BOKU NO UCHIAGE HANABI

By albega_

989 90 5

Aku menolak dan aku tersiksa Aku sadar dan aku kehilangan Aku pergi dan aku terluka Adakah cinta yang bisa ku... More

Boku no Uchiage Hanabi

989 90 5
By albega_

Happy reading guys^^

Semenjak saat itu, aku sadar bahwa aku mencintainya dan mulai saat itu juga kuberikan segenap hati dan kasih sayangku untuknya.

Sore itu langit senja menemani kinal menikmati secangkir kopi hangat di teras rumahnya, disaat tengah menyesap kopi hangatnya, dari jauh Kinal melihat seorang gadis yang amat dikenalnya, sedang berjalan pelan mendekatinya, namun ada yang aneh sepertinya, tak ada senyum yang menghiasi bibir gadis tersebut.

Kenapa dia? Batin kinal terheran.

"Kinaaalll!!!" rengeknya pada Kinal, nampak jelas raut wajah kesal darinya.

"kamu kok ngga bilang kalo mau ke rumahku, Ve? Terus itu muka kenapa ditekuk mulu sih?" tanya kinal sambil membenarkan posisi duduknya.

Gadis itu veranda, sahabat Kinal.

"huft nyebelin banget tau ngga nal?!!" gerutu ve yang sudah memposisikan duduknya di depan kinal.

"siapa? aku? emang aku ngapain sih ve?" tanya kinal kebingungan.

"bukan kamu ih!!"

"terus?"

"ya ghaida lah.. siapa lagi?"

Kinal tersenyum tipis mendengar keluhan sahabatnya ini, yang entah sudah berapa kali ia mengeluhkan seorang ghaida, pacarnya.

"emang kenapa sih ve? Kak ghaida ngapain?"

"dia tuh ngingkarin janji lagi nal.. sebel deh gue.. dia tuh tadi mau bilang nganterin aku ke mall tapi dibatalin.. katanya sibuk lah, ada urusan lah, ini lah itu lah.. malesin tau ngga sih!!" cerocos ve membuat kinal terkekeh.

"udah lah ve, mungkin kak ghaida emang lagi ada urusan yang ngga bisa ditinggalin"

"tapi dia tuh sering kaya gini nal.. nyebelin tauk"

"udah kamu jangan ngambek dong, mending kamu nenangin diri aja dulu.. aku bikini kopi ya?"

"emm..... iya deh"

Kinal tersenyum mendengar jawaban ve, ia pun bergegas ke dapur untuk membuatkan kopi.

"ini, diminum" ucap kinal sambil menaruh kopi di atas meja.

"makasih ya nal, ini ngga ada sianida nya kan?" ucap ve jayus.

"ngga ada, sianida mahal. Barusan aku masukin racun tikus ve" ucap kinal menanggapi jayusan ve barusan.

Ve terlonjak kaget, hampir saja ia memuntahkan kopinya namun ia berhasil menahannya.

"gimana ve? Kopi campur racun tikus? Enak rasanya?" ujar kinal sambil tertawa melihat ve yang sudah memasang muka cemberutnya lagi.

"parah banget kamu nal, masa iya aku dikasih racun tikus? Ngga sekalian dikasih minum baygon aja?"

Tawa mereka pecah disepanjang obrolan sore itu, dalam hati kinal merasa senang karena bisa membuat sahabatnya itu tersenyum kembali dan melupakan masalah yang membuatnya badmood.

***

Hari itu kinal sedang mengumpulkan beberapa sumber informasi tentang beberapa festivasl yang diselenggarakan di Jepang. Kinal dan Komunitas Pecinta Jepang yang ada di kampusnya berniat menyelenggarakan salah satu festival tersebut secara kecil-kecilan untuk sekedar menambah keakraban bagi seluruh pecinta Jepang yang ada di kota Bandung. Sampai akhirnya kinal menemukan festival yang menurutnya lumayan pas untuk diselenggarakan.

Ditengah keseriusannya, tiba-tiba ia merasakan smartphone nya bergetar.

Ia tersenyum kecil saat mendapati nama veranda tertera jelas di layar smartphone nya.

"halo?"

Tak ada jawaban dari seberang, membuat kinal heran. Ia melihat kembali layar handphone nya memastikan telfon nya masih tersambung.

"halo? Ve? Kamu disana?"

"halooo?"

"heemm"

Kinal bernafas lega akhirnya ada jawaban dari seberang telfon.

Akhirnyaa.. batin kinal.

"kenapa ve? Malem2 gini bukannya tidur malah bete gitu"

"sok tau banget sih" balas ve dengan nada sok ketus.

"kinal kan pinter jadi tau dong kalo temennya lagi bete, kamu kenapa?"

Tak ada lagi jawaban dari ve.

"kak ghaida lagi?" tanya kinal.

"huft.." hanya helaan nafas berat yang terdengar oleh kinal.

"dia kenapa lagi?"

"biasalah nal batalin janji, padahal ini janjinya udah lama loh nal.. eh malah dibatalin juga.. dia tuh katanya mau ngajakin aku jalan2 malem ini"

"jangan bete gitu ah, kamu kan tau kak ghaida tuh orang nya super sibuk.."

"iya nal aku tau, tapi dia tuh.. tauk ah sebel aku"

Kinal mengehela nafas berat, ia tau veranda sering sekali dikecewakan oleh ghaida. Entah kenapa rasanya selalu sakit hati kinal saat ia tau veranda kembali dikecewakan orang lain, terutama ghaida.

"ya udah ya udah.. kamu mau nemenin aku ngga?" Tanya kinal berusaha menghilangkan kekesalan veranda.

"kemana?"

"beli martabak yuk"

Diseberang sana, veranda tersenyum lebar mendengar ajakan kinal. Rasa kesalnya nya mendadak lebur begitu saja.

"boleh deh nal"

"yaudah, bentar lagi aku jemput kamu ya.. aku siap2 dulu"

"oke deh"

Selang beberapa menit, kinal telah siap dan segera meluncur menuju rumah ve. Sesampainya di rumah ve, ia telah disambut oleh sang pemilik rumah dengan senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya.

Ve pun segera masuk ke dalam mobil kinal.

"duuhhh cantik banget sih temenku yang satu ini" ucap kinal sambil tersenyum ke arah ve.

"apaan sih nal gombal banget deh" ucap ve sambil menjauhkan pandangannya dari kinal karena malu dengan pipinya yang mulai memerah akibat ucapan kinal barusan.

"haha emang cantik kok.." ujar kinal, lagi lagi dengan menghadiahkan satu senyum manis untuk ve.

Ve merasakan jantungnya berdegup kencang saat melihat seulas senyum milik kinal, kemudian pandangannya beralih menatap lurus ke depan sambil berbisik dalam hati, Kinaall...

Tak lama, keduanya telah sampai di tempat yang mereka tuju, setelah memesan satu porsi martabak keju kesukaan mereka, mereka pun duduk di pojok bagian belakang untuk menghindari terlalu ramainya suasana.

"makasih ya nal" ucap ve tiba-tiba.

"makasih buat apa?" tanya kinal.

