Baby Wedding [TAMAT]

By adhwaaeesha

277K 12.8K 191

Alex dan Kanit saling mencintai Namun kenapa takdir membawa mereka pada perpisahan.. Perpisahan konyol hanya... More

TAKDIR 1
TAKDIR 3
KAU, AKU DAN..
WELCOME BACK
KESEMPATAN
TRAGEDI
MUSUH
SEBUAH PENGKHIANATAN
SAUDARA
KEBENARAN
SEORANG KAKAK
FAKTA
AKHIR
Next Story
Hai Hai 🤗 Saya Kembali
LIST KARYA ADHWAAEESHA

TAKDIR 2

17.2K 1K 0
By adhwaaeesha

Alex tersentak mendengar ucapan Kanit.  

" Kau tidak serius?" tanya Alex

Kanit memicingkan matanya menatap Alex dengan marah. " Aku tidak akan pernah mau bekerja sama dengan kalian.."

John dan Alex saling tatap, lalu John angkat bicara, menatap Arthur dan Kanit. " Kau yakin tentang itu Bu Kanit?" 

" Aku sangat yakin.." Kanit melangkah mendekati John dan Alex. " Sekarang, kalian boleh pergi.." lanjut Kanit menatap John dan Alex bergantian.

Alex murka dan mendekati Kanit, " Kau tidak bisa melakukan ini. Kau bisa rugi besar, sayang.."

" Aku tidak peduli. Sekarang tolong keluar dari sini. Aku sudah muak dengan kalian.." Kanit membuang muka.

" Kanit.. kau-" 

John menahan bahu Alex, " Hentikan.. kita pergi dari sini.."

"John. Kau.." 

John langsung memberesi berkas di atas meja dan menyeret Alex keluar.

" Kenapa kau menyetujui pembatalan itu, John..." teriak Alex uring - uringan saat tiba di kantornya. diruangannya

John hanya duduk dan memainkan ponselnya, " Tenanglah Alex. Kita hanya pergi, aku belum menyatakan persetujuanku, bukan?" John memasukkan ponsel kedalam saku jasnya. " Sekarang kita tunggu sampai besok."

" Itu sama saja. Kau mengindahkan pengusiran Kanit. Dan kenapa harus menunggu besok? apa yang terjadi besok?" tanya Alex

John tersenyum, " Tenang, Brother.. kau akan mengetahuinya besok.."

$$$

"Kanit kau tidak bisa memutuskan kontrak begitu saja?" Arthur berjalan tergesa - gesa sambil mengikuti Kanit masuk kedalam ruangan.

" Aku sudah tidak peduli. " Kanit melempar berkas - berkas kontrak itu ke mejanya. " Kau benar tentang kecurigaanmu.. Mereka tidak mungkin berkerja sama dengan perusahaan lokal seperti kita. Mereka pasti ada maunya.." ucap Kanit lemah, ia tiba - tiba saja terduduk dikursinya.

Arthur langsung sigap dan mendekati Kanit. " Kau baik-baik saja. Kau pucat lagi.."

" Kepalaku tiba - tiba pusing."

" Pulanglah. Aku akan menghendel semuanya."

Kanit mengangguk lemas.

" Kanit.." 

Kanit menatap Arthur, " Ada apa?"

" Kita harus menerima kontrak itu Kanit.."

" Aku sudah mengatakannya barusan. Aku tidak akan meneruskan kontrak ini.." teriak Kanit.

" Bukan mereka yang merugi Kanit. Tapi kitalah yang dirugikan. Perusahan lain sudah tidak mau menerima kontrak ini.."

Mata Kanit membulat, " Apa?" Kepala Kanit kembali berdenyut, pusing, tubuhnya mulai lemas. Mereka akan rugi besar, pikirnya.

" Kita harus mengesampingkan urusan pribadi, Kanit.."

" Tidak.." bentak Kanit sambil berdiri. Ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya. " Aku akan cari cara lain. Kau urus saja sisa.nya nanti.." Kanit mulai berjalan mengambil mantelnya. " Aku perlu istirahat.."

Arthur melihat Kanit pergi meninggalkan ruangannya.

" Aku tidak bisa tinggal diam Kanit, aku tidak mau kehilangan proyek besar ini. Maaf.." ucap Arthur

Ia langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubui orang kepercayaannya.

$$$

Dirumah, Kanit merasa begitu lemas. Ia hanya berbaring di sofa ruang tamu, karena tidak kuat untuk naik menuju kamarnya. Suasana rumah sepi, karena pembantunya Bi Marni sedang berkunjung ke rumah putrinya.

Tubuhnya lemas dan ia tidak berdaya. Tiba bayangan masa lalu menyeruak dalam alam bawah sadarnya.

EMPAT TAHUN YANG LALU...

Kanit menatap nanar kedua peti mati orang tuanya.

" Kanit.." suara Irena mendekat. " Kanit.."ucap Irena lagi, saat Kanit tidak merespon.

" Kanit, kumohon.. Jangan seperti ini.." ucap Irena menahan tangis. Ia tidak tega melihat sahabatnya dari kecil murung kembali. " Masih ada kami Kanit.. " Irena mulai membalik bahu Kanit dan membawa tubuh Kanit dalam pelukannya. " Menangislah.. luap semuanya.."

Dan Kanit menangis sejadi - jadinya.

" Kenapa? kenapa mereka pergi Iren? Aku sendiri. Aku sendirian.."

" Hus... tenanglah.. Kami disini.."

Keempat sahabatnya yang lain tertunduk dan mengelilingi Iren yang sedang memeluk Kanit.

$$$

Alex muntah kembali, dan sudah yang kesekian kalinya pagi ini.

" Sial.." umpat Alex didalam kamar mandi.

