sahabatnya itu. Ia tidak pernah menyentuh wanita, apalagi mencoba untuk merusaknya.

Sesudahnya berbaring disamping Stevi, Nata menarik selimut yang sama dipakai oleh Stevi. Mereka larut dalam keheningan, hingga napas teratur Stevi terdengar oleh Nata. Setelah memastikan dia tertidur, Nata pun mencoba memejamkan matanya. Dulu, memang sering sekali mereka melakukan hal berdua, mandi, tidur, makan semuanya dilakukan bersama sama. Tetapi opsi itu tidak lagi untuk sekarang walaupun sepertinya sikap Stevi biasa saja tidur bersebelahan dengannya, Nata yang diresahkan disini. Ia pria normal yang menyukai wanita dan sekarang ia tidur bersama wanita? Apa jadinya jika setan hadir di dalam pikirannya? Nata membuang jauh jauh pikiran buruk itu dan bergerak membelakangi tubuh Stevi, ia mulai merilekskan pikiran dan masuk kedalam mimpinya.

"Tadi malem kamu tidur aja kan?"

Dengan masih posisi berbaringnya Nata mencari sumber suara, ia menopang kepalanya dengan satu tangan. "Seinget kamu aja kita ngapain," goda Nata.

Stevi yang tengah menyisir rambut menghentikan aktivitasnya dan menatap horor ke arah Nata. "Jangan macem macem."

Nata tertawa, dia membenarkan kaos oblongnya dan berjalan mendekati Stevi yang masih duduk di kursi riasnya.

"Takut amat sih Vi." Nata mencolek dagu Stevi, gadis itu memberengut kesal

"Udah ah aku pulang dulu, bentar lagi mungkin Seza jemput." Ucapnya lalu melenggang keluar.

Benar saja yang dikatakan Nata, sesudah Stevi menyiapkan buku-buku dan membenahi kembali kamarnya bel pintu berbunyi. Stevi mengambil ranselnya dan sedikit berlari untuk menuju pintu utama rumahnya.

"Hai." Sapanya.

Seza menampakkan senyuman yang sangat disukai Stevi ini setiap paginya, pria itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Nanti ke kantin dulu ya Za, aku belum sarapan."

Seza menampilkan jempol tangan kanannya, pintu rumah dikunci oleh Stevi setelah itu ia berjalan kearah gerbang dan menutupnya. Mobil Seza terparkir di depan gerbang rumah Stevi, sebelum masuk kedalam mobil dia melirik kearah jendela atas rumah didepannya yang menampilkan siluet orang sedang merapikan pakaian lalu Stevi tersenyum dan masuk ke dalam mobil.

°°

Kamis, 05 Mei 2016

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 35.5K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
753K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...