KARMA CINTA

由 Ucy_Lestary

279K 3.4K 392

Disini kamu akan melihat rasa cinta, cemburu, sakit hati, dan keinginan memiliki yang begitu besar. Dan bagai... 更多

KARMA CINTA
Karma 1
Karma 2 "Gue Govin Putra Adiutama"
Karma 3 "ARG!! First Kiss AKUUUUU!!"
Karma 4 <Aga-Nasha couple> "Asli Nyebelin"
Karma 5 <Rio-Atik Couple> "Sial!!"
Karma 6 - <Venus-Sitha> Cewek Cool, imut, manis tapiii...Galak Uey..
Karma 7 - <Govin-Lira> Pergi kau playboy curut
Karma 8 - <Aga-Nasha couple & Govin-Lira Couple > Ada apa dengan Lira?
Karma 9 - <Venus-Sitha Couple> & <Rio-Atik Couple>
Karma 10 - <Venus-Sitha> "Alien Gila... Again?!"
Karma 11 - <Rio-Atik> "Pemandangan WOW dari sang mantan pacar 'kakakku'!"
Karma 12 - <Govin-Lira couple> & <Aga-Nasha couple>
Karma 13 - <Govin-Lira Couple> Rasain tuh!!
Karma 14- <Aga-Nasha couple> "Kencan Yang Berantakan!!"
Karma 15 - <Rio-Atik Couple> & <Venus-Sitha Couple>
Karma 16 - <Venus-Sitha Couple> "Rose and Poison..."
Karma 17 - <Rio-Atik Couple> "Awkward..."
Karma 18 - <Govin-Lira> "Acid, sweet and bitter..."
Karma 20 - <Venus-Sitha> "Hilang"
Karma 21 - <Rio-Atik>
Karma 22- <Govin-Lira> "Telak!"
Karma 23 - <Aga-Nasha> "Perlawanan Berbahaya"
Karma 24 - <Rio-Atik> "Maaf....."

Karma 19 - <Aga-Nasha> "You make me crazy, beb!

11.6K 151 23
由 Ucy_Lestary

YOOO SIAUTHOR GAJE KEMBALI LAGI ~(˘▾˘~) ~(˘▾˘)~ (~˘▾˘)~

sesuai janji aku. TAAARRAAAAA aku post malam hari ini untuk bagian pasangan Aga-Nasha. nah bagi yang suka pasangan ini, selamat menikmati ya >.<

( ̄Д ̄)ノ buat bikin si Author seneng dan semangat empat lima untuk lanjut. mohon kesediaannya buat ngasih vote sama komen ya!! SEMANGAT!!

YOOOK SEMALAT BACA AJA >.< CEKEDIIIIIR!!

--------------------------------------------------

You make me crazy, beb!

“Mau kemana sih?”

Dengan kesal Nasha memaki-maki cowok didepannya yang sepertinya tak peduli dengan ekspresi marah yang tercetak jelas diwajah gadis itu.

“Kesuatu tempat dimana tidak satupun orang yang tau,” balas Aga misterius dan terus memaksa gadis itu mengikuti langkah cepatnya. Yap, dia sudah tidak sabar lagi…

Dengan kesal disentakkannya tangan cowok itu yang melingkar erat dipergelangan tangannya “Tapi saya ada janji sama Lira ditaman, Kak!” seketika mata Aga menatap Nasha tajam “Dan itu penting,” lanjutnya tak memedulikan tatapan tajam cowok itu.

“Lain kalikan bisa ketemu lagi,” sahutnya tak peduli “Apalagi gue tau sahabat lo itu sedang tidak bisa diganggu sekarang,” lalu kembali diraihnya tangan gadisnya dan digenggamnya erat, tak memedulikan sikap tak suka gadis itu “Dia sekarang…”

“Bersama Govin begitu?” tanya Nasha cepat – dan terdengar panik –  memotong ucapan Aga “Itu adalah hal paling gawat yang saya dengar!” pekik Nasha marah.

“Gawat apanya? Mereka sedang berduaan dan mereka sangat mesra – seperti yang gue tau dari Govin – mereka pacaran,” ucap Aga dengan alis menyatu.

Nasha memutar sepasang bola mata jernihnya dengan sinis “Pacaran?” dengusnya, “Mereka nggak pacaran, Kak! Sahabat Kakak itu yang ngikat sahabat saya seenaknya. Sama seperti yang Kakak lakuin sama saya,” marah gadis itu. Lalu kembali menghempaskan tangan Aga yang tadi menggenggam tangannya dan siap berbalik untuk menyelamatkan sahabatnya itu.

