ALL I ASK (One Shot)

By AsarahD

404 33 15

Tentang permintaan terakhir dari cinta yang selama ini dipendam dan diabaikan, namun harus diakhiri untuk sel... More

All I Ask

404 33 15
By AsarahD


"Kamu mau minuman apa?" tanya Selila, berbicara kepada seseorang melalui ponselnya. Matanya sendiri menelusuri menu minuman di kafe itu--ada variasi teh, kopi, susu, jus buah, bahkan ada minuman beralkohol.


"Oh, itu aja? Oke, deh. Jangan telat, lho. Jangan buat aku menunggumu," ujar Selila, sedikit tertawa. Jangan buat aku menunggumu--kalimat dengan makna tersirat.


Selila tidak sedang tertawa bahagia, melainkan tertawa miris atas perkataannya. Sudah sejak lama dia menunggu orang ini menyerahkan hatinya. Sayangnya, baru pada kesempatan ini Selila ucapkan itu, itu pun hanya diselipkan dalam percakapan kasual dan dibumbui dengan tawa pula. Seakan kalimat itu sama sekali tidak penting.


Selila menuliskan pesanannya di nota pesanan yang sudah tersedia di atas meja. Dia sendiri memesan varian minuman es kopi dengan float es krim dan biskuit sandwich hitam populer--kesukaannya sejak kecil. Orang yang tadi berbicara padanya di telepon memesan jus melon dingin. Sebenarnya, tanpa bertanya pun, Selila sudah tahu 'dia' tidak akan memesan kopi atau teh karena ada masalah asam lambung. 'Dia' juga tidak menyukai susu karena menurutnya, rasa minuman itu aneh dan menggelikan di kerongkongan. Minuman beralkohol adalah hal yang tidak akan disentuh'nya' sampai kapanpun. Mungkin orang itu bahkan tidak sadar Selila memperhatikannya sedetail itu.


Yah, pada akhirnya, Selila tetap saja dibuat menunggu oleh 'dia'.


'Bahkan di saat begini, di saat aku meminta, kamu tetap membuatku menunggu,' pikir Selila, memandangi pantulannya di kaca jendela yang silau terkena matahari.


Menit ke-20 berlalu. Kedua minuman yang dipesan bahkan sudah datang.


Perasaan konyol mulai merayapi rongga dada Selila. Oh, apa sih yang diharapkannya? Seharusnya dia tidak perlu lagi melakukan ini. Tidak ada hari esok, tidak ada masa depan bagi hubungan mereka. Sayangnya, Selila sudah melakukannya, memanggil orang itu untuk bertemu. Sepenting itu? Ya, kali ini sangat penting.


Setelah 40 menit, terdengar sapaaan pada Selila yang terpekur menatap jalanan di luar sana. Selila mendongak, seorang pria berjalan masuk sambil tersenyum lebar dengan sinar matahari menari-nari di wajahnya. Saat mereka pertama bertemu pun hari sedang cerah, mungkin itu yang membuat Selila jatuh cinta.


"Rios!" sapa Selila terlebih dahulu.


"Hai, Lila. Sori, aku telat. You know lah, jam segini jalanan macet," sahut pria bernama Rios itu, dia segera menduduki kursi di hadapan Lila.


Rios adalah cinta pandangan pertama dan cinta pertama Selila, perasaan yang muncul sejak mereka masih kuliah semester 2. Orang yang membuat Selila tetap bersemangat untuk datang kuliah karena Rios adalah orang yang tidak pernah bolos kuliah. Dan masih banyak lagi hal yang Selila lakukan yang didasari nama Rios.


