My Mina ✓

By SkiaLingga

3.9M 288K 13.6K

Chara memiliki mate, tapi karena kesalahpahaman, mereka berpisah. Jadi, Chara memutuskan pergi untuk menyelam... More

My Mina
Prolog
Tou Mina (1)
Tou Mina (2)
Tou Mina (3)
Tou Mina (4)
Tou Mina (5)
Tou Mina (6)
Tou Mina (7)
Tou Mina (8)
Tou Mina (9)
Tou Mina (10)
Tou Mina (11)
Tou Mina (12)
Tou Mina (13)
Tou Mina (14)
Tou Mina (15)
Tou Mina (16)
Tou Mina (18)
Tou Mina (19)
Tou Mina (20)
Tou Mina (21)
Tou Mina (22)
Tou Mina (23)
Tou Mina (24)
Tou Mina (25)
Tou Mina (26)
Tou Mina (27)
Tou Mina (28)
Tou Mina (29)
EPILOG
Q and A

Tou Mina (17)

121K 8.3K 244
By SkiaLingga

"Don't look at the past with regret ...

Don't also see the future with fear ...

But look around you with full awareness."

_James Thurber

____________________________________________________________

Author's POV

3 Tahun Kemudian ...

Air di dalam kolam renang yang luas itu tampak beriak pelan. Siluet bayangan di balik permukaan airnya terus bergerak, dengan indah, dan juga gemulai. Hampir setengah jam dia di sana, dan belum menunjukkan tanda-tanda kelelahan sedikit pun.

Seorang laki-laki yang duduk di kursi santai di dekat kolam renang tampak menatap ke arah bayangan itu dengan tajam. Sesekali dia menyesap minuman yang dipegangnya dengan mata menjelajah ke arah sekitar, dengan tatapan memperingati kepada para pengawal yang berjaga di sana.

Jika ada yang kedapatan melihat ke arah seseorang yang sedang berenang itu olehnya, mata itu akan langsung menyipit dengan berbagai umpatan yang keluar dari mulutnya. Seperti sekarang ...

"Tidak adakah yang bisa kau lihat selain ke arahnya? Aku menugaskanmu untuk berjaga, bukan menikmati pemandangan!" Bentakan itu dibarengi dengan suara bantingan gelas yang barusan dipegangnya ke atas meja.

Penjaga yang barusan dibentak itu tampak terkejut dan buru-buru meminta maaf. Laki-laki itu mendengus.

"Tuhan, tolong berikan aku kesabaran yang lebih besar untuk menghadapi ini." Ucapnya sambil menarik napas lelah dan menyandarkan tubuhnya.

"Kenapa? Persediaan kesabaranmu mulai menipis?" Tanya sebuah suara lembut padanya.

Laki-laki itu membuka matanya yang sebelumnya terpejam, tampak di depannya seseorang yang baru keluar dari dalam kolam renang itu memberikan senyuman geli ke arahnya. Laki-laki itu menggeram saat melihat penampilan sosok yang ada di depannya saat ini.

Seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang masih meneteskan air, dengan pakaian yang melekat ke tubuhnya karena basah. Buru-buru dia menyambar handuk yang ada di sampingnya dan berjalan tergesa menghampiri wanita itu.

Dengan cepat dia membungkus tubuh itu dan menariknya duduk di kursi santai. Mengambil handuk yang lebih kecil dan mulai membantu mengeringkan rambut wanita itu.

"Apa yang kalian lihat?!" Sekali lagi suaranya terdengar berteriak kesal kepada para penjaga yang menunjukkan tatapan iri ke arahnya.

"Bisakah kau hentikan itu?" Tanya seseorang yang ada di hadapannya. Suara itu terdengar lelah.

"Apa?" Tanyanya pura-pura tidak tahu.

Wanita itu mendengus. "Kelakuanmu itu! Apa kau tidak lelah marah-marah setiap hari? Urat lehermu bisa putus." Ucapnya sambil meminum jus jeruk di atas meja, dengan masih membiarkan laki-laki itu mengeringkan rambutnya.

"Ini juga karena kau!" Balas laki-laki itu.

"Kenapa aku?"

"Kenapa kau harus berenang menggunakan pakaian ini?" Tanyanya tidak suka.

