Force : The Guardian (draft v...

By BlindTyper

20.9K 220 51

Kisah tentang mereka yang tercengkram erat oleh masa lalu, orang-orang yang berjuang pantang menyerah untuk m... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9

Chapter 10

1.4K 29 10
By BlindTyper

Chapter 10 : Tranced!

Saat waktu berjalan kembali, Beowulf sudah mengambil alih tubuh Jaan seutuhnya untuk menghabisi dan memusnahkan semua yang bergerak di sekitarnya.

Beowulf mengamuk. Tenaganya meningkat menjadi berkali lipat dari biasanya. Sekali tebas, penjaga-penjaga dihadapannya ambruk. Beberapa harus jatuh ke lantai dalam keadaan tubuh terpotong-potong.

Seorang penjaga menyerang Beowulf, Beowulf menggigit tangannya lalu memotong lengannya dan mengibaskan pedangnya dengan kuat. Tiga penjaga elite terbelah dua bagian.

Sambil masih menggigit lengan penjaga itu, Beowulf menyerang penjaga lain seperti sedang membelah kayu bakar. Ice Queen kini menghisap force-force yang dimiliki para prajuritnya sendiri ke dalam tubuhnya untuk mengisi kembali forcenya yang dari tadi ia gunakan untuk menyembuhkan luka dan menghidupkan kembali para prajuritnya. Prajurit es yang forcenya dihisap sampai habis jadi mencair dan tidak bisa dihidupkan lagi.

Setelah forcenya sudah cukup banyak, Ice Queen lalu mengurung Beowulf di dalam balok es raksasa yang mengurung seluruh tubuh Beowulf. Akan tetapi penjara es itu bergetar dan …

Prankkk…!!

Beowulf berhasil memberontak keluar dari penjara tersebut. Beowulf mengambil lengan yang masih digigitnya dan memukulkannya pada kepala seorang penjaga di dekatnya dan melemparnya ke atas.

Ice Queen menghindari lengan itu tanpa kesulitan lalu mengeluarkan pilar-pilar es yang mencuat dari atas lantai. Beowulf melompat ke atas pundak seorang penjaga es lalu melompat ke pundak penjaga lainnya sehingga serangan Ice Queen malah mengenai anak buahnya sendiri.

Di atas sebuah bahu seorang penjaga es itu, Beowulf menusuk seorang penjaga dan mengangkatnya seperti satai. Setelah itu ia mengibaskan Einherjar dengan kuatnya sehingga tubuh penjaga itu terbang ke langit-langit istana untuk menghantam Ice Queen.

Ice Queen membekukan penjaga yang dilemparkan Beowulf padanya sehingga penjaga itu jatuh ke tanah dan pecah berkeping-keping.

Akhirnya, Ice Queen melesatkan tiga tombak es ke arah Beowulf. Namun Beowulf menangkap salah satu dari mereka dan melemparkannya kembali kepada Ice Queen.

Tombak es itu melesat sangat kuat dan menembus dada Ice Queen dan mendorongnya menancap ke dinding. Ice Queen menjerit penuh rasa sakit “Eaaaaaaaahhhhhhhhhh!!”

Jeritannya memekakkan telinga, membuat beberapa icicle di langit-langit Ice Castle menjadi runtuh menciptakan hujan icicle.

Beowulf mengangkat tubuh seorang penjaga untuk melindungi kepalanya dari hujan Icicle. Penjaga itu tertusuk beberapa Icicle berukuran besar yang jatuh dari ketinggian 20 meter. Setelah itu Beowulf melemparkan tubuh penjaga itu ke tubuh penjaga lainnya.

Seorang penjaga lain datang sambil mengayunkan senjata kepadanya. Beowulf memotong kedua tangannya lalu mengayunkan pedang dari atas ke bawah, membelah penjaga itu. Kemudian dia menangkap potongan tangan yang masih menggenggam pedang dengan erat itu.

Setelah itu ia melemparkannya kepada Ice Queen. Pedang itu menancap menembus mulut Ice Queen yang sedang terbuka.

“Beowulf, jangan melawan ibumu…maksudnya baik.”

“Maafkan dia, janganlah membenci atau dendam… kau sendiri yang akan rugi.”

“Terluka lagi?” Rahela terlihat cantik dengan senyum ramahnya. “Mari kuobati… tapi janji, jangan bilang siapa-siapa…”

 “Kembalilah dengan selamat…”

Penjaga terakhir yang berdiri di hadapan Beowulf, ditusuknya dengan ganas. Setelah itu dicabut kembali dengan kasar. Penjaga itu jatuh ke atas tanah. Beowulf melompat ke atas tubuhnya dan mencincangnya dengan frustasi.

Norman jijik melihat adegan sadis tersebut, perlahan memalingkan wajahnya dengan ekspresi ingin muntah. Disamping itu, ia merasa takut Beowulf tidak mengenalinya lagi dan malah menyerangnya. Jaan sedang kerasukan dan ia bisa melakukan apapun tanpa mengingat apapun.

Norman mencabut pisau es yang menancap di dadanya. Darah mengucur dari sana. Darah kental. Rupanya dinginnya pisau es tadi sempat membekukan pendarahannya sehingga setelah dicabut, tidak terlalu banyak darah yang keluar.

Jiwa-jiwa para penjaga es yang terbantai itu meraung kesakitan memekakkan telinga batin Kyla. Kyla terbangun membuka matanya, berdiri perlahan dari pelukan Zhuge yang sedang menggendongnya keluar dungeon.

Zhuge menurunkan Kyla dari gendongannya dengan hati-hati. Mata Kyla dengan lembut menatapnya. Bukan tatapan Kyla yang biasanya. Biasanya Kyla langsung menatap langsung ke dalam mata lawan bicaranya dengan polos. Kali ini begitu lembut dan sangat dewasa.

