Hear My Voice √

By avee_beanie

51K 4.8K 222

Akankah kau ingat padaku walaupun aku tak dapat memanggil namamu?? Akankah kau dapat mencintaiku lagi walaupu... More

Hear My Voice (Prolog)
Hear My Voice #1
Hear My Voice #2
Hear My Voice #3
Hear My Voice #5
Hear My Voice #6
Hear My Voice #7
Hear My Voice #8
Hear My Voice #9
Hear My Voice #10-a
Hear My Voice #10-b

Hear My Voice #4

3.5K 368 16
By avee_beanie

Normal POV

"Park Jimin sialan!"

Kedua tangan nya sudah mengepal kuat diatas meja, terlihat kuku kuku jarinya memutih menandakan betapa kuatnya kepalan tangannya itu.

Matanya menatap tajam sosok namja yang berada sekitar empat meja dihadapannya itu.

Entah kenapa emosinya benar benar meluap saat melihat kedua namja didepannya itu.

Braakkkk

Entah mendapat dorongan dari mana tiba tiba saja namja manis itu menggebrak mejanya sehingga ocean blue yang dia pesan tumpah memenuhi meja, untung saja gelas kaca itu tidak sampai jatuh dan pecah. Bisa bisa dia harus mengganti kerugiannya.

Dengan cepat dia berjalan keluar cafetaria itu tanpa memperdulikan setiap tatapan aneh para pengunjung padanya.

Termasuk mata seorang namja yang telah membuatnya kacau dengan pemandangan yang dia pamerkan didepannya tadi.

"Yoongi hyung.."
Suara lirih itu masih dapat dijangkau oleh telinga Yoongi sebenarnya, tapi entah kenapa kakinya mengisyaratkan untuk tetap berjalan menjauhi namja itu.

Normal POV END
.
.
.
Yoongi POV

"Arrgghhhh sial..."
Aku menghentakkan kakiku berulang ulang setelah berhasil keluar dari cafetaria. Entah kenapa ada sesuatu yang aneh didadaku saat melihat bocah itu bermesraan dengan namja lain.

"Apa apaan maksudnya memeluknya seperti tadi? Cihh dasar bocah kurang ajar"

"Bahkan apa apaan tadi tangannya yang mengusap usap rambut namja itu. Dasar Park Jimin brengsek!!"

"Kalau memang dia sudah punya kekasih kenapa setiap hari dia selalu mengikuti ku. Bahkan mengganguku setiap saat. Mengirim pesan yang tak penting. Menelfonku setiap malam. Bahkan memberiku beberapa hadiah yang aneh.. heii aku namja kenapa dia kemarin memberiku boneka beruang.. arrgghhhh sialan sialan sialan.."

Entah sudah berapa batu kerikil yang sudah ku tendangi dari tadi. Dan entah kenapa perasaanku tidak makin membaik malah justru semakin menyesakkan.

Sampai tiba tiba aku menghentikan langkahku dan aku rasa otakku sudah mulai bekerja kembali.

"Heii kenapa aku memikirkannya?"
"Kenapa aku marah?"
"Kenapa disini terasa sesak?"
Aku memegang dadaku yang memang terasa sesak entah karena apa.
"Kenapa aku justru keluar dari cafe tadi?"
"Ohh God.. bahkan makananku belum datang tadi"
Kuusap wajahku kasar karena baru saja menyadari betapa bodohnya diriku sendiri.

"Sial.. Park Jimin sialan.. kenapa aku harus memikirkan bocah menyebalkan sepertimu.. seharusnya aku bisa menyelesaikan makan siangku dengan baik tadi... arghh sial sial sial.."

Mungkin orang orang telah menganggapku seperti namja gila yang sedang frustasi sambil menghentakkan kedua kakiku seperti yeoja yang sedang patah hati.
Heii tapi ini berbeda. Aku sama sekali tidak sedang patah hati.

Hanya tidak suka saja.

Bukan cemburu, bukan. Dan sama sekali bukan.

Ohh demi kulit eksotisnya Kim Taehyung aku benar benar tidak sedang cemburu.

Yang benar saja aku cemburu dengan namja oranye itu.

