Call You Mine! (KookV)

By BTSShipperFanfiction

41.1K 2K 422

Call You Mine! Cast : Kim Taehyung, Jeon Jungkook Genre : romance, comedy (?) Length : Chapter Rate ... More

Call You Mine! Part 1
Call You Mine! Part 3
Call You Mine! Part 4

Call You Mine! Part 2

8.2K 490 114
By BTSShipperFanfiction

PART 2



Author's POV


"salah! Aku bilang TANPA gula! Bukan Less sugar! Ganti!"

Pria manis itu terlihat memejamkan matanya, terlihat jelas menahan kesal yang sudah di ujung tanduk, sementara tangannya di bawah sana sudah terkepal erat.

"Sajangnim, aku –"

"apa? Kau lelah? Lalu, apa? Bisakah kau membelikan kemeja yang sama persis di Paris sekarang, Taehyung-ssi?"

Kim Taehyung –Pria manis itu hanya mampu menghela nafas berat menanggapi ucapan tajam sang CEO –Jeon Jungkook.

"maaf, akan saya ganti." Ya, lagi-lagi Taehyung hanya bisa mengalah.

"cepat! Dalam lima menit kau tidak datang, aku akan membuatmu menyesal!" desisan tajam itu terdengar sangat jelas.Tentu saja, Pria tampan yang merupakan seorang CEO itu mengucapkannya dengan jarak super dekat. Bergerak dua inci lagi, bibirnya bisa mencium telinga sang Assistant.

"baiklah."

Klek.

Blam.

Sebuah seringai terbentuk jelas setelah pintu itu tertutup rapat.

'rasakan itu, Manis.' Dendang nya dalam hati.

Hanya untuk sekedar informasi, Kim Taehyung akhirnya sudah resmi bekerja dan menjadi Assistant pribadi di Jeon Group Coorporation selama dua minggu lamanya. Namun, agaknya Jeon Jungkook –sang CEO tak ada bosannya untuk mengerjai Pria manis yang sudah membuat noda kopi berbekas di kemeja putih kesukaannya itu.

Jungkook terus saja meminta hal yang bahkan sedikit 'mustahil' dilakukan oleh orang-orang –Pegawai baru.Seperti, membelikan sarapan, makan, siang, atau bahkan makan malam ketika mereka terpaksa lembur di restoran-restoran yang letaknya cukup jauh dari gedung Perusahaan tempat mereka bekerja, tidak hanya itu, terkadang –ah, baiklah.Maksudku selalu, Jungkook selalu memberikan waktu di setiap tugas-tugas 'konyol' yang diberikannya pada Taehyung.

Nampaknya, CEO tampan yang satu itu benar-benar senang mengganggu Pegawai barunya itu, terlebih saat Taehyung mulai merengut seraya menggumamkan kata-kata sumpah-serapahnya.

Waktu berlalu begitu cepat, lima menit yang merupakan konsekuensi pun sudah terlewat beberapa menit yang lalu. sementara Pria tampan lengkap dengan setelan jas nya terlihat menyeringai seraya menaikkan satu alisnya.

Klek.

Blam.

"hosshh.. hosshh.."

"kau terlambat tiga menit, Kim Taehyung-ssi." Dendang Pria tampan itu, membuat si Manis yang masih terengah dengan sebuah cup kertas di tangannya mengerang kecil.

Pria itu bangkit dari duduknya, menghampiri si Manis bernama Kim Taehyung yang masih berusaha mengatur nafasnya yang terengah akibat berlari secepat mungkin.

Ia raih cup kertas itu, menyeruput kopi pesanannya, lalu menghasilkan senyum simpul.

"kopi nya benar, tapi.. kau terlambat, Kim Taehyung-ssi. Ada pembelaan?"

"hhh.. maaf, Sajangnim. Tadi itu –hhh.. Café nya sedang kebanjiran pelanggan karena ada diskon 10% all item setiap hari senin, jadi.."Taehyung agaknya sedikit ragu melanjutkan 'pembelaan diri' nya lantaran saat ini Jungkook sudah menaikkan satu alisnya seraya menatapnya intens dengan jarak yang –uh, sejak kapan CEO tampan itu memperkecil jarak di antara mereka?

Taehyung menggigit bibir bawahnya gugup kala ia bahkan dapat merasakan hembusan hangat nafas sang CEO. Sial, mengapa jantungnya berdegup cepat seperti ini? Apa..efek lelah nya masih tersisa?

Tak ingin berada terlalu dekat dengan sang Sajangnim, Taehyung mulai mengambil langkah mundur. Sayangnya, hal itu sama sekali bukan halangan untuk Jungkook yang masih senang menggoda sang Assistant, CEO muda nan tampan itu tak segan melangkah maju selangkah setiap Taehyung memundurkan dirinya selangkah lagi.

"ma-maaf, Sajang–"

"jadi, kau kira aku benar-benar ingin mendengar 'pembelaan diri' mu itu, Taehyung-ssi?" tanya Jungkook dengan suara rendahnya yang entah mengapa mampu membuat Taehyung menelan saliva nya gugup.

"kau ingat peraturannya 'kan, Cantik?" tanya Jungkook lagi, kali ini dengan tatapan nakalnya.

Gulp.

Blush.

Cantik.

Sial, apa iya dirinya secantik itu sehingga sang Sajangnim –yang menurut gossip yang berkeliaran di gedung ini seorang STRAIGHT- sampai tak sadar telah memanggilnya seperti itu? atau.. dia mengatakannya dengan sangat sadar?

"i-ingat, Sajangnim." Taehyung berkata bersusah-payah, masih berusaha menjauhkan dirinya dengan sang Sajangnim yang masih senantiasa mendekat padanya.

"coba sebutkan itu." titah Jungkook dengan nada lembut, sementara tatapannya seakan menatap sebuah 'makanan' lezat.

