Eye of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

43.3K 3.2K 282

Buku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Complete... More

Part 1 : Kematian Ibu
Part 2 : Pemakamam
Part 3 : Sunset di Kala Itu
Bukan Update
Part 4 : Janji
Part 5 : Gadis Lolipop
Part 6 : Tersesat
Part 7 : Hal tak terduga
Part 8 : Pesta Dansa (1)
Part 9 : Pesta Dansa (2)
Part 10 : Pesta Dansa (3)
Part 11 : Ancaman Isaiah
Part 12 : Salah Paham
Part 13 : Hampir
Part 15 : Tawaran dari Iblis Bermata Biru
Part 16 : Surat Wasiat
Part 17 : Cheon Kikka
Part 18 : Perpisahan
Part 19 : Isaiah Hotaru
Part 20 : Pertengkaran
Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?
Part 22 : Ryu Kembali
Part 23 : Harus Bagaimana?
Part 24 : Jawaban Freya
Part 25 : Tolong Kikka
Part 26 : Bertemu Isaiah Hotaru
Part 27 : Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi
Part 28 : Serangan Alin
Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu
Part 30 : Ini Baru Permulaan
Part 31 : The Next Steps
Penting Wajib, Kudu Dibaca dan Respon!!!!!
Part 32 : Kegoyahan, Teman Lama, dan Tekad
Part 33 : Bisakah Debaran Ini Berhenti?
Part 34 : Kedatangan Sang Pemilik Ornamen Lotus
Part 35 : Tidak Ada Jalan Lain
Part 36 : Kemarahan Alin Atas Rahasia Ayahnya
Part 37 : Peringatan
Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan
Part 39 : Tolong Katakan Inilah Kenyataannya
Part 40 : Monster [END]
Epilog

Part 14 : Ingat Tujuan Kita

897 76 1
By NinaMusIn

Dua orang pria terlihat berjalan dengan gusar menyelusuri lorong-lorong asrama. Pria yang lebih besar memandangi sahabatnya yang tengah berjalan di depannya. Sedangkan pria yang satu lagi membimbing menuju ke taman tengah asrama. Sesekali ia memijit-mijit keningnya yang pening akibat darah rendah yang ia miliki.

Ketika tiba di taman, kedua pria itu segera duduk di salah satu kursi panjang yang ada.

Pemilik manik biru langit terlihat begitu frustasi. Ia menutup matanya dengan tangan besar dan kekar miliknya. Sesekali ia mengacak rambut hitam pekatnya yang dipotong pendek dan tertata rapi.

Mata jingga laki-laki bertubuh besar itu hanya memperhatikan tingkah sahabatnya. Ia bangkit dari kursi dan berdiri menghadap Ryu.

"Jadi, bisakah kau memulai hal apa yang kau bicarakan Ryu?" tanya Bam memecah keheningan.

Laki-laki berambut hitam pekat itu menurunkan tangannya. Ia menatap langit, kemudian menatap pemuda pirang di hadapannya.

"Aku rasa.. Aku telah melakukan hal yang sangat mengerikan."

Bam meragukan.

"Mari kita dengar hal mengerikan itu," ujar Bam

Ryu mencoba mengatur napasnya dan berusaha tenang. "Kau tahu, aku hampir saja kehilangan kendali akan diriku. Pikiranku kosong dan hasrat menguasaiku," jelas Ryu. Ia kembali menutup matanya.

"Jangan katakan bahwa
ini ada hubungannya dengan kepergian Freya yang terburu-buru tadi."

Ryu menundukkan kepala dan mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi. Bam terperanjat. Ia memandang sahabatnya dengan ekspresi kecewa.

"Demi Tuhan! Astaga, Ryu. Kau kehilangan kendali? Kau melakukan itu pada Freya? Bagaimana bisa kau kehilangan kendali begitu saja! Untuk apa kau berlatih menahan hasratmu bertahun-tahun lamanya jika akhirnya kau semudah itu kehilangan kendali." Bam terlihat syok dan tidak percaya.

Ryu sudah memprediksi reaksi Bam, namun tetap saja ia merasa tersudutkan. Tapi bagaimana pun, ia harus memberitahu Bam. Itu adalah hal paling bijak yang bisa ia putuskan, walaupun akhirnya seperti ini. Ia lebih memilih memberitahu Bam dan menghadapi reaksinya daripada ia tidak menemukan solusi dan permasalahan ini sampai di telinga keluarganya.