Ohh God..
Aku benar benar butuh kasur yang empuk sekarang.

Yoongi POV END
.
.
.
Normal POV

Kembali lagi ke dalam cafetaria.
Jimin melihatnya, namja manis yang akhir akhir ini mencuri perhatiannya berjalan keluar cafe dengan wajah yang terlihat merah padam dan kepalan kedua tangannya yang terlihat kuat itu, dia tau bahwa namja incarannya itu sedang terlihat marah entah karena apa. Bahkan dia juga mendengar suara gebrakan mejanya tadi.

Jimin ingin sekali mengejarnya dan menanyakannya langsung. Bahkan dia juga ingin menjadi orang yang dapat menenangkan Yoongi nya itu atau bahkan menjadi orang yang dapat membuatnya tersenyum.

Bahkan sampai sekarang Yoongi tak pernah memperlihatkan senyum gulanya itu kepada Jimin.

Namun dia ingat bahwa ada yang lebih membutuhkannya disini, dihadapannya dongsaeng kesayangannya sedang menangis tersedu sedu karena ulah dari namja brengsek yang telah melupakan sepupunya itu.

Sebenarnya Jimin sempat berfikir ada yang aneh dengan Taehyung.
Kalau memang benar Taehyung melupakan Jungkook karena membencinya mana mungkin Taehyung mau menolongnya kemarin bahkan mau makan berhadapan saat dikantin tadi.

Kalau Taehyung ingin melupakan Jungkook dan melupakan kenangan mereka kenapa Taehyung masih mau bertemu dengan Jungkook?

Dan kalau memang Taehyung benar benar tidak ingat dengan Jungkook, kenapa itu bisa terjadi? Bagaimana caranya sampai ingatan Taehyung tentang Jungkook bisa hilang?

Hilang ingatan?

Mungkinkah?

Tapi...

Bagaimana bisa?

Kepala Jimin hampir pecah jika harus memikirkan semua itu. Dia benar benar harus membantu sepupunya ini.

Jimin terus berusaha menenangkan Jungkook. Dan perlahan Jungkook mulai terlihat membaik. Walaupun kedua matanya terlihat membengkak dan memerah.

"Jadi.. kau mau menceritakan semuanya padaku?"

Jungkook mengangguk ragu, tapi dia harus menceritakan semua yang dia lihat kepada hyung nya itu.

Dengan tangan yang masih bergetar dia mencoba untuk meraih note disaku celananya dan mencoba untuk menuliskan sesuatu. Namun melihat Jungkook yang terlihat kesulitan saat menulis itu kemudian Jimin menyodorkan ponselnya.

"Pakai ini saja, kau terlihat kesulitan menggunakan ini Kook-ah"
Jimin mencoba tersenyum dan mengambil bolpoin dari tangan Jungkook. Dan dengan perlahan Jungkook mengambil ponsel milik sepupunya itu.

Satu persatu alfabet terus ia rangkai sampai membentuk suatu kalimat yang panjang. Entah kenapa air mata Jungkook perlahan jatuh lagi, namun tak ada suara isakan disana. Namun Jimin tau betapa kacaunya Jungkook saat ini.

Setelah selesai Jungkook lalu menunjukkannya kepada Jimin.

Jimin menyernyitkan dahinya saat membaca tulisan Jungkook. Terlihat tatapan iba dan marah yang nampak diwajah tampannya.

'Aku melihat Tae-hyung berjalan mendekati seorang namja asing yang sama sekali tidak aku kenal. Mereka berdua tampak begitu akrab. Mereka saling berpelukan. Aku bahkan melihat Tae-hyung mencium kening namja itu. Hatiku hancur hyung. Tatapan mereka berdua berbeda, seperti ada rasa kasih sayang didalamnya. Tae-hyung juga membukakan pintu untuk namja itu. Jika itu hanya untuk menunjukkan rasa hormat, kenapa Tae-hyung harus mencium kening namja itu? Kenapa Tae-hyung bersikap sangat manis kepada namja itu? Apakah seorang teman berperilaku seperti itu? Bukankah itu berlebihan? Bukankah itu terlihat seperti sepasang kekasih? Hatiku sakit hyung saat melihatnya bermesraan bersama namja lain. Apakah aku egois jika aku hanya ingin Tae-hyung bersamaku? Aku harus bagaimana hyung? Apa yang harus aku lakukan hyung? Haruskah aku membawanya kembali kepelukanku? Haruskah aku menampar namja sialan itu? Apa yang bisa dilakukan oleh namja cacat sepertiku ini hyung? Haruskah aku menyerah akan cintaku ini?'