Saat Kyla menoleh pada Zhuge yang terus mengikutinya dengan ragu, Kyla tersenyum dengan senyum yang tidak biasa padanya. Ia terlihat berbeda dan lain. Namun senyum itu mampu membuat pemuda itu percaya padanya dan membiarkannya pergi.

Rahela dengan tubuh Kyla berjalan menuju ruangan tengah dimana Beowulf dalam tubuh Jaan sedang membantai para penjaga dan Ice Queen. Kini Ice Queen telah terbebas dari tombak es dan pedang yang memakunya di dinding.

Ice Queen kini ketakutan dan melarikan diri. Namun Beowulf mengejarnya dengan beringas. Beowulf bisa melompat tinggi sekali dan tolakannya sangat jauh. Ia bisa mengejar kecepatan Ice Queen yang terbang bagai lalat raksasa.

Akhirnya, Beowulf berhasil menangkap Ice Queen dan menghujamkan pedang Einherjar untuk menembus jantungnya tanpa keraguan sedikitpun.

Mendadak terjadi perubahan aura dalam tubuh Ice Queen. Seakan ada jiwa lain yang merasuk ke dalam tubuhnya, Ice Queen menangkap Einherjar hanya dengan menggunakan satu tangannya saja.

Belum pernah ada yang bisa menangkap kibasan pedangnya mudah ini. Musuhnya menjadi sangat, sangat kuat.

Perlahan Ice Queen berdiri dan menghempaskan Einherjar, membuat Beowulf mundur beberapa meter.  Beowulf mengibaskan pedangnya ke depan tubuhnya menantang Ice Queen yang tampaknya juga kerasukan sesuatu.

Ice Queen sendiri sudah berdiri dan merentangkan kedua tangannya. Perlahan-lahan karbondioksida beku muncul di tangannya, membentuk dua bilah pedang es yang berasap deras.

Ice Queen menjadi lebih tenang dan terkendali sekarang.

Keheningan merasuk diantara mereka yang saling berhadap-hadapan kini. Tidak ada satupun dari mereka yang bergerak, mata mereka mengawasi lawan mereka dengan lekat.

Setitik es di atap Ice Castle mencair dan jatuh ke lantai….

Saat itulah Ice Queen dan Beowulf maju menerjang satu sama lain.

Crakk!!

Hantaman pedang pertama diantara mereka terjadi. Ice Queen melawan dengan dua pedang, berputar sambil mengayunkan pedangnya menghajar Beowulf yang terus menangkis dengan gerakan sirkular.

Keduanya sama kuat. Sebuah tusukan kuat dari Ice Queen berhasil dihindari Beowulf yang berputar ke belakang sambil menghajar kepala Ice Queen. Ice Queen sudah mengantisipasinya dan menunduk. Ia melompat ke tembok dan bertolak dari sana untuk menyerang Beowulf yang kembali menangkisnya.

Ice Queen melompat ke ujung ruangan di depan tangga, mendarat sambil menghadap Beowulf yang maju menerjangnya.

Crankk!!

Ayunan pedang Beowulf hanya menghajar tangga kosong saat Ice Queen sudah melompat ke atas tangga, naik ke lantai dua. Beowulf melompat ke pegangan tangga dengan lincah untuk mengejar Ice Queen. Mereka saling menyerang dan menangkis di atas pegangan beranda. Ketinggian tidak lagi menjadi faktor pemecah konsentrasi mereka. Jatuh tidak lagi jadi perhatian mereka. Hanya ada nyawa mereka untuk dipertahankan, dan nyawa musuh untuk diambil sebelum mereka yang kehilangan nyawa itu.

Ice Queen melompat ke bawah, kembali ke lantai dasar. Beowulf menyusulnya sambil mengayunkan pedang yang hanya menancap di lantai kastil saja. Tancapan itu tidak membuatnya berhenti. Beowulf dengan bringas mengayunkan begitu saja sehingga lantai kastil menjadi bolong.

Serpihan lantai yang berasal dari hempasan pedang Beowulf terbang dengan cepat kepada Ice Queen yang tidak menghindarinya, namun menangkis serpihan lantai itu dengan kedua pedangnya.

Serpihan pecahan lantai yang luput dari tangkisannya melesat kuat dan melukai pipi Ice Queen. Ice Queen menyeringai bengis karenanya.

Sementara Beowulf kembali menerjang Ice Queen, Ice Queen menggabungkan dua buah pedangnya menjadi satu buah pedang besar untuk mengimbangi Einherjar. Pada saat yang tepat, ia telah berhasil menangkis serangan Beowulf dan menendang perutnya.

Keduanya masih menerjang dan mengayunkan pedang dengan cepat dan kuat. Menghancurkan beberapa properti di daerah jangkauan mereka. Sesekali Ice Queen menggunakan tubuh prajuritnya yang sudah tidak bergerak lagi untuk melindungi diri dari serangan Beowulf.

Dan sesekali Beowulf harus memaksa dirinya berlari lincah menghindari serangan Ice Queen yang menyambar bagaikan kilat. Saat pedang karbondioksida beku itu mengenai kulit Jaan, kulit itu melepuh karena dinginnya sehingga malah membuat kulitnya terasa terbakar.

Namun itu tidak menghentikan Beowulf. Akhirnya mereka kembali lagi berada di lantai dua dan masih bertarung memamerkan ilmu pedang yang mereka miliki yang membuat mereka disebut sebagai pahlawan Egaza. Dua sosok makhluk kerasukan itu sama sekali tidak ada yang mau mengalah atau menunjukkan tanda-tanda kekalahan.

