Akademi Frisuki. Sekolah elit khusus orang-orang tertentu. Sekolah yang sangat lengkap fasilitasnya. Semua jenis laboratorium ada, ruang seni dari melukis sampai alat musik disediakan. Guru-guru yang mengajar juga bukan orang sembarangan. Mereka memiliki sertifikat internasional juga relasi terhadap orang-orang berpengaruh. Sekolah ini memberlakukan sistem asrama. Satu kamar untuk setiap murid! Tak heran luas sekolah ini melebihi Kebun Raya Bogor.
Peraturan sekolah ini juga bukan main ketatnya. Siswa - siswi diharuskan menghentikan aktivitas berkeliaran di lingkungan sekolah tepat jam 9 malam, dan ada petugas patroli untuk mengecek. Jika ketahuan melanggar maka akan diberi hukuman berat.
Sekolah ini didirikan dengan tujuan membentuk relasi antara murid kedepannya, para murid dididik agar mampu mewarisi posisi orang tuanya kelak. Dan hasilnya, sudah puluhan tahun banyak siswa berkualitas tinggi dan mahir dalam mengelola usaha keluarganya.
Di pojok ruangan tampak seorang gadis dengan rambut merah jahe tampak kebingungan dan panik.
Bagaimana tidak, laki-laki yang ia kira Raka tadi duduk disebelahnya dan sedari tadi menatapnya! Pengumuman yang diberitahu lewat Speaker itu tak dapat ia pahami sama sekali. Ingin sekali ia segera melompat dari jendela dan pergi jauh-jauh.
"Kau gadis yang tadi tersesat kan?Freya bukan?" Akhirnya Miki bertanya.
"Ummm.. Ya, tak kusangka kita malah sekelas. Kukira kau kakak kelas," jawab Freya dengan nada gugup.
"Sungguh beruntung aku sekelas denganmu. Mohon bantuannya tiga tahun ke depan Freya," kata Miki sambil memberikan senyum menawan
Tidak denganku, dan Oh! Bisakah kau berhenti tersenyum seperti itu? batin Freya.
Freta mencoba mati-matian menahan wajahnya untuk tidak merona. Ia tidak tahu mengapa sejak bertemu dengan Miki ia merasa tidak tenang, gelisah setiap Miki berada di dekatnya.
---**---
Di tempat lain.
"Selamat datang di Akademi Frisuki Ryu Isaiah," sapa perempuan dari balik meja yang bertuliskan 'Seira Laniana - Kepala Sekolah Akademi Frisuki'.
"Terima kasih sudah menyambutku. Seharusnya Anda tidak perlu repot-repot melakukannya," jawab Ryu sambil berjalan mendekati meja Seira diikuti oleh lelaki pirang yang menemaninya.
"Yah, aku kan juga ingin menyapamu." Seira menopang dagunya dengan kedua tangannya. "Katakan padaku bagaimana pendapatmu mengenai tempat ini."
"Sekolah ini sangat bagus. Sesuai apa yang diharapkan dari seorang Laniana," kata Ryu, ia harus berhati-hati dengan wanita yang ada di depannya ini. "Aku juga berterima kasih kau mengabulkan permintaanku untuk tidak membiarkan satupun tunanganku berada di kelas yang sama denganku." Wanita itu hanya tersenyum, bola matanya yang coklat gelap meneliti Ryu.
Ryu mencoba membuat pikirannya kosong. Ia tidak ingin wanita ini mengetahui alasannya menjauhi tunangan-tunangannya.
"Ada satu hal lagi yang ingin kuminta. Bisakah aku melihat daftar siswa 'biasa' yang diterima tahun ini?" pintanya
"Tentu, aku akan segera mengirimkannya ke e-mailmu."
"Terima kasih, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Ryu, ia memberikan isyarat kepada temannya untuk mengikuti.
Setelah keluar dari ruangan, akhirnya lelaki pirang yang menemani Ryu menghembuskan napas panjang.
"Akhirnya kita meninggalkan wanita itu. Aku sempat khawatir tadi saat menemuinya. Terutama matanya itu, entah kenapa seakan dia membaca setiap rahasia yang kau sembunyikan," kata lelaki pirang itu sambil mengambil kembali bungkus potato chips yang ia simpan di jasnya.
Ryu tersenyum mendengar perkataan temannya itu. Memang jika kita tidak mempunyai pertahanan yang kuat, maka wanita itu akan mengetahui setiap rahasia yang mereka simpan.
"Yah belum tentu ia akan mengetahuinya, kita hanya perlu tidak memikirkannya dan jangan sampai mata wanita itu mengintimidasi kita," balas Ryu mencoba menenangkan temannya.
"Kau benar Ryu," kata temannya menyetujui sambil mulai mengunyah potato chips.
"Kita ada di kelas berapa Bam?"
"Kelas X-A Ryu, kelas yang sama dengan Miki."