Selila lebih dulu menyukai Rios, sesuatu yang terjadi secara misterius karena Rios jelas-jelas bukan tipenya. Kemudian Selila berusaha mendekati pria itu, namun hanya sanggup menjadi sebatas sahabat. Rios tidak pernah memberinya kesempatan untuk lebih dari itu. Teman-teman perempuan Selila sudah sering menjodoh-jodohkannya dengan Rios. Awalnya Selila malu, namun akhirnya dengan putus asa berharap Rios setidaknya bisa dipengaruhi dengan cara begitu. Nihil. Rios telah menetapkan jarak di antara mereka berdua dan terlihat tidak bergeming dengan keputusannya.


Ya, Rios tahu karena Selila akhirnya mengungkapkan perasaannya. Rios hanya mengatakan kalau dia tidak mengerti dengan kata-kata Selila sekaligus dengan tergesa-gesa menegaskan kalau Selila adalah sahabat terbaiknya hingga saat itu. Dan, Selila akan selalu menjadi seperti itu baginya. Pengakuan itu dialihkan begitu saja oleh Rios pada topik-topik tak penting. Keesokan hari setelah pengakuan tak berbuah itu, Rios bersikap seakan tidak ada apa-apa--Selila adalah sahabat Rios, dia bukanlah wanita yang mencintai Rios, dan pengakuan itu tidak pernah didengarnya. Titik. Dan, Selila entah kenapa turut memainkan permainan pura-pura amnesia itu. Masih ada harapan di hatinya kalau-kalau Rios akan mengubah pemikirannya, jadi dia memutuskan untuk tidak menjauhi Rios dan menjadi 'sahabat'nya.


Setidaknya, sih, hingga hari ini, hari dimana Selila memutuskan untuk berhenti mencintai Rios.


"Dari kantor, ya?" tanya Lila sambil menyodorkan jus melon untuk Rios.


Rios tersenyum khas-senyuman seraya mengangkat kedua alis.


"Bukan, La. Aku tadi bareng Fadma, melihat gedung untuk acara pernikahan. Kamu ajak ketemuan dalam rangka apaan nih, La?" ujar Rios, lalu segera menyeruput jus melonnya yang sudah encer.


Undangan pernikahan. Ya, rencana pernikahan itu yang menghentikan Selila dari berusaha memenangkan hati Rios. Lebih tepatnya, Selila terpaksa membunuh perasaannya.


Dulu saat Rios menyatakan kalau dia menyukai dan akan mendekati Fadma, Selila hancur, tapi masih bertahan dengan 'topeng sahabat'nya. Bahkan ketika Rios resmi bertunangan, muncul pikiran buruk di otak Selila seandainya pertunangan itu batal dengan alasan apapun. Tapi, jika batal, apakah Rios akan bisa memandangnya berbeda? Beralih mencintai Selila dan menyingkirkan Fadma selamanya? Rasanya tidak.


"Gini. Aku...besok mau berangkat kuliah S-2. Jadi, yaa... Pengen ketemu doang, sebelum pergi," Selila membeberkan alasannya.


Rios terlihat kaget, tapi senyum segera mengembang di bibirnya.


"Oh, ya? Selamat ya, La!" Rios tersenyum tulus sambil menjabat tangan Selila, "kuliah di mana, sih? Kok kamu ngomongnya kayak bakalan jauh gimana gitu," kata Rios dengan nada hati-hati, takut terdengar khawatir akan berpisah jauh. 'Oh, Tuhan tahu, orang satu ini benar-benar jaim,' teriak Selila kesal di dalam hatinya, saat mendengar nada bicara Rios.


"Ke Jerman, Rios."


Hening sejenak.


"Jerman?" Rios terlihat bingung, somehow kecewa.


Hening lagi. Selila mengangguk, senyum tersungging di wajahnya.


"Kamu pergi ke Jerman besok dan baru sore ini kamu memberitahu aku, La? Kok begini, sih, La? Apa kamu pikir ini masuk akal?" cecar Rios dengan suara tercekat.


Kejutan di sore hari.


Memang, Lila tidak akan pergi lama. Kuliah S-2 tidak akan mengambil waktu berpuluh-puluh tahun agar mereka bertemu lagi, kan? Rios hanya kecewa Selila tidak mengabarinya lebih cepat tentang hal sepenting ini. Kali ini, Rios berani beradu pandang dengan Selila, keduanya berusaha menemukan jawaban di mata masing-masing.