Melihat Nasha yang sepertinya akan pergi meninggalkannya dan kembali mengabaikannya, Aga langsung menangkap tangan gadis itu dan memutar tubuh Nasha kembali menghadapnya. Ditatapnya sepasang mata jernih dan polos milik gadis itu, “Lo pikir, lo bisa pergi dari gue gitu?” tekannya tajam “Nggak akan bisa! Sama seperti sahabat lo itu, lo nggak bakal bisa lepas dari kami, kalau kami sudah menginginkkan sesuatu,” lanjutnya seraya menatap Nasha dari atas sampai kebawah. Membuat Nasha risih.

“Kami?” Nasha mengangkat alisnya muak “Ya kalian semua memang selalu menganggap semua perempuan itu barang. Dan kalau bosan dibuang, begitukan?”

Mendengar ucapan gadis itu – yang dengan telak menyinggungnya – seketika membuat Aga marah. Rencana awalnya tadi langsung musnah bergantikan keingin untuk menghukum gadis dihadapannya ini. Memberi pelajaran, kalau betapa berbahayanya kalau gadis ini sudah membuat seorang Aga Septian Hendrawan marah.

“Sepertinya lo butuh hukuman dari gue,” ujarnya dingin, sedingin tatapan yang diberikannya pada gadis didepannya itu.

“O-oh ya?” sahut Nasha tergagap. Dia sebenarnya takut kalau Aga sudah sampai menampakkan ekspresi dingin diwajahnya. Dan itu benar-benar gawat. Tapi, hello Nasha, kalau kamu sampai takut padanya berarti kamu sudah kalah dari cowok brengsek berhati dingin ini, ingatnya dalam hati.

Nasha sadar betul sesungguhnya dia sudah kalah dari awal. Cowok dihadapannya itu benar-benar susah untuk dilawan. Apalagi fakta kalau Aga tau kelemahannya. Dan dia sendiri baru tau kalau kelemahannya ada pada bagian tubuh yang pertama kali disentuh cowok itu. *ingat part 7 b* Dan itu sungguh memalukan untuknya.

Aga mengakak alisnya dan semakin mengetatkan cengkramannya ditangan Nasha “Apa perlu gue ingatkan gimana kalau gue sampai marah?” bisiknya setajam pisau. “Gue akan mudah melemahkan lo, sayang!”

Tubuh Nasha langsung bergetar Karena takut. Dia tidak tau kalau ternyata Aga bisa begitu menakutkan kalau dihadapi, dan dia sadar betul aura kekuasaan yang dimiliki cowok itu lebih besar dari Govin, meski keduanya sama berbahayanya untuk dilawan.

Mata Nasha mendelik muak pada Aga “Itu nggak bakal terjadi,” desisnya.

“Oh ya? Bukannya waktu itu lo terus ngebalas hukuman gue?” balasnya kalem, tanpa menghilangkan auran es disekelilingnya “Dan itu sangat panas,” sengaja dibisikkannya ditelinga Nasha dengan desah dan godaan.

“Kamu orang jahat!” pekik Nasha marah. Ya, dia memang membalas perlakuan cowok itu saat itu, dan dia kalah.

Teringat kembali apa yang dilalukan cowok itu kepadanya, dan itu hampir diluar kendali dan batas . Mungkin kalau dia tidak menampar wajah Aga saat itu, dia akan kehilangan masa depannya dan mempermalukan kedua orang tuanya. Bahkan saat itu terbayang jelas tawa kemenangan dari cowok didepannya itu kalau saja hal itu terus berlanjut.

Aga mendengus tak peduli “Lo baru sadar gue orang jahat?” cemoohnya “Kalau lo nggak mau sampai gue hukum. Turuti apa mau gue, ngerti!” itu bukan petanyaan, tapi pernyataan langsung dari cowok itu.

Dan dengan keras ditolak gadis itu. Mungkin semua orang akan berpikiran sangat berani, padahal dia tau betapa menakutkannya Aga. Maka, alasan kenapa dia jadi berani menolak kemauan cowok itu adalah… Nasha melihat sosok Brian disana – sedang membaca buku dengan tenang – bersandar disalah satu pohon yang cukup rindang.

Disaat Aga ingin menganggkat paksa gadis itu – dengan kemarahan yang sudah diubun-ubun karena sikap keras kepala dan tak peduli Nasha – tiba-tiba Nasha menghentakkan tangannya keras dan berbalik cepat mencoba berlari.

“Brian!!” teriak gadis itu yang sukses membuat Aga memicingkan telinganya, mungkin saja dia salah dengar. Tapi setelah kedua kalinya gadis itu meneriakkan nama cowok – yang pernah dia dengar saat dipantai itu – kontan Aga menggeram marah. Berani-beraninya gadis ini!

Brian, yang merasa namanya dipanggil – dan dia sangat kenal suara gadis yang memanggilnya – kontan langsung mengalihkan pandangannya dari buku, mencari dimana asal suara itu.

“BRIAN!” panggil Nasha makin keras, karena tubuhnya kembali diraih Aga dan diseret cowok itu dengan paksa. Nasha berontak dan terus berusaha melepaskan diri dari kungkungan Aga yang seerat ular melilit mangsanya. Kalau aku nggak cepat… Bisa habis aku! panik gadis itu.

