Les Matematika | l.h.

Autorstwa are-u-nasty

132K 10K 1.1K

"Akar 69 hasilnya berapa?" "Ngomong apa sih." [09/04/2016] Więcej

Playlist
Prolog
sinα
tangen
cosα
limit
matriks
Integral
eksponen
peluang
statistika
epilog
SURPRISE!!!

geometri

7.1K 715 97
Autorstwa are-u-nasty

THANKS FOR 1K AYEM SO HEPI AYEYYY

***

Hari Jum'at adalah hari terbaik yang pernah ada. Selain karena bel pulang sekolahnya jam12, besoknya langsung disambut dengan hari sabtu

Semuanya memang terlihat indah sebelum les matematika.

Awalnya jadwal les matematikaku hanya satu minggu sekali setiap hari kamis, namun karena ada kabar Ujian Kenaikan Kelas akan dipercepat dan segala pertimbangan mengenai pemahamanku tentang matematika Bu Liz menambah frekuensi lesku menjadi seminggu tiga kali.

Senin, Kamis, Jum'at.

Aku berjalan menuju gerbang sekolah dengan raut wajah sekesal mungkin karena sudah ditinggal teman-temanku yang mau main hari ini.

"Aku sebenarnya pingin ngajak kamu, tapi sebagai sahabat yang baik aku gak mau mengganggu waktu belajar kamu juga, bye!"

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Caitlin sebelum pergi meninggalkanku.

"Kamu mau les ya hari ini?" Sebuah suara terdengar dari belakang. Aku bahkan tidak perlu repot-repot menoleh untuk melihat siapa orangnya.

Luke tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arahku.

"Mau bareng sama aku gak?" Tanya dia untuk yang kedua kalinya.

"Bukannya hari ini kamu ada latihan futsal?" Kataku sambil menebak-nebak melihat Luke menenteng sepatu futsal.

"Latihannya diundur nanti sore soalnya hari ini ada pelatih baru." Balasnya, "Yuk, bareng." Katanya dengan percaya diri seolah-olah aku pasti akan mengiyakan ajakannya.

Aku mendengus kesal tapi pada akhirnya mengikuti dia juga.

Perjalanan menuju rumah Luke, eh, Bu Liz hening sekali. Radio mobil saja tidak dinyalakan, katanya rusak. Oke gapapa.

Untung perjalanannya tidak memakan waktu yang lama, karena kalau tidak rasanya aku akan mati dengan keheningan ini.

Ketika aku masuk ke rumah Bu Liz, rumahnya sepi sekali. Setelah itu aku baru menyadari bawa Bu Liz tidak ada di rumah.

Aku menoleh ke arah Luke dengan tatapan bingung.

"Eh, itu... sebenarnya ibu aku lagi ada rapat tadi di sekolah jadi paling kamu harus nunggu sejam dulu deh." Kata Luke sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Luke, kenapa kamu baru bilang sekarang??!!" Kataku kesal sambil menghentak-hentakkan kaki.

Kalau tahu Bu Liz lagi rapat, aku lebih memilih ikut main dulu sama Caitlin.

"Kamu juga gak nanya." Balas Luke.

"Astaga Luke, aku tidak mau membuang-buang waktuku hanya untuk ini." Ucapku dengan kesal sambil membuang muka.

Luke hanya menggeleng kemudian naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya. Aku hanya bisa menghela napas dan duduk menunggu Bu Liz datang.

Beberapa menit kemudian, Luke keluar dari kamarnya dengan mengenakan kaos dan celana jins selutut.

"Nicole kamu lapar?" Tanya Luke yang entah sejak kapan sedang berdiri di depan pintu ruang tamunya.

Luke selalu memanggilku Nicole. Tidak pernah dia mau memanggilku, Kol, seperti teman-temanku yang lain. Padahal menurutku, Kol lebih simple dan mudah disebut. Aku tidak pernah tahu alasannya, tapi kadang aku beranggapan Luke memanggilku seperti itu karena aku ini special baginya dan ingin memanggilku nama yang berbeda dengan yang lain.

"Nicole kamu lapar?" Tanya Luke sekali lagi.

Kalau boleh jujur sih aku sangat sangat lapar. Karena tadi saat jam istiahat Michael menghabiskan bekal makananku.

"Emang kamu..." Aku langsung berhenti karena menyadari betapa konyolnya pertanyaan yang akan kuajukan ini.

"Aku kenapa?" Tanya Luke penuh selidik.

"Oh engga kenapa kenapa." Balasku cepat, "Iya iya aku lapar." Aku mencoba mengubah topik.

"Mau dibikinin indomie?"

💧💧💧💧

Setelah selesai les, aku hendak menelepon ayahku untuk minta dijemput tapi tiba-tiba saja Luke memanggilku.

"Nicole, ke sekolah yuk temenin aku latihan futsal." Ajak Luke mendadak dan membuatku hampir saja kena serangan jantung.

