Eye of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

43.3K 3.2K 282

Buku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Complete... More

Part 1 : Kematian Ibu
Part 2 : Pemakamam
Part 3 : Sunset di Kala Itu
Bukan Update
Part 5 : Gadis Lolipop
Part 6 : Tersesat
Part 7 : Hal tak terduga
Part 8 : Pesta Dansa (1)
Part 9 : Pesta Dansa (2)
Part 10 : Pesta Dansa (3)
Part 11 : Ancaman Isaiah
Part 12 : Salah Paham
Part 13 : Hampir
Part 14 : Ingat Tujuan Kita
Part 15 : Tawaran dari Iblis Bermata Biru
Part 16 : Surat Wasiat
Part 17 : Cheon Kikka
Part 18 : Perpisahan
Part 19 : Isaiah Hotaru
Part 20 : Pertengkaran
Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?
Part 22 : Ryu Kembali
Part 23 : Harus Bagaimana?
Part 24 : Jawaban Freya
Part 25 : Tolong Kikka
Part 26 : Bertemu Isaiah Hotaru
Part 27 : Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi
Part 28 : Serangan Alin
Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu
Part 30 : Ini Baru Permulaan
Part 31 : The Next Steps
Penting Wajib, Kudu Dibaca dan Respon!!!!!
Part 32 : Kegoyahan, Teman Lama, dan Tekad
Part 33 : Bisakah Debaran Ini Berhenti?
Part 34 : Kedatangan Sang Pemilik Ornamen Lotus
Part 35 : Tidak Ada Jalan Lain
Part 36 : Kemarahan Alin Atas Rahasia Ayahnya
Part 37 : Peringatan
Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan
Part 39 : Tolong Katakan Inilah Kenyataannya
Part 40 : Monster [END]
Epilog

Part 4 : Janji

1.5K 124 31
By NinaMusIn

Freya berjalan mengikuti anak laki-laki itu menuju ke tepi pantai. Angin pantai berembus meniup lehernya yang tidak terlindung. Sejak tadi anak laki-laki itu menggenggam tangannya tanpa sungkan. Walaupun Freya merasa malu, ia tidak menolak genggaman tersebut. Sebab, sudah lama ia tak merasakan kehangatan genggaman seseorang. Dulu, ibunya sering menggengam tangan Freya seperti ini dan Freya sangat menyukai itu.

Namun, semenjak ibunya dirawat di rumah sakit Freya enggan untuk melakukannya sesering dulu. Ia takut menggenggam tangan sang ibu yang semakin hari semakin mendingin seolah menandakan bahwa ia akan kehilangan kehangatan itu untuk selamanya. Tidak terasa air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. Setiap kali mengingat ibunya ia pasti selalu teringat kenyataan pahit yang ia ketahui baru-baru ini. Fakta sialan yang terus merobek dadanya tanpa ampun hingga tersisa serpihan-serpihan kecil saja.

Manik biru cermerlang yang sejak tadi menatap ke depan kini teralihkan ke arah gadis manis yang ada di belakangnya. Untunglah pendengarannya tajam, jadi ia menyadari tangisan sang gadis yang hampir tidak terdengar. Begitu melihat raut wajah Freya, anak laki-laki itu mengernyitkan keningnya. “Hey, ada apa dengan gadis manis ini? Kenapa kau bersedih?” tanyanya khawatir.

Freya segera menghapus air matanya “Tidak apa-apa. Mataku kemasukan pasir karena angin tadi,” jawab Freya dengan senyum yang dipaksakan.

Anak laki-laki itu bingung bagaimana menghibur gadis manis yang ada di hadapannya ini. Awalnya ia ingin pergi begitu tahu gadis ini tidak ingin lompat. Tapi, sesuatu mencegah ia melepaskan gadis tersebut begitu saja, dan ia percaya intuisinya. Bukan sebuah kebetulan ia menoleh ke arah tebing tadi dan kemudian terpana dengan sosok gadis ini.

