Eye of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

43.3K 3.2K 282

Buku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Complete... More

Part 1 : Kematian Ibu
Part 2 : Pemakamam
Part 3 : Sunset di Kala Itu
Bukan Update
Part 4 : Janji
Part 5 : Gadis Lolipop
Part 6 : Tersesat
Part 7 : Hal tak terduga
Part 8 : Pesta Dansa (1)
Part 9 : Pesta Dansa (2)
Part 10 : Pesta Dansa (3)
Part 11 : Ancaman Isaiah
Part 12 : Salah Paham
Part 13 : Hampir
Part 14 : Ingat Tujuan Kita
Part 15 : Tawaran dari Iblis Bermata Biru
Part 16 : Surat Wasiat
Part 17 : Cheon Kikka
Part 18 : Perpisahan
Part 19 : Isaiah Hotaru
Part 20 : Pertengkaran
Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?
Part 22 : Ryu Kembali
Part 23 : Harus Bagaimana?
Part 24 : Jawaban Freya
Part 25 : Tolong Kikka
Part 27 : Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi
Part 28 : Serangan Alin
Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu
Part 30 : Ini Baru Permulaan
Part 31 : The Next Steps
Penting Wajib, Kudu Dibaca dan Respon!!!!!
Part 32 : Kegoyahan, Teman Lama, dan Tekad
Part 33 : Bisakah Debaran Ini Berhenti?
Part 34 : Kedatangan Sang Pemilik Ornamen Lotus
Part 35 : Tidak Ada Jalan Lain
Part 36 : Kemarahan Alin Atas Rahasia Ayahnya
Part 37 : Peringatan
Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan
Part 39 : Tolong Katakan Inilah Kenyataannya
Part 40 : Monster [END]
Epilog

Part 26 : Bertemu Isaiah Hotaru

895 69 19
By NinaMusIn

Sebuah pelukan menyambut kedatangan Kikka. Lama mereka berpelukan, melepas kerinduan dan kecemasan saat gadis itu mendengar kabar mengenai Kikka.

"Kau baik-baik saja bukan? Kenapa lama sekali kembali ke sini? Ini sudah berbulan-bulan tahu!" kata gadis itu tidak sabar.

Kikka tertawa kecil. "Maafkan aku, banyak hal yang harus kuurus. Awalnya kan aku berniat meninggalkan negara ini selamanya. Jadi aku harus kembali membuat surat-surat untuk kepindahanku ke sini.. Selain itu ada beberapa hal rumit yang harus diselesaikan antara aku dan Bam."

"Kau.. Apa yang kau lakukan kepada putriku?!" Tanya kepala keluarga Cheon saat melihat putrinya dibopong oleh pria tidak dikenal. Bukankah seharusnya putrinya bersama Joon Baek? Dan ada apa dengan pakaian putrinya?

Bam menurunkan Kikka dan menyerahkannya kepada pelayan dirumah itu. Kemudian mendekati lelaki yang menatapnya dengan penuh kebencian.

"Maafkan aku masuk begitu saja ke rumahmu, tapi ini keadaan darurat. Putrimu diserang oleh calon tunangan yang kau atur itu."

Tuan Cheon tidak percaya, "Aku tidak percaya omong kosong itu. Dimana Joon?"

"Dia mungkin sudah dibawa oleh polisi."

"Apa??Kau apakan calon menantuku?! Keluar dari sini!!!" hardiknya sambil mengusir Bam.

Kikka yang sedang dipapah oleh pelayannya menghampiri Bam dan ayahnya.

"Papa! Apa yang dia katakan benar! Joon berusaha memperkosaku dan Bamlah yang menyelamatkanku saat itu. Bagaimana bisa papa bersikap seperti itu padanya."

Tuan Cheon memberi isyarat agar Kikka dibawa kembali oleh para pelayan.

"Kau tidak perlu ikut campur Kikka. Segera pergi ke kamarmu." Tuan Cheon memastikan putrinya itu dibawa.

"Aku kesini untuk melamar putrimu," kata Bam tiba-tiba.

"Apa? Kau bilang apa? Siapa kau berani melamar putriku," tanya Tuan Cheon meremehkan.

