TaeKwonDo Love Story

By afifah_dm

26.4K 1.4K 145

Abel. Taekwondo. Cinta. Dipertemukan oleh taekwondo? Mungkin. More

Prolog
1. Abel di Sekolah Barunya
2. Him. Again.
3 Pernyataan Ambigu
4 Masa Lalu
5 Radiv + Tugas Pertama
6 Kak Adit's Unagreement
7 Nerves
8 War Invitation
9 Backstep -Dolyo
10 Being a Mascot
11 Clear
12 Berhenti Mengungkit Masa Lalu!
13 XOXO
14 Gibon Il-Jang
15 Rakana's
Mascot [1]
Mascot [2]
16 dan Kau Hadir, Merubah Segalanya...
17 dan Kau Hadir, Merubah Segalanya... [2]
18 Hei, why?
19 Dimulainya Kasus Kembar
20 Kasus Kembar I
21 Terlambatkah?
22 Bahu untuk Kupinjam
23 Ajakan Lainnya
24 Surprised
26. Twins' Disaster
Part 27. Konfrontasi Langsung
28. Gadisku

25. Fakta yang Ganjil

753 46 10
By afifah_dm


Makasih buat kalian yang masih setia baca TLS :3 maaf karena saya lagi PKL dan nyusun tugas akhir jadi updatenya lama binggo :3

Vote + comment buat semangatin saya yaah :)

"Kamu mau kemana?" teriak Kak Adit padaku yang pergi menjauh darinya dan mobil yang berhenti di sisi jalan bertanda dilarang parkir. Aku tahu Kak Adit gusar sekali karena harus memarkirkan mobilnya di tempat parkir sebelum akhirnya mengejarku—yang kemungkinan telah menghilang, karena, hey, mencari parkiran susah sekali akhir-akhir ini. Tapi meninggalkan Kak Adit memang tujuanku, mengingat aku merasa amat sangat kesal dengan segala kata-katanya di depan Kak Rakana di rumah Daniel tadi.

'Kamu dari mana, SAYANG?'

'Kamu gak kenapa-kenapa kan, SAYANG?'

Ya, dengan penekanan di setiap kata sayang.

Yah, aku takut Kak Rakana salah paham. Sepertinya sudah. Kak Rakana langsung pamit setelah mendengar ocehan-ocehan berlebih dari Kak Adit.

Lagipula, keberadaan Kak Adit di rumah Daniel cukup mengagetkanku. Lebih parah—atau masihkah ada yang lebih parah?—lagi, Daniel dan Alikha akhirnya tahu bahwa di foto itu adalah Malikha, saudara kembarku. Aku yang setengah mati menutupinya tentu saja kesal. Dia bilang dia sayang Malikha, tapi bukannya hal itu malah merusak martabat Malikha?

Apalah dayaku yang hanya berstatus "kembaran" Malikha bila dibandingkan dengan status Kak Adit si-tuan-penjaga-yang-kadang-tidak-peduli-perasaan-kami.

Daniel dan Alikha juga mau-maunya mengikuti perintah kak Adit untuk menyelidiki tentang foto itu. Oke, hasilnya memang lebih cepat didapat. Si pemilik akun adalah kakak kelas yang meninggal akibat kecelakaan beberapa bulan lalu. Di posting dari sebuah daerah di Bandung, akun itu seakan mengirimkan foto dari negeri antah berantah—yang mungkin bukan dari dunia.

Hanya saja aku tak percaya takhayul.

Alikha dan Daniel memutuskan menyelidiki lebih lanjut. Aku hanya bisa diam lalu pamit kabur menjauhi Kak Adit. Oh iya, Alikha dan Daniel akhirnya tahu bahwa Kak Adit adalah kakakku. Itu entah menguntungkanku atau tidak. Aku sedang tidak mood membicarakan Kak Adit dan segala keposesifannya.

"Malikha, kenapa ada orang yang begitu jahat sama kamu? Orang-orang seperti Miki dan siapapun si pengunggah foto ini," ujarku pelan sambil menendang kerikil di tepi jalan.

***

Malam sudah larut saat aku sampai di rumah. Kak Adit menyambutku di depan pagar dengan raut wajah yang sarat akan kekhawatiran. Aku benci melihatnya mengkhawatirkan aku tapi tak bisa mengerti aku yang mengkhawatirkan Malikha.

