Awareness: Is (not) The Ending

By Ciciliaa03

17.6K 1.1K 79

-[COMPLETED] -[TAHAP REVISI] - BEBERAPA PART DI PRIVATE (TERMASUK ENDING, EPILOG, EXTRA PART MENGHINDARI CO... More

Prolog
2.Poetry
3. Doubtful
4. Do you love me?
5. Sympathy, Empathy or Love?
6.Consensus
7. It's the answer?
8. Darkness(1)
9. Darkness(2)
10. New Boyfriend
11. Give and Take
12. Jealous
13. Distance
14. bestfriEND?
15. Where Are you?
16. It's happiness?
17. bestfriEND, again?
18. Langit Jingga
19. Seleksi
20.Selingkuh?
21. OMG! My First Kiss!
22.Accident
23. Menyesal
24. The Car?
25. Reality
26. Pemilik Hati
27. Goodbye
Epilog
EXTRA PART #1
EXTRA PART #2
About Sequel
XXX

1. New Class

931 61 3
By Ciciliaa03

Hallo.. Cerita ini dalam tahap revisi yaa jadi maaf kalau ditengah jalan kalian nemuin perbedaan tempat, nama, dan konflik. Karena aku akan melakukan editing besar-besaran karena naskah aku yang masih terdapat kesalahan dimana-mana. Harap maklum^^ bagi yang sudah baca hingga akhir, baca dari awal lagi juga nggak apa-apa karena 60% isinya akan sedikit berbeda, akan ada penambahan part juga dan pengubahan ending yang gantung jek jemuran hihi😂 Karena aku sadar cerita ini sebelumnya belum menjiwai karakter tokoh, untuk itu sekarang aku memperbaikinya. Happy reading dan read back guys..

••

SMAN 90 Jakarta,

Setelah libur kenaikan kelas, sekolah kembali dipenuhi oleh siswa yang berlalu lalang mencari kelas baru mereka, ada yang berdiri di koridor berbincang-bincang, memadati mading, di kantin, bahkan calon siswa baru yang tengah melakukan kegiatan masa orientasinya di lapangan.

"Huft, setelah sekian lama berdoa biar nggak sekelas sama kamu, akhirnya terkabul juga.." Gadis cantik dengan gaya ponitail nya berjalan mengeluari mading yang dipadati beberapa siswa untuk mencari daftar nama mereka. Lelaki yang sedang bersender di tiang penyangga koridor menatap gadis itu dengan alis terangkat. Meminta jawaban atas pernyataannya tadi.

"Aku 11-Ipa-1 kamu 11-Ipa2." Terangnya.

"Aku kira seumur hidup, selama aku sekolah bakalan satu kelas sama kamu." Ucap Nata kecewa, entah berpura-pura ataukah meledek gadis di depannya.

Stevi tersenyum miring tidak membalas perkataan Nata, kemudian mereka berjalan berdampingan menuju kelas mereka masing-masing. Kelas mereka berada di lantai dua dan bersebelahan, hanya saja kelas Stevi berada di paling ujung.

"Jangan lupa Vi, pulang sekolah kumpul di ruang klub kimia." Ingat Nata. Dia menepuk-nepuk puncak kepala gadis itu. Klub kimia termasuk ekstrakurikuler cabang dari KIR. Hanya saja, klub kimia menghususkan anak-anak untuk bergelut dengan atom dan kawan-kawannya.

Setelah mendapat balasan anggukan dari Stevi, dia berdiri di depan ruang kelas menunggu Stevi memasuki kelasnya yang berada diujung kiri ruangan. Menutupi pintu masuk kelasnya.

"Permisi?"

Nata menatap gadis dengan rambut tergerai di depannya, dengan sigap menggeser posisi berdirinya, dilain tempat Stevi terkekeh dan menatap Nata dengan berucap m-a-s-u-k tanpa suara, setelah mengangguk lelaki itu memasuki kelasnya dan mencari tempat duduk yang masih kosong.

"Bro!! kita sekelas lagi!"