Wanita itu memutar bola matanya. "Demi Tuhan! Pakaian ini sangat tertutup Lucian. Dan seingatku, kau yang memilih pakaian ini untuk aku gunakan saat latihan renang setelah kau membakar semua pakaian renang pilihan Kaleela!" Ucapnya geram.

"Aku tidak ingat aku pernah memberimu pakaian yang seperti ini Chara!" Ucap Lucian tidak mau kalah. Tidak, sebenarnya dia ingat dengan jelas saat itu.

Dia mengaku telah membakar semua pakaian renang pilihan Kaleela saat itu. Bagaimana tidak, adiknya itu sepertinya memang ingin menguji kesabarannya. Lucian saat itu menyuruh membeli pakaian renang, tapi Kaleela malah membawa hampir dua lusin bikini ke hadapannya. Dan Lucian yang saat itu kalap karena membayangkan tubuh isterinya akan terekspos dan dapat dilihat oleh semua orang saat menggunakan pakaian itu, langsung merebutnya dari Kaleela. Tidak sampai sepuluh menit, pakaian itu hanya tinggal catatan bon di dalam tagihan kartu kreditnya.

Dan akhirnya dia memutuskan memilih sendiri pakaian yang akan dikenakan Chara saat akan latihan renang. Lucian sangat ingat jika dia memberikan beberapa kaus dengan bahan ringan untuk air dan celana renang selutut kepada Chara. Tapi kenapa sekarang pakaian itu terlihat seperti bikini di tubuh Chara?

Chara yang melihat Lucian menggeram sekali lagi tampak mengernyitkan dahinya. "Bisakah kita berhenti melakukan ini? Ini sudah tiga tahun sejak aku latihan pertama kali, dan kita selalu meributkan hal ini saat aku keluar dari kolam renang itu." Tunjuk Chara ke kolam di hadapan mereka.

Lucian mendelik. Dengan cepat dia meneguk minumannya sampai habis dan kembali membanting gelas yang tidak bersalah itu. Matanya menatap tajam ke arah Chara. Istrinya ini terlihat semakin cantik, dan itu membuat dia semakin khawatir. Entah kapan awal mulanya, sampai dia bersikap begini posesif pada Chara.

Lucian sendiri merasa bingung dengan dirinya. Dia dapat merasakan jika rasa cintanya pada Chara bertambah setiap harinya. Dan Chara seperti sudah menjadi obsesinya, rasa cintanya pada istrinya itu mungkin sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan saat ini.

Kepalanya menoleh ke arah lain, dan Lucian melihat dua orang penjaga tampak mengendap di balik pohon di seberang kolam. Dia tahu betul apa yang mereka lakukan. Mengintip istrinya! Dengan tatapan tajam, seringaian mulai muncul di bibirnya.

Chara yang melihat itu jadi bergidik. Dia tahu apa yang akan Lucian lakukan jika sudah menunjukkan ekspresi seperti itu. Baru saja Chara akan menahannya, Lucian sudah lebih dulu bertindak.

Dia mencium bibir Chara dengan cepat dan keras, membuat Chara sedikit terkejut. "Kita akan bersenang-senang saat ini Alec." Ucapnya sambil bangkit. Dan dengan langkah besar, Lucian berjalan ke arah penjaga yang saat ini tampak mulai panik itu.

Chara yang melihat suaminya kembali kehilangan kesabaran itu hanya menarik napas panjang. Sambil memijat pelipisnya, Chara menyandarkan tubuhnya.

"Ada apa lagi dengan si Tuan Alpha?" Tanya seseorang tiba-tiba.

Chara mendongak, dan terlihatlah Kaleela yang sedang bersedekap sambil mengenakan pakaian renang yang tampak propokatif. Membuat Chara mendesah sekali lagi. Pakaian renang sialan!  Umpatnya dalam hati.

Kaleela menyampirkan rambutnya ke sebelah bahunya dan dengan santai dia duduk di kursi di sebelah Chara. Sebelah alisnya terangkat, menunggu jawaban.

"Mode cemburuan dan over posesif, aktif!"  kata Chara menutup matanya sejenak.