Gulp.

Lagi-lagi Taehyung tak bisa menahan dirinya untuk menelan saliva nya. sungguh, jika ada kata lain untuk mendeskripsikan betapa gugupnya seorang Kim Taehyung saat ini, ia pasti akan memakai kata itu.

Hell, siapa yang tidak gugup jika berhadapan dengan manusia –ah, apakah makhluk luar biasa sempurna ini layak disebut 'manusia'? oh, lihat.. sepertinya Taehyung sudah menilai sang Sajangnim berlebihan.

Oh, memang tidak ada yang berlebihan jika kau sedang..

DEG.

Jatuh cinta.

Shit, apa iya dia jatuh cinta? Pada seorang CEO tampan namun menyebalkan seperti.. Jeon Jungkook?!

DEG.

Benarkah ia jatuh cinta pada pemilik bibir yang –errr.. seksi sekali bibirnya..

Ya! Kim Taehyung! Apa yang baru saja kau pikirkan!?

Dan..tubuhnya –sshh.. pasti otot-otot perutnya tercetak dengan liat dan sempurna.

Klap.

Taehyung memejamkan matanya tak sadar seraya menggigit bibirnya kala pikirannya mulai memikirkan hal-hal nakal terhadap sang Sajangnim.

Melihat hal itu sontak membuat seringai kemenangan Jungkook semakin bertengger jelas di wajah tampannya. Semuanya begitu mudah baginya, hingga rasanya kemenangannya semakin besar saat tubuh Taehyung kini tak bisa bergerak mundur kemanapun lagi, karena kini si Manis sudah terperangkap di antara dinding dan –err.. dirinya.

"mengapa kau diam saja, Taehyung-ah? Aku menanyakan peraturannya, bukan?" Jungkook sengaja berbisik di depan bibir Taehyung membuat Pria manis itu tanpa sadar menahan nafasnya untuk beberapa detik.

Too much!

It's too much for Taehyung to handle!

Suara itu..

Shit, membuat tubuhnya bergetar entah karena apa.

"i-itu.. pa-pasal satu, Sajangnim selalu benar."

Jungkook menyeringai mendengar kalimat yang terdengar sedikit bergetar itu.

"lalu?" kini Jungkook tak segan menarikan jemarinya menuruni pelipis Taehyung hingga kini bermain di leher si Manis, membuat sang empu tercekat dengan nafas memburu. Shit, ia tidak pernah tahu bahwa ia memiliki tingkat ke-sensitif-an yang tinggi disana.

Jungkook masih menyeringai, lalu didekatkannya bibirnya pada bibir sang Asisstant.

"pasal kedua, kau harus menuruti apapun perintahku, Sayang." Bisik Jungkook, membuat Taehyung tanpa sadar menggigit bibir bawahnya.

"dan.. kau tahu, Cantik? Sepertinya aku harus menambahkan peraturan baru." Tambahnya, berhasil membuat Taehyung membuka matanya perlahan.

"kau dilarang keras menggigit bibirmu setiap kau sedang bersamaku." Ujar Jungkook dengan mata seolah mengintimidasi Taehyung.

"ke-kenapa?" tanya Taehyung heran, membuat satu alis Jungkook terangkat jenaka.

"karena.."

"mpphh!!"

Taehyung membelalakkan matanya lebar kala bibirnya sudah berada dalam belahan bibir sang Sajangnim yang –shit, hot sekali!

Terbawa suasana, kini Taehyung sudah mengalungkan kedua lengannya di leher Jungkook, membuat Pria tampan itu menyeringai di dalam pagutan liarnya itu. sebagai balasan, Jungkook kini mulai memberikan gigitan dan hisapan-hisapan kecil di bibir atas dan bawah Taehyung, membuat sang empu tanpa sadar melenguh nikmat. Dan lenguhan itu nampaknya berefek besar bagi Jungkook yang langsung didominasi oleh hasrat yang kuat untuk membuat Taehyung mendesah keras di bawahnya.

Hisapan kecil yang Jungkook pilih untuk mengakhiri pagutan 'ganas' mereka –sementara.

Kedua manik legam itu bertemu dengan sepasang hazel milik Taehyung yang entah sejak kapan sudah dipenuhi kabut nafsu.

Jungkook kembali menyeringai, lalu ia kembali membelai pelan wajah Taehyung, membuat sang empu sedikit melenguh kecil.

"my sexy lip will wrap around yours, deeply, roughly, hardly, and.. I'll promise to take all your breath." Bisiknya seksi, membuat Taehyung tanpa sadar menggigit bibir bawahnya.

Dan seringai itu pun seakan tak pernah sirna dari wajah tampannya.

"fatal mistake, Baby." Dendang Jungkook dengan kerlingan nakalnya.

Setelahnya Jungkook kembali memerangkap bibir Taehyung dalam belahan bibirnya, melumatnya intens, dalam, seakan tak ada lagi hari esok. Hisapan-hisapan pun tak luput dari permainan bibir keduanya. Keduanya? Ya, kali ini Taehyung bahkan tak canggung memberikan balasan dari setiap permainan nakal bibir sang CEO. Keduanya saling menghisap, melumat, bahkan memberikan gigitan-gigitan gemas namun sensual di bibir masing-masing. Hingga, Taehyung merasakan sesuatu yang lunak mengetuk belahan bibirnya, membuatnya yang sudah dikuasai nafsu hanya bisa pasrah, membuka mulutnya, membiarkan lidah Jungkook bermain di dalam sana. Alhasil, lenguhan demi lenguhan nikmat keduanya memenuhi ruangan itu.

Klek.

"yoo, bro –Oopss!"

Dan Jimin pun datang di saat yang 'kurang' tepat.

Plop.

Jungkook dengan setengah hati melepaskan pagutan memabukkan mereka hanya untuk memberikan death glare nya pada sang Sahabat.

