Celestial Soul Online [End]

By KuroHako

381K 22.1K 1.9K

Rank 3 #Adventure Rank 2 #Adventure Sinopsis; Kisah berpusat kepada Kuro Kanata. Dari luar dia terlihat han... More

Transfer 00 [Prolog] rev.
Transfer 01 [Beginning Player (Liber)] rev.
Transfer 2 [My Skills] rev.
Transfer 3 [Adventure Begin] rev.
Transfer 4 [Death City] rev.
Transfer 5 [Flamia] rev.
Transfer 06 [First Kiss] rev.
Transfer 07 [That is Secret] rev.
Transfer 08 [Fight to Despair] rev.
Transfer 8,5 [Nine Minutes] rev.
Transfer 9 [Happy Birthday (I)] rev.
Transfer 10 [Happy Birthday (2)] rev.
Transfer 11 [Wonderful Gift] rev.
Transfer 12 [Celestial World] rev.
Chapter 13 [Truth] rev.
Transfer 14 [Bonds (I)] rev.
Transfer 15 [Bonds (II)] rev.
Transfer 16 [Bonds (III)]
Transfer 17 [The Twin]
Transfer 18 [The Three]
Transfer 19 [Dimension Break]
Transfer 20 [True God Slayer]
Transfer 21 [God Slayer and Liber)
Transfer 22 [God Slayer and Liber part 2]
Transfer 23 [God Slayer and Liber part 3]
Transfer 24 [God Slayer and Liber part 4]
Transfer 26 Memories of Secret ; First Love
Tranfer 27 [Memories of Secret ; Re-Life]
Transfer 28 [Memories of Secret ; The Beginning]
Transfer 29 [Awakening of Darkness]
Transfer 30 [Angels]
Transfer 31 [Beyond The Truth]
Transfer 32 [Guardian part 01]
Transfer 33 <Guardian part 2>
Transfer 34 [Dream World]
Transfer 35 <Never Give Up>
Transfer 36 [Believe]
Transfer 37 [Will]
Transfer 38 [Confrontation]
Transfer 39 [Flamia VS Verona I]
Transfer 40 [Flamia VS Verona II]
Transfer 41 [The Answer is Me]
Transfer 42 [Death and Return]
Transfer 43 [Light and Darkness]
Transfer 44 [Hope and Hopeless]
Transfer 45 [Kuro Kanata]
Extra I

Transfer 25 [Memories of Secret: The beginning of Everything] rev.

5.6K 374 20
By KuroHako

Keesokan harinya Ruko, Chiaki dan Flamia pergi menuju ke rumah Mea. Meskipun harapan mereka terlalu kecil untuk menemukan Kuro, tapi mereka sudah hampir putus asa karena tak menemukan satupun petunjuk mengenai keberadaan suami mereka yang tercinta. Dengan sedikit harapan yang tersisa, mereka mungkin akan menemukan suatu petunjuk jika menemui Mea.

Mereka harus berlomba dengan waktu karena keadaan Kuro setiap hari akan semakin parah dan lemah. Tapi dari semua itu, mungkin lebih tepat jika Kuro semakin berbahaya.

"Ini alamatnya. Kita sudah sampai."

Ketiganya sampai di depan apartemen 10 lantai.

Kehadiran mereka bertiga cukup menarik banyak perhatian karena 3 gadis cantik berkumpul dan berjalan bersama.

"Rumah Mea ada di salah satu ruangan bangunan ini? Hmm.. sekilas ini mirip penginapan Treeho di Alfheim."

"Penginapan itu sebenarnya memakai konsep yang sama. Daripada membangun bangunan yang luas, lebih baik membangun satu tempat yang tinggi. Ha ha... kurasa itulah yang dinamakan modernisasi."

"Sudahlah, jangan membicarakan hal yang tak penting. Kita kesini untuk menemui Mea-chan."

"..Tch..."

Chiaki menunjukkan wajah kesalnya. Dia masih belum menerima kenyataan bahwa Mea menjadi salah satu dari mereka.

Ruko juga sama, tapi dia lebih terbuka dan ingin memberikan kesempatan kepada Mea. Dia sadar mereka tak bisa merubah apa yang telah terjadi di antara Kuro dan Mea.

Sedangkan untuk Flamia, dialah yang paling mudah menerima kenyataan. Mungkin karena dia bodoh atau dia punya alasan tersendiri kenapa bisa melakukannya.

