Awareness: Is (not) The Ending

By Ciciliaa03

17.6K 1.1K 79

-[COMPLETED] -[TAHAP REVISI] - BEBERAPA PART DI PRIVATE (TERMASUK ENDING, EPILOG, EXTRA PART MENGHINDARI CO... More

Prolog
1. New Class
2.Poetry
3. Doubtful
4. Do you love me?
5. Sympathy, Empathy or Love?
6.Consensus
7. It's the answer?
9. Darkness(2)
10. New Boyfriend
11. Give and Take
12. Jealous
13. Distance
14. bestfriEND?
15. Where Are you?
16. It's happiness?
17. bestfriEND, again?
18. Langit Jingga
19. Seleksi
20.Selingkuh?
21. OMG! My First Kiss!
22.Accident
23. Menyesal
24. The Car?
25. Reality
26. Pemilik Hati
27. Goodbye
Epilog
EXTRA PART #1
EXTRA PART #2
About Sequel
XXX

8. Darkness(1)

508 41 1
By Ciciliaa03

Minggu ini Nata mengajak Lena untuk makan berdua, bukan sekali ini saja Nata mengajak gadis itu makan. Namun hari ini hari yang special, bagi Nata. Karena dia akan membuat sedikit kejutan untuk gadis itu.

Dia sudah bersiap dengan motornya, saat melintas di perempatan jalan perumahan dia melihat satu orang yang sangat ia kenali. Nata mengurangi kecepatan motornya dan memanggil, gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Nata yang masih setia duduk di motornya.

"Mau kemana malem-malem jalan sendirian aja?"

Stevi menepi dan membiarkan sahabatnya itu mensejajarkan diri berada di sampingnya.

"Toko buku," jawab Stevi. Dia memperhatikan Nata yang memakai kemeja jeans dibalut tuxedonya.

Nata manggut manggut, dia mematikan mesin motor. Tangan kanannya mengambil rambut kuncir kuda Stevi lalu memainkannya seperti blush on yang ditempelkan ke pipinya.

"Kenapa nggak minta antar Seza?" Tanya Nata. Buat apa punya pacar kalo nggak di gunain.

Stevi mendelik, dia mengambil rambutnya yang masih berada digenggaman Nata.

"Dia pacar aku Nat. Bukan supir." Jawab Stevi kesal.

Cowok kalau udah menjadi pacar ya merangkap jadi apapun, termasuk supir. Tapi lain hal kalau pacaran dengan Stevi.

Pria itu mencibir, lalu dia menyentil dahi Stevi membuat gadis itu melemparkan satu pukulan cukup keras di lengan Nata.

"Oh berarti kamu anggep aku supir dong?"

Stevi menautkan alisnya, bingung dengan pernyataan dari Nata.

"Kamu kan suka minta dianter kemana mana sama aku," lanjutnya tak terima.

Stevi menampakkan jajaran giginya, membuat Nata menjulurkan lidahnya seperti melihat benda menjijikan.

"Kamu kan emang ojek nya aku Nat," ucap Stevi.

Nata mengangguk-angguk malas.

"Ayo cepet." Titahnya.

Stevi kembali dibuat bingung oleh Nata.

"Malah diem aja. Katanya aku ojeknya kamu? Ayo naik." Ucap Nata sekali lagi.

Stevi mengangkat kedua bahunya, heran dengan tingkah Nata. Tapi dia menuruti Nata untuk menaiki motor dan motor itu melesat pergi dari jalan perumahan. Lumayan kan ada tumpangan gratis irit ongkos.

••

Lena berdiri di depan gerbang rumahnya, sudah hampir 40 menit dia menunggu Nata namun pria itu tak menampakkan diri. Lena menarik napas lalu dihembuskannya dengan kasar, saat hendak berbalik memasuki rumahnya suara deruman motor terdengar menghampirinya. Lantas Lena berbalik dan menatap Nata yang sudah melepas helmnya.

"Sorry lama." Nata tersenyum. Sontak membuat kekesalan Lena hilang seketika. Dia mengangguk dan berjalan mendekati Nata.

Tadinya dia berpikir jadwal makan bersama pria itu kali ini gagal, namun ternyata tidak. Nata hanya terlambat 40 menit untuk menjemputnya. Setelah duduk manis di jok belakang dan berpegangan erat pada pinggang pria di depannya, dia menghirup aroma parfum yang sangat ia sukai dari orang yang dia sukai pula. Nata sudah menjalankan motornya namun tidak ada percakapan di sepanjang jalan, Lena hanya asyik menghirup aroma parfum dari tubuh Nata.

Mereka berhenti di lahan parkir salah satu kedai yang cukup ramai. Dia memarkirkan motornya, Lena lebih dulu turun dari motor kemudian disusul oleh Nata. Dia menggenggam erat tangan Lena, gadis itu beberapa detik terkejut mengakibatkan spot jantungnya berdetak lebih cepat namun sesudah itu dia bisa menormalkan degup jantungnya dan tersenyum simpul menatap tangannya yang digenggam oleh Nata.

"Ayo masuk." Ajak Nata.

Lena mengangguk, mereka berjalan memasuki restoran. Nata menggiring Lena untuk duduk di meja samping jendela, setelah sampai di tempatnya seorang writters menghampiri meja mereka dan menulis beberapa pesanan yang dipesan oleh keduanya.

••

Stevi berkeliling mencari buku kimia untuk persiapan Olimpiade. Buku kimia di kamarnya sudah cukup banyak, tapi dia belum cukup puas dengan apa yang dia pelajari dari tiap buku itu. Dia membutuhkan lebih banyak referensi.
Beberapa buku sudah ia dapatkan, sebelum toko bukunya tutup dia langsung membayar dan pergi dari sana. Stevi berjalan menuju kedai untuk memuaskan cacing-cacing di perutnya yang sudah berdemo, tanpa diduga dia melihat dua sosok manusia yang salah satunya sangat amat ia kenali. Dia duduk agak jauh dari sana, namun percakapan mereka masih bisa dia dengar.