Maka aku melewatinya begitu saja.

"Abel..." ucapnya. Aku berhenti sejenak tanpa menoleh ke arah Kak Adit.

"Maaf." Nada suaranya rendah dan dalam. Aku tahu dia juga pedih melihatku yang struggle sendirian menghadapi masalah ini. Tapi keikutcampurannya membuat segalanya rumit. Ya aku dan dan Daniel. Aku dan Alikha. Aku dan Kak Rakana. Aku dan diriku sendiri.

"Aku tau, Kak, maksud Kakak baik. Tapi aku bisa selesaiin ini sendiri. Malikha kembaranku, aku kembaran Malikha." Aku berjalan masuk ke rumah lalu dengan tergesa-gesa masuk ke kamar, menutup pintunya dan menangis.

Rasanya sakit memerlakukan Kak Adit seperti itu.

Rasanya sakit mengingat semua yang terjadi.

Aku bahkan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi atau siapa yang sebenarnya aku benci. Akupun masih tak tahu apa yang membuatku gelisah atau apakah keputusanku sudah benar. Aku berpikir bahwa Kak Adit jahat sekaligus lemah. Aku merasa aku yang lemah sekaligus jahat. Kami saling menyakiti dengan keegoisan. Kami terlalu menyayang Malikha, Malikha kami.

Aku menangis di sepanjang sisa malam itu.

***

"Daniel." Aku duduk di sebelah Daniel pagi itu. Mencoba untuk tidak memedulikan sekelilingku yang sedikit banyak masih membicarakan foto itu. Tidak lupa ditambah bumbu-bumbu tak sedap yang entah datang darimana. Aku heran, mereka begitu pandai menambahkan bumbu, tapi berita yang tersebar malah makin tidak sedap.

"Ah, Abel. Aku mau kasih tau sesuatu. Eumm... baliknya kita ke rumah aku bisa? Alikha juga ikut," ucapnya segera setelah menyadari aku duduk di dekatnya. Aku mengangguk tanda mengerti.

"Niel, Alikha udah nggak marah sama aku?" tanyaku. Daniel menatapku sejenak lalu menggeleng.

"Pas dia denger ceritanya dari Kak Adit, dia nangis kejer gitu. Nyesel karena harus denger cerita itu dari Kak Adit, bukannya sabar nunggu kamu cerita."

Aku mengangguk lagi. Senang rasanya mendengar kisah kecil barusan.

"Maaf karena udah nyembunyiin banyak hal. Maaf dan makasih, Niel," kataku pelan. Daniel menepuk kepalaku pelan. Sahabatku ini begitu mengerti.

"Kita juga minta maaf." Aku berbalik dan menemukan Alikha berdiri di belakangku sambil tersenyum. Aku refleks berdiri dan memeluknya.

"Maaf karena aku ngejudge kamu macem-macem. Maaf karena aku banyak gak taunya tentang kamu," kata Alikha di sela isak tangisnya. Kami berpelukan cukup lama dan itu menjadi tontonan gratis bagi beberapa orang yang terlalu kepo andai Daniel tidak buru-buru memisahkan adegan India a la Abel dan Alikha.

"Nanti ke rumah Daniel ya?" pintanya. Aku mengangguk lagi dan lagi sambil sesekali mengusap air mata yang terus saja menetes.

"Oiya, kamu marahan sama Kak Adit bukan, Bel?" tanya Daniel. Aku menggeleng.

"Entah. Aku nggak tau apa yang harus aku lakuin sama Kak Adit. Akunya terlalu sensitif kah?" aku malah balik bertanya. Daniel dan Alikha saling berpandangan.

"Kak Adit cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa." Alikha menjawab sesuatu yang sudah aku pahami.

"Aku tau. Cuma... aku pengen selesaiin semua ini sendiri." Aku beringsut. Alikha menepuk pundaku pun Daniel.

"Kita sahabatan kan? Saling membantu itu gunanya sahabat, juga gunanya saudara. Kak Adit hanya berusaha berpegangan. Dia butuh pegangan." Alikha melanjutkan. Aku terdiam mendengarnya. Apa aku seegois itu? Semua yang Alikha katakan membuatku sadar akulah yang egois dan tidak berperasaan.