Ketiganya akhirnya masuk dan naik menggunakan lift. Setelah sampai di lantai 9 mereka keluar dan mencari kamar nomor 113. Mereka tak butuh waktu lama untuk menemukannya.

"...Chihaya. Kupikir disini."

Tanpa ragu Flamia mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, mereka mendengar suara langkah kaki mendekat.

Pintupun terbuka dan yang menyambut mereka adalah sosok yang tak mereka kenal.

"Flamia-sama!!"

"Eh?"

Gadis yang menyambut mereka kegirangan karena tak menyangka Flamia akan menjadi tamu mereka.

"Flamia-sama kenapa kau kemari? Uh siapa mereka yang bersamamu?"

"Mereka sahabat baikku, Ruko dan Chiaki. Kalau tak salah kau.. Chiyo?"

"Benar. Benar sekali. Aku tak menyangka kau masih ingat denganku."

Air mata menetes dari kedua matanya karena kegirangan.

Chiaki dan Ruko saling melirik karena mempunyai pemikiran yang sama tentang gadis yang bernama Chiyo itu.

"Mari silahkan masuk. Akan kubuatkan teh."

Ketiganya memasuki rumah Mea dengan tatapan penasaran.

Mereka sedikit melihat lihat. Rumah dengan kesan biasa saja dapat mereka rasakan.

Ketiganya duduk di ruang tamu, sedangkan Chiyo di dapur sedang membuat teh.

"Maaf membuat kalian menunggu. Silahkan mencoba teh buatanku."

Setelah memberikan teh, Chiyo duduk di kursi dekat Flamia. Dia tersenyum dengan bahagia. Dia seolah penggemar fanatik.

"Terima kasih, Chiyo-chan."

Ruko dan Chiaki masih belum banyak bicara. Bagi keduanya Chiyo bukanlah orang yang terlalu penting.

Hal ini tampaknya juga berlaku kepada Chiyo yang tak terlalu peduli dengan keduanya.

"Ini teh yang menyegarkan. Mungkinkah teh herbal?"

"Un.. ini teh herbal yang bekhasiat menghangatkan tubuh. Bukankah hal ini berguna di cuaca dingin seperti ini."

"Ya. Ini memang menghangatkan."

Flamia kembali meneguk teh dengan tenang.

"Ngomong ngomong ada urusan apa Flamia-sama datang kemari?"

Flamia menaruh cangkir di meja dan mulai menunjukkan tatapan serius.

"Sebenarnya kami kemari ingin menemui Mea, kakakmu. Apakah dia ada di rumah?"

Chiyo menunjukkan wajah rumit. Dia seperti orang bingung.

"...maaf, Onee-chan sedang tak ada di rumah. Aku bahkan tak tahu kemana dia pergi.."

Sama seperti Kuro?

"Onee-chan selalu pulang lebih awal akhir akhir ini, dan meskipun dia pulang, dia langsung pergi lagi. Itu bukan sama sekali Onee-chan yang aku kenal. ...tolong beritahu aku, apa yang sebenarnya terjadi dengannya?"

"...."

"...."

"...."

Ketiganya tak tahu harus menjawab apa. Karena mereka memang tak tahu jawabannya.

Tapi bukan berarti mereka tak menyadarinya, semua ini berhubungan dengan suami mereka.

"..kami tak tahu apa yang terjadi, tapi karena itulah kami mencari kakakmu. Kami juga punya urusan yang harus kami selesaikan dengannya cepat atau lambat."

"Flamia-sama..."

Flamia tersenyum dengan hangat. Itu suatu yang jarang dia perlihatkan kepada orang lain.

Dia memang tipe orang serius di saat yang tepat, tapi bodoh di setiap saat.

"Kurasa kita sudah bisa memastikan Kuro dan Mea kemungkinan saat ini sedang bersama di suatu tempat."

"Tapi Chiaki-chan, situasi kita masih belum berubah. Kita masih belum bisa menemukan Onii-chan."

"Eh? ..apa yang kalian maksud?"

"Ahh.. mungkin kau tak tahu, tapi kurasa masalah yang terjadi dengan kakakmu semuanya disebabkan oleh suami kami, Kuro."

".......huh?"

Ketiganya lalu menjelaskan situasi mereka, tentu dengan versi berbeda agar orang biasa seperti Chiyo tak terkejut.

Mungkin mereka terlalu merubah banyak.

"...jadi singkatnya Kuro-san merayu Onee-chan. Itulah yang membuat Onee-chan sekarang berubah drastis?"