Nata menoleh keasal suara. Empat pria berperawakan tinggi dengan gaya khasnya masing-masing menghampiri Nata.

"Stevi mana?" Tanya Farhan pria dengan rambut berpomade rapi. Matanya mencari-cari seseorang yang biasa tidak bisa jauh dari Nata.

"Dia kelas sebelah." Jawab Nata.

Farhan ber-oh dan mengangguk. Dia duduk satu meja dengan Nata. Sedangkan dua pria dengan pakaian sedikit urakkan duduk di depan mereka. Dan pria yang mengunyah permen karet duduk di seberang meja Farhan dan Nata. Disamping dua pria urakkan itu.

Mereka memang akrab dari kelas sepuluh. Mereka juga satu tim futsal di sekolah. Farhan pria terapi yang tidak pernah lupa dengan pomadenya walaupun dirinya sedang dilapangan pomade tetap nomer satu. Jika Farhan sangat memperhatikan penampilannya, lain hal dengan Dino dan Vero yang selalu berpenampilan urakkan. Menurut mereka ganteng itu dari lahir bukan dari penampilan. Satu lagi, pria yang suka permen karet. Grefi, tiap harinya dia selalu mengunyah permen karet. Tetapi, dia selalu membuang bekas permen karetnya dengan baik. Tidak seperti Dino dan Vero yang tiap kali memakan permen karet bekasnya dibuang ke kursi salah satu teman kelas mereka.

••

Di ruang klub kimia,

Sepulang sekolah, anak-anak kelas 11 yang mengikuti klub kimia sudah berkumpul, tak terkecuali Stevi dan Nata. Mereka berdua mengikuti klub ini dari kelas sepuluh, mereka memilih klub ini karena dalam pelajaran ini lah nilai mereka paling menonjol, disamping itu Nata juga berprestasi dalam eskul futsal disekolahnya sedangkan Stevi mengikuti eskul tari tradisional, mereka berdua sering mengikuti beberapa perlombaan tetapi tak semuanya berhasil mereka taklukan, karena memang sang juara tak selalu harus menang bukan?

"Ibu kumpulkan kalian disini bertujuan untuk pembahasan kegiatan sosialisasi atau pengenalan klub ini pada peserta didik baru, kegiatannya besok pukul sembilan pagi sampai selesai. Jadi nanti ibu buatkan surat dispensasi kalian."

Bu Irma selaku pembimbing klub kimia membuka beberapa pertanyaan, banyak siswa yang bertanya mengenai kegiatan ini dengan telaten Bu Irma menjawabnya satu persatu.

Setelah memastikan tak ada lagi pertanyaan, Bu Irma menutup klubnya dan berjalan mengeluari ruangan, disusul dengan anak-anak klub yang berhambur keluar ruangan.

"Gimana nggak satu kelas sama aku?" Tanya Nata menatap Stevi dari arah samping.

"Lebih baik. Nggak ada yang gangguin aku mulu." Ucap Stevi, benar hari pertamanya di kelas damai tidak ada yang menjaili nya seperti saat dulu dia satu kelas dengan Nata.

Nata menjitak kening Stevi, membuat gadis itu meringis. Mereka kini berada di kantin, walaupun sudah bel pulang tetap saja suasana sekolah masih cukup ramai.

"Eh Nat, Mau ikut seleksi OSN lagi nggak tahun ini?" Stevi menyeruput es teh nya, Nata menyunggingkan senyum.

"Harus ikut lah, tahun kemarin belum dapet. Tahun sekarang harus dapet dong." Ucapnya optimis.