Akhirnya Ice Queen menangkis serangan Beowulf sehingga membuatnya lengah, langsung mengibaskan pedangnya mengenai perut Jaan. Beowulf terjatuh ke bawah setelah menabrak dinding pegangan beranda hingga hancur dan mendarat di lantai dasar tanpa terluka di atas kedua kakinya.

Ice Queen tidak berhenti menerjangnya, ia ikut terjun ke bawah sambil menyerang Beowulf yang menyambut serangannya dengan penuh konsentrasi.

Akhirnya saat Ice Queen menghujamkan pedangnya untuk menikam lawannya dengan kuat, Beowulf juga bergerak sedikit kemudian menusukkan Einherjar tanpa ampun menembus tubuh Ice Queen.

Sebuah hempasan angin yang besar menandai pertarungan itu sudah selesai.

Einherjar melubangi perut Ice Queen, sementara pedang karbondioksida Ice Queen hanya menggores pakaian Jaan saja. Setelah menghembuskan nafas terakhir, tubuh Ice Queen pecah berkeping-keping.

Shrankk…

Beowulf jatuh berlutut karena pertarungan terakhir dirasanya begitu ketat. Pada saat itulah, Rahela menyentuh lengan kekasihnya dengan lembut. Beowulf menoleh dan terharu mengetahui bahwa kekasihnya masih ada.

Akhirnya, sepasang kekasih yang terpisah selama seribu tahun itu kini bertemu kembali. Dan seumur hidup mereka, baru kali ini mereka dengan jujur melampiaskan kerinduan, melakukan apa yang ingin mereka lakukan setiap kali mata mereka saling beradu, setiap kali mereka berbagi senyum yang sama, setiap kali Beowulf menggandeng tangan Rahela kala mereka sedang berjalan-jalan di tepi danau di musim semi.

Beowulf mencium bibir Rahela. Keduanya saling mencium bibir kekasih mereka penuh kerinduan yang selama ini terhalangi oleh perasaan hancur sang Ratu, dan terpisahkan oleh jarak, waktu, tanggung jawab dan kebekuan.

Zhuge menghampiri Norman dan ia terkejut saat melihat luka bolong di dada Norman. Norman tertawa. “Lihat apa kau? Luka begini sudah sering. Dan aku selalu selamat dari maut, bukan?”

Zhuge tidak menjawabnya dan berganti menatap Jaan dan Kyla. Mereka sedang berciuman dan berpelukan penuh kerinduan yang tertahan. Zhuge terpaku menyaksikannya.

Norman mengintip. Kemudian ia menepuk kaki Zhuge dan bertingkah seperti sedang membesarkan hatinya. “Masih ada Farra.”

Zhuge menatap Norman dengan wajah protes.

Kemudian Zhuge memapah Norman. Mereka tertatih-tatih keluar dari Ice Castle. Tapi baru sampai di pintu kastil, arwah Beowulf dan Rahela melayang ke angkasa. Zhuge mampu mendengar suara mereka berdua sebelum menghilang dari dunia Ashural.

“Terima kasih, seer muda…”

“Terima kasih, swordmaster muda…”

Dengan menghilangnya arwah Beowulf dan Rahela, Beowulf juga telah menghabisi jiwa Egaza yang bersemayam kuat dalam tubuh Ice Queen, maka Egaza pun mengalami gempa bumi dan sedikit demi sedikit, kastil itu runtuh.

“Jaan dan Kyla masih di dalam. Tapi kita tak punya waktu lagi, ayo cepat pergi dari sini!” desak Norman.

Mendengar itu, Zhuge menjadi bimbang. Dua orang akan mati tidak berdaya ditelan istana kuno yang hendak runtuh.

Pilihan, pergi dan meninggalkan dua orang mati, atau kembali dengan resiko tidak selamat keluar dari sini.

“Aku jamin kau aman sekarang”

Setelah memutuskan apa yang harus ia lakukan, Zhuge menjadi emosi karena kesal. Akhirnya setelah ia meninggalkan Norman di pekarangan kastil, Zhuge masuk kembali ke dalam kastil untuk menggendong tubuh Jaan dan Kyla yang tergeletak pingsan di pelataran istana, tidak menyadari bahwa Heart of Drake yang berada di dalam tas nya terjatuh ke lantai Ice Castle dan menggelinding ke pojok ruangan.

“Sialan! Kenapa mereka harus pingsan?!” Pikirnya dengan kesal.

Dengan susah payah, Zhuge mengangkat Einherjar yang tergeletak tidak jauh dari Jaan. Karena seorang swordmaster, maka Zhuge mengerti nilai Einherjar, dan pedang berharga seperti ini terlalu sayang bila ditinggal begitu saja.

Sekadar catatan, Einherjar adalah pedang Aegese dan ciri khas dari senjata Aegese adalah beratnya yang biasanya dua kali senjata manusia biasa. Berat Einherjar 80 kg dan karena bukan pewaris, Zhuge harus mengangkat Einherjar dengan beban sepenuhnya.

Urat-urat di tubuhnya mengencang dan kulitnya memerah saat ia berusaha mengangkat senjata berat itu dan menggantungnya dipunggungnya bersama dengan kapak milik Johan yang tergelincir sedikit ke bawah karena tergeser oleh Einherjar.

Kemudian ia menggendong Jaan di bahu kirinya dan Kyla di bahu kanannya. Bobot yang cukup berat!

Saat ia berjalan keluar, tanpa sadar ia melihat Heart of Drake sudah tergeletak di ujung ruangan. Zhuge terkejut bukan main. Tidak ada waktu untuk mengambilnya kembali, karena untuk itu, ia harus meletakkan tubuh Jaan atau Kyla ke lantai dan memasukkannya ke dalam tas. Ditambah bobot Einherjar di punggungnya, membuatnya tidak mungkin kembali lagi.