"Dia adalah anak asuhku," ujar sebuah suara yang membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut. Nampak seorang wanita menggunakan kimono bermotif bambu yang dipadukan dengan bunga aster. Dia begitu berkharisma. Tuan Cheon bahkan tidak sanggup berkata-kata.

"Nyonya Hotaru.. Ada apa hingga kau jauh-jauh datang ke sini?" tanya Tuan Cheon bodoh.

"Sudah kukatakan aku disini untuk menemani anak asuhku."

Otak Tuan Cheon berpikir keras. Apa yang dimaksud oleh Duchess of Isaiah itu. Anak asuh? Siapa anak asuhnya? Tuan Cheon menatap lelaki besar berambut pirang yang ada di hadapannya. Benarkah?

"Maafkan ketidak sopananku, silahkan duduk Nyonya, begitu juga dengan putra asuhmu." Tuan Cheon mempersilahkan Hotaru dan Bam duduk di sofa miliknya. Ia memanggil pelayan dan menyuruhnya untuk membawakan sesuatu untuk tamu yang sangat penting ini.

Ia menatap Bam dengan saksama, sepertinya wajah pria itu memang tidak asing. Ia pernah melihatnya, tapi dimana? Sebuah potongan ingatannya menjawab pertanyaan Tuan Cheon. Oh iya, pemuda yang selalu menemani Ryu, calon pewaris Isaiah. Ternyata dia adalah anak asuh keluarga Isaiah? Tuan Cheon mengingat perkataan pemuda itu saat mengatakan ingin melamar putrinya.

Keberuntungan macam apa yang ia dapat. Dulu ia terombang ambing dengan kemungkinan terpilih atau tidaknya putrinya menjadi pendamping pewaris Isaiah. Sekarang anak asuh dari keluarga itu menginginkan putrinya dengan pasti. Tuan Cheon senang bukan main dalam hatinya. Tidak masalah jika anak asuh keluarga itu yang menginginkan putrinya. Selama ia memiliki hubungan dengan keluarga yang sangat berpengaruh itu. Bahkan Nyonya Hotaru sampai datang ke Korea Selatan untuk menemani anak asuhnya itu. Padahal ia tahu, Nyonya Hotaru sangat sibuk mengurusi bisnisnya di Jepang.

Sekarang ia tidak peduli lagi dengan Joon Baek. Keluarga Isaiah lebih bernilai berkali-kali lipat dari tunangan putrinya yang berasal dari keluarga Baek itu.

"Aku disini ingin meminta kepadamu secara pribadi agar kau menyetujui pertunangan antara putrimu dan putra asuhku. Bam Shimizu. Aku tahu sedikit tidak sopan meminta ini, padahal dulunya ia adalah tunangan putraku Ryu. Kau juga sudah membatalkan pertunangan itu. Tapi putraku Bam, benar-benar menginginkan putrimu," kata Hotaru sambil memandang Tuan Cheon kemudian memandang Bam.

Kikka menceritakan bahwa ayahnya sangat senang dengan hal itu, bahkan mengizinkan Bam untuk menemani Kikka selama ini. Soal Joon Kikka tidak tahu, Bam menutupinya begitu rapat dari Kikka. Gadis itu kembali memeluk Kikka. "Untunglah.. Kau baik-baik saja, dan selamat. Akhirnya kau mendapatkan apa yang kau inginkan."

"Terima kasih banyak Freya, jika bukan karenamu hal itu tidak akan terjadi. Terima kasih sudah mendorong Bam untuk mengejarku." Kikka menghampiri lelaki bermata biru langit yang dulu menjadi tunangannya, "Kau juga, terima kasih berbaik hati membantu untuk menyatukan kami."

Mata birunya menatap Kikka dengan hangat. "Sama-sama. Kau tahu, kebahagianmu dan Bam adalah hal yang paling kuinginkan, seharusnya kau bilang hal itu lebih cepat kepadaku."

Pandangan mata itu, Freya belum pernah melihatnya. Ryu juga bisa berekspresi seperti itu? Well, dia tidak pernah memperhatikannya juga. Dan sesuatu di dadanya terasa sakit.  Lamunan Freya buyar saat Bam merangkul Kikka dengan begitu posesif. Ia mencium puncak kepala gadis itu. Ia membisikkan sesuatu kepada Kikka.