OSN atau Olimpiade Sains Nasional selalu digelar tiap satu tahun sekali, tahun kemarin Nata, Stevi dan 3 kakak tingkatnya mewakili sekolah untuk mengikuti seleksi Olimpiade Sains Nasional tingkat kota, namun entah mereka masih kelas sepuluh atau belum keberuntungan nya Nata dan Stevi tidak lolos ke tingkat Olimpiade selanjutnya hal itu tidak membuat mereka pesimis, karena mendapat 10 besar dari jumlah peserta 106 per-kota masih menjadi suatu kebanggaan sendiri, apalagi mereka baru kelas sepuluh sedangkan mungkin lawan mereka dominan dari kelas sebelas. Dua kakak tingkatnya berhasil lolos hingga provinsi dan satunya lolos menjadi juara 1 tingkat nasional.

"Pulang yuk?" Ajak Stevi setelah menghabiskan minumannya.

Nata mengangguk, mereka berjalan menuju parkiran. Tiap hari, Nata selalu membawa motor dan tak lupa selalu Stevi berada di jok belakangnya, itu merupakan kegiatan rutin mereka.

••

Mall Pondok Indah,

Malam ini, Stevi menemani Nata membeli perlengkapan untuk Devian, adik Nata yang baru berusia tujuh bulan. Mereka memasuki stand penjual perlengkapan bayi, berkeliling mencari beberapa hal. Stevi sedikit was-was menggendong Devian lantaran bayi ini tidak memakai popok yang kemungkinan besar kapan saja dapat menghujaninya.

"Warnanya biru aja deh Vi." Tawar Nata. Dia menimang-nimang satu set alat makan berwarna biru langit.

Stevi menggeleng, dia menunjuk salah satu warna.

"Pink aja bagus tuh!" Tunjuk Stevi. Menurutnya anti-mainstream kalau perlengkapan bayi laki-laki berwarna merah muda a.k.a pink.

Nata mencibir, dia tidak mau adiknya menyukai pink apalagi dia cowok. Nggak gentle katanya.

"Yang ini." Ucap Nata memutuskan. Dia mengambil warna hijau toska menyimpannya di trolli dan berlalu pergi.

"Nyebelin ih, masa aku ditinggal sendirian. Kesel!!"

Stevi ngedumel tidak jelas, sedangkan Nata kembali menghampiri gadis itu dan merangkulnya.

"Istriku jangan marah marah gitu dong nggak baik." Goda Nata.

Stevi kembali ngedumel, sedangkan Devian yang berada dalam gendongannya hanya tersenyum seakan tahu situasi apa yang sedang berlangsung antara dua sejoli itu.

"Bener tuh mbak jangan marah marah aja nanti suaminya nyari istri lain loh.."

Dengan alis bertaut Stevi menengok kearah suara yang baru saja ia dengar, kebiasaan ibu ibu suka nyambung padahal gaada tali buat ngehubungin nya.

"Wah aku sih bukan tipe suami kayak gitu bu, karena dia aja udah bikin aku bahagia," tutur Nata dibalas pelototan oleh Stevi. sedangkan ibu itu tersenyum dan berlalu pergi.

Tangan kanan Nata mendorong trolli belanja sedangkan tangan kirinya merangkul pinggang Stevi dari samping.

"Mama, pulang yuk?"

"MAMA MAMA! KAMU PIKIR AKU MAMA KAMU!?" Ucap Stevi menaikkan intonasi suaranya.

"Kamu kan istri aku sayang.." Ucap Nata jahil, dia sengaja menggoda Stevi.

Tangan kanan Stevi sudah membabi buta mencubit lengan kiri Nata, Devian yang berada di gendongan tangan kiri Stevi tertawa membuat gemas siapapun yang melihatnya.

Tak berapa lama cairan yang hangat hinggap di lengan kiri Stevi.

"Nataaaaaaaaaaa Dede ngompol aaaaaa baju ku basahh.." Spontan Stevi menyerahkan dede pada Nata, pria itu segera mengambil alih anak kecil yang tiba-tiba memasang poker face nya.

"Yaudah, yaudah kita pulang." Tangan kanan Nata setia mendorong trolli belanjaan, sedangkan tangan kirinya menggendong Devian. Stevi berdiri disamping Nata dengan muka kusut. Dia membersihkan lengannya yang sedikit basah.

Mereka berdiri berdampingan di kasir.