Aga menggeram marah “Berani lo teriakin nama cowok lain… Lo bakal dapat hukuman yang paling parah dari apa yang sudah lo rasain!” ancam cowok itu seraya semakin mengetatkan kurungannya.

“Saya nggak peduli!” lawan Nasha dengan wajah panik, “Brian! Brian! Tolong gue!” semakin hebat gadis itu meronta agar bisa lepas dari pelukan ketat Aga.

“Nasha, stop!” bentak Aga semakin marah dan sukses membuat Nasha bungkam seketika, “Sia-sia lo manggil cowok nggak tahu diri itu! Berani lo manggil cowok itu lagi. Lo lihat saja apa yang akan gue lakuin pada si Brian-Brian itu!” ancam Aga dingin.

Mendengar Aga menjelekkan Brian dan mengancamnya, amarah Nasha kembali naik. Menghapus sisa ketakutan gadis itu. “Kakak nggak berhak ngelakuin hal kayak gini sama saya! Memang apa hak Kakak, hah?!” mungkin ini untuk yang kesekian kalinya Nasha menanyakan hal seperti ini pada Aga. Dan sesuai apa yang dipikirkannya, Aga hanya akan menganggak alisnya dan tersenyum dingin.

“Sesuatu yang sudah jadi milik gue nggak akan bisa lari dari gue,” seringainya – yang bagi Nasha seringaian paling menakutkan yang pernah dia lihat – “Dan hak gue… Hak gue itu adalah lo. Lo milik gue dan nggak boleh ada satupun tangan yang nyentuh lo. Kecuali bokap lo tentun saja,” tegasnya.

Nasha terdiam, memandang nanar Aga yang masih setia dengan tatapan tajam dengan aura dingin yang menyakitkan, “Saya bukan barang!” desis Nasha benci.

“BRIAN!” teriak Nasha lagi. Tak dihiraukannya aura berbahaya disekelilingnya, dia ingin lepas… Hanya itu kemauannya.

Aga mengertakkan gerahamnya menahan amarah yang sudah ingin meledak. Dan hanya dengan sekali sentakan, Aga sukses menganggkat tubuh Nasha dengan menyandarkan tubuh gadis itu dibahu lebarnya – seperti mengangkat beras – dan tidak peduli dengan teriakan dan sumpah serapah yang dilancarkan gadis itu padanya.

Ya Tuhan! Kemana dia akan dibawa cowok brengsek berhati dingin ini? Brian! Tolong akuuu… harap gadis itu, meski dia tahu itu hanya sebuah kesia-siaan.

------- Aga-Nasha -------

Bruk!

Dengan keras Aga menjatuhnya tubuh Nasha disofa merah dan empuk. Tak peduli dengan pancaran ketakutan dan amarah diwajah gadis itu.

Ya, sekarang ini Aga dan Nasha berada disalah satu apartemen mewah milik Aga. Dimana tidak ada seorangpun disitu. Hanya ada Aga dan dirinya. Membuat Nasha panik dan takut…

“Kak, kenapa…”

Dengan cepat Aga membungkam mulut gadis itu dengan telapak tangan kanannya yang besar “Lo bakal nerima hukuman dari gue karna sudah berani ngelawan gue! Seharusnya lo tadi diam saja, tapi apa? Lo semakin ngelawan gue, dan lo tau apa itu…,” sengaja digantungkannya kalimat apa yang akan dikatannya selanjutnya.

Bencana! Jawab gadis itu dengan perasaan takut dan panik. Tubuh gadis itu kontan bergetar takut.

“Tapi, Kak…”

“Kesempatan lo untuk selamat dari gue udah hilang! Dan lo sadar betul ini salah siapa…,” potong cowok itu lagi, dan itu sukses membuat tubuh Nasha semakin bergetar takut. Dia tidak akan… Tidak akan berani melakukan itu bukan? Harap Nasha dengan pikiran takut kalau Aga akan melakukan sesuatu yang pastinya bukan hanya merugikannya, tapi juga merugikan cowok itu.

Dan Nasha belum tau bagaimana cara berpacaran Aga Septian Hendrawan. Yang mungkin sudah terlalu dini untuk cowok itu lakukan. Sudah berapa perempuan yang dia sentuh dan dia rusak. Dan beruntungnya cowok itu tak pernah sampai ada perempuan-perempuan itu yang meminta pertanggung jawabannya, malahan perempuan-perempuan itu selalu kembali padanya dan meminta lagi, lagi, dan lagi.

Dan perlu gadis didepannya itu ketahui, seberapa marah dan kesalnya saat Nasha melawannya dan memanggil cowok lain didepannya untuk meminta pertolongan.