Sontak Kaleela yang mendengar itu langsung tertawa dengan terbahak. Dia tahu betul apa maksud dari ucapan Chara. Karena dia sendiri yang membuat kalimat itu. Kaleela mengalihkan pandangannya ke arah Lucian saat ini, dan kembali tawanya terdengar dengan keras. Chara ikutan menoleh, dan matanya sukses membulat dengan sempurna.

Di sana, tampak Lucian yang sedang mengikat tali ke pohon. Lebih tepatnya, tali yang menggantung kedua penjaga barusan dengan posisi kepala ke bawah. Refleks Chara melempar handuk yang dipegangnya, dan dengan terburu dia menghampiri Lucian. Meninggalkan Kaleela yang saat ini tampak mengeluarkan air mata karena tertawa dengan sangat keras.

"Lucian, apa yang kau lakukan?!" Pekiknya sambil berjalan dengan cepat.

Lucian membalikkan tubuhnya ke arah Chara sebentar, dan kembali menoleh ke depan. Ke arah dua orang penjaga yang saat ini tampak sangat menyedihkan.

"Lepaskan!" Perintah Chara.

"Tidak akan!" Jawab Lucian tak acuh.

"Lepaskan mereka, Lucian!" Chara sedikit berteriak sekarang.

Lucian menyipitkan matanya ke arah Chara. Dan dengan santai dia kembali menjawab. "Tidak akan, sampai mereka mengakui kesalahan mereka!"

Chara melotot ke arahnya, dan Lucian hanya membalasnya dengan tatapan tanpa dosa. "Kau tidak lihat wajah mereka sudah memerah?"

"Biar saja, itu artinya darah mereka mengalir dengan lancar ke otaknya. Jadi mereka bisa berpikir dengan baik dan jernih setelah ini." Jawab Lucian sambil bersedekap.

Mulut Chara terperangah. Ia tidak habis pikir dengan kelakuan Lucian. Dia tidak akan segan melakukan apa pun yang membuatnya puas untuk membalas orang-orang yang berani mengganggu miliknya, dalam hal ini Chara tentu saja. Dan ini hanya sebagian kecil dari bentuk kekesalannya, haruskah disebutkan satu persatu?

Lucian pernah menurunkan pangkat warrior-nya hanya karena kedapatan mengintip Chara saat sedang mendapatkan sesi latihan bertarung dengan pelatihnya. Dan pelatih itu juga akhirnya diganti karena Lucian geram melihat tubuh istrinya yang terus-terusan dipegang olehnya, dan saat ini akhirnya Chara mendapatkan seorang pelatih wanita.

Dan latihan renang yang barusan dilakukannya tadi, sebenarnya Chara memiliki pelatih sendiri tiga tahun lalu. Tapi pelatih itu bahkan tidak bertahan satu hari mengajari Chara, karena Lucian langsung memecatnya saat itu juga. Dia cemburu berat saat melihat tubuh isterinya ada di dalam air bersama laki-laki lain, belum lagi karena pelatihnya itu harus memegang tubuh Chara. Dan akhirnya Lucian memutuskan jika dia sendiri yang akan melatih Chara.

Oh, dan jangan lupakan kejadian beberapa minggu lalu. Kepala Zenas, Beta dari Lucian sendiri hampir saja putus ditebas katana koleksi ayah Lucian hanya karena lelaki itu salah paham.

Chara hampir terjatuh dari tangga saat itu, dan kebetulan Zenas ada di sana. Tidak mungkin dia membiarkan Luna-nya terluka, jadi sudah pasti dia akan menolong. Tapi, ternyata Lucian berpikiran lain. Dia langsung menerjang Zenas yang ketika itu terlihat sedang memeluk Chara. Tapi untung semuanya selesai dengan baik saat itu, tanpa ada bagian tubuh yang terlepas dari tempatnya.

Dan ... sepertinya masih banyak lagi. Akan membutuhkan banyak waktu untuk mengingat bagaimana tindakan anarkis Lucian saat sedang cemburu. Atau lebih tepatnya cemburu buta! Lihatlah sekarang ...

"Oh ... jadi kau tidak ingin melepaskan mereka?" Tanya Chara dengan mata yang menyipit.

"Tidak." Jawab Lucian cepat.