"great timing, Park-Bastard-Jimin!" umpatnya kesal seraya mengusap jejak saliva mereka di sudut bibirnya, sementara Taehyung kini sudah tertunduk dalam dengan wajah memerah padam, sementara tangannya sesekali menyentuh bibirnya yang terasa –damn, hangat.

"hehehe.. sorry, kalian bisa lanjutkan. Aku akan –"

"dwaesseo! Katakan apa kepentinganmu, jika hanya untuk hal yang tidak penting, aku akan menguburmu hidup-hidup!" sungut Jungkook, matanya sesekali melirik Taehyung yang masih mematung di sana.

"santai saja, Bro. aku ingin mendiskusikan beberapa hal yang.. well, apakah pajak dan saham penting bagimu, Sajangnim-ssi?"

Jungkook menghela nafas panjang, sebelum beralih mendekati Taehyung untuk menghapus jejak saliva mereka di dagu si Manis, dan berbisik.

"kau boleh keluar dulu, Taehyung-ah."

Dan Taehyung tidak akan pernah membangkang titah sang CEO. Ialangsung bergegas keluar ruangan, masih dengan wajah semerah tomat.

"that was soooo fuckin'-damn-hot, Sajangnim straight!" ledek Jimin begitu Taehyung sudah kembali ke kursi nya di luar sana.

Jungkook mendengus mendengarnya seraya mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.

"jadi.. Sajangnim straight kita sudah resmi menjadi GAY, eum?" goda Jimin, membuat Jungkook mendelik kesal padanya.

"aku akan tetap STRAIGHT, pabbo!" tukasnya mantap, membuat Jimin mencebik.

"lalu, katakan padaku, apakah seorang STRAIGHT MENCIUM LAKI-LAKI, eoh?"

Jungkook menghela nafasnya panjang sebelum mengusap tengkuknya.

"entahlah, Jim. Aku..kehilangan control? Huft.. entahlah. Yang pasti aku sama sekali tidak merasakan hal seperti itu terhadap Laki-laki yang lain. Hanya dirinya."

Jimin menyeringai, kemudian melemparkan tubuhnya ke sofa besar disana.

"kau jatuh cinta, Bung. Itu sudah sangat jelas." Dendang Jimin seraya menaikkan satu kakinya ke atas meja, sementara tangannya menaungi kepalanya, bersandar pada kepala sofa.

DEG.

Jungkook terdiam.Kepalanya yang berisi otak cerdas itu nampaknya tengah berpikir keras. Memikirkan kemungkinan atas statement sang Sahabat.

Mengenai..

DEG.

Dia jatuh cinta?

Pada..

DEG.

Kim Taehyung!?

Benarkah?

"ta-tapi itu.. tidak mungkin, Jim. Aku sangat yakin bahwa aku masih seorang STRAIGHT! Anggap saja tadi itu..hanya luapan nafsu ku yang tak terkendali, sehingga aku menjadi.. kalap sesaat? Bisa saja, 'kan?"

Jimin mendengus, "terus saja berkelit dari hati kecilmu itu, Sajangnim. Well, memang ada pepatah yang kurang-lebih berisi sama seperti ucapan mu tadi. Yaitu..LOVE IS BLIND, right?"

Jungkook bungkam, kemudian ia mengusap wajahnya frustasi. Apa..benar sekarang ia sudah menjadi seorang.. GAY? Oh, tidak! Absolutely not!

Jimin mengamati setiap ekspresi yang dihasilkan sang Sahabat, kemudian ia menggelengkan kepalanya, miris.

"well, anggap saja kau memang seorang Straight, Jeon. dan.. biarkan aku mengeluarkan statement bahwa.. kau hanya jatuh cinta pada Taehyung, hanya padanya, dan tidak pada yang lain. Kau Straight, dan menjadi seorang Gay hanya jika dihadapkan pada Kim Taehyung-ssi. Bisa kau terima itu, Dude?"

Jungkook terdiam, menatap lekat sang Sahabat hanya untuk menghela nafasnya kasar setelahnya.

"apa hal itu bahkan mungkin, Jim? Kami..aku.. kami bahkan baru bersama dalam kurun waktu dua minggu! Just-fuckin'-two-weeks! That's too nonsense!"

Jimin mendengus geli mendengarnya, kemudian ia bawa tangannya untuk bersedekap di depan dadanya.

"bahkan aku sering mendengar.. Love at the first sight, Bastard. So, what's that nonsense?" ujar Jimin, kali ini Jungkook berdecak sebal.

"sungguh, aku sama sekali tidak merasakan 'love at the first sight' sialan itu, Park-Bastard-Jimin! what the fuck! Coba katakan padaku, siapa orang bodoh dan gila yang sempat-sempatnya jatuh cinta sementara tubuhmu terasa terbakar setelah tersiram kopi panas, huh?! Damn! You asshole!"

Jimin terkekeh geli kala otaknya kembali membawanya pada hari itu, hari dimana Taehyung –mungkin- tanpa sengaja menyiramkan kopi panas di tangannya ke tubuh –dada sang Sahabat.

"damn! If you laugh again, I'll tear your fuckin' big mouth, Park Jimin! I swear!" sungut Jungkook kesal kala melihat Jimin tak bisa menahan kekehannya.

"hahaha.. uh, sorry, bro.. I just..ah, that was so fuckin' funny, Man!"

"lucu bokongku!" umpat Jungkook kesal.

"eum.. well, begini, jika bukan 'Love at the first sight' factor, mungkin saja karena intensitas waktu yang sering kalian habiskan bersama, terlebih kau terlalu sering berinteraksi dengannya, bukan? Kau tahu, cinta itu bisa datang kapan saja! Pokoknya, aku yakin bahwa kau jatuh cinta padanya!"