Ketiganya mengangguk dengan kompak.

"...um.. sulit dipercaya kan? Padahal Onii-chan sudah mempunyai haremnya sendiri. Kami bahkan heran apa sih kekurangan kami?"

"Aku sudah tahu Kuro-chan adalah playboy sejak kecil. Tapi aku masih tak menyangka dia akan sejauh ini. Dia adalah yang terburuk."

Flamia tertawa kecut karena tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Keduanya seolah mengatakan Kuro adalah manusia terburuk yang pernah ada. Mungkin itu benar. Anehnya dia tak bisa menyangkalnya.

"...jadi intinya kami sedang mencari Kuro untuk menghukumnya. Dan tentu saja menjauhkan Mea-chan agar dia tak termakan oleh Kuro. Begitulah ceritanya..."

"......."

Chiyo terdiam sesaat seperti sedang memikirkan sesuatu yang ganjil, tapi perlahan dia tersenyum.

"Baiklah aku mengerti, aku akan ikut bekerja sama, tapi aku juga ingin mendengar pendapat dari mereka setelah mendengar apa yang kalian katakan."

"""?!"""

Ketiganya terkejut karena tak menyangka orang yang mereka bicarakan ternyata ada di dalam satu ruangan tanpa mereka sadari.

Kuro dan Mea tersenyum kecil dan saling berpelukan seperti sepasang kekasih yang sedang bermesraan.

Ketiganya langsung dalam posisi waspada. Mereka lebih dikejutkan dengan posisi Kuro yang tiba tiba muncul daripada bermesraan dengan Mea. Alasannya tentu saja karena Kuro saat ini bukanlah Kuro yang mereka kenal.

(Bagaimana bisa kami tak menyadari mereka?)

Flamia berkeringat dingin. Dia bisa menggunakan semua kekuatannya, jadi mustahil Kuro dan Mea bisa datang tanpa dia sadari.

Hal ini juga berlaku kepada Ruko yang memiliki kekuatan God Slayer.

(Mungkinkah dia menggunakan skillnya.. atau kekuatan God Slayer miliknya?)

Tak ada yang tahu pasti kekuatan apa yang Kuro pakai, tapi mereka tahu Kuro saat ini berada di depan mereka.

Ini adalah kesempatan.

(Tapi.. kenapa Kuro...)

Kenapa masih sama dengan yang selama ini mereka kenal. Mata hitamnya dan taring yang muncul kini sama sekali tak berbekas.

"Kuro, mungkinkah kau.. !"

Flamia ingin segera memeluk suami yang dia rindukan, tapi tiba tiba tangan Ruko menghadangnya.

"Hati hati, saat ini yang kalian lihat hanyalah ilusi. Kurasa kalian sebaiknya tak perlu melihat wujud Onii-chan yang sekarang?"

"...Apa maksudmu?"

Kuro tersenyum tipis seolah dia bisa menduga kalau Ruko bisa mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhnya sekarang yang sebagian besar berubah menjadi iblis.

Saat itulah Chiyo perlahan berdiri dan mendekat ke samping Kuro. Kini di kedua sisi Kuro ada kakak beradik yang seolah sudah menjadi bagian dari haremnya.

"Kuro-chan.... mungkinkah..."

"Jangan salah paham, Chiaki. Aku belum menyentuh Chiyo. Dia saat ini hanya membantuku."

Chiaki menatap Chiyo dengan penuh kebencian. Mereka tak menyangka Kuro akan melibatkan Chiyo dalam masalah mereka. Meskipun sebenarnya mereka juga penasaran bagaimana Kuro melakukannya.

Chiyo tertawa kecil seperti pembuat onar. Dia senang kareana berhasil mengelabuhi ketiganya.

"Onii-chan, cepatlah kembali dan lakukan ritual itu. Sekarang masih belum terlambat untuk kembali."

Kuro menunjukan tatapan dingin seolah tak peduli dengan perkataan Ruko.

"Aku juga meminta hal yang sama, Kuro-chan. Sekarang aku tak peduli apakah kau kehilangan ingatan atau tidak, tapi jangan tinggalkan aku lagi. Aku tak sanggup jika hal itu terulang kembali."

Air mata menetes dari kedua mata Chiaki. Kesedihan yang dia tunjukkan adalah nyata.

Kehilangan Kuro untuk kedua kalinya adalah suatu hal terakhir yang tak bisa dia bayangkan.