Terpikir olehnya untuk menendang-nendang Heart of Drake yang berbentuk seperti kelereng berukuran bola basket, tapi Gempa bumi semakin dahsyat dan atap kastil mulai runtuh. Beberapa tiang yang runtuh, menghalangi dia dan Heart of Drake.

Bubuk-bubuk kristal es berjatuhan menimpa rambutnya yang hitam. Waktu Zhuge untuk memilih tidak banyak. Ia harus memilih antara Kyla dan Jaan…. Atau Heart of Drake.

Sebuah pilar terjatuh akan menghalangi pintu keluar.

“Celaka!!” Zhuge tahu dia takkan sempat keluar dari sana. Namun Norman muncul mendadak untuk menyanggah tiang itu. Darah kembali memuncrat keluar dari luka-luka di tubuhnya.

“Norman!!” seru Zhuge.

Urat-urat di wajah Norman mulai timbul. Pertanda ia sedang mengotot. Luka di perut dan dadanya memuncratkan darah sekali lagi. Norman berseru padanya. “Keluar, Zhuge!! Biar Heart of Drake aku yang urus!”

Zhuge tahu bahwa Norman takkan sanggup mengambil Heart of Drake. Ia benar-benar harus memilih.

Zhuge menoleh ke belakang, kepada Heart of Drake yang jaraknya ada 4 meter dari tempat ia berdiri sekarang ini, dan terhalang pilar besar yang telah runtuh. Singkatnya, tidak mungkin diambil kembali dengan bobot yang harus ia pikul. Kemudian ia berteriak frustasi dan kesal.

“AAAAAAAAAARRRRRGHHHHH……..!!!!”

Zhuge berlari kencang sambil menggendong Kyla dan Jaan. Tanpa sadar, kapak Johan tergeser oleh Einherjar dipunggungnya dan jatuh ke lantai Ice Castle. Setelah ia berada di luar, ia menoleh ke belakang, menatap Norman. Pria yang selalu menjaganya sejak kecil. “Ayo! Tunggu apa lagi?! Lepaskan!”

Norman tertawa pada Zhuge. “Hey Zhuge!! Aku selalu tahu bahwa kau bukanlah treasure hunter sejati! Kau ini sebenarnya raiders yang berburu harta! Sok individualis tapi sebenarnya kau perduli! Dan tebak?! Aku senang karena itu!! Ha ha ha!!”

Setitik air mata bergulir dari mata Zhuge saat ia melihat sahabatnya, Norman, tertawa terbahak-bahak dan membiarkan pilar itu jatuh menimpa tubuhnya. Ia berteriak keras. “NORMAAAANN…!!”

Zhuge menjatuhkan Jaan ke atas salju seakan tubuhnya adalah karung beras yang mengganggu. Untung ia masih ingat Kyla dan tidak menjatuhkannya seperti ia menjatuhkan Jaan.

Saul datang sambil menaiki kuda Tarasvi Norman dan membawa kuda peliharaan Zhuge. Ia turun dari kuda sambil terbelalak melihat runtuhnya Ice Castle tersebut. “Kenapa bisa begini?!”

Zhuge tidak menjawabnya.

Tahulah Saul bahwa seluruh kawah akan segera runtuh. Karena gemuruh suara jatuhnya Ice Castle dan gempa yang terjadi saat ini sudah cukup untuk membuat lapisan salju yang berada di atas kawah mengalami avalance.

Ia menarik kerah baju Zhuge. “Zhuge!! Ayo! Tempat ini akan runtuh!!”

Wajah Zhuge memerah. Ia menyerahkan Kyla dengan hati-hati untuk digendong Saul dan Saul menaikkannya ke atas kuda Tarasvi yang kini telah menjadi tunggangan Saul dan ia sendiri menggendong Jaan naik ke atas kudanya.

Kedua treasure hunter itu segera bergerak keluar menghajar tali kekang kuda mereka untuk menyelamatkan nyawa mereka semua dari salju longsor.

“Bila salah satu dari kita tewas pada saat misi berlangsung, kita tidak boleh seperti ini lagi. Karena Robin tewas, Zhuge nekad kembali ke rawa dan hampir kehilangan kepalanya seperti Robin. Kalau kita semua langsung menuntut balas dan menaruh emosi saat misi berjalan… bisa-bisa kita semua kehilangan nyawa dan tujuan tak tercapai.” Kata Johan.

Saat itu mereka baru saja menguburkan Robin. Semua orang berkumpul mengelilingi api unggun. Zhuge menolak membuat api unggun. Sedari tadi ia hanya tiduran membelakangi mereka. Ia tidak mau berbicara, makan, minum bahkan menatap teman-temannya. Ia marah karena mereka menghalanginya menghajar Ksatria tanpa kepala itu setelah memenggal kepala Robin, temannya.

“Yang penting, misi selesai dulu. Baru setelah tujuan tercapai, kita bebas mau bersedih, menangis, mewek, atau ngamuk. Dengan demikian, kita bisa tetap fokus pada target dan misi kita tercapai.” Lanjut Johan.

“Bukannya tidak setia kawan. Tapi fokus dan profesional.”

Zhuge menaiki kudanya dan melaju pergi sekencang-kencangnya. Keluar dari Egaza sebelum seluruh kawah terbenam salju yang longsor dari atas kawah dan menguburnya hidup-hidup dalam kebekuan abadi.

Saul telah berhasil keluar dengan sukses melalui mulut lembah. Saat ia keluar, tumpukan salju menutup lubang menuju kawah itu dengan rapat. Saul terbelalak melihatnya.