"aish! Sudahlah, hentikan pembahasan konyol ini! Mana prososal dan laporan mu, Bodoh!? kau bilang ingin membahas pajak dan saham!" Jungkook berusaha tak ingin memikirkan apa yang terjadi padanya dan Taehyung. Sungguh, memikirkan Taehyung akhir-akhir ini saja membuat hidupnya berantakan!

"huh, dasar Sajangnim semi-GAY yang membosankan." Cibir Jimin, membuat Jungkook yang mendengarnya sontak mendelik tajam.

**

Sementara itu, di dalam kamar mandi, Pria manis yang mengenakan ID Card bernama 'Kim Taehyung' itu nampak tengah mematung di depan cermin. Wajah nya memerah, sangat kontras dengan kulit lehernya yang putih-mulus.Dan tangan itu bergerak menyusuri setiap lekuk bibirnya.

"a-apa tadi.. mengapa.. dia menciumku?" gumamnya seraya menekan pad jari telunjuknya di bibir bawahnya.

Seakan meledek, otaknya kini bekerja, memutar kembali adegan 'kiss scene' nya yang HOT bersama sang atasan, membuat wajahnya sontak semakin memerah padam.

"kyaaa!! Mengapa aku malah membayangkan itu!?"

"tsk, Kim Taehyung bodoh! sadarlah! Mu-mungkin saja dia sedang..err.. mabuk? Ya, mungkin saja dia sedang –tapi, jika dia..mabuk.. shit, berarti aku telah dipermainkannya! Argh, bibirku! Menyebalkan!"

"tapi.. bibirnya itu.. ci-ciuman itu.. hot sekali.. terlebih saat dia menggigit bibir –kyaaa!! Otak bodoh! mengapa kau mengingatnya lagi!?"

Tsk-tsk, bisa kita tinggalkan sejenak si Manis yang sibuk bermonolog –berperang dengan hati kecil dan otaknya.

**

"kenapa kau terus memegangi bibirmu? Disengat lebah? Atau..tertabrak tembok?" ejek si Pria manis-mungil yang baru saja datang dari arah dapur, membuat Pria manis lainnya yang terduduk di atas sofa sontak mencebik sebal.

Tak ada perdebatan sengit seperti biasanya, si Manis bermulut pedas itu nampaknya sudah terlarut bersama drama yang tengah ditayangkan di televisi mereka. Sementara sang Adik kini tak jemu nya menatap sang Kakak, hingga..

"Hyung, kau pernah berciuman?" tanya nya penasaran, membuat sang Kakak sontak membagi pandang nya untuk sang Adik.

"hell, ada apa denganmu, Adik Alien ku? Tentu saja. aku sudah dua puluh tujuh tahun, apa yang kau harapkan?!" jawaban ketus yang diberikan nampaknya tak mampu menggugah mood sang Adik untuk membalas dengan sama sengitnya.

"Hyung, bagaimana caramu berciuman dengan Chanyeol hyung?" tanya sang Adik, masih dengan raut penasarannya.

"tsk, ada apa sih denganmu?! Jika berciuman, pasti itu menyangkut bibir bertemu dengan bibir, saling melumat, dan blablabla. Haruskah aku juga menjelaskan sesi bercinta yang selalu kulakukan dengan Yeollie setelah berciuman, huh?Kkumkkae!"

Blush.

Be-bercinta?!

Shit, kini otak nakalnya mulai membayangkan bentuk tubuh atletis sang Sajangnim yang siang ini menciumnya dengan 'panas'.

"kenapa wajahmu memerah!? Kau baru saja memikirkan adegan di blue film yang kau tonton, ya!?"

"a-anniey! Aku tidak pernah menonton yang seperti itu! memangnya kau!" bantah Taehyung –sang Adik.

"lalu apa? Dan ada apa dengan pertanyaan ciuman itu, eoh? Kau baru saja berciuman!? Hell, lalu apa? Aku bahkan sering melihatmu berciuman di depan pintu rumah dengan mantan Kekasihmu dulu! Jangan sok polos!" sembur sang Kakak –Baekhyun pedas.

Taehyung berdecak sebal, kemudian berkata pelan, lebih mirip gumaman.

"aku.. baru saja dicium, Hyung." Akunya, membuat sang Kakak kini menatapnya intens.

"A-Atasan ku yang.. menciumku, di bibir." Tambahnya, membuat Baekhyun memekik dengan tidak elitnya.

"M-MWO!?"

Taehyung hanya menghela nafas panjang seraya kembali menyentuh bibirnya. Lumatan yang ia terima siang tadi seakan masih terasa disana.

"anak pemilik Perusahaan itu menciummu!? Jinjja!? Woah, kau akan menjadi Nyonya besar yang kaya, Tae!" seru Baekhyun membuat Taehyung berdecak sebal.

"ish! Dasar matrealistis!"

"bukan matrealistis, tapi realistis, Bodoh!" sahut Baekhyun sengit.

"sekarang ceritakan, seberapa HOT dia?"

Blush.

Taehyung tak bisa menyembunyikan wajah semerah tomatnya mendengar pertanyaan –godaan sang Hyung.

"as expected, Hyung.. he's so daaaamnn hot!" jelas Taehyung dengan nada sedikit berbisik.

"apa dia.. French kiss?" tebak Baekhyun yang langsung mendapat anggukan malu dari sang Adik.

"hell! Kau keren, my lil' bro! lalu.. apakah berlanjut ke tahap selain 'ciuman', eum?"

Taehyung hanya menggeleng kecil, membuat bahu Baekhyun turun –kecewa.

"huh, jika begitu, dia tidak se-hot itu, Pabbo!"

"tapi bibirnya yang curvy line itu.. shit, he's a good –greatest kisser! So sexy!" Taehyung tanpa sadar membela Jungkook dari cibiran sang Hyung.

"jadi, sekarang kalian berpacaran?" tanya Baekhyun seraya menyuruput yogurt strawberry nya.