"Kuro aku juga meminta hal yang sama. Aku tak keberatan dengan wanita baru yang kau pilih, tapi berhentilah membuat orang yang berhargamu sedih. Hentikan semua ini!"

Tak hanya membuat kawatir, tapi juga membuat semua orang sedih karena tak bisa membantu.

Kuro menyadari semua itu lebih baik daripada siapapun.

Dia tahu membuat orang yang berharga baginya kecewa, ....tapi dia tak punya pilihan lain.

(Aku rasa sudah cukup kah...)

"...."

Kuro tiba tiba terseyum kecil, disaat itulah cahaya hitam terpancar dengan kuat dari tubuhnya.

Tak hanya ketiganya yang terkejut, Mea dan Chiyo sama terkejutnya dengan mereka. Keduanya bahkan menjauh dan menjaga jarak.

Setelah beberapa saat, cahaya perlahan menghilang. Bersamaan dengan itu sosok Kuro yang sebenarnya terlihat.

Mata merah dengan kotak. Bagaian mata putihnya kini menjadi hitam seperti mata monster. Dua taring putih besar bagaikan serigala buas yang menerkam mangsanya. Dua tanduk kecil berada di kepalanya. Kukunya berubah menjadi tajam dan besar.

Dan dari semua itu, pakaian Kuro yang menjadi gelap bercampur merah darah.

"O-Onii-chan..."

Tak diragukan lagi, dia sekarang adalah iblis.

Kuro lalu menatap Ruko. Dengan tatapan yang menyedihkan.

"...Hime... kau seharusnya sudah tahu kebenarannya... Aku akan menunggu kalian.."

Dengan senyuman yang menyedihkan, Kuropun akhirnya lenyap bagai tertelan bumi. Sendirian tanpa Mea atau Chiyo yang menemaninya.

Setelah kepergian Kuro, susana menjadi hening. Tapi setelah beberapa saat, semua tatapan tertuju kepada Ruko.

"......Onii-chan......"

Ruko terkejut dengan sosok yang Kuro yang baru, tapi dia lebih terkejut dengan saat Kuro memanggil namanya. Nama yang sudah tak terdengar.

Saat itulah Ruko kembali mengingat kenangan yang terlupakan. Tidak. Bukan terlupakan. Ingatan itu seolah tak pernah ada.

"...Ughh!! ..ahhhh aahhhhh..."

Ruko memegang kepalanya dengan erat. Dia mengerang kesakitan karena mengalami sakit kepala yang luar biasa.

Dalam sekejap ratusan ingatan kembali terlihat seperti sebuah film.

Kenangan saat dirinya pertama kali bertemu dengan Kuro. Saat bermain dan mandi bersama. Saat bertengkar dan saat berbaikan. Saat keduanya berjanji satu sama lain untuk selalu bersama dan saling melindungi.

Tapi dari semua itu, ada satu kenangan yang tak ingin dia ingat. Ingatan tentang sosok sesungguhnya yang akan dia panggil Onii-chan.

"...On-ii...-chan.."

Setelah itu, Ruko jatuh dan tak sadarkan diri.

Tak ada yang tahu apa yang terjadi, tapi satu hal yang pasti, semua itu memiliki hubungan dengan panggilan 'Hime' yang ditujukan kepada Ruko.

(Ruko-chan, Kuro-chan. Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian?)

Chiaki sadar, Kuro dan Ruko masih memiliki banyak rahasia yang masih belum dia ketahui.

__________________________

________

Akhirnya mereka menidurkan Ruko di kamar Mea. Chiaki dan Flamia tak punya banyak pilihan dalam masalah ini karena mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Bagaimana?"

"Seperti yang kuduga, kita hanya bisa menunggu Ruko-chan siuman. Ini bari pertama kalinya Ruko-chan seperti itu."

"......."

Sambil menunggu Ruko siuman, keduanya memutuskan untuk menanyakan beberapa hal. Tentu saja kepada kedua orang yang telah menyembunyikan Kuro.

Mea membuat kembali teh yang sudah dingin. Meskipun dia tahu teh baru tak akan menghilangkan suana yang sudah terlanjur berat, namun setidaknya dia ingin memberikan tanda kalau dia tak ingin menjadi musuh mereka.

"Terima kasih.."

"..."

Mea hanya tersenyum kecil. Dia lalu duduk di samping Chiyo.

