Eye of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

43.3K 3.2K 282

Buku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Complete... More

Part 1 : Kematian Ibu
Part 2 : Pemakamam
Part 3 : Sunset di Kala Itu
Bukan Update
Part 4 : Janji
Part 5 : Gadis Lolipop
Part 6 : Tersesat
Part 7 : Hal tak terduga
Part 8 : Pesta Dansa (1)
Part 10 : Pesta Dansa (3)
Part 11 : Ancaman Isaiah
Part 12 : Salah Paham
Part 13 : Hampir
Part 14 : Ingat Tujuan Kita
Part 15 : Tawaran dari Iblis Bermata Biru
Part 16 : Surat Wasiat
Part 17 : Cheon Kikka
Part 18 : Perpisahan
Part 19 : Isaiah Hotaru
Part 20 : Pertengkaran
Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?
Part 22 : Ryu Kembali
Part 23 : Harus Bagaimana?
Part 24 : Jawaban Freya
Part 25 : Tolong Kikka
Part 26 : Bertemu Isaiah Hotaru
Part 27 : Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi
Part 28 : Serangan Alin
Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu
Part 30 : Ini Baru Permulaan
Part 31 : The Next Steps
Penting Wajib, Kudu Dibaca dan Respon!!!!!
Part 32 : Kegoyahan, Teman Lama, dan Tekad
Part 33 : Bisakah Debaran Ini Berhenti?
Part 34 : Kedatangan Sang Pemilik Ornamen Lotus
Part 35 : Tidak Ada Jalan Lain
Part 36 : Kemarahan Alin Atas Rahasia Ayahnya
Part 37 : Peringatan
Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan
Part 39 : Tolong Katakan Inilah Kenyataannya
Part 40 : Monster [END]
Epilog

Part 9 : Pesta Dansa (2)

846 80 6
By NinaMusIn

Tio memanggil salah satu temannya yang tidak lain merupakan pesuruhnya juga.

"Kau lihat gadis berambut merah jahe dengan gaun hitam itu?" tanya Tio. Pesuruhnya mengangguk sambil memandangi gadis yang dimaksud. Kemudian Tio melanjutkan kembali perkataannya

"Aku ingin kau membuat gadis itu keluar dari ruangan ini, aku tidak peduli bagaimana caranya asalkan Lee tidak sadar."

Orang itu tersenyum. Lalu segera menemukan ide dan menjalankan aksinya.

---**---

Suara gemericik air menggema di toilet. Seorang gadis terlihat sedang mencoba membersihkan gaunnya.

Sensasi dingin merayapi kulitnya yang terkena air. Sesekali ia gemetar kedinginan saat mengusapkan sapu tangannya yang ia basahi ke bajunya.

Freya kembali melihat jam di tangannya. Sekarang sudah cukup malam. Dan ia sedikit merasa horror berada di toilet ini sendirian malam-malam begini. Ia semakin paranoid saat mengingat sekarang malam jum'at kliwon.

Freya tidak peduli lagi dengan gaunnya yang masih kotor. Segera dimatikannya keran air lalu terburu-buru keluar dari toilet.

Sekarang masalah kedua, karena gaunnya masih kotor sepertinya ia tidak bisa mengikuti pesta lagi. Toh ia memang sudah tidak berminat lagi, segera kakinya mengubah haluan awalanya dan pergi ke arah yang lain.

"Hei."

Freya merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia mencoba mengabaikan suara itu. Mungkin ia terlalu paranoid karena sendirian.

"Hei."

Suara itu terdengar lagi dan ya, sekarang Freya sudah benar-benar takut. Ia mempercepat langkahnya dan tidak berniat sama sekali untuk menengok ke belakang.

Lalu sebuah tangan dingin menyentuh lengannya.

---**---

Raka merasakan sesuatu yang tidak enak. Rasanya ada sesuatu yang tidak beres. Ia mengabaikan Lin yang tampak sangat bersemangat berbicara lalu mencari Lee.

Pencariaanya membuahkan hasil. Ia melihat Lee sedang bersama dua orang gadis. Tampaknya ia sedang menghibur gadis bergaun ungu yang tampak gemetaran itu.

"Lee," panggil Raka.

"Hei Raka, ada apa?" tanyanya bingung.

"Freya mana?"

"Apa maksudmu?"

Lee melihat Lin menghampiri mereka. Segera ia menyadari kesalahan yang ia buat.

"Oh tidak," kata Lee, wajahnya tampak syok dan Raka sangat tidak menyukai pikiran yang muncul di kepalanya.

Lee segera pamit kepada kedua gadis itu dan mengajak Raka dan Lin ke tempat lain.

"Raka maafkan aku," kata Lee dengan nada lirih.

"Sekarang jelaskan padaku dimana Freya," tanya Raka datar, berbanding terbalik dengan otot rahangnya yang menegang.