"Ya, aku nggak mau ganggu kamu, Rios. Aku tahu kamu sedang sibuk persiapin pernikahan kamu," jawab Selila.


Rios masih menatapnya lamat-lamat. Intensitas kekecewaan di kedua mata itu semakin menguat setiap detiknya. Selila merasa terpojok dengan cara Rios memandangnya. Dilihatnya Rios, kemudian ia menunduk sedikit karena tak nyaman.


"Lila, itu bukan alasan. Kamu bisa beritahu aku seminggu sebelum, kek, tiga hari sebelum ini juga tidak masalah. Seminggu lalu kita ada jumpa, kamu nggak bilang apa-apa. Apa kamu udah tahu seminggu lalu?" cecar Rios lagi.


Entah kenapa keberanian muncul di benak Selila. Diangkatnya wajahnya, ditatapnya mata Rios yang balas menatapnya. Diperhatikannya lekat-lekat sosok di hadapannya. Selila harus menyimpan memori visual tentang Rios sejelas-jelasnya. Biarlah. Satu hari ini saja. Beberapa jam ini saja. Biarkan dia menatap Rios lama-lama. Karena setelah ini, Selila akan berhenti mencintai Rios dan move on. Laki-laki itu akan menikah, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.


"Kamu menatapku."


Rios tidak mengerti, satu alisnya terangkat.


"Apa? Kamu belum jawab pertanyaanku, La."


Selila tersenyum, "Kamu menatapku cukup lama. Padahal selama ini, kamu nggak akan membiarkan matamu melihatku seintens ini."


"Ah, aku..." Rios akhirnya mengalihkan pandangannya dengan gugup.


Tiba-tiba, Selila tertawa terbahak-bahak. Beberapa pengunjung, apalagi Rios, terlihat kaget dengan tawa mendadak Selila yang cukup keras.


"Kok kamu gugup bener mendengar aku ngomong gitu? Tenang, aku nggak akan berlebihan, Rios. Selama ini kamu udah tahu, kan. Aku udah memberitahumu dulu. Ingat?" tutur Selila setelah tawanya reda.


Rios terdiam, berlagak tidak tahu. Selila terus menatap kedua mata Rios, menemukan kejujuran yang lebih nyata dibanding apa yang terpampang di wajah. Tanpa menunggu jawaban yang sudah diduga Selila akan diucapkan Rios, Selila kembali meneruskan kata-katanya.


"Kamu tahu kalau aku suka sama kamu, kan, Rios?"


Rios terpaku, kembali berani menatap Selila.


"Lila, apa kita harus membahas itu lagi?" ucap Rios dengan nada defensif.


Lila mengangguk, sedikit tergelak, "Oh, ya, ya. Harus, tapi nggak perlu mendalam. Kamu udah pernah mengisyaratkan kalau kamu menolaknya. Dan sore ini, aku juga nggak berusaha memohonmu untuk menerimaku dalam hatimu."


"Lila--" volume suara Rios bertambah, hampir membentak.


"Aku hanya," potong Lila, mengangkat tangan kanannya sedikit untuk meminta kesempatan, "ingin menghabiskan waktu dengan orang yang selalu aku sukai dan hargai ide persahabatannya, hari ini sebelum aku pergi."


Rios tercenung. Raut wajahnya sudah campur aduk sekarang. Dia merasa sedang bertengkar dengan kekasihnya saat ini, hanya saja bukan Fadma yang duduk di hadapannya. Beberapa emosi negatif, yang tidak bisa dipilahnya lagi, membuncah di dalam dada dan kepalanya.


"Kamu akan kembali, kan, Lila? Kuliah S-2 nggak mungkin selamanya, kan? Temui aku, bukan-aku akan menemuimu setelah kamu kembali ke Indonesia. Ingat janjiku. Jangan bersikap seperti ini. Kamu membuatku kesal," tukas Rios.