Sebagai orang awam yang masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, Chiyo hanya sebagai pendengar. Untuk sementara. Dia sudah terlibat dengan semua yang terjadi. Cepat atau lambat dia akan mengetahui kebenarannya.

"Um.. Mea-san, mungkin ini sedikit lancang, tapi bolehkah aku tahu apa yang kau lakukan selama ini dengan Kuro?"

"Kami hanya berkeliling dunia."

"...Huh?"

Mea menjawab dengan cepat. Itu tanda dia mudah diajak berkerja sama, tapi jawabannya sedikit mengejutkan.

"Ayolah.., sederhananya kami hanya berkeliling dunia dengan teleportasi. Fufu... ini sungguh pengalaman yang menyenangkan. Aku bisa ke luar negri secara gratis."

"Onee-chan, apa kau bilang?"

Mea mengabaikan Chiyo dan mengambil ponselnya. Dia lalu menunjukkan foto saat dia berada di Roma, Italia, Paris dan masih banyak lagi. Tentu Kuro juga ada dan mereka sangat mesra di foto itu.

"Uh... jangan bilang kalau selama ini Kuro...."

"Yup. Dia tak pernah sekalipun meninggalkan bumi, tapi hanya pergi dari Jepang. Tampaknya dia tahu betul kalau kekuatan Ruko-chan tak bisa menjangkau belahan dunia lain."

"...."

"...."

Chiaki dan Flamia dibuat tak bisa berkata apa apa. Cara yang digunakan Kuro begitu sederhana, tapi sekalipun mereka tak membayangkannya.

Tidak. Membayangkannya juga sebuah kesalahan. Dengan kekuatan Kuro yang mampu berteleportasi, mustahil mereka akan menemukannya.

"...sepertinya pilihan kami datang ke rumahmu adalah pilihan yang tepat, Mea-senpai."

"....hm.."

"..tapi bolehkah aku tahu kenapa kalian pergi ke tempat itu? Sebenarnya apa yang kalian lakukan disana?"

Chiaki menatap Mea dengan tatapan penuh kecurigaan.

"Aha ha.. kurasa aku tak perlu menyebutkan secara detail apa yang kami lakukan kan....?"

".........."

Ya. Mungkin lebih baik jika Chiaki tak mendengarnya. Jika mendengarnya, mungkin dia akan langsung membunuh Mea.

"...baiklah. Kita sudah menjauh dari topik semula."

Chiaki mengganti topik.

"Kita kemari mencari Kuro-chan, memang menemukannya, tapi situasi kini sudah berubah. Meskipun aku membencinya, tampaknya aku tak punya pilihan selain meminta bantuanmu, Mea-senpai."

"...a-aku juga minta bantuannya."

"Kau tak perlu ikut memintanya, Flamia."

"Eh?"

Flamia tak mengerti kenapa Chiaki melarangnya.

"Bukan apa apa." Chiaki kembali fokus ke Mea "Mea-senpai, jujur saja setelah melihat semua tindakanmu ini, kau bukanlah tipe orang yang akan menghalangi kami, aku salah?"

Mea hanya tersenyum.

"Jadi yang menjadi masalahku disini adalah kenapa kau tak memberi tahu kami mengenai keberadaan Kuro-chan. Apa tujuanmu yang sebenarnya?"

".....Aku tak punya tujuan tertentu. Asal kau tahu saja, aku memang mengerti alasan kenapa kalian ingin Kuro-kun cepat kembali seperti semula, tapi disaat yang sama aku juga mengerti kenapa Kuro-kun tak mau melakukannya. Dan itu bukan berarti dia ingin pergi dari kalian, tapi justru sebaliknya. Dia tak ingin kehilangan semua kenangan yang dia lalui bersama kalian bertiga, tapi dari semua itu, dia tak ingin kalian lebih menderita karena dirinya."

"....apa maksudmu?"

"Aku juga tak terlalu mengerti. Aku sudah tahu Kuro-kun bertingkah aneh setelah kedatangannya dari tempat ini dan mungkin kau juga sadar saat pertandingan sepak bola itu, semuanya telah dimulai. Tidak, kurasa jauh sebelum itu Kuro-kun sudah bukan dirinya yang lama lagi."

"....."

"....."

Keduanya tak sanggup membantah.

Mereka adalah orng yang paling dekat dengan Kuro, tapi mereka justru sama sekali tak menyadarinya. Tapi mungkin itu karena mereka tak ingin melihat kelemahan dari orang yang mereka cintai.