Lin tampak syok dengan perubahan yang terjadi pada sikap Raka, ia tak menyangka keberadaan Freya begitu penting baginya. Ia merasakan suatu pukulan keras di dadanya.

"Sumpah aku tadi sudah menyuruhnya untuk mencari kalian. Aku kaget sekali ternyata tidak. Saat sedang bersamanya aku dimintai teman sekelasku untuk membantu temannya dari anak-anak berandal, aku tidak enak meninggalkan Freya, tapi ia meyakinkan diriku untuk ikut dengan temanku, sebelum meninggalkannya aku menyuruhnya untuk mencari dirimu, kukira ia sudah bersama denganmu. Maafkan aku Raka." Lee menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan.

Raka memukul tembok malang yang berada di sampingnya. Ia mengumpat kata-kata tidak jelas. Lee dan Lin bingung harus bagaimana.

Lalu dua orang gadis yang tadi bersama Lee menghampiri mereka.

"Maaf, aku mencuri dengar pembicaraan kalian," kata gadis bergaun hijau tadi.

"Tidak apa-apa. Ada apa lagi Bella?" tanya Lee balik

"Sepertinya temanku tahu mengenai gadis berambut merah jahe bergaun hitam yang kalian cari."

Sontak Raka yang sedang kalut menatap gadis itu. "Apa maksudmu?" tanya Raka dengan nada suara meninggi.

Gadis bergaun ungu yang gemetaran di belakang temannya itu berjalan ke depan. "Ta.. Tadi saat Lee menolongku aku sempat melihat Tio menatap gadis itu dan tersenyum. Aku tahu ia merencanakan sesuatu yang tidak baik. Kekhawatiranku hilang saat ia tetap berada di ruangan. Tapi ternyata kekhawatiranku sebelumnya benar, saat kulihat salah pesuruh Tio menabrak gadis itu dan menumpahkan minuman yang ia ambil. Segera setelah gadis itu pergi ia menelpon seseorang dan aku tahu itu pasti Tio," jawabnya dengan terbata-bata, nada ketakutan menghiasi setiap kata yang ia ucapkan. "Ba.. Ba.. Bagaimana ini? Aku takut terjadi sesuatu dengan gadis itu, tampaknya gerombolan Tio juga mempunyai sesuatu yang berbahaya yang mereka sembunyikan." Tangis gadis itu pecah, air mata mengalir di pipinya yang berwarna cokelat.

Tanpa memperdulikan gadis itu, Raka segera pergi keluar dan mencari Freya. Lin mengikuti Raka walaupun laki-laki itu tampaknya tidak memperhatikan kehadiran dirinya sama sekali. Lee juga menyusul mereka berdua setelah mengucapkan terima kasih kepada kedua gadis itu.

Freya.. Kumohon jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi padamu, batin Raka.

---**---

Sepatu high heels yang ia lemparkan sukses membuat salah satu orang yang mengejarnya jatuh kesakitan.

Rasakan, batin gadis itu sambil tersenyum penuh kemenangan.

Tampaknya senyum Freya tidak akan bertahan lama, kakinya ternyata membawa ia ke jalan buntu. Freya hanya mengumpat dalam hatinya, ia seharusnya menghapal peta sekolah ini dengan benar, bahkan jika cara menghapal tidak berhasil kemudian ia harus menelan bulat-bulat peta itu supaya tertanam di otaknya dengan senang hati dilakukan oleh Freya.

Sekarang enam orang pria mengerubunginya. Walau ada beberapa yang tampaknya sangat kesakitan karena menerima serangan high heels-nya tadi.

Lalu seorang pria berkemeja putih dengan tuxedo hitamnya maju ke arah Freya. Wajahnya jelas sekali menunjukkan amarah.

"Hei kau perempuan, sudah tidak ada jalan untuk kau lari lagi. Menyerah sajalah, kalau kau melakukannya aku akan lembut padamu nanti," katanya sambil terkekeh.

Freya meludahi pria itu. Lalu menatap tajam ke arahnya. Ia tidak terintimidasi sama sekali dengan tatapan mengancam pria itu. Bahkan ia tidak gentar sedikit pun walau menyadari enam pria itu menatapnya dengan pandangan kurang ajar.

"Cuih, mendengar perkataanmu saja aku jijik. Jangan harap aku akan tunduk kepada laki-laki seperti dirimu." Tantang Freya

Tio sangat berang dengan kelakuan gadis itu. Mengapa setiap perempuan sangat membuatnya emosi hari ini.

"Kau yang meminta perempuan. Aku sudah berusaha lembut padamu, kau malah tidak tahu diri jadinya."

"Kau mengepung seorang gadis bersama lima anak buahmu. Apanya yang bersikap lembut? Pengecut. Itu dirimu."