"makasih karena udah ngajak aku dan makasih juga atas pengembalian mood ku"

"haha aku yang harusnya makasih kalik ve, kan kamu udah mau nemenin aku makan martabak"

Ve hanya menjawabnya dengan senyum.

Tak lama, martabak pesanan mereka datang dengan dihiasi taburan keju parut yang terlihat menggiurkan menutupi seluruh permukaan martabak manis berwarna kecoklatan itu.

"sikaaatt!!" ucap kinal sedetik sebelum sepotong martabak masuk sempurna ke dalam mulutnya.

"pelan-pelan nal makan nya, ntar keselek" ucap ve dengan memasang muka khawatir.

"uhuk uhuk"

"tuh kan bener, baru aja dibilangin.. nih minum dulu" veranda menyodorkan sebotol air mineral yang masih bersegel pada kinal.

Kinal pun memutar penutup botol tersebut, berusaha membukanya. Namun hasilnya nihil, ia gagal membukanya, yang ada malah telapak tangannya yang memerah.

Veranda terkekeh melihat tingkah kinal, ia baru sadar ia lupa kalau kinal tidak bisa membuka tutup botol minuman yang masih baru.

"veeee!!" rengek kinal dengan memanyunkan bibirnya.

"haha sini aku bukain" ucap ve sambil merebut botol minuman tersebut dari tangan kinal.

"jahat banget ngga dibukain, uhuk"

"udah nih, minum"

Kinal pun segera meminumnya hingga menyisakan setengah botol isinya.

"eh ve kamu tau kan prokja (baca : program kerja) kita buat UKM (read: unit kegiatan mahasiswa) Pecinta Jepang yang bikin festival gitu tiap tahun?"

"iya, kenapa?"

"gimana kalo kita bikin festival hanabi?"

"hanabi?"

"iya hanabi. Ah elah masak kaga tau hanabi? Kembang api itu loh?"

"ohh.. ya iya lah aku ngga tau, orang aku ikut ukm itu biar bisa barengan sama kamu. Padahal kan aku ngga terlalu ngerti sama Jepang2"

"haha dasar"

"emang kaya gimana itu ntar?"

"hanabi itu festival musim panas gitu deh di Jepang.. ntar kita bikin kecilnya aja kan tujuannya cuma buat mengakrabkan sesama pecinta Jepang di Bandung. Ntar kita bikin pertunjukkan kembang api, terus ada makanan2 khas jepang, photobooth, terus itu tuh yang terkenal nangkep ikan pake kertas tipis gitu.. aku lupa namanya apa.. terus ntar kita kasih lampion2 gitu buat hiasan"

"wih kayanya seru tuh nal"

"nah makanya.. ntar kita coba ngasih saran ide ini sama bu ketua alias si yona itu"

"semoga sih bisa diterima ya nal?"

"iya ve, ntar kamu pake yukata ya? Kaya kimono gitu.. tapi khusus yang dipake buat musim panas, lebih sederhana gitu"

"ngga mau ahh"

"ih kenapa?"

"maluu.."

"hahaha gpp ve, kamu pasti cantik pake itu"

Lagi-lagi kinal sukses membuat pipi ve bersemu merah karena ucapannya.

"iya deh aku mau"

"nah gitu dong"

Saat mereka tengah asik bercanda, sebuah panggilan mengejutkan keduanya.

"ve!!"

Mereka sama-sama menoleh ke arah sumber suara, dan betapa terkejutnya mereka saat mengetahui siapa si pemilik suara tersebut.

"ghaida?"

"kak ghaida?"

Ucap ve dan kinal hampir bersamaan. Mereka saling memandang heran, sedangkan ghaida mulai mendekati kinal dan ve.

"ve? Ngapain kamu disini?" tanya ghaida terdengar sarkastik.

"hah? Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain disini? Katanya kamu sibuk? Ada urusan? Ngerjain tugas? Tugas apa? Bikin penelitian soal martabak?" tanya Ve tak kalah sarkastik.

"aku.. aku tadi abis ngerjain tugas terus mampir kesini" ucap ghaida sedikit gugup.

Ve mendelik merasa ragu dengan ucapan pacarnya sendiri.

"ohhh" ucapnya singkat mencoba menghindari perdebatan di tempat umum.

"kita pulang yuk, kamu pulang bareng aku" ajak ghaida tiba-tiba, membuat mata kinal membulat.

"what? Aku kesini tuh bareng kinal bukan bareng kamu.. kalo kamu mau pulang ya pulang aja sana" ucap ve yang mulai tersulut emosi.

"ngga ve, kamu harus pulang bareng aku.. kinal pasti ngerti kok. Kamu ngga papa kan nal pulang sendiri?" ghaida menoleh kearah kinal dan menatapnya penuh harap untuk mengiyakan jawaban dari pertanyaannya barusan.

"i.. iya kak.." jawabnya penuh ragu dan terpaksa, kemudian ia beralih menatap ve, "kamu bareng kak ghaida aja ve, kamu selesein semuanya dulu. Aku gpp kok sendirian"

Kinal tersenyum sambil menepuk pelan bahu ve, kemudian berlalu meninggalkan ghaida dan ve disana. Entah kenapa ve merasa kecewa, ia bahkan ingin memaki kinal karena membiarkannya pulang bersama ghaida, tapi ia hanya bisa diam dan pasrah, tak mengerti dengan keadaan hatinya.

Ghaida pun segera menggandeng tangan ve menuju mobilnya.

Di dalam mobil....

"kamu ngapain tadi ve?" tanya ghaida tanpa menoleh pada ve.

"ya beli martabak lah masa beli obat cacing" ucap ve kesal.

"maksudnya kamu ngapain malem2 sama kinal?"

"emang kenapa? Pacar ku sibuk, jadinya aku nyari temen yang bisa ada buat aku"

"ve.. aku minta maaf karena ngga bisa nemenin kamu jalan2.. tapi kamu tau kan aku ngga bisa ninggalin pekerjaanku?"

"sibuk aja sama urusanmu sampe ngga ada waktu sedetik buat aku"

"bukan gitu ve, tapi aku bener2 harus cepet ngerjain soalnya udah dikejar deadline"

"terserah kamu ghai"

"maafin aku ve.."

"yaudah kalo kamu emang sibuk dan ngga bisa nemenin aku, setidaknya ngga usah tanya kenapa aku jalan sama kinal, lagian kinal kan sahabat aku. ya wajar dong kalo aku pergi sama dia?"

"aku cuma ngga suka aja ve"

"kenapa?"

"aku juga ngga tau, tapi serasa ada yang beda dari kinal"

"kalo kamu ngga bisa ngasih alesan yaudah jangan sok ngelarang gitu.. kinal tuh sahabat aku, dari dulu bahkan sebelum aku kenal kamu. Cuma dia yang bisa ngertiin aku, cuma dia yang tau hubungan aku sama kamu, dan sampe sekarang dia masih tetep ada disamping aku dan percaya sama aku tanpa mempermasalahkan hubungan terlarang ini."

"lihat, kamu selalu saja membela kinal di depanku. Gimana aku ngga cemburu? Ngga sebel kalo kamu sama kinal deket gitu?"