Dalam masalah ini, pertanyaan yang tepat adalah-

..kenapa?

"Aku masih tak mengerti dengan semua ini.."

Flamia menunduk dengan tatapan penuh kesedihan.

Semua yang terjadi kini terlintas di kepalanya. Masa masa yang menyenangkan dan membahagiakan membuat dirinya sering melupakan siapa dirinya yang sebenarnya.

Valkrie Maiden yang bertugas mengalahkan Demon God kini bagaikan sebuah status yang tak berarti. Jika dibandingkan dengan masalah yang terjadi sekarang, kedua masalah itu memiliki perbedaan besar bagai langit dan bumi.

"..tidak apa apa jika kau tak mengerti." Ucap Chiaki. "Aku juga sama. Aku kira aku adalah orang yang paling mengenal Kuro-chan dan Ruko-chan, tapi sekarang aku bagaikan tak mengenal mereka sama sekali."

Suasana kembali tak menyenangkan.

Tapi tak ada yang berusaha mengembalikan suasana karena itu bukanlah tindakan yang tepat.

Tiba tiba Mea mendesah.

"Kalian benar benar egois. Sekarang aku mengerti kenapa Kuro-kun sedikit menjaga jarak dari kalian."

Raut wajah Chiaki langsung berubah setelah mendengar itu. Dia mencengkeram kerah baju Mea dan bersiap menamparnya, tapi dia berhenti sebelum tangannya menyentuh wajah Mea.

Setelah beberapa saat, Chiaki akhirnya melepas Mea.

Raut wajah Chiaki begitu rumit. Dia sedih, tapi pada akhirnya dia tak menyangkal perkataan Mea.

"Apa ada sesuatu yang kau ketahui mengenai alasan kenapa Kuro menjauhi kami? ...aku memang tahu Kuro kurang suka membuka dirinya kepada orang lain, tapi-"

"Jangan salah paham. Aku tak mengatakan kalau Kuro-kun mengatakan semuanya kepadaku mengenai apa yang dia pikirkan mengenai kalian."

"...."

"...."

"...bukankah ini aneh, kita mungkin berada di dalam posisi yang sama, tapi Kuro-kun tak benar benar membuka hatinya kepada salah satu dari kita. Aku juga tak mengerti sama seperti kalian."

"...apa kau ingin mengatakan kalau semua ini hanya diketahui oleh Ruko-chan?"

"Aku tak bermaksud seperti itu, tapi coba pikir. Semua ini berawal dari Ru-chan. Entah dia menyadarinya atau tidak. Semua ini tak akan terjadi tanpa dirinya."

Kuro memulai bermain CSO karena Ruko memberikan VR gear pada saat Kuro berulang tahun. Jika Kuro tak bermain CSO, maka Kuro tak akan bertemu dengan Flamia dan menikah dengan ketiganya.

Dengan status Ruko yang merupakan tunangan Kuro, seharusnya di bisa mencegah hal itu terjadi, tapi pada kenyataannya tidak. Dia seolah membiarkannya saja.

Dan terakhir, semua masalah ini juga dimulai oleh Ruko. Jika dipikirkan kembali, semua ini tak mungkin kebetulan.

"..pada akhirnya kita hanya bisa menunggu sampai Ruko-chan sadar kah...."

Mea hanya tersenyum kecil yang rumit. Sedangkan Flamia masih terus menunduk dan tak ada yang tahu apa yang dia pikirkan.

Ini normal mengingat masalah yang begitu rumit. Tapi satu hal yang jelas, mereka bertiga telah melupakan suatu yang penting.

"Anoo.. sekarang ada yang bisa menjelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi dengan Akame-kun(Kuro)?"

"......"

"....."

"....."

Sekarang bagaimana menjelaskan semua masalah ini kepada Chiyo?

_______________________________________________

___________________

Hari itu adalah hari pertama kali dia bertemu dengannya. Bocah laki laki yang lebih tua darinya dan memiliki hubungan keluarga dengannya. Bocah laki laki yang memiliki nama Kuro Kanata.

Saat pertama kali diperkenalkan orang tuanya, dia takut karena tak pernah berbicara dengan orang asing sebelumnya. Dan itulah yang membuat dirinya terkejut saat dia mendengar dia akan tinggal dengan bocah itu di atap yang sama.

Itu adalah sebuah tradisi, jadi dia tak bisa menolaknya. Tapi demi kebaikan keduanya, maka orang tuanya akan menemaninya sampai dia bisa terbiasa.