"Ssttt... tenanglah Kook"
Jimin meletakkan ponselnya dimeja dan membawa tubuh rapuh Jungkook kembali kepelukannya. Kembali mengelus rambut dan punggungnya secara perlahan.

Jungkook menggigit bibir bawahnya, berharap agar rasa sakitnya berkurang. Namun sampai darah segar keluar dari bibir tipisnya, rasa sakit di dadanya itu masih tetap sama.

Dalam tangisnya Jungkook mengutuk dirinya sendiri yang terlalu bodoh meninggalkan Taehyung selama ini dan merutuki dirinya yang sekarang sudah tak dapat mengucapkan kata kata indah untuk Taehyung lagi.

Dan ingin sekali Jungkook mencaci maki dan membalas perbuatan Seulbi, yeoja yang juga keturunan Korea yang sempat berkali kali ia tolak saat menempuh sekolahnya di Amerika. Dan yeoja yang telah tega menuangkan racun penghancur pita suara di minuman Jungkook saat diadakannya audisi untuk Showcase sekolahnya. Jungkook pasti akan mencekiknya jika saja yeoja sialan itu tidak menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak.

Jimin merenggangkan pelukannya dan melihat ada darah dibibir Jungkook langsung mengambil tisu dan perlahan menghilangkan cairan merah kental itu.

Jungkook mendongakkan kepalanya saat Jimin mengatupkan kedua telapak tangannya di pipi Jungkook. Dan perlahan menghapus air mata Jungkook yang masih mengalir itu.

"Jika kau ingin menangis menangislah. Ada hyung disini yang akan menjadi sandaranmu. Tapi jangan meneteskan air mata sebanyak iki Kook-ah. Lihatlah matamu yang membengkak ini. Mereka terlalu berharga untuk menumpahkan seluruh air mata kesedihanmu itu Kook-ah. Lihatlah bibirmu yang merah tapi bercampur dengan darah ini. Apa kau berniat untuk merusak bibir kecilmu ini hmm? Dan heii lihatlah betapa mengerikannya wajahmu saat ini. Kau benar benar terlihat jelek saat ini."
Jimin mencoba untuk membuat Jungkook tersenyum dan mungkin itu sedikit berhasil karena dengan tiba tiba Jungkook memukul lengan kiri Jimin dan menunjukkan senyum kecilnya. Yaa kecil, sangat kecil bahkan tidak akan terlihat jika kau tidak memperhatikannya baik baik.

"Awww... neo jinjja.." Jimin mencubil hidung Jungkook gemas dan yang dicubit hanya mengusap usap hidungnya pelan.

"Uljimayo Kook-ah, kau benar benar jelek saat menangis"
Disaat seperti inilah Jungkook benar benar bersyukur karena memiliki sepupu sekaligus sahabat seperti Jimin.

"Kau tau Kook-ah?"

Jungkook menatap Jimin yang sepertinya akan berbicara serius.

"Saat melihat mu sedih seperti ini hatiku juga merasakan sakit yang amat dalam. Aku sangat menyayangimu karena kaulah adik ku satu satunya. Aku telah bertekad bahwa aku akan terus menjagamu dan akan selalu menjadi pelindungmu. Dan melihatmu menangis seperti ini membuatku merasa bahwa aku telah gagal dalam tugasku, aku telah gagal menjadi hyung yang baik untukmu. Maafkan aku Kook-ah, maafkan hyung mu yang tak becus menjagamu ini"

Jimin menunduk, kedua tangannya mencengkeram kuat celananya. Matanya memerah tapi tak ada air mata disana. Dan Jungkook pun menjadi merasa bersalah karenanya, dia mencoba menepuk bahu kiri Jimin. Dan Jimin pun sontak mentap sepupunya itu.