"Sepertinya aku harus pergi Freya. Aku harus menemui kepala sekolah bersama dengan Bam." Freya mengangguk.

Kikka melihat ke arah Freya. Ia diapit oleh kedua pria yang begitu tampan dan menawan. Belum lagi kedua pria itu berasal bukan dari keluarga sembarang. Isaiah dan Bowman. Kikka melepaskan genggaman tangan Bam, kemudian berbalik ke arah Freya dan membisikkan sesuatu ke telinga gadis itu.

Setelah selesai ia tersenyum kepada Freya, kemudian kembali ke arah Bam.

Freya tampak bingung, tapi ia tetap tersenyum sambil melambaikan tangannya mengantar kepergian Kikka.

"Ayo Freya kita kembali ke kelas," ajak Miki sambil menggandeng tangan Freya. Freya tersenyum kepada Miki. Ia melihat ke arah Ryu, pria itu tersenyum tapi matanya menyiratkan kesedihan.

"Iya Miki." Freya tidak mempedulikan Ryu.

Ryu berhenti. Dadanya begitu sakit melihat gadis yang ia cintai bersama pria lain. Ia memang berjanji akan tetap bertahan dan berusaha sekuat tenaga untuk membuat Freya berpaling padanya. Tapi sepertinya gadis itu memang tidak akan memilihnya. Lihat saja cara gadis itu menatap Miki, caranya tersenyum dan berbicara kepada Miki sahabatnya. Berbeda 180° dengan cara gadis itu memperlakukannya. Ia mengenyahkan pemikiran tersebut. Ia tidak akan menyerah apapun yang terjadi. Ia akan siap sedia, menunggu gadis itu hingga  ia berbalik kepadanya.

---**---

Sudah berjam-jam Freya mencoba memakai kimono yang disiapkan oleh Ryu. Ia berhasil memakainya, tapi saat ia hendak memakai Obi semuanya kacau balau. Freya melirik ke arah jam. Ini sudah lewat dari waktu yang dijanjikan, pikirnya.

Suara ketukan terdengar dari balik pintu Freya. Freya berharap semoga saja itu Ryu. Ia lelah mencoba memakai pakaian itu. Seharusnya ia menerima tawaran Ryu saat ia menawarkan untuk membantu Freya mengenakannya. Freya memegangi kimononya agar tidak terjatuh, kemudian berjalan membuka pintu.

"Kaukah itu Ryu?" tanya Freya dari balik pintu.

"Iya, aku menjemputku disini karena kita sudah hampir terlambat Freya," jawab sebuah suara dari balik pintu. Freya membuka pintu dan mendapati pria tampan dengan balutan jas berwarna hitam yang senada dengan rambut hitam miliknya itu.

"Sepertinya aku ada masalah dengan baju yang kau berikan.. Maukah kau membantuku memakainya?"

Ryu menelan kembali ludahnya. Entah gadis itu lupa atau apa, bagaimana bisa ia muncul dengan penampilan yang sangat menggoda. Kimono yang tidak terpasang dengan benar membuat beberapa bagian tubuh indah gadis itu terlihat dengan jelas. Ryu masuk ke kamar gadis itu ketika dipersilahkan masuk. Ia melihat Obi yang tergeletak di kasur gadis itu. Jadi itu masalahnya, batin Ryu. Ia dapat merasakan kejantanannya mengeras dibalik celana miliknya. Sungguh ini sangat menyiksa.

"Rentangkan kedua tanganmu," perintah Ryu, Freya menurutinya dengan baik. Ryu mengambil Obi yang tergeletak di kasur kemudian memakaikan benda itu dengan ahli di tubuh bagian atas gadis itu. Ia susah payah menahan hasratnya yang begitu besar. Tapi ia sudah bertekad tidak akan melakukan hal-hal yang akan membuat Freya semakin membencinya.