"terserah kamu lah ghai, aku males debat sama kamu"

Keduanya sama-sama bungkam setelahnya hingga akhirnya mereka sampai di rumah ve.

"aku minta maaf ve" ucap ghaida sembari mengusap pelan punggung tangan ve kemudian menggengamnya.

Ve menghela nafas beratnya, kemudian ia menoleh pada ghaida dan tersenyum padanya.

"jangan gitu lagi, komunikasi kita udah minim banget. Kalo ada waktu buat bertemu, jangan nambahin ribut"

Ghaida mengangguk dan tersenyum kemudian mengecup singkat kening ve. Saat ia akan mengecup bibir ve, ve malah memalingkan wajahnya.

Ghaida tersenyum dalam kegetiran.

"yaudah masuk gih, udah malem" ucap ghaida.

"yaudah aku duluan ya, makasih"

***

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, Festival Hanabi ala komunitas Jepang di kampus kinal dilaksanakan malam ini.

Meski tak sebesar festival hanabi yang asli dari Jepang, setidaknya festival kecil ini mampu menarik perhatian para komunitas pecinta Jepang yang ada di bandung dan sekitarnya. Ada banyak kios yang menjual makanan khas jepang dan komunitas lain yang ikut berpartisipasi mengisi stand di festival tersebut, terlihat beberapa juga banyak yang menggunakan pakaian khas musim panas, yaitu yukata. Disana juga terdapat permainan menangkap ikan mas menggunakan kawat berlapis kertas tipis yang biasa disebut kkingyo sukui yang menjadi ciri khas festival ini. Beberapa gemerlap lampion juga nampak menghiasi tempat festival. Kinal sebagai penanggung jawab acara memang sudah mempelari secara detail festival ini sehingga ia dapat menmbuatnya semirip mungkin dengan yang ada di Jepang meskipun dalam bentuk lebih sederhana. Saat ini ia sedang berbicara dengan yona yaitu sang ketua komunitas, tiba-tiba saja matanya nampak berbinar saat mendapati seorang veranda baru saja keluar dari ruang briefing. Veranda terlihat sangat cantik mengenakan yukata berwarna biru muda yang kinal pilihkan sebelum festival dimulai.

You are beautiful ve, ucapnya dalam hati.

"duh cantik banget lu ve" ucap yona mendahului kinal.

"apaan sih yon, gue malu tau pake gini"

"kenapa mesti malu? Lu pas banget deh pake yukata, lagian ini kan emang event jejepangan. Jadi ngga usah malu kalo pake ala2 jepang gitu. Iya ngga nal?"

Kinal yang sedang menikmati keindahan ve, terkesiap mendengar pertanyaan yona, membuat yona tertawa kecil.

"eh? Iya iya.." ucap kinal asal.

"tuh kinal aja sampe tersepona lihat lu, udah pede aja ve"

"iya ve kamu kelihatan cantik kok pake yukata" ujar kinal yang sekali lagi mampu membuat ve tersipu malu.

"yons!!" tiba-tiba saja terdengar suara seseorang ditengah perbincangan mereka. Saat menolah mereka sadar itu viny yang sedang mencari yona. Sadar ada hal penting yang harus dibicarakan empat mata dengan viny, yona pun pergi meninggalkan ve dan kinal berdua.

Suasana menjadi sedikit canggung, membuat kinal dan ve terlarut akan pikiran masing-masing, sampai akhirnya ve mulai memecahkan keheningan.

"nal, kesana yuk"

"kemana?"

"itu yang rame itu.. ada apa sih itu?"

"itu pada nangkep ikan mas gitu.. ntar yang menang dapet hadiah"

"aku ikutan boleh ngga?"

Kinal sedikit heran mendengar permintaan ve, "tapi bukannya kamu ntar ada tampil nyanyi ya ve?"

"iya.. bentar doang masa ga boleh? Aku kan pengen nyoba juga?" rengek ve yang kini mulai bergelayut manja memeluk lengan kinal sambil mengerucutkan bibir tipisnya membuat kinal terkekeh.

"iya iya boleh, tapi beneran bentar doang loh.. soalnya ntar jam 10 kamu harus nyanyi.."

"iya kinal sayang..."

"yaudah yuk kesana"

Veranda mencoba permainan menangkap ikan mas tersebut, sudah hampir 4 kali dia gagal, tapi dia masih saja ngebet pengen bisa nangkep.

"kinaaaalll susaaaah" rengek ve pada kinal yang duduk di sampingnya.

"hahaha kamu sih kurang ahli" ejek kinal menertawakan ve.

Veranda mengerucutkan bibirnya karena kesal dengan kinal, namun sesaat seyum tipis terlihat dari wajahnya.

"sekarang kamu yang coba" ucap ve sambil menyodorkan alat penangkap ikan yang dipegangnya.

"eh? Ngga mau ve.. aku ngga bisa" ucap kinal sambil menggeleng.

"pokoknya kamu harus.." belum sempat ve melanjutkan kalimatnya, terdengar suara seseorang yang memanggil namanya. Otomatis ve dan kinal mencari si pemilik suara. Mata kinal seketika berubah sendu saat mengetahui siapa si pemilik suara.

"hai ve, hai kinal"

"hai kak ghaida"

Ya dia adalah ghaida.

Ah menyebalkan sekali, batin kinal.

Ghaida meminta izin pada kinal untuk membawa pergi ve sebentar, awalnya kinal keberatan dengan permintaan ghaida, apa lagi ve harus tampil jam 10 nanti, tapi atas desakan ghaida dan rasa hormatnya sebagai adik kelas ghaida sewaktu SMA, kinal pun mengizinkan ve untuk pergi bersama ghaida.

"ntar langsung ke ruang briefing aja" pesan kinal pada ve sebelum mereka berpisah.

Veranda mengangguk pada kinal kemudian mengikuti gandengan tangan ghaida.

Beberapa menit berlalu dan waktu telah menunjukkan pukul 21.40, membuat kinal semakin cemas. Veranda tak kunjung kembali ke ruang briefing, sedangkan yona sudah misuh2 ngga jelas karena tidak mendapat jawaban jelas dari kinal atas ketiadaan ve. Kinal sudah berkeliling mencari ve kemana-mana, namun tak juga ia temukan. Handphone ve ada pada kinal, sedangkan ghaida tak bisa dihubungi entah kenapa.

Hingga akhirnya, kinal membulatkan keputusan untuk membatalkan penampilan ve. Ia segera berlari menuju panggung dan memberi kode kepada mc untuk mendekat ke arahnya, dan segera memberi tahu tentang pembatalan penampilan ve.

Kinal menghela nafas berat, ia tak tau harus kemana lagi mencari ve sampai ia mendengar handphone nya berbunyi.

Yona : lu cari ve dan suruh menghadap ke gue.

"Huft"

Kinal pun pergi lagi mencari ve, dan kali ini ia berhasil.

Telihat ve dan ghaida sedang berdua di dekat kolam ikan yang terletak tak jauh dari tempat festival, dada kinal kian sesak melihat pemandangan romantis di depannya dimana ghaida memeluk erat punggung ve dari belakang kemudian mengecup pipi ve lama. Setetes cairan bening berhasil lolos dari pelupuk mata kinal, ia menahan perih di dadanya, bagai tergores duri ia menekan terus rasa sakit itu.