Jungkook menggumamkan kata yang dapat masih dibaca Jimin.

'Gwenchana hyung... nado mianhae..."

Jungkook tersenyum tipis begitu pula dengan Jimin.

"Gomawo Kook-ah"
Jungkook kembali mengangguk dan Jimin seperti biasanya mengacak acak surai hitam Jungkook sehingga menimbulkan sang pemilik yang hanya memajukan bibirnya lucu.

"Ahhh Jungkook-ah. Sepertinya ada yang aneh dengan Taehyung"

Jungkook mengerutkan keningnya mendengar ucapan Jimin.

"Apa kau pernah berfikir kenapa Taehyung bisa benar benar lupa denganmu? Bukan sengaja melupakanmu tapi lebih tepatnya karena suatu hal dia jadi lupa tentangmu. Jika dia ingin melupakanmu karena membencimu kenapa dia masih mau melihatmu bahkan dia sempat menolongmu? Bukankah ini aneh?"
Jimin terlihat mengetuk ngetukkan jari jarinya di meja ekspresinya seperti sedang mencoba untuk berfikir.

"Aku memang marah saat Taehyung menyakitimu seperti ini, tapi saat aku mencoba untuk berfikir entah kenapa aku bahkan tak bisa marah kepadanya. Aku selalu memikirkan tentang ingatannya yang aneh itu. Kalau dia mengingat bahwa dia memiliki kekasih lalu kenapa dia bisa bersama namja yang kau maksud tadi? Bahkan kau bilang kalau mereka ehmm cukup dekat."

Jungkook kembali mengambil bolpoin dan notenya, kali ini tidak dengan ponsel karena tangannya sudah tidak bergetar hebat seperti tadi. Sebelumnya dia menghela nafasnya kasar. Entah apa yang dia rasakan saat ini. Mungkin sudah seperti puing puing pecahan kaca yang meminta untuk disatukan kembali.

'Aku juga sempat memikirkannya hyung. Aneh memang saat dia sama sekali tak mengingatku. Bahkan saat melihatnya lagi aku merasa bahwa dia bukan Tae-hyung ku yang dulu.'

Jimin membaca note ditangan Jungkook lalu menghela nafasnya kasar.

"Kau benar Kook, bahkan kau bilang bahwa penampilannya berubah kan?"
Jungkook mengangguk mengiyakan.

"Jadi aku pikir kita harus tetap berfikiran positif terhadap Taehyung, karena memang kita belum tau secara pasti apa yang terjadi sebenarnya"

Jungkook menatap Jimin seakan berkata 'lalu, apa yang harus aku lakukan hyung?'

"Dekati Taehyung dan coba buat dia mengingatmu. Tapi kau harus mendekatinya pelan pelan Kook-ah. Bagaimana?"

Namja bergigi kelinci itu tersenyum getir mendengar saran sepupunya. Yaa dia harus berusaha lebih keras mulai sekarang.

"Dan untuk namja yang bersamanya tadi, kita juga harus mencari tau apa sebenarnya hubungannya dengan Taehyung. Bisa saja mereka hanya saudara seperti kita Kook-ah. Jadi jangan terlalu mencemaskan itu, arra?"

Lagi lagi Jungkook hanya bisa mengangguk ragu, walaupun perasaannya mengatakan bahwa mereka mempunyai hubungan yang spesial.
.
.
.
.
.
Jam delapan kurang lima belas malam.
Di depan sebuah coffe shop terparkir sebuah mobil audi berwarna hitam. Dua orang namja kemudian keluar dari dua sisi pintu yang berbeda.

"Terima kasih hyung karena telah meluangkan waktumu untukku"
Ucap namja dengan senyum kotak yang selalu ia tunjukkan itu.

"Terima kasih juga Tae karena kau mau menemaniku sampai kau harus membolos kuliahmu"
Namja yang terlihat tua itu terlihat sedikit menyesal karena telah menyuruh kekasihnya itu membolos jam kuliahnya.