"Udah dong bete nya," rayu Nata. Pria itu sedikit kualahan mengambil dompetnya.

"Aku nggak suka mandi malem!" Stevi menghela napas, di area sekitar ketiaknya basah karena Devian.

"Sekali doang kok tuh buat bersihin ompolnya Dede, apa perlu aku mandiin?" Tawar Nata. Setelah membayar Nata menyerahkan dompetnya pada Stevi karena untuk menyimpanya kembali cukup susah. Dia membawa kantong kresek putih berisi belanjaannya.

Stevi mendelik, "aku belum mati sorry." Stevi melempar dompet Nata masuk ke dalam kresek.

Nata terkekeh. Padahal maksud dari perkatannya bukan itu.

Mereka berjalan beriringan mengeluari pusat perbelanjaan, sungguh Stevi ingin melepas bajunya yang mulai bau ompol!

••

Di depan kelas XI Ipa 2,

"Belajar yang rajin ya, love you.." Setelah mengacak acak rambut Stevi, Nata memasuki kelasnya disana sudah ada Dino dan Vero yang tengah memandangnya.

"Mesra amat lo. Ati ati baper," sarkas Vero.

Nata meletakkan tasnya. "Udah biasa kayak gini mah."

"Terserah lo deh Nat, cinta emang susah ditebak," balas Vero. Mendapat anggukan dari Dino.

Nata menautkan alisnya tak membalas pernyataan konyol dari Vero karena dirinya dan Stevi hanya bersahabat dari dulu, tidak lebih dan tidak kurang.

Tiba-tiba Grefi menghampiri dan mengajak nya ke kantin mau apalagi jika tidak membeli permen karet, namun pria itu menggeleng karena dia sudah sarapan dari rumah bersama Stevi dan dia malas berjalan ke kantin. Akhirnya Grefi mengajak Farhan yang sibuk berkutat dengan cerminnya. Farhan menyimpan cermin bulat ke saku baju dan berjalan menyusul Grefi meninggalkan Nata sendiri.

Bel masuk belum juga terdengar, dia menelungkupkan wajahnya bosan. Biasanya saat ini dia sedang asyik-asyiknya menjahili Stevi namun sekarang kelasnya saja berbeda. Bukan berarti Nata tidak pandai bergaul, hanya saja jika ke lawan jenis selain Stevi dan teman yang sudah lama dikenal, dia sedikit menjaga jarak yang berarti berbicara seperlunya. Bahkan tidak sedikit gadis-gadis di sekolah mencap bahwa Nata adalah pria dingin walaupun kenyataannya tidak seperti itu.

Berbeda dengan Dino dan Vero yang sudah meramaikan kelas dengan menjahili beberapa gadis yang menurut mereka adalah 'target' yang pas.

"Eh Marni! Tadi malem Vero curhat ke gue katanya dia cinta mati sama lo." Ucap Dino membuat Vero membulatkan matanya. Dia melirik ke arah Marni, gadis ber poni yang menyukainya dari dulu.

"Ah! Nggak! Gue nggak pernah bilang gitu! Tuh si Dodi yang suka!" Vero menunjuk pria yang baru saja masuk kelas. Pria itu melongo dengan muka polosnya membuat hampir seisi kelas yang memperhatikan wajahnya tertawa.

••

15 Februari 2016

Continue Reading

You'll Also Like

418 70 6
Sebuah kisah Rafilla tentang kehidupannya yang beerulang kali diliputi rasa takut. memuat cerita dan sedikit motivasi. dan ini bukan kreativitas teta...
298K 6.3K 200
Go to Manip Request 2 Non-Fiksi #3 / Acak #6 | 8 Juni 2014 amazing cover by z-girl
164K 12.5K 19
Semua orang pasti pernah jatuh cinta dan berharap jatuh cinta pada orang yang tepat yang bener-bener lo suka. Tapi kisah gue berbeda... Sebenarnya ya...
755 208 110
baca saja siapa tau menginspirasi Udah End & part masih lengkap !!