Taehyung bungkam, untuk yang satu ini ia tidak memiliki jawaban apapun. Terlebih..ia bahkan masih belum tahu apa maksud Jungkook menciumnya, dan.. apakah sang Sajangnim menciumnya dalam keadaan sadar sepenuhnya? Huh, Taehyung merasa dirinya rendah jika memikirkan pertanyaan yang terakhir.

Melihat sang Adik yang mendadak diam, membuat Baekhyun menghela nafas panjang sebelum mengusak sayang surai sang Adik. Ia tahu persis ekspresi apa yang ditampilkan sang Adik –keraguan, kebimbangan, dan rasa takut.

"sudahlah, jangan muram seperti itu. siapa tahu dia hanya belum sempat menyatakannya padamu. Jangan berprasangka buruk jika kau belum mengetahui kebenarannya." Hibur Baekhyun, membuat Taehyung menghela nafas berat.

"ba-bagaimana jika dia hanya.. mempermainkanku, Hyung?" lirih Taehyung.

Baekhyun tersenyum simpul, kemudian mengusap sayang bahu sang Adik.

"kubilang jangan berprasangka buruk, Tae. Kau pernah bilang 'kan kalau dia itu Straight, mungkin dia sedang meyakinkan hatinya untuk memilihmu. Kau tahu, memilih hal seperti ini bukanlah hal yang mudah."

Taehyung menatap lurus sang Kakak, sebelum menghambur memeluknya.

"Hyung, aku..sepertinya, aku jatuh cinta padanya." lirih Taehyung, membuat Baekhyun menghela nafas berat.

"kau terlalu mudah jatuh cinta, Tae. Seharusnya kau jangan libatkan hatimu terlalu mudah. Aku takut kau..disakiti lagi seperti dulu." Ujar Baekhyun seraya mengusap sayang punggung sang Adik.

"aku.. takut, Hyung. Bagaimana jika dia hanya..mempermainkanku?"

Baekhyun kembali menghela nafasnya, kemudian mengusap sayang kepala sang Adik.

"sebelum terlalu jauh, aku sarankan untuk tidak jatuh cinta semakin dalam padanya. setidaknya biarkan dia memberikanmu sinyal selanjutnya. Jangan membuat dirimu terlihat begitu mudah, kudengar dia seorang Player."

"hiks.. berarti aku benar-benar dipermainkan?"

"aku sudah mengatakannya berulang kali, berhenti berprasangka buruk. Mungkin saja itu hanya gossip, isu untuk menjatuhkannya.Kau ingat posisinya, bukan? Seorang CEO."

"hiks.. Hyung, aku bingung..hiks.. aku harus bagaimana?"

"biarkan semuanya mengalir apa adanya saja, Tae. Jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku tahu, kau tidak akan berhenti jika sudah jatuh cinta. Jika..hasilnya buruk, anggap saja itu semua sebagai pembelajaran hidup agar kau tidak terlalu mudah menaruh hati pada orang lain."

"hiks.. Hyung.."

"sstt.. berhenti menangis, Bayi besar. Kau akan membuatku dipukul panci oleh Eomma jika kau menangis." Gurau Baekhyun, berusaha meredakan tangis sang Adik.

Baekhyun hanya mampu menghela panjang kala tangis Taehyung semakin menjadi.

"huft, Adikku sayang.. semoga kau tidak disakiti lagi." Do'a nya tulus seraya mengecup sayang kepala Taehyung, membuat sang empu bergetar dalam peluknya.

**

Kedua insan itu bagai berada dalam ruang slow motion, meskipun segalanya bergerak sebagaimana mestinya di sekitarnya.Sepasang legam itu tak jemu menatap sepasang hazel yang terlihat agak menghindari tatapan itu, hingga suara bergetar itu membuatnya menghela nafas.

"se-selamat pa-pagi, Sajangnim."

Kecanggungan. Ya, ia sadar ia telah menimbulkan suasana penuh kecanggungan akibat perlakuan 'brengsek' nya kemarin siang. Dan sebenarnya bukan hanya pagi ini, kemarin siang sampai waktu pulang kantor pun si Manis yang merupakan Sekretaris nya itu hanya diam saja tanpa berani bertatap muka dengannya.

"Taehyung-ah, datanglah ke ruangan ku dan bawa laporan keuangan yang diberikan divisi keuangan kemarin sore." Titah bernada tegas itu membuat Taehyung terpaku. Sepertinya adegan 'panas' mereka kemarin siang hanya berdampak padanya, sementara sang Sajangnim bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Ya, dia merasa konyol dan bodoh sekarang.

"ne, Sajangnim." Jika Jungkook bisa bersikap biasa saja, maka dia juga bisa. Ya, dia harus bisa, bersikap professional.Anggap saja kemarin tidak terjadi apa-apa di antara mereka.

Jungkook terdiam sejenak mendengar nada yang semula bergetar gugup kini berganti dengan nada dingin berintonasi datar. Ia terlalu pintar untuk menyadari bahwa ada yang salah dengan sang Sekretaris –Assistant pribadinya.

Tak ingin menimbulkan desas-desus yang semakin konyol antara dirinya dan Taehyung –sang Sekretaris, ia memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.

Namun, sepertinya Jungkook melewatkan ekspresi penuh kekecewaan yang tersirat di mata Taehyung.Ya, hati seseorang telah dipatahkannya tanpa sadar. Hati Taehyung telah patah, meninggalkan luka dan kekecewaan yang mendalam. Ia merasa..ia benar-benar hanya dijadikan 'mainan' oleh sang Sajangnim. Brengsek!

**

Jungkook sesekali menyempatkan diri untuk melirik Taehyung yang masih senantiasa berdiri di hadapannya dengan ekspresi datarnya. Sungguh, entah sejak kapan ia benci kesunyian? Mungkin sejak ia mengenal si talkactive Kim Taehyung. Ya, sepertinya Taehyung benar-benar sudah 'mengacaukan' hidupnya.