Tubuhnya sudah lemas, ia berusaha berjalan keluar kamar mandi, kenapa dengan tubuhku. pikirnya.

Ia berusaha menuruni tangga perlahan.

" Kau baik - baik saja?" tanya Kakeknya saat ia memasukki dapur.

" Entahlah kek, aku tidak tahu. Mual muntah, pusing, bad mood. Aku seperti remaja masa pubertas.." jawabnya sambil duduk dan mulai mengambil sarapan.

Kakeknya mengangguk-angguk mendengar jawaban Alex. " Kau seperti perempuan hamil saja.." canda Kakeknya.

Tiba - tiba perut Alex bergejolak lagi, ia langsung berlari ke wastafel dapur.

Kakeknya segera menyusul. " Kau harus kerumah sakit. Ini tidak wajar Alex.."

Alex membasuh mulutnya dan menanggapi kakeknya. " Aku benci rumah sakit. Kakek tahu itu. Aku baik - baik saja. Mungkin aku tiba - tiba punya penyakit Maag.." 

Kakeknya mengerutkan dahi. " Kau tidak punya penyakit Maag.."

" Aku tadi bilang mungkin aku punyaa kakek. Sudahlah, aku harus berangkat.." Alex langsung berjalan menuju garasi.

"Kau tidak sarapan dulu?" teriak kakeknya.

" Tidak. Aku bisa mual lagi nanti.." balas Alex sambil berteriak.

SETIBANYA DI KANTOR...

Alex keluar dari lift dan mendapati Arthur sedang duduk dikursi tunggu.  " Apa yang kau lakukan disini?"

Donna langsung menghampiri Alex. " Tuan Arthur ingin bertemu Anda.."

Arthur berdiri dan mendekati Alex. " Aku ingin bertemu denganmu dan membicarakan kontrak kemarin.."

Seperti yang John duga, bathin Alex. " Mari masuk keruanganku.."

Mereka berdua masuk dan Alex langsung mengunci pintu.

" Silahkan duduk." ucap Alex lalu ia duduk dikursinya sendiri. 

" Lupakan ucapan Kanit kemarin.." Arthur memulai pembicaraan.

" Tentu. Baiklah, kita mulai pembicaraan kontraknya.."

$$$

" Berani sekali kau melakukannya Arthur!!" teriak Kanit didalam ruangannya. Arthur baru saja datang setelah ia berjumpa dengan Alex. " Apa hak mu?" lanjutnya. " Kau tidak bisa mengambil keputusan begitu saja, tanpa persetujuanku.." bentaknya lagi.

Arthur geram ditempat duduknya. Ia ingin berteriak kencang membalas teriakan Kanit, tapi ia akan mengontrol diri, belum saaatnya. Ia masih membutuhkan Kanit. Pikirnya.

" Aku tahu itu Kanit. Aku bukan siapa - siapa. Tapi aku berpikir demi perusahaan keluarga kita. Jika kita merugi besar, banyak investor yang akan menarik investasinya kepada kita. Semua kolega bisa menilai kita tidak profesional, lebih mementingkan perasaan dari pada urusan bisnis. Kau harus mengerti itu Kanit.." 

Kanit menatap Arthur dan merenungi kalimat itu, Arthur benar. " Maafkan aku. Akhir - akhir ini mood ku sedang buruk."

" Tidak apa. Akhir - akhir ini memang suasananya sedikit berat. Kau mungkin saja sedikit stress. Kau bisa pulang dan beristirahat."

" Yah. Sejak pesta itu, aku tidak bisa berkonsentrasi, Arthur.."

Arthur berdiri dan menghampiri Kanit yang masih duduk. Ia mengangkat sedkit dagu Kanit dan membungkuk. " Aku tahu itu, sayang. Kuharap kau bisa segera melupakan pria itu."

Kanit menelan ludah. " Aku berharap seperti itu."

" Istirahatlah dirumah. Akan kuselesaikan kontrak ini.." Arthur mengelus pipi lembut Kanit lalu mencium kening Kanit dengan lembut. " Hati - hati.. "

$$$

" Kau bisa membahas ini dengannya nanti. Rapat jam 3 sore." ucap Alvin

" Terima kasih Alvin. John sangat pengertian sekali. sampai - sampai membuatkan aku surat pengalihan.." ujar Alex.

John yang dimaksud tersenyum. " Aku melakukannya karena tidak ingin melihat temanku masuk rumah sakit jiwa. Gila karena cinta.."

Alvin tertawa dan Alex memberenggut, seperti anak kecil.

" Nah, lihat, Alex kita memberenggut seperti anak kecil.." canda Alvin.

" Diam kalian!!" teriak Alex. Ia bangkit dari kursinya dan meraih berkas yang dipegang Alvin. " Kau yakin ia tidak akan menerima ini?" ia mengacungkan berkasnya ke hadapan John.

" Aku yakin." jawabnya. " Aku harus pergi dan mengurus bisnisku di spanyol.." lanjutnya. " Karena itu aku mengalihkan kontrak itu ke perusahaanmu.."

Alex dan Alvin saling mengangguk.

Alex duduk dan mengingat pembicaraan dengan John serta Alvin. Dengan ini, takdirnya dan juga Kanit akan berubah..






Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 26.3K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.3K 97 31
Mengenai cinta pertama ku, dimasa kecil ku. Orang bilang, sudahlah lupakan, ini hanya cinta monyet. Jangan sok tahu! Cinta pertama ku bukanlah kepada...
602K 33.3K 46
Langsung baca saja ya!!
13.6K 2K 23
semuanya bermula saat ningning bertemu jay di parkiran sekolah tempo hari. pernah nggak sih kalian mengalami suatu hal, dimana seseorang yang tiba-ti...