Itulah hari dimana semuanya dimulai.

"Kuro-niisan, ayo kita main.."

"Yeah.."

Bocah lelaki itu seperti bocah pada umumnya. Dia memang sedikit punya kekuatan yang lebih kuat daripada bocah pada seumuran dengannya, tapi dia tahu bocah itu baik hati. Itulah mengapa dia tak ragu mengajaknya bermain seperti anak kecil pada umunya.

Perlahan tapi pasti, dia mulai terbiasa hidup dengan kehidupannya di rumah itu. Di saat yaang sama orang tuanyapun meninggalkannya, tapi bukan berarti kedua orang tuanya meninggalkannya selamanya. Hanya saja mereka mengawasi dari jauh dan akan selalu berhubungan.

Hari hari masa kecil dipenuhi kebahagiaan, kesedihan dan keseharian normal seperti anak kecil pada umumnya. Tapi itu tak mengubah satu kenyataan yang akan terjadi.

Dia adalah calon suami masa depanku. Itulah yang dia pikirkan.

Sebagai seorang Kanata, melakukan tradisi adalah hukum mutlak yang tak bisa dilanggar. Meskipun pandangan masyarakat itu adalah tradisi yang aneh, namun karena sudah turun temurun, maka dia tak akan bisa menghindar. Begitupula dengan seorang yang dia panggil kakak.

Meskipun dia tak terlalu mengerti apa itu cinta, namun dia tahu perasaan itu dia miliki. Perasaan cemburu dan tidak senang juga sering muncul saat Kuro lebih memilih Chiaki daripada dirinya.

Ya. Dia sudah jatuh cinta dengan sepupunya itu.

Pada suatu hari, sebuah keajaiban terjadi.

"...Kuro-niisan, lihat ini! Aku bisa menggunakan sihir.."

Ruko mengendalikan air. Dia membuat berbagai bentuk dan menggerakkannya dengan lincah seolah air itu memiliki kehidupan.

Melihat itu, Kuro hanya tersenyum kecil. Entah mengapa itu senyuman yang menusuk dan menyakitkan.

"Um.. kau benar hebat. Tapi ingat, jangan melakukannya di tempat umum. Tapi kau boleh melatih sihir itu di dojo ini."

Ruko mengangguk dengan senangnya. Sementara itu Kuro kembali berlatih pedang di sudut dojo.

Kekuatan sihir akan bangkit seiring dengan waktu. Karena itulah Ruko senang karena bisa melakukan hal yang hanya ada di anime.

Tapi mungkin itu adalah kesalahan pertamanya.

Berbeda dengan Ruko, Kuro setiap hari berlatih tekhnik pedang di dojo setelah bermain. Kamikiri-ryu merupakan teknik yang tak bisa dilakukan manusia biasa sama seperti sihir yang Ruko miliki.

Dengan mengkombinasikan sihir dan Kamikiri-ryu, seorang Kanata akan mampu membunuh dewa. Itu adalah kekuatan yang diwariskan mereka oleh nenek moyang mereka. Itu kekuatan, tapi juga berupa kutukan.

"............?"

Ruko mengamati Kuro yang berlatih mengayunkan pedang. Dia sungguh keren. Karena itulah dia tak pernah bosan memandanginya.

Dan karena selalu memandanginya, maka dia tahu keanehan apa yang selalu menyelimuti pikirannya.

Kenapa Kuro tak menggunakan sihir?

(....mungkinkah Kuro-niisan belum membangkitkan kekuatannya?)

Saat itulah dia sadar kenapa senyuman Kuro begitu menyakitkan.

(Kuro-niisan.. maaf.)

Ruko menggenggam erat tangannya dan akhirnya membulatkan tekad untuk tak menggunakan kekuatannya atau menunjukan kekuatannya lagi sebelum Kuro membangkitkan kekuatannya. Itulah tindakan pertama yang dia lakukan demi orang lain selain dirinya sendiri.

Tapi itu mungkin kesalahan keduanya.

Suatu hari, satu bulan sebelum Kuro berulang tahun yang ke sembilan. Ruko tahu Kuro sedang mandi, dan disaat itulah dia menyelinap agar bisa mandi bersama dengan Kuro.

"Kuro-niisan, sudah lama kita tak mandi be-"

Dia tak bisa melanjutkan perkataannya.