"Benarkah?"
"Hu-uh."
Lalu Ryu merasa sesuatu bergetar di kantung jasnya. Ia segera meraih ponselnya kemudian mengeceknya.
Ia melihat e-mail dari Seira, lalu tersenyum setelah menemukan apa yang ia cari.
Sudah kuduga gadis itu bukanlah murid biasa. Dari tatapannya aku tahu dia diperlakukan berbeda sekali dengan para tuan putri manja yang mengelilingiku, batin Ryu
"Ada apa Ryu?" tanya Bam karena merasa aneh.
"Tampaknya aku akan menikmati sekolahku kali ini Bam," jawab Ryu. Ekspresi Bam tampak bingung dengan jawaban Ryu, tapi ia tidak tertarik untuk bertanya lebih lanjut.
Akhirnya mereka sampai di kelas. Bam membukakan pintu lalu terlihat seorang guru sedang mengajar. Ekspresinya saat melihat mereka berdua jelas menunjukkan ketidaksukaan.
"Maaf kami terlambat," kata Ryu dan Bam berbarengan.
"Sebutkan nama kalian, aku akan mencatatnya di catatan guruku," balas guru pria itu dengan nada sedikit sinis.
"Aku Ryu Isaiah, dan temanku ini Bam Shimizu. Maaf kami juga tidak ingin terlambat di kelasmu, tapi kepala sekolah tadi memanggil kami. Kukira dia sudah memberitahumu," kata Ryu sambil menatap tajam ke guru itu dan menambahkan sedikit tatapan intimidasi.
Pria berusia paruh baya dengan tubuh gempal itu tampak terkejut mendengar nama siswa yang ditegurnya. Ia tidak menyangka siswa yang ia sinisi adalah seorang Isaiah, ia segera berdehem dan mencoba memperbaiki sikapnya.
"Ehem, maaf saya sudah salah paham, silakan kalian duduk di bangku masing-masing," katanya dengan nada ramah yang berbeda jauh dari tadi.
"Terima kasih."
Ryu dan Bam segera menuju kursi yang kosong. Setiap mereka melewati para murid, mereka menatapnya sepanjang ia berjalan. Khususnya anak perempuan, mereka melihat Ryu dengan tatapan pemburu sambil tersenyum genit.
Kecuali satu gadis, gadis dengan rambut merah jahe bergelombang yang menyentuh pinggang gadis itu. Ia mengalihkan wajahnya dari Ryu.
Ryu tersenyum, lalu memilih kursi di sebelah kiri gadis itu. Otomatis pandangan mereka bertemu.
Oh tidak, bagaimana bisa seorang Isaiah sekelas denganku. Dan apa maunya duduk di sebelahku! Freya membantin kesal.
Ryu menatap mata biru Freya. Lalu memberikan senyuman yang membuat gadis itu kebingungan.
Senyuman itu membuat Freya membeku. Tampaknya selama tiga tahun ini ia akan sering melatih jantungnya, kalau tidak ia akan berakhir mati karena serangan jantung.
Sudah cukup ia mendapati pria yang ia kira Raka duduk di sebelah kirinya, dan setiap berada di dekatnya ia selalu gelisah. Sekarang, seorang pria yang tidak ia sangka sebelumnya adalah seorang Isaiah duduk di sebelah kanannya!
Rasa pening menjalari kepalanya, ia menatap ke depan. Raka sedang mengobrol asik dengan Lin. Ingin sekali ia menarik rambut Raka. Seharusnya ia duduk di tempat yang Raka duduki sekarang. Tapi Raka beralasan bahwa ia juga ingin akrab dengan Lin.
Freya menyetujuinya, berhubung ia sudah terlalu memonopi Lin 1,5 tahun yang lalu dan membuat Raka hanya di kelilingi gadis-gadis yang senang sekali mengerjainya. Alhasil, selama enam bulan itu Raka tidak konsentrasi sama sekali dengan latihannya.
"Ryu, akhirnya kau datang juga!" sapa pria yang berada di sebelah kanan Freya.
"Senang kita bisa sekelas, Miki," jawab Ryu
Selamat Freya ternyata mereka berdua saling mengenal.. Tampaknya kesempatanmu untuk menjauh dari kedua laki-laki itu sangat tipis, batin Freya, ia tersenyum kecut lalu berusaha mengabaikan kedua laki-laki itu dan kembali memperhatikan pelajaran.
---**---
To be Continued
Sebelumnya maaf ternyata bnyak sekali Typo pada cerita ini T^T
Ada beberapa bagian yang author edit lagi.. Dan ada beberapa nama yang author ubah..
Terima kasih kepada para pembaca yang setia membaca karya author.. ^^)/
Terima kasih banyak yang berbaik hati memberikan vote nya xD
Komen kalian tentang cerita ini sangat author nantikan ^^b