Dua Peri (Sudah Terbit)

By yamazakura01

71.9K 281 13

18+ Adult Warning GxG Ketika kekecewaan berbuah pengalihan perhatian dan orientasi seksual dua orang gadis re... More

Di batas Dunia

13.8K 281 13
By yamazakura01

Di dekat jendela Nadya terpaku. Tatapannya hampa ke halaman tanah berumput basah. Embun yang masih betah. Ingin sekali pagi-pagi begini ia berjingkrak-jingkrak disana, bertelanjang kaki mengejar kupu-kupu, mengenakan rok yang longgar dan rambut dikepang dua. Seperti dulu bersama teman-teman kecilnya.

"Maafkan aku Nadya," kata Doni di akhir pembicaraan. Perkataan Doni itu begitu dingin. Seperti pemburu yang meninggalkan mangsanya yang sudah sekarat dan putuskan untuk meninggalkannya begitu saja. Masih terekam jelas dalam memori Nadya, di ujung jalan setapak menuju rumahnya itu. Bayangan punggung Doni meninggalkannya dan tak menoleh lagi. Mulai detik itu ia merasa hatinya telah hilang dan yang tertegun kini hanyalah boneka usang yang terkungkung di dalam gudang. Yah. Ini gudang. Ini bukan rumah, ini gudang wanita-wanita yang kalah, yang tak berdaya dan tak bisa berbuat apa-apa atas kekalahannya. Ibunya Nadya wanita yang kalah dan Nadya sendiri adalah juga gadis yang kalah.
Seberkas fajar menyinari wajah Nadya yang kaku. Hangatnya fajar hanya memicu panasnya hati.

"Kenapa tidak malam saja selamanya. Aku benci pagi," desis Nadya dalam batin. Tanpa sengaja, tatapannya kemudian menemukan sesosok manusia sedang melangkah, muncul dari sisa-sisa kabut pagi. Sepertinya berjalan mendekat. Beberapa jenis burung tampak merecoki sebuah pohon besar yang tidak begitu jauh dari hadapan rumah Nadya. Setelah agak dekat, Nadya pun mengenali sosok yang bergerak mendekatinya itu. Itu Salma, teman Nadya.

"Kenapa dia bawa koper? Apa dia kabur dari rumah lalu mau numpang bersembunyi di gubuk aku ini?? Dan menjadi koleksi baru di gudang wanita-wanita kalah ini." Rupanya Salma menemukan Nadya yang terpaku di balik jendela usang dekat pintu yang dibiarkan terbuka. Nadya seperti boneka porselen terduduk di kursi roda. Salma melambai ke arah Nadya. Terpaksa Nadya mengangkat tangan. Setelah sampai di teras rumah, Salma membanting kopernya.

"Kapan sih jalan ke sini diperbaiki," kata Salma sambil membuka jaket hitam mengkilatnya. Nadya tidak menjawab pertanyaannya. karena memang itu bukan pertanyaan yang harus Nadya jawab. Tapi yang harus dijawab adalah pertanyaan.

"Sal, ngapain kamu kesini?"

"Ngapain? Kamu gak lihat apa? Aku mau ngerawat kamu, aku kan orang yang bertanggung jawab. Kamu kan jadi begini gara-gara aku."

"Motor kamu gimana?" tanya Nadya.

"Udah, jangan ngurusin motorku, yang penting sekarang gimana kaki kamu? Udah mendingan??" Salma balik bertanya dan mendekati Nadya dan mengamati kaki Nadya yang masih separuh terbalut kain kasa.

"Ga tau," kata Nadya pelan.

"Kamu baik-baik aja kan?"

"Udah tau aku pengkor begini, masih aja nanya, hihi..."

"Aku bener-bener nyesel Nad,"

"Lagian siapa yang mau celaka," kata Nadya masih sambil mentertawakan keadaannya sendiri.

"kamu gak jadi benci ama aku kan?" Salma masih saja memasang wajah penuh sesal.