"Ini tidak seburuk yang kau katakan Bam," sanggah Ryu mencoba membela dirinya.

"Aku ragu yang kau bilang tentang dirimu yang hampir kehilangan kendali. Sepertinya kau memang kehilangan kendali Ryu," tukas Bam. Ia melihat reaksi Ryu, dan itu sudah memberikannya jawaban. "Kita sudahi ini Ryu, aku akan memberitahu kepala sekolah. Kita akan kembali ke Inggris." Bam membalikkan badan hendak meninggalkan Ryu. Ryu bangkit dan menahan Bam.

"Dengarkan aku Bam Shimizu! Aku tidak sampai ke tahap itu!" kata Ryu dengan nada tinggi.

Wajah Bam menunjukkan ketidakpercayaan, namun melihat ekspresi Ryu yang serius ia berhenti. Memutuskan mendengarkan penjelasan laki-laki yang kini menatapnya dengan mata biru yang sayu.

"Aku ingin mendengar penjelasan untuk itu," kata Bam, sekarang ia yang duduk di kursi.

"Kuakui, aku memang kehilangan kendali, bukan hampir kehilangan kendali." Ryu melihat wajah Bam yang seolah mengatakan sudah kuduga. Ia melanjutkan ucapannya, "Tapi seperti yang kau tahu, gadis itu bukan gadis biasa. Ia akhirnya sadar dan kemudian mendorongku lalu kabur."

Bam tertawa terbahak-bahak. Ia tidak menyangka ada seorang gadis yang mampu bertahan dari godaan seorang Isaiah. Mungkin gadis itu memang bukan gadis biasa. Ia luar biasa.

"Hahahahaha bagaimana bisa gadis itu kabur, Ryu?Bahkan ibumu yang pernah selamat dari terkaman ayahmu sebelum mereka menikah karena kakek dari pihak ibumu melihat mereka kemudian mendamprat ayahmu habis-habisan. Kujamin jika saat itu kakekmu tidak datang, ayahmu akan berhasil. Ia seorang Isaiah. Penguasa dengan feromon mematikan. Perempuan manapun tidak akan sanggup menolak pesona mereka. Katakan padaku, bagaimana Ryu?" kata Bam panjang lebar sambil mengusap air mata yang keluar saat ia tertawa.

"Aku juga tidak tahu. Tapi gadis itu berhasil Bam," jawab Ryu sedikit merajuk.

"Sepertinya masih ada bagian terburuknya," kata Bam sambil menimbang-nimbang.

"Kau benar. Sepertinya akan sulit bagiku untuk tidak menyerang gadis itu setelah kejadian ini. Dia mempunyai daya tarik aneh. Selama ini aku berhasil bertahan dan mengendalikan diriku. Tapi tidak dengan gadis itu. Apalagi ia sekelas denganku. Duduk di sebelahku pula! Bagaimana aku mengendalikan diri jika ia selalu di dekatku? Jika aku meminta kepala sekolah memindahkannya pasti menimbulkan kecurigaan. Aku tidak ingin dia tahu dan membeberkannya kepada keluargaku. Aku tidak bisa kembali ke Inggris, Bam. Tidak untuk saat ini," kata Ryu dengan frustasi. Sesekali ia menarik rambut hitam pekatnya yang malang.

Melihat sahabatnya yang frustasi Bam juga ikut frustasi. Ia berpikir keras bagaimana memecahkan masalah yang tengah melanda sahabatnya.

Lalu sebuah ide gila muncul dikepalanya. Cukup beresiko dan akan cukup besar mengubah hidup Ryu. Tapi jika Ryu benar-benar tidak ingin kembali ke Inggris tentu cara ini layak dicoba.

"Sepertinya kau harus menjadikan dia sebagai tunanganmu dan menyematkan cincin perjanjian padanya, Ryu," kata Bam. Ia tampak mantap dengan usulannya itu.

"Apa?" Ryu membeo tidak percaya dengan usulan Bam yang terdengar gila untuknya.

"Lakukan itu atau kau lebih suka kembali ke Inggris?" tanya Bam balik.

Ryu menimbang-nimbang ucapan Bam. Pilihan itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk diambil, sekarang saja ia sudah mempunyai tiga tunangan. Bagaimana nanti ia menjelaskan soal Freya kepada keluarganya? Tapi jika dia kembali ke Inggris saat ini terlalu beresiko. Lebih baik ia mati daripada kembali ke Inggris. Ryu kembali memikirkan usulan Bam. Walaupun nanti itu akan sulit dan berdampak besar kepada kehidupannya. Tapi harus ia akui Bam benar, hanya itu cara terbaik yang dapat ia ambil untuk sekarang.