Pipi Freya merona saat merasakan kejantanan Ryu menyentuh bagian belakang tubuhnya ketika pria itu memakaikan Obi kepadanya. Oh tidak, bagaimana bisa ia lupa kalau Ryu adalah Isaiah. Ia terlalu frustasi saat tidak bisa memakai pakaian ini. Tapi bagaimana bisa ia meminta Ryu memakaikannya. Freya telah menggali kuburannya sendiri. Entah apa yang akan dilakukan Ryu. Apalagi sekarang akhir tahun. Asrama hampir semua kosong, hanya tersisa beberapa anak dan petugas. Raka juga sudah kembali ke rumah lebih dulu.

"Sudah selesai. Aku akan menunggu di parkiran seperti perjanjian awal kita. Kau ambillah barang yang ingin kau bawa. Dan cepatlah, kita hampir terlambat." Ryu terburu-buru meninggalkan Freya. Freya hanya melongo menatap kepergian pria itu.

---**---

Tidak mungkin. Freya terkejut bukan main, benarkah? Ryu sedang bersandar di mobil Koenigsegg CCXR Trevita. Dia pasti sudah gila, pikir Freya. Freya berjalan mendekati pria yang menunggunya. Ia menggeleng, bagaimana bisa seorang murid SMA memiliki mobil termahal di dunia dengan harga milyaran itu. Ah dia lupa, Ryu adalah putra dari keluarga Isaiah. Dengan malas Freya masuk ke mobil itu saat Ryu membukakan pintu mobil untuknya.

Ryu masuk ke dalam mobil dan menstater mobil itu. Ia mengendarai mobil itu dengan hati-hati agar membuat Freya nyaman.

Freya menatap pemandangan di balik jendela. Hari ini hujan, dan kemacetan terjadi dimana-mana. Inilah Indonesia. Dan anehnya, entah bagaimana kendaraan yang ia naiki justru melaju dengan lancar.

Pikiran Freya menerawang, tidak terasa sudah 1 tahun terlewat. Ia sudah melewati tahun pertama di Akademi Frisuki dan belum sama sekali menemukan petunjuk mengenai dirinya. Ia malah terlibat dengan masalah rumit, apalagi jika bukan masalah pertunangannya dengan Ryu. Jelas-jelas ibunya menyuruh menjauhi keluarga Isaiah, tapi ia malah bertunangan dengan salah satunya dan kini sedang menuju tempat dimana dia akan bertemu Isaiah yang lain.

Pikiran Freya terusik, apa maksud perkataan Kikka waktu itu? Apa yang dikatakannya sudah diketahui Freya dengan jelas.

"Kita sudah sampai," kata Ryu memecahkan keheningan sekaligus membuat Freya kembali tersadar. Freya turun dari mobil itu. Ia melihat bangunan yang ada di hadapannya. Sebuah restoran khas Jepang. Berada disana seolah-olah ia berada di restoran Jepang. Seorang pelayan rupanya sudah menunggu mereka. Ia memandu Ryu dan Freya untuk menemui Hotaru.

Freya mengagumi setiap arsitektur tempat itu. Benda yang ditata sedemikian rupa memunculkan kesan yang luar biasa. Ia merasa sejuk. Hanya melihat tata ruangan tempat ini ia merasa sejuk. Bonsai-bonsai luar biasa ditempatkan sepanjang jalan.

Akhirnya Freya sampai di sebuah ruangan. Pelayan itu membukakan pintu geser khas Jepang ruangan tersebut. Setelah memastikan kedua orang yang ia pandu masuk pelayan itu menutup kembali pintu tersebut dan meninggalkan tempat itu.

Di ruangan itu ada seorang wanita yang tengah duduk dan menatap ke luar pekarangan tempat itu. Ia melihat kolam yang di dalamnya terdapat pompa bambu yang naik turun setiap air jatuh ke salah satu sisinya. Menyadari kehadiran orang lain wanita itu berbalik dan menatap arah datangnya orang tersebut.

"Kalian sudah sampai.. Agak lama dari waktu yang sudah dijanjikan.." ia mengulurkan tangannya seraya menyuruh Freya dan Ryu duduk. "Duduklah."

Ryu berjalan mendekati Hotaru, ia duduk di seberang wanita itu diikuti dengan Freya. Freya duduk bersimpuh. Ia menatap wanita yang ada di hadapannya. Meneliti wajah wanita yang merupakan ibu Ryu.