Akhirnya ia teringat benda pemberian ibunya, kemudian segera meraih benda tersebut yang disimpannya di dalam saku dan meletakkannya di tangan gadis tersebut. Gadis itu tampak bingung dengan apa yang berada di tangannya. Lalu anak laki-laki itu tersenyum dan menghapus air mata yang tertinggal di wajah manis sang gadis. “Untukmu. Kau tahu apa ini?”

Freya terdiam sesaat. “Sebuah ornamen berdiameter tiga sentimeter yang di dalamnya terdapat clover berdaun empat dan bunga sakura, kenapa?”

Anak laki-laki itu terpukau dengan ketepatan jawaban Freya mengenai benda itu. “Kau benar,” ia tersenyum melanjutkan, “clover berdaun empat ini dulunya adalah syarat agar ayahku bisa menikahi ibuku. Dia harus mencari benda ini seorang diri tanpa bantuan dari siapa pun. Ia mencari selama berbulan-bulan, siang dan malam, ketika matahari begitu terik di siang hari dan angin malam yang berembus begitu dingin dan menggigit jemarinya yang sibuk mengais-ngais tumbuhan menjalar itu. Namun, ia tidak pernah menyerah mencarinya dan itu berbuah manis pada akhirnya. Ayah dan ibuku menikah segera setelah ia berhasil menemukannya, mereka melangsungkan pernikahan ketika musim semi tiba, dan bunga sakura yang ada di sini adalah bunga pertama yang mekar saat mereka menikah. Kemudian mereka mengawetkan benda-benda bersejarah ini dan memberikannya kepadaku untuk mengingatkanku bahwa adanya aku tidak lepas dari perjuangan ayahku.” Wajahnya yang semula serius digantikan oleh gelak tawa tatkala mengingat kembali cerita-cerita mengenai kedua orangtuanya.

Sekarang Freya mulai tersenyum. Melihat adanya perubahan positif dari gadis itu membuatnya sedikit lega. Ia melanjutkan kembali perkataannya, “Kau tahu, ketika aku harus menjalani latihan berat yang diberikan ayahku, aku menatap benda ini dan merasa ringan. Karena, sesulit apa pun masalahku jika aku mampu sabar dan tabah menghadapinya, kelak akan membuahkan hasil yang manis.” Ia menatap Freya lekat-lekat. “Hal yang sama berlaku padamu. Apa pun yang terjadi padamu. Serumit apa pun itu pasti akan berlalu. Aku tahu kau dapat melewatinya. Dan ingatlah kau tidak pernah sendirian,” ia terdiam sejenak. “Mungkin ini terdengar gila jika seseorang yang baru kau kenal mengatakan hal yang aneh dan sok tahu, tapi tahukah kau? Intuisiku mengatakan kau seolah bimbang terhadap sesuatu, apa itu nona manis?”

Freya tersentak kaget, ia yakin dirinya cukup berbakat dalam bersandiwara bahwa segalanya baik-baik saja. Namun, bagaimana anak laki-laki itu menyadari kegusaran yang disembunyikannya rapat-rapat. Inikah sebabnya mengapa ia merasa mata biru cemerlang itu seakan menembus hatinya? Dan berdasarkan penuturan anak laki-laki itu benda yang diberikannya pada dirinya pasti sangat berharga untuknya.

“Kuakui yang kamu katakan itu benar.” Freya meremas lembut ornamen tersebut seraya menguatkan dirinya untuk memenuhi wasiat terakhir sang ibu. “Tapi, apakah tidak apa-apa jika kau memberikan barang ini kepadaku? Tampaknya ini warisan berharga keluargamu.”

Anak laki-laki itu ikut bersemangat melihat tatapan Freya yang mulai lebih ceria dari sebelumnya. “Hahahahahaha. Simpan saja, lagipula itu hanya sebuah fosil tanaman ....” ucapannya terhenti, sebuah gagasan gila muncul dalam otaknya. “Emm ... baiklah, kembalikan itu saat kita bertemu kembali. Pastikan saat itu kau sudah mampu berdiri tegak, dan apa pun yang melukaimu saat ini takkan melukaimu lagi.”

“Baiklah ... kalau begitu, bawalah anting ini sebagai jaminan.” Freya memberikan antingnya yang berbentuk bulat dengan ukiran bunga di tengahnya.