Lila tersenyum miris, "Setelah ini, aku tidak akan menemuimu lagi sampai kapanpun. Sebulan lagi, kamu akan menikahi Fadma. Saat aku kembali, mungkin kamu udah punya anak. Sebaiknya, setelah keadaanmu menjadi seorang suami dan ayah, kamu jangan menemuiku lagi."


Perkataan Lila membuat Rios semakin tidak mengerti, "Kenapa--kenapa aku nggak boleh menemui sahabatku? Jelaskan, Lila."


"Kenapa katamu? Karena aku bukan sahabatmu, Rios! Aku suka sama kamu, aku bersahabat denganmu karena aku deketin kamu. Aku udah pernah nyatain! Kamu hanya mempertahankan aku di sisimu dengan konsep persahabatan yang kamu inginkan!" tukas Lila, kemarahan atas sikap Rios selama ini tiba-tiba meledak. Hal yang selalu ingin dikatakannya pada Rios, namun dia mengira masih ada harapan sehingga keinginan berbicara itu diurungkan.


Rios tertegun mendengar pernyataan Selila. Ya, tentu saja dia selalu tahu tentang perasaan Selila. Tapi, dia pikir tak apa jika Selila tetap menjadi sahabatnya. Sejak dulu tak ada "sahabat menjadi pacar" di dalam kamus prinsip kehidupan Rios. Namun, melepaskan Selila setelah pengakuan itu akan membuat Rios benar-benar merasa kehilangan sehingga dia memutuskan untuk tetap memperlakukan Selila sebagai sahabatnya.


Sekarang, Rios sadar dia sangat menyakiti Selila dengan sikap egoisnya itu. Setelah bersama Fadma, di sanalah Selila ditinggalkannya di posisi 'sahabat pura-pura' yang ia ciptakan untuk kenyamanan hatinya semata. Dia hanya beruntung karena Selila tidak menyukai siapa pun setelahnya.


Bagaimana jika terjadi sebaliknya, Selila menyatakan kalau dia menyukai pria lain di saat dia belum menemukan Fadma, apa Rios tidak akan merasakan apapun? Hanya karena dia tidak mengalaminya saja, Rios merasa bisa jadi dia akan patah hati kalau hal itu yang terjadi.


"Sejujurnya aku juga nggak paham apa artinya kamu untukku, La. Terkadang, sebelum Fadma ada di dalam hatiku, kamu adalah perempuan yang sangat penting untukku. Tapi, setelah ada Fadma pun, kamu masih juga penting. A--aku--"


"Sekarang, semua itu nggak penting lagi. Kamu udah menjadi calon pengantin. Jangan berpikir kalau selama ini kamu ternyata menyukaiku. Jangan. Karena kamu memilih Fadma. Itu udah cukup jelas," ujar Selila sambil tersenyum. Air mata mulai berlinang di kedua mata coklat hazelnya.


Mendengar perkataan Rios membuatnya merasa semakin buruk. Rios memang selalu kaku, selalu berpikir lurus, selalu mempertahankan prinsip. Tapi, Rios telah mengorbankan Selila dalam kekakuannya itu. Ternyata, Rios memilih Fadma hanya karena dia harus menyelamatkan diri dari perubahan perasaannya pada Selila--dari temen jadi demen--sekaligus menyelamatkan prinsipnya.


Selila tidak jadi menangis. Hari ini harus berakhir bahagia. Dia tidak ingin perpisahan ini diingatnya sebagai kenangan buruk dan menyedihkan.


Hening kembali menyelingi percakapan Selila dan Rios. Saat ini, sebuah lagu diputarkan di kafe, seakan-akan para pegawai kafe mengetahui kisah cinta bertepuk sebelah tangan yang dipalsukan sebagai persahabatan ini, sebab lagu itu menjadi musik latar belakang yang dramatis.