Baginya Nasha sudah menjadi miliknya, hanya miliknya dan tidak boleh ada satupun yang merebut gadis itu darinya. Kecuali kalau dia sudah lelah dan bosan. Tapi, yang anehnya sudah hampir tiga bulan cowok itu mengelilingi Nasha dan mendekati gadis didepannya itu seperti lintah, Aga tak merasa bosan. Cowok itu malah semakin ingin selalu dekat gadis itu.

Dia selalu merindukan gadis didepannya itu, ingin selalu melihat, menyentuh dan merasakan gadis itu sampai dadanya terasa sesak, dan itu dia tidak tahu kenapa.

Dan juga dia paling tidak suka – benci maksudnya – saat dia melihat Nasha didekati cowok lain selain dirinya. Membuat dadanya terasa terbakar oleh amarah dan membuat otaknya selalu memikirkan hal-hal jahat pada cowok-cowok yang mengelilingi gadis itu. Apa perlu gue cium Nasha dengan panas didepan cowok-cowok itu agar mereka menjauhi gadisnya, pikirnya posessif.

Tapi ada satu hal yang dia sadari. Dia terlalu possesif pada Nasha. Terlalu over protect pada gadis itu. Dia akan sangat marah kalau Nasha berani melawannya, tidak membalas sms dan tidak mengangkat telponnya, dia akan bertindak cepat kalau sampai ada cowok yang berani mendekati gadisnya dan itu hanya dengan tatapan tajam yang dingin, membunuh, dan berkuasa yang cowok itu pancarkan pada rival-rivalnya, dan itu selalu sukses membuat cowok-cowok itu mundur dengan cepat tanpa perlu tangannya yang bergerak. Dan hebatnya Nasha tidak sadar akan pagar yang dibuat Aga padanya.

Kembali ke realita…

“Salah?” Nasha mengangkat alisnya tinggi “Emang saya salah kalau saya mau bebas dari Kakak gitu?” lirihnya.

Dengan tenang Aga menundukkan badannya sehingga wajahnya dengan Nasha sejajar “Ya! Kesalahan lo udah banyak banget,” tekan Aga tajam. Kesalahan lo banyak, sayang. Lo udah salah nyuekin gue, dan dengan beraninya lo ngomong sama cowok lain didepan gue! Ucapnya dalam hati.

 Nasha menyipitkan matanya bingung “Salah saya banyak? Apa aja? Perasaan selama ini saya nggak pernah bikin salah sama Kakak,” balas Nasha sambil menatap Aga sengit, “Tapi Kakak yang selalu bikin salah sama saya! Dan asal Kak Aga tau, saya muak, benci, gondok sama Kakak!” lanjutnya dengan dada sesak menahan amarah.

Aga memejamkan matanya seraya menyisir rambutnya dengan tangan. Jujur dia tersinggung dan merasa tertolak. Tidak pernah ada satu gadispun yang pernah menolaknya terang-terangan seperti ini. biasanya dia yang selalu menolak dan mencampakan mereka. Dan sekarang. Astaga ingin sekali dia paksa gadis itu mengakuinya dan setelah itu memohon maaf padanya. Tapi tampaknya itu semua hanya sebatas khayalan saja.

“Lo benci sama gue, hmm?” mata Aga menyipit geram.

Nasha dengan gugup menggerak-gerakkan bola matanya sambil mencari-cari celah untuk kabur. Dia sadar betul kalau dia dalam bahaya sekarang, sangat bahaya!

Menyadari gadis itu sedang mencari cara untuk kabur darinya, Aga semakin naik darah. Nih cewek! Geram Aga.

Nasha yang sedari tadi menunduk dan konsentrasinya sedang berpencar, mencari jalan keluar. Tidak menyadari aura mengerikan yang dikeluarkan Aga. Yang semakin lama semakin naik dan dingin.

“Lo nyoba kabur dari gue!” bentak Aga yang sukses membuat Nasha tersentak kaget. Nasha mendongak menatap Aga yang tepat didepannya dan tiba-tiba saja tangannya langsung dicengkram cowok itu dengan kasar, “Lo emang butuh dikasih pelajaran, sayang! Dan ingat lo bakal menyesali apa yang sudah lo lakuin sama gue!”

Dengan kepala pusing Nasha membalas tatapan Aga. Dia pusing karena ucapan Aga yang berulang-ulang, kalau tidak ‘lo milik gue!’ atau ‘lo emang butuh dikasih pelajaran supaya jera’, bikin pusing. Tapi tetap saja Nasha harus waspada.

“Lepasin saya!” dengan menekan setiap perkataannya Nasha terus menatap tajam Aga. Membuat Aga… Yaa semakin marah.

Karena merasa emosinya semakin diuji. Aga dengan kasar mengangkat tubuh Nasha dan membawa tubuh gadis itu kesebuah ruangan dimana warna hitam yang mendominasi didalamnya. Membuat Nasha yakin kalau sekarang dia memang dalam bahaya.