“Oke.” jawab anak laki-laki itu dengan senyum puas.

Lalu terdengar suara anak laki-laki lain yang memanggil-manggil nama anak laki-laki itu. Namun, debur ombak yang keras menghalangi Freya untuk mendengar namanya dengan jelas.

“Sepertinya aku harus kembali, temanku sudah menjemputku. Aku harus bergegas, jika tidak ayahku akan menghukumku,” katanya sambil menjauhi Freya.

Freya menahan tangan anak laki-laki itu. Masih ada hal yang belum ia ketahui. “Tunggu, aku masih belum tahu namamu, dan di mana aku dapat bertemu kembali denganmu.”

Ia melepaskan tangan Freya, kemudian tersenyum padanya. “Cari aku di Akademi Frisuki. Kita pasti akan bertemu di sana.” Anak laki-laki itu berjalan semakin menjauh. “... .... ...” lanjutan ucapannya itu terdengar samar-samar. Debur ombak menutupi suaranya.

Freya membelalak kaget mendengar penuturan tersebut, ia tak menyangka anak laki-laki itu adalah calon siswa Akademi Frisuki. Ia membuang keraguan yang muncul, lalu meneriakkan sesuatu. “Aku Freya Leonara!!! Kita pasti akan bertemu kembali!!! Aku janji!!!” kata Freya dengan segenap tenaga yang ia punya untuk berbicara, berharap suaranya sampai pada anak laki-laki itu.

Tampaknya anak laki-laki itu hanya mendengar sebagian perkataannya, tapi ia membalasnya dengan senyum tulus. Lalu ia melambaikan tangannya. Freya menatap kepergian anak lelaki itu hingga tak terlihat lagi. Ia menggenggam erat ornamen yang diberikan anak itu dan tersenyum. Segera ia memacu kaki kecilnya dan berlari menuju rumah paman Iwan secepat yang ia bisa.

Freya tiba di depan sebuah rumah berpagar putih yang ditumbuhi tanaman rambat. Di halaman rumah tersebut ia melihat Paman Iwan dengan putranya sedang mengerjakan sesuatu. Ia berjalan menghampiri paman Iwan dengan perlahan sambil mengatur napasnya. Tampaknya paman Iwan menyadari kehadiran Freya, lalu menoleh ke arah Freya.
“Ada apa Freya? Mengapa kau terlihat terburu-buru?” tanyanya.

“Aku ikut, Paman. Aku akan mengasah diriku agar dapat memenuhi kualifikasi sebagai seorang helper di Akademi Frisuki nanti,” jawab Freya dengan mantap.

“Kau serius, Freya? Kita harus segera meninggalkan kota ini jika kau ingin mengikuti latihan itu. Bukankah kau masih ingin berkabung?”

Freya menggelengkan kepalanya. “Tak apa-apa, Paman, aku juga yakin ibuku tidak akan suka aku berlarut-larut dalam kesedihan ... lagipula aku sudah berjanji kepada seseorang untuk menjadi lebih kuat.”

Iwan tampak sedikit bingung dengan maksud Freya, tapi ia senang gadis kecil yang terlihat seolah akan hancur beberapa hari yang lalu tampak bersemangat. Ia segera bangkit dari kursinya. “Baiklah jika itu keputusanmu. Kalau begitu paman akan segera menyampaikan kabar ini pada kolega paman.” Iwan menepuk pundak Freya lalu segera masuk ke dalam rumah.

“Jadi kita akan berlatih bersama, Freya?” tanya anak lelaki berambut cokelat terang dan matanya yang berwarna senada.

“Iya, Raka, aku tidak akan kalah dengamu,” tantang Freya.

“Hahahahahaha kita liat saja nanti.” Raka bangkit dari kursi menghampiri Freya dan mengulurkan tangannya. “Mohon bantuannya untuk tiga tahun ke depan.”

“Mohon bantuannya juga, Raka,” balas Freya sambil menjabat tangan Raka.

---**---

To be Continued

Part ini agak panjang @_@

Author semangat ngeliat yang baca makin banyak.. Terima kasih sudah membaca karya author xD

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 92.2K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
3.6M 53K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...