"Baiklah.. Akan kulakukan," kata Ryu akhirnya. Bam bangkit dan menghampiri Ryu. Ia tersenyum kemudian melakukan high five dengan sahabatnya itu.

"Semoga berhasil Ryu."

"Terima kasih, Bam."

---**---

Freya menyisirnya rambutnya dengan perlahan dan mengikatnya dengan gaya kucir kuda. Kemudian, terdengar ketukan dari balik pintu.

Segera Freya menghampiri pintu dan membukanya. Terlihat seorang pria menggunakan seragam Akademi Frisuki. Rambut cokelat terangnya yang berantakan terlihat kontras dengan penampilannya yang rapi. Ekspresi wajahnya mengandung kekhawatiran terlihat jelas. Mata cokelatnya pun bersinar redup.

"Ada apa Raka?" tanya Freya.

"Maafkan aku Freya.. Padahal aku sudah berjanji untuk melindungimu.. Maafkan aku.. Jika aku tidak meninggalkanmu itu tidak akan terjadi Freya," Raka menundukkan kepala dengan lemah. Tampaknya ia menahan setengah mati airmata yang akan jatuh. Wajahnya merah menahan emosi yang hendak meluap.

Hati Freya sakit melihat keadaan Raka seperti ini. Ini sama sekali bukan salah Raka. Ini adalah salahnya sendiri. Mengapa ia tidak mengikuti perintah Lee untuk mencari Raka dan Lin saat itu dan malah menuruti kemauan perutnya. Ia berjalan keluar ruangan dan memeluk Raka yang terlihat sangat rapuh yang kontras dengan badannya yang kekar.

Freya memeluk laki-laki besar yang menyerupai anak kecil untuk saat ini. Ia mengelus punggung laki-laki itu dengan lembut. Kemudian Raka membalas pelukan Freya dengan memeluk Freya lebih erat.

"Semua sudah berlalu Raka. Aku sudah selamat. Yang kita perlu lakukan hanya mensyukurinya dan kemudian melanjutkan kembali hidup kita. Memang peristiwa itu mengerikan. Tapi jangan membuat hal itu menjadi hambatan bagi kita. Ingat kita mempunyai tujuan yang harus kita capai." Freya menenangkan Raka.

Perlahan Raka kembali pulih seperti dirinya yang dulu. Apa yang dikatakan Freya memang benar. Jika hanya hal ini membuat dirinya terhambat maka ia tidak pantas mendampingi Freya di sini. Ia melepaskan pelukannya. Kemudian ia menatap Freya dengan senyum. "Kau benar Freya. Maaf aku bersikap bodoh."

"Permintaan maaf diterima," jawab Freya dengan senyum

Mereka berpelukan lagi sebagai tanda saling menyemangati. Kemudian Raka pamit kepada Freya untuk ke ruang guru karena suatu urusan. Freya mengantarkan kepergian Raka dengan lambaian tangan dan senyum. Setelah Raka tidak terlihat lagi Freya kembali masuk ke dalam kamarnya.

Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan di pintu kamar Freya.

Apa Raka melupakan sesuatu? batin Freya.

Segera ia bangkit dari meja belajarnya. Ia menutup buku yang tadi tengah ia baca. Dengan malas Freya berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Apakah ada yang sesuatu yang kau lupakan Raka?" tanya Freya tanpa melihat orang yang berada di depan pintunya. Ia hanya menatap sepatu milik orang yang tengah berdiri di depannya.

Freya melihat sepatu itu berbeda dengan yang tadi. Mungkinkah Raka mengganti sepatunya? Tapi Freya hapal sekali dengan semua barang milik Raka, karena dialah yang memilihkannya.

Freya mendongakkan kepalanya, bukan rambut dan mata coklat terang yang ia lihat. Tapi rambut hitam pekat dengan mata birunya yang membawa kenangan buruk baginya. Freya menatap pria itu dengan nanar. Segera ia menyiapkan kuda-kuda untuk bertarung.

Pria itu menyunggingkan senyum mematikannya.

---**---

To be Continued

Thanks for reading and your voment 😊

Continue Reading

You'll Also Like

753K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
543K 88.4K 30
βœ’ λ…Έλ―Ό [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
6.4M 716K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...