Tak ingin mempertahakan suasana canggung-menyebalkan itu, Jungkook pun berdeham, cukup keras untuk ukuran seseorang yang hanya ingin mengatur nada suaranya.

"Taehyung-ah, bagaimana dengan investor dari Jepang? Mereka sudah mengirimkan fax surat kesepakatan?" tanya Jungkook –basa-basi. Sebenarnya ia sendiri sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan nya itu dari sang Ayah pagi ini saat mereka berangkat bersama.

"sudah, Sajangnim. Mereka menyetujui penawaran yang kita berikan, namun mereka tetap bersikeras meminta 3% hasil dari keuntungan bisnis property kita di Jepang." Jelas Taehyung, masih dengan nada tegas dan datarnya, membuat Jungkook tanpa sadar mengerutkan puncak hidungnya, kecewa lantaran tak bisa memancing nada lembut yang biasanya Pria manis itu gunakan.

"ah, baiklah. Lalu, bagaimana dengan laporan keuangannya? Apakah ada keganjilan?"Jungkook masih berusaha. Oh, sepertinya ada yang benar-benar merindukan suara lembut Pria manis di hadapannya itu.

"menurut Gayoon-ssi, mereka sudah melakukan audit, dan hasilnya sesuai dengan apa yang tercatat pada setiap jurnal pemasukan dan pengeluaran, serta inventaris di beberapa kantor cabang." Dan Taehyung masih senantiasa menjelaskan dengan datar.

"ah.. dan.. Taehyung-ah." Panggil Jungkook seraya menutup rapat map dokumen di tangannya, meletakkan di atas meja seraya menatap Taehyung lekat.

"ya, Sajangnim? Ada yang bisa saya bantu?" Taehyung masih mempertahankan nada dinginnya, membuat Jungkook mendengus.

"kau marah padaku?" tanya Jungkook, kali ini mampu membuat Taehyung bungkam. Si Manis itu kini terlihat mengalihkan pandang dari tatapan lurus Jungkook.

"marah? Kenapa aku harus marah, Sajangnim?" Taehyung berusaha keras mempertahankan nada tegasnya, namun ia masih enggan menatap Jungkook yang masih menatapnya lekat.

Jungkook menghela nafasnya panjang, kemudian berkata. "justru aneh jika kau tidak marah atas sikap brengsek ku kemarin, Taehyung-ah."

DEG.

Taehyung sontak menatap lekat Jungkook yang masih menatapnya lurus.

"k-kau.. ingat dengan kejadian kemarin? Ku-kupikir.."

Jungkook mendengus geli, kemudian berkata seraya menaikkan satu alisnya. "jadi, kau mengira aku melakukan itu dengan tidak sadar, eum? Atau.. kau mengira aku mabuk?"

Shit, apakah Jungkook seorang cenayang yang mampu membaca pikiran Taehyung, eoh?

Jungkook terkekeh geli melihat ekspresi kaget sang Sekretaris, kemudian ia melipat kedua lengannya di depan dada seraya menatap Taehyung jenaka.

"aku bukan cenayang atau apapun yang saat ini sedang kau pikirkan, Cantik. Hanya saja.." Jungkook menunjuk wajah Taehyung, membuat sang empu sedikit kaget. "mata indah itu menjelaskan segalanya, terlalu mudah ditebak."

Taehyung mencebik sebal, kemudian tanpa sadar ia mengerucutkan bibirnya. Sangat menggemaskan, terutama bagi Jungkook yang tanpa sadar ikut menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak langsung mengecup bibir indah itu.

Jungkook menggerakkan tangannya, memberi isyarat untuk Taehyung mendekat padanya.

Blush.

Meskipun wajahnya memerah malu, dan degupan jantungnya mulai tidak bersahabat, Taehyung hanya bisa menuruti titah sang Boss.

Sret.

Puff..

Semuanya terjadi begitu tiba-tiba kala Jungkook menarik tangan Taehyung, hingga Taehyung kini sudah duduk di pangkuannya.

Alhasil, wajah yang semula hanya merona, kini memerah padam. Sungguh, Taehyung tak pernah bermimpi untuk berada dalam situasi 'intim' seperti saat ini.

"coba katakan padaku, apa.. kemarin lidahku terasa seperti wine, tequila, bir, atau vodka, eum?" bisik Jungkook, membuat Taehyung spontan menelan saliva nya gugup. Shit, pertanyaan vulgar itu membuat tubuhnya berkeringat dingin.

"jawab aku, Sayang." Desak Jungkook seraya memainkan surai mahoni Taehyung.

Gulp.

Shit, apakah memang 'magnet' dalam diri Jungkook sekuat itu? hingga.. rasanya ia ingin terus-menerus berada dekat-lebih dekat-bahkan intim dengan sang Sajangnim yang masih setia membelai wajahnya itu.

"ti-tidak."

Jungkook menyeringai, kemudian berkata. "see? Berarti aku tidak sedang mabuk kemarin."

"la-lalu, mengapa kau.. berbeda sekali hari ini? Seakan.. seakan kau tidak pernah.. menciumku." Taehyung mencicit di akhir katanya, membuat seringai Jungkook kian lebar.

"lalu, kau mau aku bersikap bagaimana, eum? Memanggilmu dengan panggilan 'Sayang' atau 'Baby' di depan banyak orang? Atau.. kau ingin aku menciummu di depan mereka semua, eum?" goda Jungkook, membuat Taehyung mengerucutkan bibirnya sebal. Tanpa sadar ia bahkan sudah memukul pelan bahu sang Sajangnim, membuat Jungkook terkekeh.