Sesaat kinal tau, ia cemburu dan sadar bahwa ia mencintai sahabatnya sendiri, Veranda.

Ia melangkah pergi menjauhi tempat tersebut, terus berjalan meninggalkan tempat festival, tanpa tujuan tanpa arah dia terus melangkah dengan menahan sesak di hatinya. Seberkas kilauan bening dari air matanya kembali membasahi pipi kinal, semakin deras saat ia telah berada di atas jembatan di dekat tempat festival. Tubuhnya berhenti sejenak disana, memandang lurus ke arah sungai dibawahnya yang terlihat gelap tanpa cahaya yang meneranginya. Senyum ve terlintas sejenak di pikirannya, membuatnya ikut tersenyum akan khayalannya.

"aku mencintaimu veranda" ujarnya pelan.

Bersamaan dengan itu, gemerlapnya kembang api mulai nampak menghiasi langit malam di tempat tersebut menandakan puncak acara festival telah dimulai. Kinal tersenyum dalam tangisnya menyadari betapa sakitnya menikmati keindahan kembang api seorang diri.

Beberapa menit berlalu, Kinal mulai merasakan lelah di kakinya, berdiri tanpa tujuan hanya memandangi sungai yang mulai sepi kembali. Ia pun beranjak mendekatin keramaian kembali, sampai ia dihentikan oleh seseorang.

"hei" panggil orang tersebut sambil menepuk pelan pundak kinal.

Kinal menoleh ke belakang dan merasa asing dengan orang yang baru saja memanggilnya itu.

"siapa kamu?" selidik kinal.

"kamu kinal kan? Kenalin aku stefi pacar ghaida"

"pacar??" tentu saja kinal kaget dengan pengakuan orang yang baru saja di kenlknya ini, maksudnya apa coba? Yang kinal tau pacar ghaida ya ve, dan ia sama sekali tak tau menau soal stefi.

"iya, aku kira ghaida sudah bercerita padamu tentang aku. Dia sering menceritakan tentang kamu dan ve, aku rasa kamu dekat denga ghaida. Bukannya begitu? Dia bilang, kalian berdua adalah sahabatnya."

"kamu yakin kamu pacar kak ghaida?"

"iya lah.. ngapain aku berbohong?"

Kinal tersentak mendengarnya, dan sekali lagi ia tersadar akan satu hal, ghaida selingkuh. Meski hanya mendengar dari orang yang baru saja ia kenal, rasanya memang ada firasat buruk yg dirasa kinal selama ini. Apa karena ia mencintai ve? Entahlah.

Ia pun bergegas pergi meninggalkan gadis yang bernama stefi itu tanpa mempedulikan suara panggilan dari gadis tersebut.

Nafas kinal terengah-engah saat sampai kembali di tempat festival, lebih tepatnya di ruang briefing, yona yang mengetahui kedatangan kinal segera menghampirinya.

"kemana aja lu nal?"

"kan lu bilang suruh nyari veranda? Gimana sih?" ucap kinal berusaha menutupi sebagian kebohongan yang terjadi.

"telat banget lu, tuh orangnya udah disini" kata yona menoleh pada ve yang sedang duduk tertunduk di pojok ruangan.

Kinal menehela nafas lega, tapi ia menemukan keganjalan lain, kenapa ve menunduk? Bahkan kedatangnnya tak disambut veranda sama sekali bahkan dengan senyum sekalipun.

"oh iya yon sorry ya gue tadi ngga ada pas puncak acara, gue masih nyoba nyari ve tadi."

"iya gpp, tadi gue kan yang nyuruh lu. Lagian juga udah di handle sama anak2 lu kan tinggal lihat hasilnya"

Kinal menganggguk kemudian berjalan mendekati ve.

"ve, jangan lupa ntar sehabis acara lu jangan pulang dulu" kata yona mambuat kinal sedikit bingung.

Ada apa sebenarnya?

Benar saja, seusai acara dan setelah keseluruhan pantia pulang ke rumah masing2 dan menyisakan kinal, ve, dan yona, yona mengajak ve untuk bicara berdua. Kinal sengaja menunggu ve meskipun sedari tadi ve menyuruh kinal untuk pulang duluan.

Selang seperempat menit, ve dan yona keluar dari ruang briefing dengan tatapan yang tidak dimengerti oleh kinal. Setelah mengucap salam perpisahan pada yona, ve dan kinal segera masuk ke dalam mobil.

"jadi.. gimana?" tanya kinal to the point.

"maaf nal.."

"tadi yona ngomong apa ke kamu?"

"dia minta aku buat ngerjain SPJ (read: surat pertanggungjawaban) buat acara ini"

"loh? Bukannya itu tugas sekretaris? Kamu kan sie acara bareng aku"

"itu sebagai konsekuensi gara2 aku menghilang pas giliran tugasku tadi"

"kamu tadi kemana aja?"

"maaf nal, aku sudah bilang berkali kali sama ghaida, tapi dia selalu mencegahku untuk kembali."

Kinal tersenyum mendengar penjelasan ve, meski dalam hati ia menangis mengingat kejadian tadi.

"terus sekarang kak ghaida dimana?"

"dia pulang, katanya ada urusan penting. Tadi katanya dia ditelpon sama temennya buat ngerjain laporan gitu"

"yaudah.. yang penting kamu udah ngerti kalo kamu salah.. jangan ulangi lagi ya.."

"iya nal, maaf ya"

Kinal kembali tersenyum, kemudian secercah ingatan terlintas di pikirannya tentang ghaida dan stefi. Hatinya bimbang untuk mengatakannya, apakah ia harus mengatakannya atau tidak. Tapi bagaimana jika ve tidak percaya?

"ve.."

"iya nal?"

"eng.. "

"kenapa? Kamu mau bilang apa?"

"aku.. tadi.. eh gimana ya?"

"ngomong aja nal, gpp.."

"jadi sebenernya, aku... mau.. bantu kamu bikin spj"

Veranda terkekeh mendengar ucapan kinal, sedikit dirasa aneh baginya.

"ngga usah gpp kok nal.. lagian ini kan salah aku, aku ngga mau ngrepotin kamu"

"aku ngga merasa repot kok ve, pokoknya kalo kamu butuh bantuan kamu bilang aja sama aku. kalo aku bisa pasti aku bantu kok"

"makasih ya nal" ucap ve dengan dihiasi seulas senyum manis di bibirnya.

Kinal nyatanya tak mampu untuk mengatakannya, ia tak sampai hati membayangkan raut wajah kecewa dari veranda jika ia mengatakan hal kejam yang dilakukan ghaida, apa lagi beban ve baru saja bertambah karena harus mengerjakan spj yang harusnya bukan tugasnya. Lagi pula kinal tak punya cukup bukti jika ghaida selingkuh. Sampai akhirnya ia memtuskan untuk menyimpannya terlebih dahulu hingga nanti ia tau waktu yang tepat untuk mengatakan fakta tersebut.

***

Drrtt drrtt

Kinal menggeliat dari tidurnya saat menyadari getaran dari handphonenya, kemudian ia meraihnya.