Chara tersenyum miring. "Kalau begitu biar aku yang lepaskan." Kata Chara.

Lucian tampak mengernyit sebentar. Hanya sebentar, sampai kemudian dia melotot ke arah Chara yang tersenyum padanya. Chara mempermainkan jari tangan kanannya yang saat ini telah menunjukkan kuku runcingnya di depan Lucian. Sebagian rambut di bagian puncak kepalanya mulai berwarna perak secara perlahan. Tanda bulat di lehernya mulai berpendar redup dengan cahaya merah, dan ukiran nama Lucian disana mulai tampak merambat tapi hanya sebatas bahu Chara.

Ya, Chara sudah dapat mengendalikan kekuatannya sekarang. Selama beberapa tahun latihan, akhirnya membuahkan hasil. Chara sudah dapat mengendalikan Jade, dia bahkan dapat mengeluarkan kekuatan wolf-nya tanpa harus Jade yang menguasai tubuhnya atau pun berganti shift.

"Kau mau apa?" Tanya Lucian saat dilihatnya tangan Chara mengarah ke arah tali yang mengikat ke pohon.

"Kau tahu aku mau apa." Jawab Chara santai.

"Jangan berani-beraninya melepaskan mereka." Kata Lucian memperingatkan. Matanya tampak mengawasi tangan Chara dan tali itu secara bergantian.

"Oh ... kau mau apa memangnya?" Tantang Chara. Tangannya semakin dekat ke arah tali itu.

"Chara!" Geram Lucian saat kuku Chara sudah menyentuh tali itu. "Jangan lepaskan, kalau tidak-"

"Kenapa? Kalau tidak, kenapa? Kau ingin bertarung denganku?" Tanya Chara yang semakin memancing emosi Lucian.

Lucian mendesis dengan posisi tubuh seperti siap bertarung. "Kau menantangku?"

"Kau takut?" Ejek Chara.

"Kau ... "

Belum sempat Lucian menyelesaikan kalimatnya, Chara sudah berbicara lebih dulu. "Ayo kita bertarung!" Ucap Chara.

Dan saat itulah kukunya mengiris tali itu dengan mudah. Lucian melotot ke arah Chara, mengabaikan suara jatuh dengan bunyi berdebum yang cukup keras dari tubuh dua orang penjaga yang sebelumnya digantung. Dan kedua penjaga tersebut langsung menyingkir dari sana dengan cepat saat dilihatnya situasi tiba-tiba memanas.

Dengan gerakan yang cepat, Chara menerjang tubuh Lucian. Mereka terjatuh dengan Lucian yang lebih dulu menghantam tanah, tubuh mereka berguling di antara dedaunan kering yang sudah gugur. Sesekali terdengar pekikan Chara saat Lucian menjepit tubuhnya, dan tidak jarang erangan sakit keluar dari mulut Lucian karena pukulan maupun tubuhnya yang dipelintir Chara.

Tubuh Chara menghantam pohon, Lucian berlari ke arahnya dengan niat ingin menerjangnya. Tapi gerakan Chara lebih cepat, sehingga Lucian yang akhirnya menghantam pohon itu. Pohon itu tumbang dengan akar yang mencuat ke luar, dan dengan cepat Chara kembali menerjang Lucian dari arah belakang. Sebelah kakinya dengan gesit melingkar di leher Lucian, dan membanting tubuh yang ukurannya jauh lebih besar darinya itu ke tanah.

Suara tawa membahana terdengar. Sontak mereka berdua menoleh secara bersamaan, dan terlihatlah Kaleela yang sedang tertawa sambil memegangi perutnya. Chara tampak menyeringai, dan Lucian yang melihat itu semakin kesal. Dengan cepat dia menarik tubuh Chara dan menghempaskannya, kemudian menguncinya dengan tubuhnya sendiri.

Kali ini Lucian yang menyeringai ke arah Chara yang terjepit di bawah tubuhnya. Tangan Lucian menahan tangan Chara di atas kepalanya. "Menyerah sayang?" Tanya Lucian dengan nada mengejek.

"Jangan senang dulu." Ucap Chara. Belum sempat kata-kata itu dicerna oleh Lucian, Chara sudah lebih dulu bertindak.