Arg! Ini kamar Kak Aga! Mama!! Frustasi Nasha dengan wajah memucat. Dan sialnya lagi sepertinya kesempatan Nasha memang sudah habis sekarang.

Seperti kesetanan Nasha meronta didekapan Aga yang kuat. Tapi memang kekuatan perempuan tak didesain untuk dapat menandingi kekuatan laki-laki. Apalagi dengan tubuh Nasha yang mungil, membuat dia semakin susah.

Setelah sampoi diruangan itu, dengan kasar pula Aga menjatuhkan tubuh Nasha diatas benda yang empuk, lembut dan berwarna hitam, saking kerasnya Aga menjatuhkan disana, Nasha sampai menjerit pelan, antara kaget dan takut.

“Apa-apaan ini?!” bentaknya.

“Menurut lo?” dengan tatapan tenang dan dingin Aga menatap Nasha, membuat gadis itu gemetaran karena takut. Dan dia tahu tatapan apa itu, karena saat tatapan itu dipancarkan dari wajah sempurna Aga, itu berarti adalah… Neraka.

------- Aga-Nasha -------

 

“Huphhh... Lepasin!!”

Dengan seluruh tenaganya, Nasha mendorong tubuh Aga agar menjauh darinya, tenaganya pun sudah hampir habis karena kelelahan

Tapi semua sia-sia, semakin dia berusaha Aga semakin mendekat semakin merekatkan tubuhnya pada Nasha.

Sreet!

Dengan mulut Aga yang masih menyerang bibir Nasha. Hanya dengan sekali gerakan Aga mendorong tubuh Nasha keatas, sehingga kepala gadis itu tepat berada diatas bantal hitam milik Aga.

Sial! Bagaimana ini?, rasanya Nasha sangat ingin menangis sekarang. Aga tidak mau melepaskannya, mulutnya tak bisa teriak karena dibungkam dan diserang secara frontal oleh Aga yang sangat marah. Membuat Nasha hampir putus asa. Terlintas dikepalanya, jika saja dia tidak menantang Aga tadi, mungkin hal ini tidak akan terjadi.

Dengan perasaan sakit, Nasha menurunkan tangannya yang semula menarik-narik rambut Aga dari belakang agar menjauh darinya. Mulutnyapun berhenti mengeluarkan sumpah serapah, pemberontakan, bahkan permohonan yang hasilnya diabaikan oleh Aga.

Tapi, bukan berarti harapannya untuk lepas hilang begitu saja. Dalam hatinya masih tercetak kuat keinginan untuk lepas dan selamat dari serangan kemarahan Aga ini. Andai aku nggak ngelawan dia tadi, mungkin hal ini nggak akan terjadi, sesalnya untuk kesekian kalinya sejak dia dimasukkan dan direbahkan paksa oleh Aga diranjang cowok itu.

Tapi, memang Aga brengsek dan sialan. Merasa gadisnya diam saja dan penolakannya terhenti, Aga memancing dan menyerang titik kelemahan Nasha dengan lembut dan sedikit kasar. Apalagi kalau bukan bibir atas gadisnya itu.

“Ah…,”

Berhasil bukan. Hanya dengan dia menggigit dan menjilat lembut bibir atas gadisnya itu, Aga bisa mendapatkan Nasha seutuhnya. Hanya dengan itu saja gadisnya dapat menurut padanya.

“Hmm… Nasha… Lo milik gue!” ucap Aga penuh penekanan dan itu juga diberlakukannya dengan ciumannya yang semakin bertambah intensitasnya. Dapat dirasakannya tubuh gadisnya gemetar dan tegang, tapi terasa begitu hangat, sehingga Aga enggan menjauh dari tubuh Nasha. Dia malah ingin selalu mendekat dan terus mendekati tubuh gadisnya. Berharap dengan itu, tubuhnya yang dingin dapat hangat dan terasa nyaman.

Dengan gerakan cepat akan tetapi terasa lembut Aga menyentuh tubuh Nasha. Menyentuh semua yang dapat dia sentuh. Dengan perasaan sangat gemas Aga mengecup, melumat, menggigit dan mencumbu bibir merah gadisnya. Membuat suasana semakin panas. Dan pertahanan Aga – yang dia tahan sekuat tenaga – hancur hanya dengan mendengar desahan dan gerak tubuh Nasha. Tangan gadisnya yang mencengkram rambutnya – yang sudah acak-acakan – , bagaimana gadisnya mengucapkan namanya beserta permohonan yang membuat Aga semakin gemas dan semakin ingin menyentuh Nasha. Lebih.

Nasha yang otaknya hilang entah kemana tidak menyadari apa yang dilakukan cowok yang dicapnya brengsek itu padanya. Gigitan dan lumatan Aga dibibir atasnya seakan-akan itu adalah bius dan racun yang paling mematikan untuknya. Hanya dengan cowok itu menyentuh bagian kelemahannya itu saja dia bisa langsung jatuh dan hilang kesadaran.