“Zhuge … tidak selamat?!” Hatinya berdebar-debar. Bulu kurduknya merinding. Zhuge adalah satu-satunya orang yang tidak ingin ia lihat mati.

“Kau ditakdirkan untuk mati muda.”   

“Tidak mungkin!!”

BWUOOOOSHHH…!!

Mendadak tumpukan salju itu meletus dari dalam, disertai semburan api yang kencang. Saul membalikkan kudanya untuk melindungi Kyla dari semburan salju.

Dari timbunan salju longsor dan kawah yang runtuh, keluarlah Zhuge dengan kudanya sambil membawa Jaan dan Einherjar. Ia tidak berhenti melarikan kudanya ke arah selatan dari kawah yang sedang runtuh itu.

“Aku tahu! Aku tahu itu! Kau takkan menyerah, sekalipun sudah mustahil!” Saul bukan main senangnya hingga ia ingin menangis terharu. Ia segera mengejar Zhuge dengan senyum cerah.

Zhuge dan Saul terus melarikan diri keluar dari areal bersalju di sekitar kawah Egaza, naik ke atas bukit terdekat di selatan kawah dimana akhirnya mereka menyaksikan seluruh kawah runtuh ke dalam dan menimbun lubang besar itu dengan salju.

Bunyi bergemuruh terdengar selama proses itu terjadi. Daerah kawah Egaza telah berubah menjadi dataran baru. Saljunya perlahan mencair, mengikuti musim yang ada saat ini. Musim semi.

Egaza benar-benar mati sekarang. Dan salju yang runtuh menjadi kuburannya. Rupanya avalance itu telah melongsorkan sedikit tanah di lereng gunung berapi di utara Egaza sehingga meruntuhkan bagian dinding bendungan alami yang terdapat di gunung di sisi utara kawah Egaza. Mengakibatkan sebuah air terjun mengalir deras ke kawah yang kini telah berisi salju dan membentuk danau kecil. Kelak setelah salju di sana mencair seluruhnya, tempat itu pasti akan berubah menjadi danau yang indah.

Beberapa warga Somaria terbangun dari tidur mereka karena mendengar bunyi bergemuruh itu. Para lelaki segera mengambil kuda mereka dan pergi ke lokasi kejadian untuk tercengang menyaksikan kawah Egaza yang menghilang dan telah berubah menjadi daratan biasa dengan air terjun dan danau yang diselimuti salju. Orang-orang Somaria merasa takjub dan sibuk bertanya-tanya tentang apa yang baru saja terjadi, dan mengapa hal itu bisa terjadi.

***

Kyla berdiri sendirian di sebuah lapangan. Hanya lapangan putih bersalju. Seharusnya cuaca terasa dingin, ia bahkan mengusap kedua tangannya agar merasa hangat. Namun ia tidak menggigil sama sekali. Tampaknya semua hanyalah ilusi.

Kyla melihat sekitarnya, dimana dia sekarang?

Lapangan yang begitu hampa, kosong dan tidak ada kehidupan.

Mendadak muncul sesosok lelaki dari kejauhan. Berjalan dengan gagah dengan menggunakan pakaian zirah lengkap. Ia berasal dari zaman lebih dari seribu tahun lalu, dimana desain zirah begitu simpel dan sederhana.

Setelah jarak di antara mereka begitu dekat, tampaklah oleh Kyla sosok itu seutuhnya. Rambutnya pirang, rahangnya kokoh. Hidungnya bengkok seperti elang, sorot matanya berani dan tajam. Tubuhnya tinggi besar, seperti lelaki yang agung.

Lelaki itu menatap Kyla dan mendadak di sekitar Kyla, muncul visualisasi dari memori lelaki itu.

Berawal dari kelompok pemuda pengangguran yang suka bermain pedang. Orang-orang tua di sekitar mereka menganggap mereka hanya sebagai sampah masyarakat dan pemuda pemalas yang suka kekerasan. Tidak ada seorangpun diantara orang-orang tua di sekitar mereka itu yang mau menatap mereka.

Secara nyata dan sengaja, mereka menatap wajah para pemuda pecinta pedang itu dengan jijik dan rendah. Namun mereka sengaja tersenyum ramah dengan bangga pada saudara-saudara mereka yang mau mematuhi jalan hidup yang mereka tetapkan, ikut orang tua, ambil alat bertani, bersawah, cari uang, menikah, punya anak, hidup damai.

Tidak menurut … maka kau adalah sampah.

Diskriminasi … dengan itulah mereka dibesarkan.

Kami telah memutuskan, tidak akan pernah berjalan dalam bayang-bayang siapapun. Mereka tetapkan aturan turun temurun seakan kami bukanlah manusia yang memiliki kebebasan.

Menjadi apapun yang kami ingini itu adalah hak setiap orang.

Mereka takkan bisa mengambil hak itu tanpa seijin kami!

Suatu hari, para monster berdatangan ke Somaria dan mengacaukan hutan tempat para pemburu mencari babi hutan, mereka juga mengacak-acak ladang milik para penduduk. Tidak ada yang berani melawan para monster itu, mereka sangat kuat.

Darius Blaire, lelaki itu, muncul dan berbicara dengan mereka. Rupanya di daerah tempat mereka tinggal, tidak tahu bagaimana ceritanya, mendadak Drake muncul dan tinggal di tempat mereka tinggal. Mereka berusaha melawan, namun mereka tidak sanggup.

Merasa tertantang, Blaire menjanjikan mereka untuk mengembalikan tanah kelahiran mereka, asal mereka pergi dari Somaria. Mendengar itu, para monster, para penduduk, para tetua yang mendengar ucapan Blaire tertawa keras penuh keraguan dan penghinaan.