"halo?" ucap kinal tanpa melihat siapa yang baru saja menelfonnya itu.

"kinal? kamu baru bangun?"

Kinal terkejut dengan suara dari seberang sana, pasalnya ia sangat mengenal suara tersebut dan sudah dua minggu ini ia tidak berkomunikasi dengan orang tersebut, membuat rasa bersalah seketika menjalar dalam dirinya.

"ah mama, ngga kok ma tadi kinal.."

Ya!! Mama kinal yang menelfonnya jauh2 dari jepang.

"udah ngga usah ngeles gitu, kamu tuh masih aja kebiasaan bangun siang. Kamu ngga ada kuliah?"

"ini kan hari libur ma"

"oh yaudah, mama mau kasih tau info buat kamu. Jadi mulai minggu depan kamu sudah bisa pindah ke Jepang. Kami sudah mempersiapkan semuanya untuk kuliahmu sesuai apa yang kamu inginkan."

"hah???" kinal terkejut bukan main mendengar ucapan mama. Kinal memang mempunyai mimpi besar untuk bisa sekolah di Jepang, tapi kenapa harus sekarang? Disaat dia baru saja akan memulai perjuangan cintanya untuk veranda.

"ma, kalo... eng.. gimana ya? Apa ngga bisa ditunda gitu?"

"ngga nal... ngga bisa.. kamu tuh gimana sih? Dulu ngebet banget pengen kuliah disini, sekarang malah pengen nunda2. Ini tuh kesempatan bagus buat kamu apalagi papa sedang menyelesaikan proyek disini jadi setidanya kami bisa menemanimu disini cukup lama."

"tapi ma kinal kan..."

"udah pokoknya minggu depan kamu harus sudah berangkat kesini"

Tut tut tut..

Panggilan seketika terputus tanpa ada aba2.

Duh gimana ini? masa iya aku harus ninggalin ve? Terus ntar hatiku gimana coba? Perasaan ini gimana? Terus kak ghaida yang nyebelin itu gimana? Terus ntar kalo ve disakiti sama kak ghaida gimana?

Pikiran2 aneh mulai melayang layang menghantui kinal membuatnya frustasi.

Kinal menghela nafas berat, lama ia melamun memikirkan ucapan mama yang mendadak itu. Hingga ia tersadar karena hp nya kembali bergetar.

Kali ini ia melihat dengan jelas siapa yang menelfonnya, seulas senyum getir nampak jelas di bibirnya. Veranda.

"halo?" sapa kinal sedikit lemah.

"kinal? kamu kenapa? Kok lemes gitu? Kamu sakit? Demam? Pilek? Udah minum obat belum? Udah makan belum? Pasti belum.,. bandel benget sih"

Kinal terkekeh geli mendengar omelan ve diseberang.

"kinaaaall?? jawab atuh malah ketawa gitu!!" imbuh ve.

"ya gimana mau jawab orang kamu nanyanya tanpa jeda gitu mana banyak banger lagi. Kamu tenang aja ve, aku gpp kok.. ini tadi baru bangun tidur makannya lemes, belum sarapan nih.. males bikin"

"ya udah aku ke rumahmu ya.. kebetulan ini aku lagi beli makan.. ntar sekalian aku beliin buat kamu"

"iya ve, makasih ya"

Tak lama, veranda sampai di rumah kinal dan langsung masuk menuju kamar kinal. Dilihatnya kinal yang sedang sibuk dengan laptopnya sambil sesekali mencomot kripik pisang yang ada di sebelahnya untuk mengganjal perut laparnya.

"hei ve" sapa kinal singkat kemudian kembali fokus pada laptopnya.

"ngerjain apa sih? Liburan aja masih ngerjain tugas?" tanya ve yang kemudian duduk di tepi ranjang kinal.

"ini sih aku lagi ngerapiin dokumen buat tugas hari rabu.. kamu udah selese belum?"

"udah dong.."

"eh ve, spj kamu udah selese belum? Sini aku lihat"

"udah sih.. tinggal ngedit"

"sini aku yang edit aja"

"hah? Ngga usah nal gpp kok ini kan tugas aku"

"beneran gpp?"

"iya nal.. mending kamu makan dulu deh.. kasihan perut gendut kamu ntar jadi kurus gara2 belum sarapan"

"ih apaan"

"udah cepetan deh.. laptopnya dimatiin dulu"

"ngga mau, maunya disuapin sama kamu"

Kinal menoleh pada ve dengan tampang manjanya seperti bocah kecil yang minta permen sama mamanya. Ve terkekeh melihat tingkah kinal yang sok lucu itu.

"ih manja, yaudah sini aku suapin"

Kinal tersenyum penuh kemenangan, ia pun mendekatkan diri pada ve untuk meminta sesuap nasi dari ve. Halah sa ae thor.

Jantung ve terasa berdebar saat memasukkan sendok berisi nasi itu ke dalam mulut kinal, terlebih ia melihat mata kinal yang nampak berbinar itu. Rasanya darah ve mengalir lebih deras membuatnya gugup.

Kinal sendiri merasakan hal yang sama namun ia lebih bisa menyembunyikan perasaannya itu hingga terlihat biasa di depan veranda.

Namun nampaknya, kinal sudah tidak tahan lagi untuk mengatakannya, apa lagi bayang2 meninggalkan ve ke Jepang sudah membuat kepalanya pusing.

"ve.."

"iya?"

"aku mau ngomong sesuatu sama kamu"

"yaudah ngomong aja kalik nal.."

Kinal menggigit bibir bawahnya menahan gugup dalam dirinya.

"mungkin bakal terdengar aneh ve, tapi aku.. gimana ya... aku.."

"iya? Aku?"

Ve semakin dibuat tidak sabar dengan kalimat kinal yang tak kunjung mengungkapkan maksud dan tujuannya.

"aku.. aku mau bilang kalo.... kak ghaida selingkuh."

Veranda tersentak kaget dengan ucapan kinal barusan.

Apa maksudnya? Kenapa dia mengatakan hal semacam itu?

"kamu bercanda ya nal? Dia ngga mungkin lah selingkuh.."

"ve aku serius.."

"udah lah nal, kamu ngapain sih ngomongin hal kaya gitu?"

"ve.. aku ngomong beneran.."

"buat apa? Kamu tau dari mana dia selingkuh?"

"ve.. aku ngga mau dia nyakitin kamu ve.."

"nal.."

"ve.. terserah kamu mau percaya apa ngga tapi aku ngomong yang sebenernya"

"tapi nal.."

"ve, aku sayang kamu, jadi aku ngga mungkin..."

Oh my god kinal berteriak dalam hatinya karena telah mengucapkan satu kalimat sensitif dari mulutnya, membuatnya tiba2 bungkam. Veranda tak kalah syok mendengarnya.

Kinal kembali menghela nafas berat, ia meraih tangan ve yang ada di depannya kemudian menggenggamnya erat.