"Kau sudah menghabiskan seluruh kesabaranku perempuan. Jangan salahkan aku jika nanti kau memohon aku untuk bersikap lembut padamu. Karena aku akan melakukannya denganmu dengan cara kasar.. Lalu memotretmu dan meninggalkan bekas yang permanen sehingga kau hanya bisa mengemis padaku. Hahahahahhaha." Tio tertawa seperti orang gila. Lalu memberi isyarat kepada anak buahnya.

Segera para kaki pesuruhnya mengelilingi Freya.

Tampaknya akan cukup sulit untuk melawan mereka. Mereka bukan orang sembarang. Kuda-kuda mereka terlihat seperti bukan amatir, batin Freya. Ia merobek gaunnya sampai tingginya 1 cm di atas lututnya.

"Kau ingin menggodaku untuk menyerah? Tidak berlaku lagi perempuan," kata Tio sambil melihat kaki putih mulus Freya terpampang.

"Dalam mimpimu," ujar Freya dingin.

Freya menggunakan sobekan gaunnya sebagai senjata. Ia mampu mengelak dan menyerang balik kelima pria itu.

Satu per satu kaki tangan Tio berhasil ia tumbangkan. Ia bersyukur mempelajari dengan mendalam seluruh seni bela diri yang ia ikuti.

Lelaki pertama berhasil ia tumbangkan dengan membantingnya.

Laki-laki kedua ia tendang celah di antara kedua kakinya hingga laki-laki itu jatuh tersungkur.

Laki-laki ketiga ia tabrakkan ke arah laki-laki keempat. Freya yakin sekali pasti itu sakit. Mau bagaimana lagi, ia harus mempertahankan dirinya dari cecunguk-cecunguk sialan ini.

Lelaki kelima tampak ketakutan melihat semua temannya ditumbangkan, ia ingin lari. Namun pandangan bosnya sangat menakutkan. Akhirnya ia memutuskan menyerang Freya.

Freya dengan mudah mengelak dan segera membanting laki-laki itu. Ia terkapar di tanah.

Sekarang tersisa dirinya dengan lelaki kurang ajar itu.

"Well, tampaknya nanti aku harus mengikat dirimu agar kau tidak menyakitiku," kata Tio sembari menjilati bibir dengan lidahnya.

Freya segera menyerang pria itu. Laki- laki itu kuat, ia mampu menahan serangan yang dilancarkan Freya.

Tapi pria itu mempunyai celah. Ia tidak memiliki rasa hormat pada bela diri yang ia lakukan. Segera Freya memanfaatkan celah itu dan membuat pria itu tunduk di hadapannya.

Pria itu tertawa. Ia seperti orang gila. Freya merasa ada sesuatu yang salah. Ia ingin segera memukul pria ini dan membuatnya pingsan.

"Kau sungguh menarik, aku tadinya ingin membuatmu ketakutan. Tak kusangka kau malah membalikkan keadaan. Tapi nona, kau memang ditakdirkan untuk tunduk padaku," kata Tio dengan senyum mengerikan. Ia meraih sesuatu di saku celananya. Sebuah botol.

Freya segera mundur dan melindungi wajahnya.

Terlambat.

Tio menyeprotkan isi dari botol itu lebih cepat, dan sudah terlambat bagi Freya untuk menutupi hidungnya agar tidak menghirup isi botol itu yang membuatnya hilang kesadaran perlahan.

Dengan susah payah ia mencoba berjalan menjauh dari pria mengerikan itu. Tapi ia malah mendapati dirinya tersandung dan terjatuh di kolam.

Untunglah tidak ada ikan di kolam itu. Jika tidak pasti mereka sudah mati tertindih Freya.

Tio berjalan mendekati Freya , ia tersenyum dengan senyum liciknya.

Freya merasa ia akan jatuh lagi dan terbentur batu yang ada di pinggir kolam.

Lalu terdengar sesuatu yang besar mendarat, dan sebuah lengan kokoh menahan Freya yang hendak jatuh.

Sebelum sepenuhnya kehilangan kesadaran. Freya sempat mencium wangi pinus.

Setelahnya, semua gelap.

---**---

To be Continued

Gimana readers tentang lanjutannya? Maaf postnya rada ngaret @_@

Author juga tidak bosan untuk mengingatkan para readers meninggalkan vote dan komen tentang cerita author.
Terima kasih kepada pembaca yang setia membaca karya author T^T
Terima kasih kepada readers yang bersedia memberikan votenya untuk cerita ini.
Terima kasih juga kepada @Hammardaan, AlbaHaniza , @muhammad Indra, dan @shinomiyakiKouya yang sudah bersedia meninggalkan komennya untuk author.

Buat yang vote cerita author, karena author masih newbie, blum tau liat namanya dimana, tapi walaupun tidak menyebutkan nama kalian author sangat berterima kasih.. Juga para pembaca yang membaca karya author..

Love you all xD

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
13.5M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
3.7M 54.6K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...