“Kau hanya pemuda malas! Lenganmu kekar tapi kau tidak bisa menggunakan cangkul, kau hanya ahli makan dan tidur, dan sekarang kau mau melawan Dragon Drake?! Ha ha ha ha ha…!! Mimpi!!!”

“Kau hanya manusia lemah. Seberapa kuatpun dirimu, kau takkan bisa mengalahkan Dragon Drake. Kami saja tidak sanggup, apalagi kamu, manusia rendah.”

Blaire tidak terpengaruh ucapan mereka. Ia berhasil meyakinkan anak buahnya bahwa semua makhluk hidup itu sama rata. Para monster memiliki kekuatan, tapi bukan kepandaian.

Dari 50 orang pengikutnya, hanya 3 yang tetap percaya pada Blaire. Sisanya melempar pedang dan menggantinya dengan cangkul.

Dan dari 500 monster yang menginvasi Somaria, hanya 10 yang tergerak untuk menolongnya.

Namun Blaire tetap teguh dan percaya. Ia yakin bahwa inilah jalan pembuka baginya untuk meraih masa depannya, memperjuangkan apa yang ia yakini dari kecil. Ia mencintai pedang, dan ia ingin pedang itu memberinya kehidupan, sama seperti ia tidak pernah menyerah mencintai pedang.

14 makhluk hidup itu bersama-sama pergi ke utara untuk menginvasi Drake. Dengan menggunakan akal dan strategi yang tepat, mereka berhasil mengalahkan Drake dalam percobaan ke sekian kali.

6 tahun kemudian, Somaria sudah berubah menjadi desa jajahan para monster. Manusia yang melawan akan dibunuh dan dimakan monster. Mereka tidak berjuang demi kemerdekaan mereka, namun mereka terus mengutuki Blaire yang dinilai mengkhianati mereka sambil terus bersungkur menyembah kaki para monster.

Saat seseorang terpuruk atas keangkuhannya sendiri, ia tidak melakukan hal lain selain mengutuki orang lain yang dekat dengan mereka namun tidak turut merasakan penderitaan yang mereka alami.

Betapa lemahnya manusia itu.

Dan saat itulah, sesosok lelaki gagah muncul membawa sebuah bola berisi jantung dari seekor Dragon.

Awalnya tidak ada yang menyadari siapa lelaki itu hingga seorang anak kecil menunjuknya dan menyebutnya “Darius!!”

Para penduduk terkejut dan terkesima melihat bagaimana 6 tahun telah berhasil merubah seorang pemuda tegar yang dinilai pemalas itu menjadi sebuah sosok mengesankan. Di seluruh tubuhnya terdapat luka-luka yang telah mengering, berubah menjadi saksi bisu dari perjuangannya menakhlukkan Drake demi mengembalikan kedamaian di tanah kelahirannya.

Kepada para monster, Blaire berkata. “Kembalilah. Kalian sudah aman.”

Para monster menurut tanpa bicara apapun lagi. 10 monster yang mengikutinya telah menjadi begitu patuh padanya sementara 3 orang ahli pedang lain yang memilih untuk mengikutinya menjadi sama luar biasanya dengan Blaire.

Blaire tidak lagi mengharap apapun dari para penduduk Somaria yang tidak percaya dan selalu merendahkannya itu. Ia tidak menunggu tangis penyesalan mereka atau ucapan maaf. Ia hanya berbalik dan pergi ke sebuah lapangan terbuka dan mendirikan camp base sekitar 20 km dari Somaria.

Perkumpulan itu menamakan diri mereka sebagai Swordmasters of Egaza. Itulah awal terciptanya kelas pecinta pedang. Setiap hari pengikut mereka semakin bertambah. Setiap kali Somaria diserang bahaya, mereka turun untuk menyelamatkan dan pergi tanpa menunggu ucapan terima kasih.

Para warga Somaria mulai memberikan mereka hadiah rutin setiap bulan. Lama kelamaan, campbase itu berubah menjadi kastil. Beberapa orang mulai bermukim di sana.

Di penghujung usia Blaire, campbase telah berubah menjadi negeri baru, Egaza.

“Sungguh menyedihkan, negara yang lahir dari impian dan perjuangan sekelompok mereka yang dikucilkan dan dihina, kemudian berubah menjadi pahlawan dan dielu-elukan, harus berakhir hanya karena seorang ratu bodoh yang tidak pernah merasa bahagia.

Aku tidak rela!”

Kyla dengan sabar menenangkan arwah Blaire. “Segala sesuatu memiliki awal dan akhir. Ada kelahiran, ada kematian. Keabadian hanya ada di dunia Astral. Kau tidak bisa selamanya mencengkram impian dan harapanmu, Ashural adalah sebuah perlombaan. Juara lama akan digantikan juara baru, semua memiliki masanya sendiri.

Seperti apapun ia berakhir, yang sudah berlalu, biarkan berlalu. Jadikanlah kekonyolan yang tidak mau kau terima itu sebagai pelajaran bagi yang masih hidup, namun jangan sesali apapun yang telah terjadi.

Roda harus tetap berputar agar bisa melangkah maju. Satu langkah diambil, satu langkah pula dilepaskan. Begitulah hukum dasar kehidupan Ashural yang harus kau terima.”

Darius Blaire tersenyum simpul. “Satu langkah diambil, satu langkah pula dilepas…

Menarik. Kalau begitu, aku ingin melihat, seperti apakah akhir dari cerita ini. Karena kau, swordman, dan raider itu …. Kalian sendiri juga sesungguhnya masih tercengkram erat oleh masa lalu kalian.”

Kyla terdiam mencerna ucapan Blaire saat raja pertama Egaza itu berjalan pergi meninggalkannya, menghilang di balik badai salju yang entah muncul dari mana.