Taehyung dengan sigap langsung menggenggam kedua tangan namja didepannya itu.
"Tidak apa apa Jinnie hyung. Kita bahkan jarang bertemu akhir akhir ini karena pasien pasien mu yang selalu membuatmu kerepotan itu"

"Siapa bilang mereka merepotkan. Justru kau yang selalu membuatku kerepotan.. kekeke"
Seokjin, namja yang bekerja sebagai dokter umum itu terkekeh pelan.

"Benarkah? Benarkah aku selalu membuatmu kerepotan?"
Perlahan Taehyung mulai memajukan badannya mendekati kekasihnya itu, membuat kekasihnya yang lebih tua itu menjadi salah tingkah.

"Ehh.. emm.. a-apa yang k-kau lakukan?"

"Aku sedang membuktikan pada kekasihku ini apakah benar aku selalu membuatnya kerepotan"
Suara Taehyung semakin berat dan terdengar sangat errr... seksi ditelinga Seokjin.

Mungkin Seokjin harus memasang pengaman pada jantungnya lain kali jika dia bertemu dengan kekasihnya ini.

Greb..

Taehyung memeluk pinggang Seokjin untuk lebih merapatkan jarak keduanya.

"T-tae kau..."

"Ssttt.."
Dengan telunjuknya, Taehyung mengisyaratkan kekasihnya itu untuk diam.

"Apa kau benar benar kerepotan sekarang hyung? Disini?"
Taehyung berbisik seduktif di telinga Seokjin, dan menunjuk pada jantung kekasihnya yang berpacu berkali kali lipat itu. Taehyung malah tertawa karena berhasil mengerjai kekasihnya itu.

"YAKK KIM TAEHYUNG!!!"
Dengan cepat Seokjin langsung mendorong tubuh Taehyung untuk menjauh. Lalu menunduk menyembunyikan rona merah dikedua pipinya itu.

"Kau semakin cantik saat merona seperti ini hyung" Taehyung tersenyum lalu mengelus pipi Seokjin yang tengah merona itu, dan menjadikannya semakin merona karena perlakuan manis Taehyung.

"Pulanglah, dan langsung istirahat kau terlihat begitu kelelahan hyung. Dan aku tak mau merawatmu saat kau sakit"
Dengan nada bicaranya yang menggoda itu bahkan mampu membuat Seokjin tersipu malu karena kekasihnya itu.

"Aku dokter jadi aku tak perlu bantuan namja ceroboh sepertimu untuk merawatku" Namja cantik itu menjulurkan lidahnya sengaja untuk mengejek namja didepannya itu.

"Baiklah baiklah. Jinnie hyung memang yang terbaik. Sekarang pulanglah hyung dan hati hati saat menyetir. Telfon aku saat sudah sampai dirumah"

"Yes Boss! Sekarang masuklah!"

"Eum.. annyeong.. sampai jumpa besok"
Taehyung mencium kening kekasihnya sekilas lalu masuk untuk bekerja setelah melihat kekasihnya itu melajukan mobilnya.

"Ehrm sepertinya ada yang baru saja pulang dari kencan. Kekeke..."
Jung Hoseok, ternyata dia memperhatikan semua yang dilakukan Taehyung bersama kekasihnya tadi.

"Hyung, apa kau seorang penguntit? Suka sekali melihat orang pacaran."

"Heii aku hanya melihat apa yang ada didepan mataku. Bukannya mengendap endap dibalik semak semak untuk melihat hal yang tidak tidak"

"Apa kau iri denganku hyung karena kau belum dapat kekasih juga? Kekeke.."
Kali ini Taehyung yang terkekeh karena telah membuat hyungnya itu menjadi bad mood dalam sekejab.

"Heii hyung mungkin aku harus mengenalkanmu pada salah satu temanku agar kau tidak kesepian terus."
Tampak seperti suara mengejek sebenarnya tapi Hoseok tak pernah menganggap omongan dongsaeng nya itu serius.

"Diamlah Tae!"

"Apa kau menikmati kencanmu?"

"Tentu saja, kami jarang bertemu jadi hari ini aku benar benar menikmati waktu kami. Wae?"