"sebenarnya ini yang ingin aku katakan ve, aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Entah sejak kapan rasa ini ada, tapi rasanya begitu menyakitkan ketika melihatmu bermesraan dengan kak ghaida, rasanya rindu selalu berkecamuk tiap malam padahal seharian aku bersamamu, rasanya aku tak ingin kehilangan kamu ve"

"gara2 ini kamu nuduh ghaida selingkuh?"

"ngga ve, sumpah aku sadar aku sayang kamu bahkan sebelum aku tau kalo dia selingkuh ve"

Veranda menggeleng tak percaya, entah kenpa hatinya begitu sulit menerima. Perasan sayang kinal padanya yang melebihi seorang sahabat membuatnya justru takut, ia menyayangi kinal juga, dan ia tak ingin menyakiti kinal. Ia tak ingin perasaan yang ada ini menghancurkan kedekatan mereka salama ini.

"ngga nal, kamu ngga boleh.. kita ini sahabat, aku ngga bisa nal..." ucap ve sambil menarik tangannya dari genggaman kinal.

"tapi ve.. aku sungguh menyayangimmu"

"ngga nal.."

"kenapa? Kenapa aku tidak boleh mendapatkan hatimu? Sedangkan kenapa kak gahida boleh? Dengerin aku ve, aku akan lakuin yang terbaik buat kamu. Aku akan buktikan padamu aku benar menyayangimu dan aku bisa lebih baik dari kak ghaida"

Veranda kembali menggeleng, air matanya sudah mengalir deras membasahi pipinya, ia tau ia juga menyayangi kinal , tapi rasa takut telah mengusai dirinya. Ia takut perasan ini justru akan membuatnya kehilangan kinal nantinya.

"maaf nal aku ngga bisa" ucap ve dan berlalu meninggalkan kinal.

Dada kinal teasa sesak menerima perlakuan seperti itu dari ve, air mata nya mulai keluar menyusul tangisannya yang semakin menjadi. Rasanya begitu sakit bagi kinal, ve bahkan tidak mempercayai ucapan kinal tentang ghaida.

Sesak yang dirasa kinal tak membuatnya kecewa, keinginannya hanya satu jikalau memang ia harus meninggalkan ve, ia ingin memberikan sisa waktu yang dimiliki untuk ada disamping ve. memberinya segala sesuatu yang diinginkan, memberikan segenap jiwa raga untuk ve. Ia juga masih berusaha mencari bukti tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh ghaida.

Namun semuanya benar-benar diluar dugaan kinal, ia bagaikan kehilangan separuh jiwanya, dimana ia harus menahan sakit diperlakukan tak acuh oleh ve. Ve selalu menghindarinya tanpa alasan yang jelas, tak ada omongan yang berarti dan lebih banyak diam. Tak ada lagi manja ria, tak ada lagi rengekan, tak ada lagi curhatan, tak ada lagi. Semuanya hilang, kinal benar-benar kehilangan sesesok veranda. Hingga ia semakin frustasi karena ve, setiap malam ia hanya bisa menangis ketika mengingat seorang veranda, tak pernah lagi ia melihat senyum manis gadis itu.

Kenapa ve? lirihnya

Keputusan kinal sudah bulat, ia dengan berat hati akan meninggalkan ve, meninggalkan dunianya disini, apalagi ve sudah benar-benar kecewa kepadanya, ia akan memulai hidup baru di negeri orang, menikmati secercah harapan dari mimpi kecilnya yang tersisa. Mungkin acuhnya ve adalah pertanda untuknya agar segera pergi dari Bandung yang penuh kenangan disetiap lembar kehidupan kinal.

Kinal membuka kunci layar hp nya, dilihatnya sekilas gambar wallpaper yang terpajang jelas di hpnya. Senyum tipis menghias bibirnya, foto ve dan dia yang tengah asyik menikmati liburan di pantai. Tak lama, ia mengetikkan sebuah pesan kepada ve.

Kinal : maaf ve

Message sent to veranda

Sebulir air mata kembali menetes membawanya menuju alam mimpi.

***

Ddrttt drrttt

Veranda meraih hp nya di nakas samping ranjangnya, senyumnya mengembang kala membaca si pengirim pesan namun sesaat berubah menjadi tatapan sendu mengingat ia dan kinal sedang dalam keadaan tidak baik. Sesungguhnya ve sangat merindukan kinal, ia ingin sekali memeluk erat orang yang sangat ia sayangi itu.

Veranda mulai sadar, perasaan yang tumbuh diantara ia dan kinal tidak bisa disalahkan, dan takut bukanlah alasan untuk mengerti rasa cinta satu sama lain. Harusnya jika ia lebih bisa mengharagai perasan kinal dan tentunya perasaannya sendiri, tak akan ada masalah yang mengusik kedekatan mereka.

Ini salahku yang terlalu egois, harusnya aku tidak melakukan hal kekanakan seperti ini. ini malah memperumit keadaan. Aku akan melwan rasa takut ini, kinal. Tentang Ghaida, aku akan mencoba mencari tau sendiri. Ucap ve dalam hati.

Keesokan harinya, ve berniat mengajak kinal untuk mengobrol dan memperbaiki keadaan, namun sayang ia tak menemukan sosok kinal di kampus. Perasaan tidak enak tiba-tiba merasuk dalam diri ve, membuatnya cemas dan bingung. Otaknya terus memikirkan dimana keberadaan kinal sekarang yang tak juga ia temukan. Hingga sebuah pesan masuk dari kinal.

Kinal : maaf ve aku harus pergi, terima kasih untuk semuanya.

Pikiran ve semakin melayang kemana-mana pada saat jam kuliah, keringat dingin mulai mengucur deras di seluruh tubuhnya, ia tak mengerti maksud pesan yang kinal kirimkan. Hatinya semakin tak karuan, otaknya pusing memikirkan hal yang tidak-tidak.

Seusai jam kuliah, ia segera melajukan mobilnya menuju rumah kinal, ia mengetuk pintu terus menerus dengan rasa panik yang menghantui dirinya.

Pintu terbuka, seseorang keluar dari balik pintu.

"non veranda?" ucap wanita separuh baya yang diketahui adalah salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah kinal, dia Bi Eli.

"bi, kinal mana?" tanya ve sambil terus menengok ke dalam rumah.

"loh? Non veranda ngga dikasih tau non kinal?"

"dikasih tau apa bi?"

"non kinal kan hari ini pergi ke Jepang. Dini hari tadi dia sudah pergi"

"Jepang?"

Veranda terperangah mendengar keterangan bi eli, ia menggeleng tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"iya non, non kinal teh mau ngelanjutin kuliah di Jepang"

Lutut veranda mendadak lemas, membuatnya seketika jatuh ke lantai diiringi air mata yang keluar begitu deras dari mata sayunya. Rasa sesak memuncak sakit di dadanya, ia serasa tak sadarkan diri mendengar berita tersebut dari bi eli. Dengan cepat, bi eli segera membawa ve masuk ke dalam rumah kinal agar ve bisa menenangkan dirinya sejenak.

Veranda merasakan kepalanya semakin pusing, ia tertidur dengan lemas di sofa rumah kinal. saat ia benar2 sadar, ia pun menanyakan semuanya pada bi eli. Dan bi ellipun menjalaskan sebisanya apa yang ia tau tentang kepergian kinal ke Jepang.