***

Tak lama kemudian, matahari terbit. Sinarnya dengan lembut menerpa wajah Jaan dan Kyla yang tertidur di bawah pohon rindang di puncak sebuah bukit di selatan kawah Egaza.

Jaan membuka matanya dan celingukan. Bingung kenapa ia terbangun di padang rumput yang damai. “Apakah ini … surga?”

Kyla juga membuka matanya perlahan. Saat ia menoleh ke pohon yang rindang dibelakang mereka, ia melihat Zhuge sedang bersandar sambil memejamkan matanya, tubuh dan wajahnya terlihat pucat.

Kyla berdiri dan menghampirinya. Ingin tahu apa yang telah terjadi, Kyla menyentuh telinga Zhuge kemudian berkonsentrasi.

Banyak yang ia lihat.

Ada memori tentang Johan. Mereka bertemu di padang Casey dan Johan hendak membohongi mereka, meracuni mereka lalu merampok mereka untuk mendapatkan uang. Zhuge tidak bisa dibohongi karena melihat ekspresi wajah Johan yang tidak mampu berbohong.

Rupanya Johan adalah sarjana kedokteran yang gagal, ia diusir keluarga dan istrinya karena dinilai seorang lelaki pengecut dan gagal. Johan sama sekali tidak memikirkan mereka, namun ia hanya tidak ingin anaknya yang saat itu masih kecil salah paham padanya. Ia ingin menjadi ayah yang bisa dibanggakan anaknya.

Melihat Zhuge, Johan tergerak untuk mengikutinya. Awalnya tidak ada yang menghiraukan Johan. Bahkan Norman seringkali meledek dan mengusirnya. Tapi Johan tetap mengikuti mereka. Tanpa sadar, mereka telah menjadi satu tim. Sejak itu persahabatan mereka dimulai.

“Hei, Zhuge, kelak bila terjadi sesuatu padaku, kuminta kau berikan kapakku ini untuk anakku.”

Ada memori hangat juga tentang Robin, tentang Terry, dan melompat kepada memori dimana ia melihat Norman terluka parah namun menahan pilar agar Zhuge bisa selamat, memori saat Zhuge menyaksikan Beowulf dan Rahela melepas rindu melalui tubuh Jaan dan Kyla, memori saat Zhuge sudah berada di luar kastil, namun kembali lagi untuk menyelamatkan Jaan dan Kyla.

Karena ia terburu-buru, ia tidak sempat berpikir untuk menitipkan tasnya pada Norman sehingga Heart of Drake dan kapak Johan terjatuh di dalam kastil. Dan ada momen dimana ia dicekik waktu, dipaksa memilih antara menyelamatkan nyawa manusia atau harta karun yang selama ini ia pertaruhkan nyawanya sendiri demi mendapatkannya.

Membuatnya harus kehilangan nyawa teman-teman yang sangat dikasihinya, yang selama ini telah berbagi suka dan duka, saling menjaga punggung masing-masing sekalipun ada kalanya mereka menyebalkan juga.

“Apakah dia mati?” pertanyaan Jaan membuyarkan semua konsentrasi Kyla.

Kyla tersenyum dan menggeleng. “Ia tidur.”

Jaan menautkan kedua alisnya. “Oh, tidur.”

“Ya. Ia tidur untuk melupakan kesedihan yang ia rasakan. Kelihatannya sudah menjadi kebiasaannya…” gumam Kyla sambil menatap Zhuge dengan simpati.

“Darimana kau tahu itu? Aku tidak pernah tidur untuk melupakan perasaanku.”

“Karena yang terpancar lepas sekarang adalah semua memori sedihnya…bisa kurasakan, sesungguhnya ia hanya ingin bahagia.” Kata Kyla sambil mengusap wajah Zhuge dengan lembut.

Jaan bersikap sarkastik lagi. “Jadi menurutnya, ia baru bisa bahagia bila ia sudah berhasil menjadi Dragonoid, kemudian ditakuti orang-orang?”

Kemudian Kyla berkata lagi dengan yakin. “Oh, Jaan, berhentilah bersikap sinis…belum tentu menjadi Dragonoid adalah tujuannya.”

Setelah itu, Kyla meletakkan kedua tangannya di telinga Zhuge dan memejamkan matanya. Kali ini yang ia bajak bukanlah memori. Tapi perasaan. Kyla menyerap setengah dari perasaan galau Zhuge, rasa sedih karena kehilangan orang-orang yang berarti baginya.

Setelah beban dalam hati Zhuge terasa sedikit ringan, ia membuka matanya secara tiba-tiba, seperti sedang dikejutkan sesuatu. Saat menoleh ke sekitarnya, Zhuge melihat Kyla, Jaan dan Saul yang sedang mengobrol. Seperti biasa, Saul mudah akrab dengan siapapun.

Saul melihatnya terbangun. “Oh, lihat, dia sudah bangun.”

Mereka bertiga menghampiri Zhuge. Jaan dengan wajah tertunduk lalu berkata. “Hei. Terima kasih karena tidak meninggalkanku di bawah sana.”

Saul menatapnya ramah. “Sekarang apa yang hendak kau lakukan?”

Kyla mengulurkan tangannya. “Bisa berdiri?”

Zhuge hanya mengusap wajahnya daripada menerima uluran tangan Kyla. Kebingungan, kemana perginya rasa sedih itu? Ia tidak merasa baik-baik saja karena hatinya terasa sedikit ringan setelah apa yang terjadi pada Norman. Malah ia merasa khawatir bahwa ia telah kehilangan nuraninya.

“Terry sudah melepaskan kuda-kuda kita. Satu-satunya kuda yang berhasil kutangkap hanya Tarasvi Norman yang saat itu digunakan Terry, dan kudamu yang kembali lagi padaku.” Kata Saul.