"bu-bukan seperti itu, Sa–"

"jangan panggil aku dengan panggilan membosankan itu jika kita sedang berdua saja, Taetae-ah. Bagaimana kalau.. Jungie? Aku lebih suka panggilan semanis itu, Honey."

"T-Taetae?" cicit Taehyung dengan wajah semerah tomat. Melihatnya Jungkook tak mampu lagi menahan rasa gemasnya, hingga ia kecup ringan bibir merah itu.

Chu~

"eum, kau tidak suka jika aku memanggilmu begitu?"

"a-anniey.. hanya saja.."

"stop whinning, Babe. And, just call me 'Jungie'. Pinky swear?" Jungkook menyodorkan jari kelingking nya, dan Taehyung pun mengaitkan miliknya dengan wajah yang masih bersemu layaknya bunga sakura.

Jungkook dan Taehyung hanya sibuk saling menatap, mereka sibuk dengan argumen masing-masing di kepala mereka. Hingga helaan nafas Jungkook membuat Taehyung mengernyit heran.

"kau tahu, Tae. Sepertinya Jimin benar." Ujar Jungkook, membuat kening Taehyung semakin mengernyit.

"ma-maksudmu, J-Jungie?" Jungkook menyeringai mendengar namanya dipanggil seperti apa yang dia inginkan, kemudian ia rapihkan anak rambut Taehyung yang berjatuhan menutupi mata si Cantik.

"aku.. sepertinya aku –"

Klek.

"hello, nae dongsaeng!" seruan itu membuat mereka berdua kompak menoleh ke arah pintu.

Jungkook berdecak sebal, sementara Taehyung membelalak tak percaya.

Tunggu, mengapa Taehyung terlihat sekaget itu?

Sret.

Taehyung sontak bangkit dari duduknya, tatapannya seakan tak bisa lepas dari sosok di depan pintu yang juga.. menatapnya lekat.

"hell, Hyung. apakah tinggal di Berlin membuatmu melupakan tatakrama 'mengetuk pintu' sebelum masuk, eoh?" dan Jungkook merutuk pada sosok Pria tampan dengan bahu lebarnya yang baru saja dipanggil 'Hyung' olehnya.

"S-Seok.. Jin.. hyung." gumaman bernada lirih yang baru saja keluar dari bibir Taehyung mampu membuat Jungkook menoleh kaget. Bagaimana.. Taehyung bisa mengenal sang Kakak yang baru kembali dari Berlin, Jerman setelah hampir lima tahun meninggalkan Seoul.

"T-Taehyung-ah.."

Baru Jungkook ingin membuka mulutnya, bertanya pada Taehyung mengenai hal itu, sang Kakak sudah bersuara, menginterupsi nya. Jungkook kini membagi pandangnya pada sang Kakak yang kini mulai mengambil langkah maju menghampiri mereka berdua.

Jungkook mengernyit tak mengerti dengan tatapan yang mereka berikan satu sama lain. Itu.. tatapan penuh kerinduan, dan.. sedikit rasa bersalah dari binar hazel sang Kakak.

Taehyung dan Pria tampan itu masih saling menatap lekat, hingga sang Pria kembali membuka mulutnya.

"apa kabar, Taetae-ah?"

Deg.

Kali ini Jungkook yang dibuat membelalak oleh sang Kakak. Taetae. Panggilan itu.. sang Kakak memanggil Taehyung dengan panggilan yang baru saja ia tetapkan untuk memanggil Pria manis itu. mengapa.. sang Kakak memanggilnya dengan panggilan itu?

Atau.. pertanyaan yang lebih tepat.. ada hubungan apa di antara Kakaknya dan Taehyung?

"baik, Seokjin-ssi." Taehyung berucap, berusaha untuk terdengar tegas dan dingin, namun nada bergetar yang keluar dari bibirnya menghancurkan segala ekspektasi nya.

"Sa-Sajangnim, aku pe-permisi dulu." Pamit Taehyung. Sungguh, ia ingin menghindari percakapan apapun yang coba dibawa Pria berbahu lebar itu. lebih tepatnya.. ia ingin menghindari si Pria.

Belum sempat Jungkook memproses ucapan Taehyung, Pria manis itu bahkan sudah menghilang dengan suara dentuman pintu yang menggema di penjuru sudut ruangan, membuatnya mengernyit heran.

"Taehyung-ah! Tunggu!"

Ah, bahkan Jungkook lupa jika sang Kakak masih berada di sana –ah, sepertinya dia sudah menyusul Taehyung.

Jungkook memilih untuk mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya, sementara ia mulai berpikir keras, memikirkan mengenai hubungan yang terjalin di antara Taehyung dan Seokjin –Kakak kandung nya itu.

'shit, sebenarnya ada apa di antara mereka? Mengapa.. tatapan Taehyung tadi.. seperti itu? hell, Hyung. Apapun yang kau inginkan dengan Taehyung, dia tetap akan jadi milikku! Ya, hanya milikku! Tidak akan kubiarkan siapapun merebut apa yang kuinginkan, meskipun Kakak ku sekalipun!'

**

Hembusan angin semilir seakan sibuk bermain –meniup kecil surai hazel dan dirty blonde kedua insan yang kini masih terduduk di sana, menatap tak fokus apa yang tersaji di hadapan masing-masing.

Kim Taehyung –Pria manis bersurai hazel itu- mendengus kecil, merasa takdir seolah tengah mempermainkannya saat ini. Tentu saja ia berpikiran seperti itu. sejujurnya, pertama kali ia melihat Jungkook di Café itu ia merasa.. seperti pernah melihatnya, meski tidak tahu kapan dan dimana ia bertemu sang CEO muda itu.