Kakinya bergerak ke atas, merangkul leher Lucian. Dengan mudah dia menggulingkan tubuh Lucian ke samping dan saat ini mereka kembali berganti posisi. Lucian cukup terkejut dengan gerakan cepat Chara yang saat ini sudah duduk di atas perutnya.

Ada juga untungnya berlatih yoga selama ini, selain mendapat pengendalian kesabaran, tubuhnya juga menjadi lentur, pikir Chara.

"Kau juga saling membelit seperti ini saat sedang latihan hah?" Tanya Lucian dengan geram. Dia tidak bisa membayangkan jika Chara latihan dengan pelatihnya menggunakan gaya seperti yang mereka lakukan barusan.

"Tidak." Jawab Chara, dan Lucian dapat menarik napas lega. Sebelum ... "Tapi aku melakukannya saat dengan pelatih laki-lakiku dulu." Sambungnya.

Mata Lucian berkilat emas saat menatap Chara yang tersenyum miring di atasnya. "Berani-beraninya kau!" Teriaknya.

Dan dengan cepat keadaan berbalik lagi. Chara kembali terhimpit di bawah kurungan tubuh Lucian. Tapi percuma latihan selama beberapa tahun jika Chara tidak dapat melawannya. Karena akhirnya keadaan itu terus berlanjut sampai beberapa kali.

Kedua orang itu terus bertarung, berguling ke sana kemari, mengabaikan suara tawa Kaleela yang menggema dan tatapan cemas para penjaga dan pelayan yang melihat keadaan mereka. Ini pertama kalinya bagi mereka melihat kejadian di mana Alpha dan Luna mereka bertarung seperti itu.

Semua tersentak dan menahan napas saat melihat tubuh Lucian terlempar dan mendarat di tengah taman mawar. Kaleela juga terkejut, tapi cuma sebentar. "Ayo kakak ipar, hajar laki-laki menyebalkan itu!" Teriaknya yang hanya menambah panas suasana.

Zenas yang melihat kejadian itu hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Kaleela yang tampak menyengir saat ini. Dia sama sekali tidak sadar jika Zenas sudah ada disaa.

"Aku hanya mencoba memberi semangat." Cicitnya pelan yang malah semakin mendapat tatapan membunuh dari Beta kakaknya itu. Kenapa terkadang aku lebih takut pada Zenas dari pada Lucian yang seorang Alpha, pikir Kaleela dalam hatinya.

Perhatian mereka teralihkan kembali saat melihat Chara berlari ke arah tempat Lucian jatuh tadi. Sangat jelas mereka melihat bagaimana Chara melompat dan menerjang Lucian di antara bunga-bunga indah yang tampak sudah hancur itu.

Kaleela memekik pelan, bahkan sampai menahan napasnya secara tidak sadar. Zenas membelalakkan matanya ngeri, sementara para pelayan wanita mulai berteriak sambil menatap cemas ke arah mereka.

Terdengar suara teriakan Lucian yang cukup keras. Sepertinya terjangan Chara barusan cukup sakit, belum lagi sudah pasti Lucian tertusuk duri mawar, pikir Kaleela. Dia jadi meringis membayangkannya.

"Ingatkan aku jangan sampai membuat Chara marah." Ucap Kaleela pelan entah pada siapa.

Bunyi pukulan yang cukup keras terdengar sekali lagi, disusul dengan suara Lucian yang mengerang sakit. Dan kemudian ...

Hening.

Mereka semua yang melihat itu tampak mengernyit bingung, karena suasana yang tadinya gaduh tiba-tiba menjadi tenang. Bahkan taman bunga yang menutupi tubuh Lucian dan Chara tampak tidak bergerak. Zenas dan Kaleela saling berpandangan, begitu juga dengan para penjaga dan pelayan yang ada di sana.

Sampai kemudian seolah tersadar, mereka semua berlari dengan terburu ke arah Lucian dan Chara. Kaleela bahkan tidak ingat memakai bathrobe-nya, jadi dia hanya mengenakan pakaian renangnya saja. Kaleela terperangah melihat keadaan taman yang tadinya sangat indah, akhirnya hancur hanya dalam beberapa menit akibat ulah dari Lucian dan Chara.