Bukan karena dia terkejut dengan tubuh telanjang Kuro yang sebagian tertutupi oleh uap dan air, tapi mata Kuro yang berwarna merah seperti milik binatang buas.

Itu tidak normal. Bahkan bagi seorang Kanata seperti dirinya.

"Ada apa? Apa kau tak jadi mandi bersamaku?"

Tak disangka, Kuro biasa saja seolah tak mengetahui perubahannya.

"Uh.. aku rasa lain kali saja aha ha. Maaf sudah mengganggu."

Ruko pergi dengan banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Dia bahkan masih berpikir apa yang dia lihat hanyalah ilusi.

Masih dalam kondisi telanjang, diapun pergi ke tempat orang tua Kuro yang saat itu kebetulan sedang libur.

(Apa itu tadi? Aku pernah diberi tahu kalau setelah membuat kontrak, mata kami akan bisa berubah, tapi-)

Kedua mata itu bukanlah mata biasa. Bukan mata binatang buas. Mata itu penuh dengan kebencian dan kegelapan. Mata itu seolah mata iblis itu sendiri.

Saat orang tua Kuro melihat Ruko menemui mereka dalam kondisi telanjang, tentu mereka terkejut. Mereka berpikir pasti terjadi sesuatu sehingga Ruko lupa memakai pakaiannya.

Kemudian Ruko menanyakan apa yang di benaknya. Sayang sekali, bukanlah jawaban yang dia terima. Tapi sebuah perintah untuk melupakan apa yang semua lihat.

Ruko tak mengerti kenapa orang tua Kuro ingin merahasiakannya.

Waktu perlahan mendekati hari penentuan. Apakah Kuro membangkitkan kekuatannya atau tidak.

Namun sampai waktunya tiba, Kuro belum juga membangkitkannya.

Dan beberapa hari setelah ulang tahun Kuro, maka persiapan untuk upacara pembangkitkan kekuatan Kuro secara paksapun dilakukan.

Dengan resiko kematian 99 persen, itu bukanlah upacara yang pantas dilakukan kepada anak kecil.

Tapi dia tak berdaya menolak. Dia tak berdaya. Yang dia lakukan hanyalah berdoa.

Itulah yang hanya bisa dia lakukan sebagai keluarganya.

Satu hari sebelum upacara dilaksanakan, Kuro menghilang dari rumah.

Orang tua Kuro tak berusaha mencarinya. Anehnya saat Ruko ingin mencarinya, keduanya justru melarang.

Pada akhirnya diapun pergi mencari lelaki yang mungkin akan menjadi suaminya itu.

Pertama dia mencari di rumah Chiaki yang merupakan sahabat baiknya. Anehnya lagi orang tua Chiaki juga mengatakan kalau Chiaki juga pergi entah kemana.

(Mungkinkah keduanya pergi bersama?)

Mencari dan mencari. Dia tak tahu keduanya pergi kemana, tapi dia terus mencari ke berbagai sudut kota.

Pada akhirnya dia menemukan keduanya di sebuah restoran keluarga sedang makan siang bersama.

Diapun langsung ingin menghampiri keduanya, tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.

"......."

Chiaki dan Kuro makan bersama dengan senang. Keduanya bahkan tak ragu untuk saling menyuapi satu sama lain seperti sepasang kekasih. Mereka terlihat mesra, meskipun pada kenyataannya mereka masih berusia 9 tahun.

Senyuman itu.

Tawa itu.

Kebahagian itu.

Canda tawa itu.

Semua itu tak pernah diperlihatkan kepada dirinya.

(...aaaahh.... kenapa ini aku merasakan perasaan ini...?)

Untuk pertama kalinya, dia merasakan apa itu yang dinamakan kebencian.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 170 18
Novel Terjemahan Kyuuketsu Hime wa Barairo no Yume o Miru Volume 2 - Turbulence in Royal Capital Tipe Web Novel Bahasa Jepang Author Ichiro Sasaki St...
9.9K 1.2K 46
Pengarang: Aiyu | 46 Bab Jenis: Melalui Kelahiran Kembali Saat itu, tunangan Shi Yan, Zhou Dong'an, bersendawa sebelum mereka menikah, dan Shi Yan ba...
687K 89.2K 200
Novel ini bukan karya saya. THIS STORY AND NOVEL Isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA NOVEL INI MUTLAK MILIK AUTHOR (PENGARANG...
89.4K 13.7K 39
Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka. Cale yang sudah memperkirakan meski dia...