Wanita itu mengenakan kimono dengan motif sakura yang tengah mekar. Motif itu tertata begitu sempurna hingga menampilkan kesan anggun dan musim semi kepada orang yang memakainya. Rambut wanita itu hitam pekat seperti milik Ryu, disanggul ke belakang dengan beberapa kepangan rambut yang menghiasi dan menambah kesan anggun dan elegan. Beberapa tusuk konde juga turut menghiasi sanggulan tersebut. Hidung mancungnya yang mungil tampak sempurna di wajahnya. Kulitnya yang putih bersih bak mutiara.

Kulit dan rambut serta wajah Ryu yang nampak seperti orang Jepang itu pasti ia warisi dari ibunya. Freya tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita itu melahirkan anak yang begitu tampan dan menawan dengan perpaduan sempurna antara Timur dan Barat. Hotaru tersenyum ke arah Freya, ia menyadari gadis itu memperhatikan dirinya. Freya tertunduk malu saat wanita itu menyadari tatapannya.

"Perkenalkan namaku Hotaru Isaiah. Ibu dari pria yang ada di sampingmu itu," katanya sambil menatap Freya.

Freya membungkukkan badannya, kemudian menatap Hotaru. "Saya Freya Leonara. Senang bertemu dengan Anda."

"Senang bertemu denganmu juga Freya. Maaf putraku selama ini merepotkanmu."

Freya bingung harus menjawab apa. "Ah iya, tidak masalah."

Tidak berapa lama datang pelayan membawakan hidangan, banyak sekali jenis makanan yang dihidangkannya. Kemudian Freya menyantap makanan itu dengan nikmat.

Sambil menyantap makanan yang ada di hadapannya, Hotaru sesekali melirik ke arah Freya dan Ryu bergantian tanpa mereka sadari. Berbagai macam pemikiran muncul di kepalanya. Bagaimana bisa semua jadi berakhir seperti ini. Pasti orang itu juga tidak menyangka jika Freya akan berakhir menjadi tunangan keluarga Isaiah. Ia sendiri juga tidak menyangka jika anak semata wayangnya, Ryu jatuh cinta dengan gadis yang memiliki wajah itu. Entah takdir yang sedang mempermainkan mereka atau memang itu adalah hal terbaik yang terjadi.

Setelah selesai menyantap makanan tersebut, Hotaru mengajak Freya berkeliling tempat itu, lantai tiga tempat itu adalah miliknya pribadi. Ia menunjukkan koleksinya yang ia kumpulkan kepada Freya. Freya kagum dengan benda-benda yang ia lihat. Sedangkan Ryu lebih banyak diam dan hanya mengamati.

"Freya, jika aku boleh tahu siapa nama ibumu?" tanya Hotaru tiba-tiba.

Freya menimbang-nimbang jawaban untuk pertanyaan tersebut, amankah jika ia memberi tahu nama ibunya? Mungkin iya, ibunya tidak pernah bilang tidak boleh memberi tahu namanya.

"Sarah. Sarah Azalea, dia ibuku," jawab Freya.

Hotaru tampak terkejut, ia memang sudah curiga sejak melihat gadis itu. Tapi ia tidak benar-benar menyangka gadis itu mempunyai hubungan dengan Sarah Azalea. "Kau yakin dialah ibumu?"

Freya terkesiap, ekspresi Hotaru menandakan ia tahu sesuatu. Dari caranya mengucapkan setiap kata mendukung spekulasi Freya.

"Apakah Anda.. Mengenal ibuku?" tanya Freya dengan nada terkejut.

Belum sempat Hotaru menjawab, pintu ruangan itu terbuka. Nampak pengawal setia Hotaru datang, Regis. Ia memberi hormat kepada Freya, Ryu, dan Hotaru kemudian berjalan mendekati Nyonyanya.

"Maaf saya mengganggu acara Nyonya hari ini. Ada keadaan genting, dan Anda harus kembali ke Jepang sekarang Nyonya," kata Regis dengan nada sedikit panik. Mendengar ada nada panik di ucapan Regis, Hotaru mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Freya. Segera ia berjalan meninggalkan tempat itu.