I will leave my heart at the door~ I won't say a word~ they've all been said before, you know~ So why don't we just play pretend?~


"Aku hanya minta satu hal," Selila memecah keheningan, "sebelum kita tidak bertemu lagi, biarkan aku habisin sisa hari ini bersama kamu, sebagai seseorang yang berarti lebih dari sekedar sahabat bagi kamu, Rios," ucap Selila dengan nada memohon.


"Lila..." Rios menggeleng-gelengkan kepalanya.


Sebelum Rios menolak permintaannya--entahlah, Selila hanya takut Rios akan menolaknya lagi--Selila segera menambahkan, "Dengar, jangan salah tangkap. Nggak akan ada apa-apa lagi setelah ini, aku janji. Aku nggak akan ganggu hidup kamu dan Fadma lagi. Aku mohon, Rios, boleh kan?" Selila menggigit bibirnya.


Look, don't get me wrong, I know~ There is no tomorrow~ All i ask is, if this is my last night with you~ Hold me like i'm more than just a friend~ Give me a memory I can use~


Terdengar helaan nafas Rios, kembali berdiam diri. Agak lama berpikir, ia kemudian beranjak dari kursinya, tanpa mengatakan apa-apa.


Selila menarik nafas dalam. Rios menolaknya lagi. Bahkan hingga di saat terakhir mereka akan berpisah. Air mata Selila yang berlinang mulai mengalir dari mata kirinya. Ditundukkannya kepalanya, matanya terpejam, Selila tidak ingin melihat kepergian Rios.


Tiba-tiba, tangan kirinya digenggam dan sedikit ditarik. Kebingungan, Selila mendongak dan melihat Rios sekarang berdiri di sebelahnya, belum meninggalkannya seperti yang dipikirkan Selila.


"Kamu bilang ingin menghabiskan waktu, kan? Ayo pergi. Aku nggak mau cuma ngobrol denganmu di kafe sambil minum jus melon encer sebelum kamu tinggalin aku," ujar Rios sambil tersenyum hangat--satu senyuman yang sanggup mengusir kedinginan di dalam rongga dada Selila setelah mengira ia ditolak lagi.


Selila beranjak dari tempat duduknya, balas tersenyum pada Rios, segera menyeka pipinya yang basah. Jari-jari tangannya berkaitan dengan lebih erat pada jari-jari tangan Rios. hatinya semakin hangat.


Take me by the hand while we do what lovers do~ It matters how this ends~


"Kita jalan bareng sebagai pacar untuk hari ini ya, La. Ini untuk menebus dosaku selama bertahun-tahun sama kamu. Aku egois banget, aku akhirnya sadar," ujar Rios, lalu merangkul Selila dengan lembut.


"Ayo kita kencan," hanya itu yang diucapkan Selila, tidak menyinggung sedikitpun perkataan Rios tentang keegoisannya. Dia sudah tahu, tidak perlu dibahas lagi. Selila tahu dia sendiri juga bersalah, dari awal niatnya tidak murni untuk bersahabat sementara Rios mengira mereka adalah sahabat 'saja'. Maka ketika Selila mengaku menyukainya, Rios menderita karena terombang-ambing dalam kekakuan prinsipnya. Kesimpulannya, mereka berdua sama-sama bersalah.


Bersamaan dengan langkah keduanya berjalan keluar dari kafe, Selila menyandarkan kepalanya pada Rios, yang balas mengeratkan rangkulannya. Ia tersenyum saat mendengar lirik dari lagu yang mengalun merdu di kafe itu sebelum melangkah keluar dari pintu.


Let this be a lesson in love~ Let this be the way we remember us~

*

*

Makasih buat para readers. ^^ Leave vote (s) or comment(s) or both :P if you like this short story :3

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 235K 43
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
4.6M 170K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.2M 83.8K 42
β€’ Obsession series β€’ [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...
1.2M 56.3K 51
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