"Kamu nggak egois, Bel. Kamu cuma mau bersikap dewasa. Walau caranya sedikit salah," ujar Daniel ikut angkat bicara seakan mengerti apa yang ada di pikiranku tadi. Aku menatap Daniel lalu berkedip, menjatuhkan air mata lagi. Ah aku cengeng.

Daniel menyudahi pembicaraan itu dengan mengusir Alikha ke kelasnya disambut dengan gerutuan Alikha. Aku mengumbar senyum lebar. Kenyataannya, aku memang butuh pengakuan kemandirian dari Kak Adit. Kenyataannya, sahabat dan Kak Adit selalu ada untukku.

***

"Jadi, kakak kelas yang kamu maksud itu akunnya dihack?" tanyaku setelah mendengar penuturan Daniel mengenai akun yang mengunggah gambar Malikha. Menurut Daniel, bila tidak ada seorangpun yang tahu password akun itu, kemungkinan bahwa akun itu dihack sangatlah besar.

"Itu dia, Bel, kayak nggak ada jejak hack di akunnya. Tapi aku belum nemuin hubungan si pemilik akun dengan kasus ini, dengan kamu," ujar Daniel menambahkan.

"Kok aneh sih? Kalau memang anak sekolah kita yang naro gambar itu ke grup angkatan, pasti ketauan dong, at least, dia temenan sama siapa aja?" tanya Alikha.

"Masalahnya adalah... Pemilik akun ini baru buat akun beberapa hari sebelum kematiannya. Jumlah teman di akun ini cuma tiga. Ketiganya teman satu angkatan, dua teman sekelas, satu lagi admin grup dari angkatan dia," Daniel menjelaskan.

Aku semakin bingung dengan fakta-fakta yang ada. Mengapa semuanya terasa runyam. Ah, aku lupa. Semua memang runyam.

"Admin grup itu temenan sama yang punya akun?" tanya Alikha. Daniel hanya menggeleng dan menjelaskan mungkin saja mereka berteman hanya untuk memasukkannya ke grup.

"Jadi admin itu bisa dicurigai?" tanya Alikha lagi.

"Nggak juga. Admin itu lagi sekolah di salah satu sekolah kedinasan yang strict banget. Megang gadget tuh nggak diizinin. Jadi nggak mungkin," jelas Daniel. Ternyata dia sudak kepo duluan.

"Dua lagi. Siapa mereka?" kini aku yang bertanya.

Daniel mengotak atik komputer miliknya lau menunjukkan gambar dua orang perempuan. Salah satunya ikal dan yang lain berambut lurus.

"Mereka..." kataku sambil berpikir siapa mereka.

"Yang kiri namanya Raena, satunya lagi Fiqa. Dulu mereka sama si 'mpunya akun sekelas," jelas Daniel. Sedang asik mengamati kedua foto itu, Alikha tiba-tiba memekik.

"Apaan sih?" Daniel memutar bola matanya jengah dengan reaksi berlebih Alikha.

"Itu... Liat! Liat!" racaunya sambil menggapai-gapai ponsel di sudut kasur Daniel. Dia sibuk membuka galeri ponselnya tanpa memedulikan kami yang sibuk berpikir dan menebak apa gerangan yang terjadi.

"Mereka mirip kan?" tanya Alikha memperlihatkan fotonya dengan beberapa teman perempuannya. Aku menahan napasku. Itu benar. Alikha benar. Salah satu dari temannya mirip dengan foto yang Daniel tunjukkan.

Kagetku belum hilang saat telepon masuk ke ponselku dengan called ID Kak Rakana tertera di layarnya.

��4�ol0

Continue Reading

You'll Also Like

81.1K 1K 3
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
119K 232 9
Gadis polos yang terjerumus suasana malam club, menceritakan cerita seorang influencer yang terkenal dikalangan remaja berusia 16 tahun. cerita lengk...
87.1K 278 7
ini cerita lanjutan dari oneshoot pertama yang di hapus, yg gasuka jangan report dong :( Karina X All Mature konten, Dewasa only 🔞🔞
106K 4.1K 19
"siapa namamu?" "o-oline kakk"