Veranda mendengarkan dengan seksama penjelasan bu eli masih dengan suara isak tangis yang menggema. Rasanya begitu menyakitkan, ia tak menyangka kinal akan meninggalkannya begitu saja tanpa berpamitan secara langsung. Hanya sekedar lewat sms yang bahkan ve sendiri tidak mengerti maksudnya.

Setelah bi eli melihat ve merasa lebih tenang, ia meminta izin mengambil sesuatu di dalam kamarya dan kemudian memberikannya pada ve.

"ini titipan dari non kinal, katanya buat non ve.." ujarnya sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna biru.

"apa ini bi?"

"saya juga kurang tau non"

"makasih ya bi"

Ve perlahan membuka kotak tersbut, didalamnya terdapat sebuah kalung dengan liontin berbentuk bunga matahari. Ia kembali menangis melihat isi kotak tersbut. Ia mengingat benar kalung tersebut, kalung yang selama ini ia inginkan, ve jatuh cinta seketika pada kalung tersebut saat pertama kali melihatnya di festival hanabi beberapa waktu lalu. Namun pada saat itu kinal malah mengajak ve ke tempat lain untuk melihat-lihat hal lain. Ia tak pernah menyangka kinal ternyata memperhtikan hal kecil dari ve, pasalnya kinal terlihat tak acuh saat ve tertarik pada kalung tersbut, dan sekarang? Justru kinal lah yang memberikannya untuk ve.

Ia menemukan selembar kertas kecil dibawah kalung tersbut.

Dear ve,

Maaf karena aku telah lancang mencintaimu,aku bahkan tidak tau kenapa..

Tapi cinta dan sayang ini tulus dari dasar hatiku

Aku harus pergi meraih mimpiku

Kamu hati2 disana, jaga diri baik2..

Terima kasih untuk semuanya ve..

Love you

Kinal

Hatinya kembali teriris membaca rentetan kalimat singkat nan sederhana yang ditulis oleh tangan kinal tersbut, hanya penyesalan yang menumpuk dalam dirinya. Ia tak lagi mengerti kemana arah dan tujuannya sekarang. Sesaat ia tau, ia menyayangi kinal lebih dari apapun, mencintai kinal lebih dari yang kinal tau, merindukan kinal lebih dari rindu terbesarnya selama ini.

"maaf kinal..." ucapnya dalam hati.

***

Hari ini ve mengajak ghaida untuk pergi makan malam, ia ingin menyegarkan otaknya sebelum ia terkena depresi secara berkelanjutan. Akhirnya ghaida memenuhi keinginanya meski harus melewati debat dulu karena alasan ghaida yang sibuk terus dengan urusan kerja dan kuliahnya.

Apa yang diharapkan ve ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi, ia mengharapkan makan malam tenang berdua bersama ghaida agar ia bisa kembali merasakan bahagia, agar ia dapat kembali tersnyum, agar ia dapat mendapatkan perhatian dari ghaida. Tapi apa? Ghaida banar-benar menyebalkan bagi ve, sepanjang makan malam mereka, ve merasa sangat terganggu karena beberapa telfon yang terus berdering pada hp ghaida membuat mood veranda semkain hancur. Bahkan permintaannya pada gahida untuk menonaktifkan hpnya, di tolak oleh ghaida dengan berjuta alasan yang membuat ve muak.

Bahkan saat perjalan pulang pun, hp ghaida kembali berdering membuat ve semakin malas. Namun entah kenapa ghaida enggan mengangkat telfonnya. Membuat ve curiga.

"kok ngga diangkat?" tanya ve sambil melirik pada hp ghaida yang berada di dashboard.

"aku kan lagi nyetir ve"

"tapi bunyi terus tuh, biasanya juga kamu nelfon sambil nyetir.. angkat aja siapa tau penting, kamu tepiin aja dulu mobilnya"

"ngga usah lah"

"tuh kan bunyi lagi, ya udah aku aja yang angkat"

Saat akan meraih hp ghaida, tangan kiri ghaida mencegahanya membuat veranda terheran. Kemudian ghaida mengambil hp nya dan ia taruh ke dalam tasnya.

"kenapa?"

"ngga usah ve.."

"jawab dulu kenapa.??! kamu jawab apa aku ambil hp mu di tas?!!" ucap ve sedikit meninggikan nada bicaranya.

"udahlah ve, jangan ribut di mobil aku lagi nyetir"

Veranda terdiam, ia menunggu hingga sampai di rumahnya.

"udah sampe ve"

"aku ngga mau turun sebelum kamu ngasih tau siapa yang terus2an nelfon kamu itu"

"ve.. ini udah malem.. jangan ngajakin ribut dong"

"aku ngga peduli ghai.. cepetan kasih tau atau aku ambil sendiri"

Hp ghaida kembali berdering, membuat keduanya melirik pada tas ghaida.

Veranda mencoba meraihnya, namun lagi2 di tahan oleh ghaida. Ve mulai geram hingga ia berusaha merebutnya dari ghaida.

"siniin ghai!! Cepetan!!"

"ve!!"

Veranda berhenti merebut tas tersebut, ditatapnya tajam mata ghaida menunjukkan betapa marahnya nya ia pada pacarnya itu.

"oke, sekarang kamu jujur sama aku, kamu selingkuh?" ujar ve sebisa mungkin tanpa nada tinggi.

"ngga ve.." ucap ghaida mengelak.

"jujur!! Pilih jujur atau biarin aku buat ngangkat telfon itu??!!"

Ghaida mengacak-acak rambutnya sendiri, ia tak tau lagi harus bagaimana menutupinya dari veranda.

"baiklah, aku jujur. Aku emang selingkuh ve, iya aku selingkuh."

Mata veranda mulai berkaca-kaca menatap ghaida, rasanya hatinya kembali diiris oleh sebilah pedang tajam. Sejujurnya ia tak peduli lagi dengan gahida, tapi kalimat kinal yang mengatakan tentang perselingkuhan ghaida membuat penyesalan itu kembali mengacak dan mencabik-cabik dirinya. Ia bahkan tak percaya dengan apa yang kinal katakan, hingga ketidakpercayaan itu menuai perih yang ia rasakan seorang diri sekarang.

"kenapa?" ucap ve lemah.

"karena aku tau kamu mencintai kinal ve.. aku udah ngga bisa lagi mencintaimu.. apalagi saat kinal bilang padaku jika ia mencintaimu juga sesaat setelah ia tau bahwa aku selingkuh di belakangmu. Dia langsung mengancamku untuk merebutmu dariku dan tidak akan pernah memaafkanku karena telah menyakitimu. Membuatku semakin sadar tidak ada lagi alasan untukku mencintaimu"

Air mata ve tumpah seketika mendengar penejelasan dari ghaida, entah sudah berapa kali ia merasakan perih dan sesak dalam dadanya.

Aku menyesal kinal, batin ve.

***

Mulai saat ini veranda menjalani harinya tanpa kinal, tanpa kasih sayang, tanpa ada orang yang selalu hadir disampingnya. Ia tak lagi berkomunikasi dengan kinal, entah kenapa kinal malah memblokir seluruh akun social media milik ve. Nomor hp nya pun tak lagi aktif, membuat veranda semakin sakit.