"Mau pesan apa mbak?" Tanya seorang writters. Stevi mengatakan pesanannya, namun kedua bola matanya tidak lepas dari meja nomor 19. Meja Nata dan Lena.

"Baik, mohon ditunggu sebentar pesanannya." Ucapnya setelah membacakan pesanan yang Stevi sebutkan. Stevi mengangguk, kemudian writers itu berlalu pergi.

Stevi tetap memandang kedua insane itu, sampai kemudian Nata berpamit pada Lena untuk pergi sebentar. Gadis itu menutup wajahnya dengan daftar menu, agar Nata tidak melihat dirinya yang tengah menguntit.

Pesanan Stevi datang, tapi Nata tak kunjung menghampiri Lena kemana pria itu? Masa iya meninggalkan gadis cantik sendirian di kedai. Jahat!
Tak lama, lampu-lampu di dalam kedai semuanya padam, Stevi hampir memekik karena takut setengah mati. Walaupun tidak sepenuhnya gelap karena ada cahaya dari jendela, tetap saja menurut Stevi ruangan ini berubah sedikit menyeramkan.
Ingin sekali Stevi kabur dari tempat gelap ini namun cahaya-cahaya kecil dari ujung selatan mengganggu penglihatannya. Dia menengok memfokuskan pandangannya ke arah panggung kecil yang ada di kedai. Panggung itu menyala karena lampu-lampu kecil yang ada disana.

Bukankah itu Nata?

"Test 1 2 3." Ucap pria itu mencoba mikrofonnya. Setelah dirasa cukup baik, petikkan gitar mulai mengalun.

"Maaf sebelumnya mengganggu mas dan mbak semuanya, saya hanya ingin menghibur kalian serta mengungkapkan perasaan saya pada gadis yang duduk sendirian di meja nomor 19." Ucapnya tersenyum menatap Lena.

Sekarang Stevi begitu yakin bahwa yang di panggung adalah Nata, dia hapal dengan suara pria itu. Tapi apa yang sedang dia lakukan? Tingkah konyol apalagi?

Tidak jauh berbeda dengan Stevi, gadis itu pun tak kalah terkejutnya. Tak bisa dipungkiri senyum Lena merekah.

Setelah intro selesai Nata mulai bernyanyi. Dia membawakan lagu dari Sandy Canester-Be My Lady.

Since I've known you babe,
You were a light for me
But taste of your sincerity
Build me a world to believe
But still there's a doubt
In you for loving me
Though deep down inside
You see what's in mine
Be my lady, Bet the one
And great things will come to our heart

Nata menghentikan aksinya, matanya tetap tertuju pada Lena. Tepuk tangan gemuruh mengakhiri pertunjukannya.

"Oke. Gue sadar ini cara kuno. Gue nggak tahu cara nembak cewek. Walaupun gue nggak tahu cara nembak cewek tapi gue tahu cara bikin cewek bahagia. Terutama lo."

Suara riuh tepuk tangan kembali terdengar, Lena menyunggingkan senyum. Dia sangat senang dilain sisi dia juga malu karena menjadi pusat perhatian.

"Sekarang, gue punya mawar dua tangkai. Warna merah dan putih. Kalau lo terima gue, lo ambil mawar merah ini. Dan kalau lo nolak gue lo ambil mawar putihnya." Ucap Nata, dia menyimpan gitarnya dan mengambil dua tangkai mawar yang sudah disediakannya.

Lena berjalan menghampiri Nata, pria itu terlihat menawan. Dia tidak bisa menolak charisma yang keluar dari tubuh Nata.

Tanpa ragu Lena mengambil mawar putih dari tangan kiri Nata. Pria itu terkejut, Lena menolaknya?

"Sebenarnya gue lebih suka mawar putih, tapi kalau keadaan nya kayak gini gue bakal milih mawar merah." Ucap Lena tersenyum, dia membuang mawar putihnya sembarang lalu mengambil mawar kanan yang ada di genggaman tangan kanan Nata.

Nata tersenyum senang, dia menggenggam kedua tangan Lena. Tak berapa lama, lampu-lampu kedai kembali menyala. Lena dan Nata yang masih di atas panggung mendapat tepuk tangan yang meriah dari para pengunjung.

"Gue malu." Lena berucap sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik dada bidang Nata. Pria itu terkekeh, dia mengusap rambut Lena.

"Lo senang?"Tanya Nata.

Lena mengangguk.

"Gue bakal bikin lo bahagia, Len." Ucap Nata mengusap bahu Lena.

"Bawa gue pergi dari sini dulu, gue malu.." Lena berbisik pada Nata.

Pria itu terkekeh sebentar. Lalu merangkul Lena. Sebelum kembali duduk di mejanya, dia menutup pertunjukannya dengan mengucapkan banyak terima kasih kepada pemilik kedai dan pengunjung yang sudah di repotkan karena ulahnya tadi.

Stevi yang menyaksikan itu tersenyum dari kejauhan, sahabatnya kini sudah menjadi pria yang sangat romantis.

°°

Selasa, 03 Mei 2016

Continue Reading

You'll Also Like

144K 16.2K 34
[COMPLETED] "Kalau jodoh bisa diganti, aku siap gantiin Minhyun buat kamu." highest rank #33 in ss 051217 #740 in ff 200218 #3 in sejeong 130718 sta...
909K 67K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
203K 3.3K 54
Kata kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat sederhana,yang bertujuan untuk memberikan semangat untuk semua orang. Ditengah sawah ada sumur Sumurn...
589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...