"Ngapain?"

"Temenin aku latihan futsal?"

"Bukan, bukan, maksud aku tuh ngapain aku harus nemenin kamu latihan futsal? Biasanya juga gak pernah."

Luke berpikir sejenak, "Ya gapapa lah. Siapa tahu kalau ada kamu latihannya jadi lebih semangat."

Aku hanya bisa bengong mendengarnya.

"Michael juga latihan kan?"

💧💧💧💧

Aku melihat Luke dan kaawan-kawan yang lainnya berlatih futsal dari pinggir lapangan. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh. Ekor mataku menangkap bayangan si pelatih futsal yang baru dan konsentrasiku langsung buyar.

Pelatih futsal yang baru Cuma sementara berhubung pelatih futsal yang lama sedang Umrah jadi terpaksa digantikan untuk beberapa hari. Ternyata setelah mencuri-curi dengar ternyata pelatih futsal yang baru itu bernama Ashton dan dia alumni sekolahku tahun 2015. Itu artinya dia hanya berbeda dua tahun denganku.

Emang kenapa kalau dia berbeda dua tahun? Astaga Nicole jangan berpikir yang aneh-aneh.

"Pasti lagi nemenin pacarnya ya?" Aku mendongak dan melihat Ashton sedang duduk di sampingku.

"Aku gak punya pacar." Balasku langsung to the point.

"Yah sayang, padahal cantik tapi gak punya pacar." Katanya dan aku tertawa mendengarnya.

Selamat, anda adalah orang pertama yang bilang kalau Nicole itu cantik!

"Kak, kuliahnya ngambil jurusan apa?" Tanyaku berusaha memperpanjang pembicaraan.

"Aku ngambil arsitektur." Katanya, "Eh, panggilnya Ashton aja kali gak usah pake kak, jadi berasa tua."

"Oh, oke deh." Aku tersenyum, "Ashton."

"Nah gitu." Kata Ashton, "Kamu kan manggil aku Ashton, terus aku harus manggil kamu apa?" Lanjutnya.

"Nicole aja deh."

"Nama kamu Nicole aja deh?" Tanya Ashton pura-pura kaget.

Aku memutar kedua bola mataku, "Bukannnn, maksudnya panggil aja Nicole."

💧💧💧💧

Tak terasa latihan futsal pun selesai dan aku pun berpamitan dengan Ashton. Tidak lupa kita saling bertukar ID Line. Setelah itu aku mengikuti Luke menuju mobil karena dia sudah berjanji akan mengantarku pulang.

"Jadi, kamu sama Ashton ya hmm." Ucap Luke sambil menyalakan mesin mobil.

"Ashton baik ya. Coba aja kalau dia jadi pelatih permanen di sini. Tiap hari deh aku nonton yang latihan futsal."

"Sama-sama ya Luke udah ngajakin nonton yang latihan futsal jadi ketemu soulmate nya deh!" Kata Luke dengan nada girang yang dibuat-buat.

"Biasa aja kali." Ucapku datar.

"Plis deh Nicole kamu tuh mikir dikit kenapa? Ngapain coba sama yang jauh-jauh udah alumni pula."

"Ya terserah aku dong mau suka sama siapa. Plis deh Luke kamu tuh mikir dikit kenapa?" Balasku tidak mau kalah.

"Aku tuh mikir ya, ngapain sih sama yang jauh-jauh kalau yang deket bisa lebih baik."

"Emang siapa yang deket? Michael?" Aku meninggikan nada suaraku, "Udah punya cewe juga dia."

"Tau ah, terserah kamu aja." Luke menarik rambutnya sendiri dengan kesal.

"Kalau ujung-ujungnya terserah aku ngapain kamu ikut campur urusan aku? Urusan pribadi pula. Plis deh Luke, disini yang mulai dulua siapa sih?"

Luke diam menatapku. Matanya terlihat begitu sayu, warna biru cerah pada matanya kini terlihat gelap seperti ada sekumpulan keputusasaan menghalangi warnanya.

Pembicaraan pun terhenti sampai disitu. Aku tidak ingin mengungkit-ngungkitnya lagi tapi masih ada rasa penasaran yang membuatku ingin terus bertanya sampai jawaban yang pasti itu terucapkan.

Aku menatap Luke yang sedang fokus menyetir. Ingin sekali aku mengerti tentangnya. Sama seperti aku ingin mengerti matematika.

***

VOMMENT KUY

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.1K 697 10
by: @nndt_sfyn •(END) •(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) •(BELUM REVISI) Mungkin, secarik kertas yang terus-menerus ia simpan di atas meja adalah sebuah rahas...
96K 1.2K 80
Lirik Lagu BTS (방탄소년단) [+Terjemahan]
MELANGKAH Autorstwa syiva

Dla nastolatków

5K 960 10
Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana cara menjelaskan pertemuan - pertemuan selanjutnya? Apakah tuhan ikut campur di dal...
102K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...