"Sebenci itukah kamu padaku nal? Aku minta maaf sungguh.. aku menyesal... kembali lah padaku.. aku mohon.. aku lemah tanpamu.. aku mati rasa tanpamu.. aku patah semangat tanpa ada dirimu, kinal maafkan aku." ucap ve dalam tangis di setiap malamnya.

***

Sudah hampir dua tahun kinal mendiami negeri sakura, menjalani hari-hari dengan menahan perih, menikamti setiap rindu yang menghujam jantung membuat matanya penuh dengan tatapan sendu. Sengaja memblokir akun veranda bukan berarti ia bisa melupakan sosok ve dalam hidupnya, malah membuatnya semakin rindu, membuatnya semakin gila dan depresi.

Malam ini ia melangkahkan kakinya menuju keramaian. Festival Hanabi yang seseunngguhnya dari Jepang. Ia berjalan sendiri di keramaian, melihat sekeliling tempat festival yang dipenuhi kios dan lampion yang berjejer indah di sepanjang jalan. Pikirannya terbayang-bayang kembali pada saat ia menyadari perasaanya pada ve.

Langkah kakinya yang tak tentu arah membawanya ke sebuah danau kecil di dekat tempat festival. Ia duduk dibawah pohon sakura yang tak sedang berbunga pada saat itu mengingat ini adalah musim panas. Seulas senyum tersungging dari bibirnya saat ia menatap layar hp nya yang menampakkan seorang veranda dengan senyum manis yang sangat ia rindukan itu.

"kau tidak tau ve? Rasanya rindu ini begitu menyiksaku. Menjauh darimu nyatanya tak membuat sedikitpun rasa sayang ini berkurang. Hei apakah kamu masih ingat dengan festival hanabi? Disini aku merasakan festival tersebut dengan sesungguhnya.. disini sangat ramai ve.. tapi hati ini tetap sepi dan kosong tanpa hadirnya kamu disini. Makanya aku mencari tempat sepi yang sesuai dengan hatiku, haha itu lucu bukan? Oh iya ve, aku berharap kamu ada disini, kamu tau mimpi terbesarku selain kuliah di jepang? Aku ingin melihat kembang api bersamamu ve.. menikmati langit malam bertabur pancaran kelap-kelip kembang api. Yah apa salahnya berharap? Meski aku tau mimpi itu terlalu sulit untuk kugapai? Mungkin sekarang kau sudah melupakanku? Malah aku yang gagal untuk melupakanmu. Apa kabar ya kamu?"

Kinal tersenyum dalam tangisnya, menyadari ia benar-benar kehilangan veranda.

"hei" sebuah tepukan pelan di bahu kinal membuatnya tersentak kaget.

Kinal terperangah saat menyadari seseorang yang baru saja datang dan seeenaknya duduk di sampingnya.

"mencari keheningan ditengah keramaian?" tanya orang tersebut.

"dasar bodoh, memblokir akun orang seenaknya.. aku kan jadi susah untuk mencarimu"

Kinal masih tak percaya, ia masih terus memandangi orang disampingnya itu. Ia bahkan terus mengucek matanya dan menampar pipinya sendiri seakan merasa ini hanyalah mimpi.

"heh!! Aku tuh bicara sama kamu.. kok diem sih?" ujar orang tersebut yang matanya mulai beralih melihat kinal setelah sedari tadi hanya melihat lurus ke arah danau.

"ve?" ucap kinal tak percaya.

Setetes cairan bening mengalir pelan dari mata ve saat ia kedua mata mereka bertemu. Mata yang selama ini sangat ve rindukan.

"iya kinal, ini aku" ucap ve pelan dibarengi senyum tulus darinya.

Kinal langsung merengkuh tubuh ve dalam pelukannya, tangisnya pecah seketika menyadari gadis yang selama ini sangat ia rindukkan, sangat ia cintai, sangat ia sayangi berada tepat dihadapannya.

Mereka berpelukan sangat lama dan erat sekan tidak pernah ingin untuk melepasnya. Sama-sama meleburkan seluruh rindu yang selama ini menyiksa keduanya.

Kinal merenggangkan pelukannya, "bagaimana kamu bisa ada disni?"

"aku hanya mencari secercah cinta dan kasih sayang yang mungkin masih tersisa" jawab ve.

Kinal terdiam mencoba mencerna kalimat yang baru saja diucapkan oleh ve.

"semoga saja aku belum terlambat.. semoga cinta itu masih ada, semoga saja tidak hilang" imbuh ve menatap lembut mata kinal.

Kinal tersenyum, rasanya ada yang meledak-ledak dalam dirinya. Rindu dan cinta bercampur menjadi satu membuat jantungnya berdebar begitu kencang.

"cinta ini masih utuh, tak akan pernah hilang bahkan berkurangpun tidak akan bisa. I love you ve" ucap kinal sambil menggenggam erat tangan ve.

"love you too Kinal, makasih.."

Kinal menatap penuh kasih sayang pada ve, diusapnya pelan pipi ve yang masih basah karena air matanya, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah ve, ia mulai terpejam dan mendekatkan wajahnya pada veranda perlahan, hingga satu kecupan lembut jatuh tepat di bibir veranda dibarengi dengan suara kembang api yang meluncur bebas menuju ke langit. Menyatukan seluruh perasaan cinta dari keduanya, meleburkan setumpuk rindu yang mengiris nadi, mencurahkan segala kasih sayang yang ada dalam diri keduanya, membawa mereka menuju satu tujuan akhir untuk saling mencintai.

selesai
Yeay!! Jadi ceritanya saya gatel pengen bikin oneshoot lagi dan akhirnya jadilah ff ini :v
Ini juga sebagai permintaan maaf saya karena bikin kalian penasaran di ff MBS Hehe
Jadi terimakasih sudah mau membaca^^
Lav you guys :*

Continue Reading

You'll Also Like

275K 6.6K 52
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ જ⁀➴ 𝐅𝐄𝐄𝐋𝐒 𝐋𝐈𝐊𝐄 .ᐟ ❛ & i need you sometimes, we'll be alright. ❜ IN WHICH; kate martin's crush on the basketball photographer is...
1M 38.4K 90
𝗟𝗼𝘃𝗶𝗻𝗴 𝗵𝗲𝗿 𝘄𝗮𝘀 𝗹𝗶𝗸𝗲 𝗽𝗹𝗮𝘆𝗶𝗻𝗴 𝘄𝗶𝘁𝗵 𝗳𝗶𝗿𝗲, 𝗹𝘂𝗰𝗸𝗶𝗹𝘆 𝗳𝗼𝗿 𝗵𝗲𝗿, 𝗔𝗻𝘁𝗮𝗿𝗲𝘀 𝗹𝗼𝘃𝗲 𝗽𝗹𝗮𝘆𝗶𝗻𝗴 𝘄𝗶𝘁𝗵 �...
130K 2.5K 43
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
826K 50.6K 115
Kira Kokoa was a completely normal girl... At least that's what she wants you to believe. A brilliant mind-reader that's been masquerading as quirkle...