Jaan mengambil sebuah roti bekal dari tas Saul dan berkata. “Aku mau ini.”

Saul mengangguk dan mempersilahkan Jaan untuk menyantapnya. “Aku sudah bicara dengan para penduduk Somaria. Berhubung Ice Castle sudah runtuh, maka mereka tidak keberatan bila kita mengambil apapun yang ada di dasar kota kuno itu.”

Kemudian ia menatap jauh ke tempat yang dahulu berupa lapangan salju berkawah. “Kabar buruknya, kita harus menyelam dan menggali sedalam 200 meter. Kurasa itu akan merepotkan.”

Zhuge mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kita pulang saja.”

Tanpa banyak bicara, Saul merapihkan barang-barang mereka yang tersisa.

Zhuge yang masih duduk di atas batu di tepi pohon rindang itu menatap Kyla dengan heran. Kemudian ia berdiri sendiri tanpa menerima uluran tangan Kyla dan berjalan mendekati kudanya dan mengusap wajahnya. Kuda itu mengusap-usap wajahnya ke pipi Zhuge.

“Urusanmu sudah selesai di Egaza?” tanya Zhuge pada Kyla tanpa menatap gadis itu.

Kyla mendekatinya. “Sudah. Rumahmu dimana?”

“Istana Detteroa. Jauh lebih besar daripada Ice Castle. Mau main?” Zhuge tersenyum padanya. Senyuman ringan yang dipenuhi kelegaan.

“Aku ingin bertemu lagi denganmu.”

Zhuge menunduk sambil merapihkan pelana kudanya. “Kau kan seer. Harusnya kau tahu kita akan bertemu lagi atau tidak.”

“Masa depan tidak semudah itu untuk diprediksi. Semua yang terjadi di masa depan, tergantung dari keputusan kita di masa sekarang dan masa lalu. Aku percaya Norman setuju padaku.”

Mendengar kata Norman, Zhuge kembali menjadi serius. “Dia agak aneh belakangan ini. Tidak biasanya dia jadi cerewet dan mengkritikku. Rupanya karena ia sudah merasa waktunya akan habis…”

“Dia perduli padamu. Ia merasa berhutang budi pada ibumu…” Kyla sedikit berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakan bahwa Norman menganggap ibu Zhuge sangat cantik sehingga tidak bisa memikirkan wanita lain kecuali para pesundal untuk bersenang-senang saja. Zhuge bisa mengamuk. “…maka ia sangat menjagamu hingga akhir hidupnya.”

Zhuge kini sibuk menghitung uangnya yang tersisa. “Hey, Kyla.”

“Ya?”

“Kau bisa melihat Norman sekarang?”

Arwah Norman tidak menempel pada apapun. Tapi dia ada di sekitar Zhuge sekalipun tidak tampak, Kyla merasakannya.

“Kalau kau bisa melihatnya … tolong sampaikan padanya.” Zhuge akhirnya membalikkan tubuhnya dan menghampiri Kyla. Setelah itu ia menjabat tangannya dengan erat sambil berkata dengan sungguh-sungguh. “Ambisiku adalah membunuh lelaki yang telah menghancurkan hidupku dan ibuku. Aku takkan berhenti sebelum aku berhasil membunuhnya.”

Kemudian Zhuge mendekatkan wajahnya ke telinga Kyla dan membisikinya sesuatu sambil melepaskan jabatan tangannya. “Jangan bilang Jaan tentang ini…”

“Mendengar pesannya untuk Norman, kini aku mulai mengerti kenapa setiap kali aku bermimpi tentang Zhuge, aku selalu melihatnya diliputi kabut hitam pekat yang bengis.

Emosi negatif, sesuai namanya, tidak akan membawa pengaruh positif.

Memendam kemarahan dan dendam dalam hatimu, sesungguhnya tidak berbeda dengan menggenggam batu bara dalam telapak tanganmu. Kau sendiri yang terbakar.

Entah kenapa mendadak aku ingin berada di dekatnya terus.

Aku ingin membuatnya melepaskan batu bara di telapak tangannya itu. Aku ingin membebaskannya, lepas dari masa lalunya.”

Kyla terus memandangi Zhuge dan Saul yang melarikan kuda mereka ke utara tanpa henti. Ia menatap tangannya yang tadi dijabat Zhuge dengan erat. Ada 10 silva didalam genggamannya sekarang.

“Ayo kita pulang.” kata Jaan.

“Kemana?” Kyla terkejut dan segera menarik kembali tangannya, merahasiakan benda dalam genggamannya dari Jaan. Ia sangat berharap dirinya bisa kembali ke rumah ayahnya. Bagaimanapun, seorang gadis rumahan merasa tempat paling nyaman adalah rumah sendiri.

“Penginapan Randy.” Jawab Jaan apa adanya, membuat Kyla kecewa sedikit.

“Kenapa mukamu? Barang-barang kita masih ada di sana.” Kata Jaan dengan ramah.

Rasanya ia akan bersama Jaan untuk beberapa waktu lagi. Tidak ada pilihan lain. Jaan adalah satu-satunya tempat dimana ia seharusnya berada sekarang ini. Ia harus bisa menyesuaikan diri dan menerimanya apa adanya. Maka Kyla tersenyum dan mengikuti Jaan kembali ke Somaria.

~ The Guardian – The End – episode 1~

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 269K 63
Lunaria dalam bahasa bunga memiliki arti kejujuran, ketulusan, dan juga kemakmuran. Seperti arti namanya, ia menjalani hidupnya penuh ketulusan hingg...
15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
416K 24.2K 53
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
2.3M 226K 72
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.