“K-kak Aga… Hh… Hentikan!” mohonnya lagi disaat kesadaran muncul. Meski pun kesadaran itu hanya muncul sebentar – karena Aga tanpa mendengarkan permohonannya langsung menyerang bibir atas Nasha lagi – dia tidak akan menyia-nyiakan itu.

“Apa?” dieratkannya pelukannya dipinggang Nasha seraya tangan kirinya mengelus sembari mencengkram lembut rambut Nasha, “Gue nggak denger. Hmm…,” ucapnya serak. Dia sengaja pura-pura tidak medengar ucapan Nasha. Dia belum ingin melepas gadisnya itu.

Dengan sisa kekuatannya Nasha menjauhkan bibir Aga darinya. Merasa kasihan pada Nasha – yang sedari tadi berusaha mendorongnya tapi gagal terus – Aga mengikuti kemauan gadis itu. Dengan jarak yang masih dekat – terlalu dekat malah – Aga menatap mata gadisnya sendu tapi tak menghilangkan hawa dinginnya. Dapat dirasakannya nafas gadisnya yang tersengal dan bibir merahnya bergetar. Masih terasa kuat rasa dan tekstur bibir gadisnya dibibirnya, membuat Aga tidak ingin berlama-lama mendiamkan Nasha.

Tapi, disaat dia kembali ingin menyatukan bibir mereka, Nasha dengan gerakan cepat menahan kepala Aga dengan menangkupkan kedua telapak tangannya dipipi cowok dingin itu.

“Jangan… Saya mohon berhenti,” Nasha meneguk air liurnya membasahi tenggorokannya yang terasa kering dan tegang, “Berhenti. Saya mohon,” lanjutnya dengan wajah memelas dan suaranya bergetar antara was-was dan menahan kebencian. Dia takut kalau sekarang dia melawan cowok itu lagi – apalagi sekarang dia ada disarang utama cowok itu. Sungguh bahaya – Aga akan semakin marah dan apa yang ada dipikirannya akan menjadi kenyataan. Masa depan yang hancur. Depresi. Dan mati.

Sudut bibir Aga terangkat, menampakkan seringai dingin tapi lembut, tangan kanannya mengelus pipi putih Nasha sambil menatap instens gadisnya itu. Permohonan gadis itu baginya hanya kesia-siaan. Meskipun Nasha memohon untuk dilepaskan saat ini sambil menangis pun, dia tidak akan mendengarkan.

Baginya gadisnya itu sudah terlambat. Sekarang dia tidak akan bisa ataupun pernah melepaskan gadisnya itu sebelum dia mendapatkan apa yang dia mau. Sekarang dia hanya ingin gadisnya yang ada dikungkungannya ini. Dia ingin Nasha, menjadi miliknya. Kalau perlu seutuhnya menjadi miliknya.

Dengan perasaan tak enak Nasha membalas tatapan Aga yang seperti balok es padanya. Dia sangat takut saat cowok itu menampakkan seringaian yang dia tau kalau cowok itu sudah tidak akan peduli dengan apa yang dia katakana. Apapun. Mata cowok itu seakan mengatakan ‘semuanya sia-sia sayang. Lo udah telat untuk menghentikan gue’ begitulah yang dia rasa. Atau mungkin itu memang iya.

“Kenapa?” Aga mengangkat alisnya tinggi, “Kenapa lo minta gue brenti?”

Nasha menggigit bibirnya geram “Ini berlebihan Kak Aga!”

“Berlebihan? Kita hanya berciuman saja, Nash…”

“Tapi bukan disiniii,” suara Nasha bergetar takut, matanya berkeliaran kesegala sudut kamar Aga yang semuanya hampir dipenuhi warna hitam dan abu-abu itu. Tubuhnya bergidik saat tau dimana dia sekarang. “Ini nggak baik.”

Aga tersenyum manis “Coba lo pikir, lo disini karena siapa coba?” sengaja Aga mengucapkannya dengan nada mengejek dengan tetap menatap gadisnya yang wajahnya sudah seperti mayat hidup itu.

Nasha memalingkan wajahnya, menghindari tatapan mengejek dan dapat dilihatnya kemarahan itu masih ada disana. Ya aku tau itu salah siapa. Salahku tentu saja, gerutunya muak.

Tapi meski begitu bukan berarti cowok itu dengan seenak jidatnya menyeretnya keapartemen cowok itu dan menciumnya membabi buta begini bukan?

------- Aga-Nasha -------

Ditempat lain…

Lira duduk sambil merebahkan kepalanya pusing memikirkan kemana kira-kira Aga – kakak kelas ‘brengsek ke dua’ – itu membawa sahabatnya.