"Ngga, udah deh Sal, kamu jangan jadi lebay kayak gitu, aku nya jadi ga enak."

"Ya udah, kamu pasti belum mandi. Ayo, aku mandiin."

"Apa-apaan sih,"

"Udah jangan banyak protes, sekarang aku perawat pribadi kamu,"

"Kalo aku ga mau,"

"Ya aku paksa," tukas Salma lantas mendorong Nadya. Nadya yang tak berdaya diatas kursi roda hanya bisa meronta sebisanya.

"Nanti luka aku kena air,"
"Ya kakinya ke atasin,"
"Malu tau...."
"Lha sama-sama cewe ini, ngapain malu...."
"Gilllaaaaaa..."

Selesai memandikan, Salma mendandani.
"Tuh kan, kamu cantik kan?" kata Salma sambil mengarahkan Nadya ke hadapan cermin.

"bego aja si Doni, ngelepasin kamu," kata Salma. Nadya hanya tertegun dan tatapannya jauh, seakan menembus cermin.

"Nad," kata Salma pelan. Hampir seperti bisikan.

"Bagaimana aku ga merasa bersalah, kamu jadi kayak gini gara-gara aku."

Nadya buru-buru membuang muka masamnya tadi dan seketika memamerkan senyum ke arah Salma. Tapi terlambat, Salma terlanjur hanyut dalam perasaan bersalahnya.

"Salma aku, aku punya masalah lain. Aku lagi banyak pikiran dan ini tidak ada hubungannya dengan luka di kaki aku,"
Salma merangkul Nadya dari belakang dan kentara tangisnya terisak di pungguk Nadya.

"Aku janji Nad, aku gak bakalan ninggalin kamu sebelum kamu sembuh dan bisa berjalan lagi seperti biasa. Dan aku juga janji, gak bakalan lagi ngejar-ngejar copet dan sok pahlawan. Aku nyesel Nad, aku nyesel..." Tangis Salma malah makin keras.

Tak terasa, dari pagi sampai sore ini, Nadya habiskan waktu bersama Salma. Mulai dari mandi, sarapan, Nadya tidur siang Salma beres-beres rumah, ngecengin cowok di internet via laptop, terus kini Salma ngotot mau mengajak Nadya nongkrong di pinggir lembah yang letaknya agak jauh dari rumah Nadya itu. Salma memang sahabat Nadya sejak SMP, hingga kini mereka duduk di bangku kelas 2 SMU. Sampai kejadian itu memisahkan mereka beberapa hari. Dan kini Salma tiba-tiba datang dan belagak mau jadi perawat bagi Nadya.

"Hmmm... aku tetap bersyukur punya sahabat seorang Salma. Meski karna kecerobohannya, kini aku mungkin tidak akan bisa melangkahkan kembali kedua kakiku," pikir Nadya

"Kamu udah siap Nad," kata Salma agak mengagetkan Nadya.
"Siap apaan?"
"Kita ke batas dunia...!" pekik Salma seraya mendorong Nadya.
"Tapi kan jalannya? Kesananya terjal, bagaimana aku???"
"Udah tenang aja, kamu pasti bete kan dirumah terus."

Seperti saat dimandikan, Nadya tidak bisa menolak ajakan Salma. Cuma memang bedanya kini Nadya mau sekali ke tempat itu. Tempat dimana dulu ia membuka sebuah kado ulang tahun. Satu-satunya kado ulang tahun yang pernah ia terima dari seorang cowok agak pilon waktu kelas 2 SMP. Di tempat itupula, 'masih bisa dipakai' mahakarya Nadya yang pertama. Sebuah bangku yang ia buat dan ia sebut bangku taman. Meski adanya di tepi jurang. Bukan di tengah-tengah taman yang penuh bunga. Nadya di dorong Salma melalui pintu belakang, menuju tempat spesial yang mereka sebut 'Batas Dunia'. Di tempat itupula, pertama kali Salma menemukan Nadya dan rumah Nadya. Ketika itu Salma datang tiba-tiba dan meluapkan semua keluh kesahnya akan tingkah kedua orangtuanya yang bercerai.