"Maaf Freya aku harus segera kembali," kata Hotaru  sambil berjalan terburu-buru yang diikuti oleh Regis.

"Biar kuantar ibu." Ryu mengikuti Hotaru. Freya yang masih terkejut terdiam sejenak. Kemudian ia sadar kembali dan segera mengikuti Ryu.

Di luar, sebuah mobil Ferarri sudah menunggu Hotaru. Dengan cekatan Regis membukakan pintu mobil itu untuk Hotaru dan segera masuk mengikutinya.

"Freya," panggil Hotaru, Freya berjalan mendekati mobil tersebut. Kaca mobil itu terbuka perlahan, dari situ Hotaru menyerahkan suatu benda padanya. "Ini untukmu, maaf aku tidak bisa menyerahkan yang satunya. Anakku yang bodoh itu menghilangkannya ketika ia baru menginjak bangku SMP."

Freya menggenggam benda itu, kemudian kaca tertutup, dan Hotaru sudah menghilang dari pandangan Freya. Freya membuka genggamannya hendak melihat benda yang diberikan oleh Hotaru. Tiba-tiba benda itu direnggut dari tangan Freya.

"Ryu!!" teriak Freya marah.

"Sebaiknya kau tidak melihat benda ini, ini hanya benda kuno yang sudah usang," kata Ryu sambil memasukkan benda itu ke saku celananya.

"Itu milikku, ibumu yang memberikannya." Freya dengan geram karena perbuatan Ryu, ia tidak habis pikir mengenai tingkah pria itu. Melihat ekspresinya, Freya yakin Ryu tidak berniat mengembalikan benda itu. Mau tidak mau Freya harus mengancam pria itu. "Kalau kau tidak segera mengembalikannya aku akan pulang sendiri dan setelah itu kita tidak akan berbicara lagi hingga pertunangan ini selesai."

Ancaman Freya terbukti ampuh. Ryu tampak kesal mendengarnya, ia berjalan mendekati Freya dan mengembalikan benda yang ia simpan di sakunya. Mata Freya terbelalak saat melihat benda itu.. Bagaimana.. Bagaimana bisa benda itu ada disini? Ia mengingat-ingat kembali ucapan Hotaru bahwa benda itu memiliki pasangan. Jadi selama ini, Ryulah orang yang ia cari.

Freya menatap Ryu kecewa, mencari setiap alasan mengapa pria itu menyembunyikan hal itu. Freya tahu kalau Ryu sudah mengetahuinya, reaksinya yang tadi cukup untuk menjelaskan hal tersebut.

"Kau, kau pria yang kutemui saat aku berusia 12 tahun. Pria yang memberiku ornamen clover dan sakura itu... Kenapa? Kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku!!" kata Freya dengan marah, hampir berteriak.

"Karena kau membenciku Freya, kau begitu membenciku pada saat pertama kali melihatku saat kita bertemu lagi. Aku juga hampir tidak mengenalimu. Kau tumbuh begitu cantik hingga membuatku silau. Saat aku melihatmu aku selalu merasa mengenalmu tapi aku tidak ingat dimana. Begitu aku kembali ke Jepang entah kenapa aku mengingatnya lagi. Ingat hari dimana aku menyatakan perasaanku? Kau begitu jijik padaku, jijik dengan darah Isaiah yang mengalir dalam tubuhku. Jadi aku menarik kesimpulan, bahwa jika aku mengakui apapun padamu hal itu tidak akan mengubahmu. Pandangannya terhadap darah yang mengalir dalam tubuhku," jawab Ryu, tidak ada amarah sama sekali dalam setiap katanya. Justru ia tampak sangat terluka.

Freya terdiam. Ia tidak mampu menjawab perkataan Ryu, ia mengakui ada kebenaran dalam ucapan Ryu. Melihat ekspresi Freya Ryu semakin yakin jika gadis itu memang tidak akan merubah pandangannya. Ryu menarik tangan Freya, membimbing gadis itu ke mobilnya.

"Ayo kita kembali. Aku sudah mengembalikan benda itu jadi kau tidak akan pulang sendirian."