Mata mereka, meski keduanya memiliki warna manik yang berbeda, itulah point yang membuat Taehyung berpikir keras, mencoba mengingat kapan mereka pernah bertemu. Jungkook memiliki manik hitam pekat yang selalu menyorotkan bias dingin, angkuh, dan misterius, namun mampu meyakinkan bahwa segalanya akan jatuh tenggelam di dalamnya. Sementara Seokjin.. ah! Sial, mengapa Taehyung baru menyadari nama marga Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu adalah 'Jeon'? ya, sekarang Taehyung mengerti. Jeon Jungkook dan Jeon Seokjin. Kedua Kakak-beradik. Jelas saja mata mereka agak serupa, meski Seokjin memiliki manik hazel yang selalu membiaskan kehangatan, kelembutan, dan keramahan, meski begitu, ada kilat brengsek namun menarik di dalam sana yang membuat siapa saja enggan lepas dari jerat hangat penuh pesona Pria tampan berbahu lebar itu. Taehyung salah satunya. Dulu.

"maafkan aku." suara bernada lirih penuh penyesalan itu membawa Taehyung kembali ke kehidupan nyata nya. duduk di salah satu kursi taman bersama.. Seokjin.

Taehyung tersenyum getir, kemudian menghela nafasnya sebelum menatap hamparan gumpalan 'kapas air' di atas sana.

"bagaimana kabar Yoongi-ssi, Seokjin-ssi?" tanya Taehyung datar, membuat Seokjin menatapnya lekat.

"berhenti bersikap seolah kita adalah orang asing, Taetae-ah. Menyebalkan sekali tambahan '-ssi' itu." ujar Seokjin, mengundang dengusan geli dari Taehyung yang masih enggan menatapnya.

"lucu sekali mendengarmu berkata seperti ini, Seokjin-ssi. Mengingat.. dulu kau sendiri yang membuat kita menjadi orang asing, bukan?" sindirnya, membuat Seokjin menghela nafas panjang kemudian mengusap wajah nya kasar.

"aku minta maaf, Tae. Aku.. saat itu, aku.."

"kau sudah menikah dengan Yoongi-ssi, Seokjin-ssi?" sela Taehyung setelah kembali mengembangkan senyum getirnya.

"tidak, aku tidak pernah menikah dengannya, Tae. Aku.. kami sudah lama berakhir."

Taehyung menggigit bibir bawahnya kala merasakan ruang matanya memanas kali ini.

"ah, maaf. Aku tidak tahu, Seokjin-ssi." Taehyung masih berusaha tegar, namun Seokjin terlalu pintar untuk mengetahui segalanya.

"aku merindukanmu, Taehyung-ah. Aku sangat merindukanmu."

DEG.

Taehyung sontak menoleh, menatap Jin dengan mata menyipit kala mendengar pengakuan bernada lirih dari bibir plum nya.

"kau tidak mungkin merindukan mainan yang telah kau buang, Kim Seokjin-ssi!" tandas Taehyung dingin, membuat Seokjin menatapnya nanar sebelum mengusap wajahnya kasar.

"aku sungguh merindukanmu, Kim Taehyung! Aku merindukanmu setengah mati! Aku berusaha mencarimu di –"

"mengapa kau lakukan hal konyol itu, eoh? Mengapa kau mencari sampah yang kau buang, Kim Seokjin-ssi?" ujar nya sinis, membuat Seokjin kembali menghela nafasnya berat.

"maafkan aku, Tae. Aku.. aku sadar betapa brengsek nya aku enam tahun yang lalu. aku –anggap saja saat itu aku masih remaja labil yang.. masih suka mencari kesenangan?" Seokjin menatap Taehyung memelas, sementara si Manis mengernyit seakan baru saja mendengar kata asing dari bibirnya.

"kesenangan? Cham, apakah kau sudah cukup bersenang-senang bermain dengan perasaan seseorang, huh? Wah, caramu mencari KESENANGAN sungguh hebat, Seokjin-ssi! Aku takjub!"

Seokjin kini sudah mengacak surai nya frustasi. Ia bingung, harus bagaimana lagi menyampaikan rasa penyesalannya pada sang mantan Kekasih.

"tunggu!" Seokjin menahan pergelangan Taehyung kala si Manis hendak bangkit dari duduknya.

"lepaskan tanganku, Brengsek!" desis Taehyung tajam, membuat kepala Seokjin tertunduk lesu. Sepertinya Taehyung begitu membencinya. Well, ia tidak bisa menyalahkan si Manis, terlebih ia sendiri yang menorehkan luka di dalam hati lembut itu.

"tidakkah kau mau menerima permintaan maafku, Taetae-ah? Kumohon, aku.. aku sangat menyesal. Aku begitu tersiksa setiap mengingat wajah sedihmu. Aku –"

"haruskah kau datang kembali ke dalam kehidupanku, Seokjin-ssi? Haruskah? Setelah aku berhasil menyembuhkan luka yang kau torehkan? Mengapa kau kembali, eoh!? Aku benci padamu!" Taehyung kini sudah menyentak tangan Seokjin dari pergelangan tangannya kasar, kemudian berlari cepat meninggalkan Seokjin yang masih terpaku di sana.

'maafkan aku, Kim Taehyung. Aku.. merindukanmu. Jangan benci aku. kumohon.'


**TBC**

mind to voment, please? *deep bow*


VJin


Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 145K 57
Punya alur campuran dan pasti ketagihan jika membaca ini. So Setiap part akan ada misteri. Dan ini akan berlanjut sampai tangan Author Lelah. + "Sorr...
1.6M 157K 51
(SADNESS STORY⚠️) SUDAH TERBIT Ini tentang seseorang sang pengagum hujan, si penikmat tangisan sang semesta yang terlihat tegar namun rapuh didalam. ...
1.5M 94.7K 40
bagaimana jika kekasihmu; orang yang kamu cintai sekaligus orang yang paling kamu percaya menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia pembunuh...
883K 62.9K 32
"Jangan pecicilan, kasian anak saya." "Mau gantiin hamil?, lo kira enak bawa anak kemana mana."