"Ani.. hanya saja aku justru kepikiran dengan namja manis yang kau bicarakan kemarin"

Taehyung menghentikan aktifitas menata meja dan kursi didepannya itu. Yaa coffe shop ini memang sedang tidak terlalu ramai jadi tugas Taehyung hanya merapikan saja.

Taehyung tampak seperti sedang berfikir. Tentu saja berfikir tentang namja manis bergigi kelinci itu.

Entah kenapa saat berada di dekat namja itu, jantungnya berdegub berkali kali lebih kencang dari biasanya. Dia merasa ada yang aneh saat berada didekat Jungkook.

Taehyung terus berusaha mengingat nama itu, senyumnya, wajahnya, dan tatapan matanya.

'My baby bunny..'
'Tae-hyungie palli palli..'
'Kiyowo my baby bunny..'
'Appo hyung'
'Aigoo.. my bunny.. kau benar benar menggemaskan'
'Hyung lepaskan kau membuat pipiku sakit'

Suara dua orang namja itu terus terngiang di telinga Taehyung. Dengan kedua tangannya Taehyung berusaha menutup telinganya. Tapi entah kenapa Taehyung justru merasa sangat pusing di kepalanya. Rasanya seperti mau pecah dan itu benar benar sakit.

"Argghhh.."
Taehyung menggeram sambil memegangi kepalanya. Hoseok yang melihat itu pun langsung panik dan mendekati Taehyung.

"Taehyung-ah gwenchana? Kau kenapa?"

"K-kepala ku h-hyungg s-seperrti mau p-pecah"

"Bertahanlah Tae aku akan membawamu ke rumah sakit"
Hoseok memapah tubuh Taehyung keluar cafe dan sebelumnya meminta tolong kepada salah satu pegawai untuk mengijinkan mereka kepada pemilik cafe.

Tapi belum sampai keluar cafe, tubuh lemas Taehyung sudah ambruk. Untung saja Hoseok memeganginya sehingga Taehyung tidak terjatuh di lantai.
.
.
.
Yoongi menunggu Taehyung sampai tertidur di sofa rumah sakit. Setelah mengetahui kondisi Taehyung baik baik saja hanya menunggu dia sadar, Hoseok langsung menelfon teman terdekatnya Taehyung yaitu Yoongi untuk menjaganya. Dia tidak ingin menghubungi Seokjin, karena jika dia tau Taehyung masuk rumah sakit maka Seokjin pasti akan terus menyalahkan dirinya sendiri. Dan Hoseok juga sudah mencoba menghubungi eomma Taehyung, tapi sepertinya eommanya masih sibuk bekerja dan tidak bisa dihubungi. Jadi satu satunya orang yang dia percaya adalah Min Yoongi.

Hoseok dan Yoongi adalah seorang rapper underground jadi tentu saja mereka saling kenal satu sama lain. Apalagi karena Taehyung mereka berdua juga semakin akrab.

Setelah kedatangan Yoongi, Hoseokpun memutuskan untuk kembali bekerja karena akan merepotkan jika ada dua karyawan yang ijin sekaligus.

Yoongi terlihat masih menikmati alam mimpinya. Namun tiba tiba jari jari Taehyung bergerak dan sedetik kemudian Taehyung terbangun dengan nafas yang terengah engah dan keringat yang bercucuran. Dan tanpa diduga dia pun menggumamkan satu nama..

"Jeon Jungkook.."






-TBC-





Tarraaa.. ch 4 here :D

Mian di ch ini belum ada vkook moment nya dan malah banyak jikook nya, vjin juga malah nyempil itu.. kekeke...

Di ch ini jikook udah mulai curiga tuh kalo taehyung hilang ingatan.

Dan mereka juga belom tau apa hubungan vjin.

Gimana yaa sikap yoongi kalo ntar ketemu sama jimin?

Wait for next chapter :*
Hope u'll like this guys :D
Vomment pliisssss *^O^*

Continue Reading

You'll Also Like

1K 113 5
kim taehyung, yang menjalani kehidupan yang sempurna sejauh ini, menjadi hancur ketika dia mulai mengalami mimpi buruk tentang seorang anak laki-laki...
450K 8.4K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
13.2K 662 9
Deskripsi nyusul .. ☺️☺️☺️
928K 44.9K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...