---**---

Ryu menatap kepergian Freya hingga gadis itu tidak terlihat lagi. Sepanjang perjalanan gadis itu membisu. Tidak menggubris ucapan Ryu satupun. Ryu tersenyum simpul. Mengapa gadis itu begitu membenci darah Isaiah? Ryu mengakui yang ia lakukan dulu benar-benar buruk. Tapi gadis itu tidak memberinya kesempatan sedikitpun untuk memperbaikinya.

Ponsel Ryu bergetar, dari nada deringnya menandakan sebuah e-mail masuk. Ia meraih ponselnya dan membuka e-mail tersebut.

To : Ryu Sayang :3
Subject : Aku pulang
Aku sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta, aku kesini lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Aku merindukanmu Ryu, kau begitu acuh padaku. Begitu gigih mengabaikan pesan dariku. Padahal aku ini temanmu sejak kecil T^T. Aku akan menunggumu disini Ryu.

Alin.

Segera Ryu kembali ke mobil miliknya dan memacu kendaraan itu ke bandara. Menjemput Alin, tunangan sekaligus temannya sejak kecil. Ryu mengacak-ngacak rambutnya. Jika yang dikatakan Alin benar makan gadis itu kemari sendirian. Tidak ada pengawal dan penjagaan. Gadis itu benar-benar tahu cara membuat Ryu khawatir akan dirinya.

Ryu akhirnya sampai di bandara, ia memarkirkan mobilnya dengan terburu-buru dan mencari sosok yang ia kenal. Di sebuah kursi tunggu, terlihat seorang gadis membawa dua koper besar. Ia terduduk di kursi, mengamati ponselnya dengan wajah khawatir. Rambut pirangnya yang berwarna madu tergerai hingga pinggang gadis itu. Cahaya dari layar ponsel miliknya menerpa mata berwarna giok itu.

Seperti bisa merasakan kehadiran Ryu, gadis itu menengok ke arah Ryu lalu segera bangkit dan menerjang Ryu. Ia memeluk Ryu dengan begitu erat. Sedikit terkejut dengan gerakan tiba-tiba yang dilakukan gadis itu, Ryu mendapatkan kembali keseimbangannya. Ia memeluk balik gadis yang ada di dekapannya.

"Kau datang, begitu cepat. Seperti yang diharapakan dari tunanganku yang tersayang," kata gadis itu sambil tetap memeluk Ryu.

"Kau gadis kecil yang nakal," balas Ryu sambil terkekeh.

Gadis itu melepaskan pelukannya. Kemudian merajuk. "Huh kau selalu begitu padaku. Padahal kita cuma beda 2 tahun. Kau jahat, padahal demi kau aku belajar dengan keras sehingga bisa lompat kelas dan berada di tingkat yang sama denganmu."

Ryu tersenyum sambil mengelus kepala gadis itu. "Iya, iya.. Kau sudah makan belum?"

"Belum," jawab gadis itu ketus.

"Bagaimana kalau kita makan pasta kesukaanmu?" tawar Ryu.

Tawaran itu cukup menggoda bagi gadis itu, tapi gadis itu mencoba tetap berpura-pura kesal terhadap Ryu. "Jangan kira aku akan memaafkanmu tuan Isaiah."

Mereka bertatapan, kemudian keduanya tertawa bersamaan. Tuan Isaiah, itu adalah panggilan gadis itu saat ia kesal tapi bersedia memaafkan Ryu.

Sementara di tempat lain, Freya sedang sibuk mengemasi barang-barangnya. Ia akan menyusul Raka. Ia tidak bisa berada disini. Tepatnya ia tidak ingin bertemu dengan Ryu. Ditatapnya kedua ornamen yang kini sudah bersatu. Perasan Freya campur aduk saat melihatnya. Ia kembali teringat perkataan Kikka saat itu.

"Freya, jika kau bingung dengan hatimu. Jika segala hal membuatmu tidak bisa mengambil keputusan mengenai siapa yang kau cintai. Tutuplah matamu dan lepaskanlah semua penghalang yang ada."

"Lalu tanyakan kepada hatimu, siapa yang sudah mencurinya?"

---**---

To be Continued

Thanks for reading and your voment 😊

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 93.2K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
6.3M 485K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
952K 88.1K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
3.5M 27.5K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...