Dia pikir ucapan Govin kalau Aga membawa Nasha itu cuman bohongan. Eh ternyata apa yang diucapkan Govin itu benar. Saat dia masuk kelas beberapa jam yang lalu, dia tidak mendapati sahabatnya itu dibangku sebelahnya.

Dia tanya sama salah satu teman sekelasnya yang berseberangan bangku dengannya, kata temannya itu – yang tentu saja sambil jerit, histeris nggak jelas – bilang gini, “Nasha? Gue liat tadi dijemput sama Kak Aga. Duuuh, gue jadi iri sama Nasha, dia beruntung banget gitu dijemput sama Kak Aga yang super tampan, cool, dan segala-galanya… bla blab la bal bal bal…”

Mendengar itu dalam hati Lira langsung mengutuk dan muntah-muntah super hebat. Coba saja dia tau bagaimana belangnya tuh cowok, wiii dia jamin teman sekelasnya ini langsung ilfil – atau mungkin sebaliknya -__-“ –

Satu lagi yang membuat Lira jadi khawatir super dan bingung, kok Nasha nggak kembali-kembali juga kekelas. Padahal jam masuk udah berapa kali berkumandang – emang azan – dan ini sudah jam kelima, tapi sahabatnya itu belum muncul juga. Dan satuuu lagi yang aneh, entah siapa yang mengambil tas sahabatnya itu. Tiba-tiba saja dijam ketiga udah ngilang aja. Padahal tadi ada dibangkunya. Mencurigakan. Jangan-jangan Nasha diculik si brengsek kedua lagi, pikir Lira horror. Dan dia berharap semoga itu tidak benar. Atau jangan-jangan memang benar.

Yah hanya tuhan yang tau apa yang terjadi…

------ Karma Cinta ------

“Berhenti! Berhentiiii…!”

Ternyata Aga memang menulikan telinganya. Permohonan Nasha dan segala yang dilakukan Nasha diabaikan cowok itu.

Setelah ucapan terakhir cowok itu, tanpa diduga oleh Nasha. Aga langsung menyerangnya kembali, malah ini lebih parah dari yang awal. Ternyata cowok itu tidak tahan mendiamkan Nasha sedetikpun. Membuat Nasha semakin cemas sampai-sampai beberapa kali mengeluarkan air mata. Dan ternyata air mata Nasha pun diabaikan cowok itu.

Bagaiamana ini?? Nasha hanya bias berdoa semoga ada seorang malaikat yang menyelamatkannya dari setan yang menindih dan menyerang tubuhnya itu.

Dengan spray yang sudah acak-acakan karna ulah – kalian pasti tau – dan dengan kancing baju bagian atas Nasha yang terbuka setengahnya sehingga menampakkan pemandangan yang bagi Aga adalah pemandangan yang paling indah, Aga semakin ganas.

Tangan kanan cowok itu tak pernah berhenti menyentuh tubuh gadisnya sembari bibirnya mengalihkan kesadaran Nasha yang terlalu mudah dia hilangkan. Sedangkan tangan kirinya masih setia melingkar dipinggang ramping Nasha dan semakin lama semakin erat itu.

“To-tolong ber-renti!” pinta Nasha lagi disaat kesadaran muncul kembali.

“Tidak semudah itu…,” dan…

Hup!

Hanya dengan sekali tarikan Aga menegakkan tubuhnya dan membawa tubuh gadisnya ikut terangkat sehingga posisi mereka saat ini begitu intim. Dengan Nasha yang duduk dipangkuan Aga sambil masih berciuman panas diranjang cowok itu.

*masih ingat adegan mobilkan? Miriplah. Abis author nggak tau gaya apa lagi. Jadi ini aja yang dimunculin. Maklum author belum pernah ngerasain dan nggak tau apa-apa gayanya hohohoho*

“Hhh…,” Nasha dengan refleks mendongakkan kepalanya saat Aga mencium sepanjang lehernya sampai ketengkuknya. Matanya tak pernah berani dia buka, dia terlalu marah dan takut melihat sosok tampan yang menyerangnya itu. Karena kalau sampai itu terjadi dia takut cowok itu akan semakin banyak tau kelemahan yang dia miliki.

Tes… Tes… Tes…

Aga dapat merasakan rasa asin dimulutnya. Dan dia tau itu apa, itu adalah air mata Nasha. Sudah berapa banyak dia merasakan air mata permohonan dan kemarahan Nasha dimulutnya ini dan dia lebih memilih tak peduli. Kalau dengan cara ini dia dapat mendapatkan Nasha, maka akan dia lakukan.

“Berhenti… Hiks… Hiks…,” tangis Nasha dengan mata yang sudah banjir. Tangannya mengacak-acak rambut Aga lemah, tak bertenaga. Antara pasrah dan melawan. Disatu sisi dia hampir tenggelam dalam permainan yang dibuat Aga, tapi disatu sisi dia menolak.