Kini jalanan yang Mereka lalui mulai berumput dan tidak beraturan. Sampai-sampai Salma harus mengeluarkan tenaga ektra untuk mendorong kursi roda yang Nadya tumpangi. Angin sore mulai berdatangan mengibarkan rambut mereka yang panjang-panjang, yang wangi-wangi. Dulu, dulu sekali. Nadya punya banyak teman kecil dan mereka sering berlarian di padang rumput ini. Waktu Nadya pertama kali dibawa pindah oleh ibunya ke tanah kelahirannya ini. Setelah ibunya melepaskan diri dari ikatan sebagai istri ayahnya. Saat itu, mungkin Nadya baru berusia 5 tahun. Paling tidak, seperti itulah cerita mamanya. Belalang rumput tampak berloncatan menghindari Nadya dan Salma. Setelah mentok dan gak bisa melanjutkan lagi dengan kursi roda. Salma menggendong Nadya. Seperti biasa Nadya tidak bisa menolak tawaran Salma. Seperti belalang. Nadya pegangan yang erat. Punggung Salma terasa hangat. Kuat. Mendadak Nadya ingat punggung sosok yang mereka bilang 'Ayah'. Nadya lupa, Nadya tidak sanggup mengingat, apakah ayahnya pernah menggendongnya atau tidak. Tiba-tiba sedenyut sakit terasa mencengkram hati. Nadya sadar, karena tidak adanya uluran biaya dari ayahnya, ibunya bekerja demi menghidupinya, demi pendidikannya.

Mereka sudah sampai tujuan dan perlahan Salma mendudukan Nadya. Sejenak Salma menghela lelah. Tidak lama kemudian ia berteriak tidak karuan.

"Aku benciiiiii..... Cowok............!!" teriak Salma menggema hingga ujung lembah. Segerombolan kelalawar tampak menghambur dari celah celah tebing.

Senja mulai melukiskan keindahan. Sejenak keduanya menatap kosong siluet senja.

"Aku juga benci laki-laki. Aku benci semua laki-laki, termasuk Ayahku," ucap Nadya pelan. Salma mengerti apa yang Nadya ucapkan barusan. Nadya juga mengerti apa yang Salma teriakkan. Salma pernah punya pengalaman buruk dan hanya pernah ia ceritakan pada Nadya. Ia pernah hampir diperkosa sepupunya sendiri. Makanya sekarang ia tidak mau kelihatan sebagai wanita lemah dan tidak mudah baginya dekat dengan teman laki-laki. Salma duduk di samping Nadya, menyibak rambut Nadya dan 'astaga' Salma mencium Nadya. Dan seperti biasa Nadya tidak bisa menolak. Meski Nadya sekarang tidak mengerti dengan tindakan Salma itu. Nadya tidak mengerti apa yang ia rasakan. Tapi ia merasa ada sesuatu yang terpenuhi dengan ciuman itu. Kupu-kupu pulang dan tertegun menutup sayap,belalang makin banyak berloncatan dari ujung ilalang ke ujung ilalang yang lain. Senja semakin temaram. Mereka berpelukan kian erat. Saling erat. Seolah itu ikrar dua peri yang siap bersama-sama terbang memasuki hutan yang tak berpenghuni dan siap untuk tersesat...

Continue Reading

You'll Also Like

527 88 5
apapun alasannya, Lia tak bisa mengungkapkannya. © zvywrte ' 2O22.
37.6K 3.7K 11
Ketika Cinta berakhir dengan penantian. Haruskan tetap menunggu atau mencari yang baru. ( Don't Go ) " Kryber "
1.9M 10.6K 24
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
1.3M 100K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...