“Berhen… Ah!” dapat dirasakannya sekarang kepala cowok itu tepat berada didadanya dan bertahan lama disana. Membuat Nasha syok. Dia merasa dia dibanjiri ciuman oleh Aga, karena cowok itu tak berhenti hanya dengan satu kecupan dan lumatan saja. Cowok itu menyerangnya terus-terusan.

Air mata Nasha kembali menetes membawa sakit hati dan marah, “Berhenti… Kak Aga berenti… Kak Ag…,” tiba-tiba mulut Nasha dibungkam oleh tangan besar Aga. Tangan kiri Aga mengetat, bibir cowok itu berhenti melakukan aktifitasnya tadi.

Dia sendiri heran kenapa dia berhenti. Apa dia tidak tahan melihat gadisnya menangis, apalagi karena dirinya. Padahal dia terkenal tidak pedulian, tapi ini?

Hh, dadanya pun terasa sesak entah karena apa.

Lalu dengan kepala yang masih berada didada Nasha, Aga mendongakkan kepalanya, menatap gadisnya yang berlinang air mata. Dan perlahan mengusapkan tangannya yang bebas dipipi basah gadis itu. Menghapus air matanya.

“Gue kesepian,” ucap Aga pelan, sangat pelan. Dan itu hanya dapat didengar oleh dirinya dan Nasha saja. Lalu setelah itu menenggelamkan kepalanya didada Nasha, menyembunyikan wajahnya dari gadisnya itu dan menghirup aroma Nasha dalam-dalam. Bau bayi… ujarnya dalam hati.

Nasha menatap Aga dengan ekpresi bingung. Apa tadi? Kesepian? Serunya bingung.

Belum sempat Nasha menanyakan tentang kebingungannya itu. Dia mendapati Aga tertidur sambil memeluk dan menenggelamkan kepalanya didada Nasha. Dia tau cowok itu tertidur karena dapat dirasakannya hembusan nafas tenang dan teratur dari gerak dan hembusannya yang tepat mengenai tubuh Nasha. Membuat Nasha panas dingin.

Duh, ini posisi tidak baik. Mancing iblis! Gerutu Nasha grogi.

Disaat Nasha ingin melepaskan diri, dengan memindahkan kepala Aga kebantal dibagian sebelahnya yang kosong dengan hati-hati. Dan syukur tidak sampai membangunkan cowok itu. Tiba-tiba – mungkin refleks atau sengaja – tangan cowok itu melingkar erat dipinggang Nasha, membuat Nasha tidak bisa melepaskan diri. Dia pikir dia sudah bebas dan selamat. Ternyata tidak.

Baru saja Nasha ingin melepaskan lingkaran yang ada dipinggangnya. Dia mendengar cowok itu bergumam pelan dengan nada lirih dan sedih. Seperti laki-laki itu sangat kesakitan saat mengucapkan kata-kata itu.

“Jangan tinggalin aku... Jangan!” Nasha jadi mengurungkan niatnya untuk melepaskan diri.

Apa dia mengigau ditidurnya? Apa dia bermimpi buruk? Tanya Nasha sambil menatap bingung raut wajah Aga. Posisi mereka saat ini sangat dekat hampir melekat karena pelukan erat cowok itu. Wajah Nasha dan Aga pun sangat dekat, Nasha sampai bisa merasakan hembusan nafas cowok itu.

“Aku kesepian... Jangan tinggalin...,” Aga kembali bergumam dengan nada yang sama. Seiring ucapan itu keluar, seiring itu juga pelukannya dipinggang Nasha mengerat.

Nasha yang awalnya merasa takut dan risih jadi kasian melihat kondisi Aga. Dia jadi ragu untuk meninggalkan Aga. Tidak tega. Mungkin cowok ini sengaja bertinggal kelewatan untuk menarik perhatian orang. Cowok ini kesepian ternyata.

Dengan perlahan Nasha mengusapkan telapak tangannya dipipi Aga, yang awalnya wajah Aga seperti kesakitan, saat merasakan usapan lembut dipipinya wajah Aga menjadi tenang. Tubuh cowok itu menjadi lebih rileks lagi. Ditambah dengan Nasha yang membalas pelukannya.

Nasha meraih kepala Aga, dan dibawanya kepala Aga kepelukannya. Dengan kepala cowok itu berada diantaran leher dan dadanya. Memeluk hangat Aga. Berharap cowok itu menjadi tenang ditidurnya.

“Tidurlah yang tenang, Kak. Aku disini...,” bisik Nasha diambang kesadarannya. Entah matanya jadi terasa berat. Mungkin karena dia kelelahan menangis saat memohon pada Aga tadi, “Menemani kamu...,” dan setelah itu Nasha benar-benar tertidur sambil dipeluk Aga dan memeluk cowok itu.

------- Aga-Nasha -------

繼續閱讀