Mereka semua berlari ke arah taman khusus mawar tempat Lucian terjatuh tadi. Masih tidak ada pergerakan dari sana. Sampai kemudian terdengar suara Zenas.

"Sial!" Umpatnya dengan wajah memerah dan segera berpaling.

Kaleela yang bingung akhirnya mendekat ke sana, dan hasilnya juga sama. Wajahnya bahkan lebih  memerah dari wajah Zenas. "Dasar pasangan tidak tahu tempat!!" Teriaknya marah yang sama sekali tidak berdampak.

Akhirnya semua orang yang ada di sana hanya tampak seperti orang bodoh. Mereka mengira Alpha dan Luna mereka terluka parah atau bahkan pingsan, tapi ternyata ...

Zenas menarik napas panjang sambil memijat pangkal hidungnya. "Sudah, bubar semuanya!" Perintahnya dengan keras. Dengan kesal sekaligus jengkel karena merasa sudah dipermainkan, akhirnya Zenas juga pergi dari sana. Menyusul Kaleela yang sudah lebih dulu masuk ke mansion sambil bergumam tidak jelas.

Lucian dan Chara yang mendengar semuanya tampak sama sekali tidak peduli. Mereka masih tetap dengan keadaan semula. Dengan Chara yang menduduki tubuh Lucian yang terlentang di bawahnya.

Mereka terus berciuman dengan tubuh penuh luka dan memar. Sesekali terdengar pekikan sakit dari keduanya karena luka itu, tapi sama sekali tidak menghentikan apa yang mereka lakukan. Bibir dan tangan mereka masih saling berbagi tugas masing-masing.

Sepertinya benar kata Kaleela, mereka memang pasangan tidak tahu tempat. Dan pekikan sakit dari Lucian kembali terdengar ...

__________

Chara's POV

"Sudah puas bereksperimen di tengah taman bunga?" Cibir Kaleela yang melihat aku dan Lucian baru saja turun dari tangga. Dia sedang duduk di ruang tamu bersama Zenas.

Aku dan Lucian saling berpandangan sebentar, kemudian kami sama-sama tertawa pelan. Kaleela mendengus sambil menyilangkan kakinya. "Kalau kalian selalu seperti itu setiap hari, lebih baik pertimbangkan untuk menaikkan gaji pelayan. Karena mereka harus memperbaiki taman yang hancur akibat ulah kalian." Kata Kaleela yang kali ini memandang kami geli.

"Akan aku pertimbangkan." Balas Lucian santai sambil menghempaskan tubuhnya untuk duduk di sampingku. "Sepertinya kejadian tadi tidak akan menjadi yang terakhir, iya kan Chara?" Tanya Lucian sambil menoleh ke arahku.

"Terserah kau saja. Jika kau tidak keberatan tubuhmu hancur seperti tadi." Balasku.

"Oh ... konsekuensinya sangat sepadan sayang." Ucap Lucian sambil menatapku penuh arti. Sontak wajahku memerah saat dia meminlink-ku mengenai kelakuan kami di taman bunga mawar tadi.

"Hentikan Lucian!" Kataku berbisik tapi dengan penuh penekanan.

Lucian tertawa kecil. "Ada apa kau mencariku Zenas?" Tanya Lucian mengalihkan pandangannya ke arah Zenas yang tampak diam sedari tadi.

"Ada yang perlu kita bicarakan Alpha." Jawabnya kaku.

"Katakan saja."

"Berdua dengan Anda, Alpha." Ucap Zenas lagi. Matanya sesekali menatap ke arahku, tapi aku diam saja. Dan sepertinya Lucian menyadari itu.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini Chara?" Tanya Lucian tiba-tiba padaku.

"Aku ada latihan yoga." Jawabku.

Kulihat Lucian mengangguk. "Baiklah, cepatlah pergi. Nanti pelatihmu menunggu." Ucapnya yang langsung membuatku mengernyit.

Aku menoleh ke arah Kaleela yang juga sedang menaikkan kedua alisnya kepadaku. Hal ini sangat aneh menurut kami. Bagaimana tidak, Lucian yang biasanya mendengar aku akan latihan yoga akan langsung menunjukkan kekesalannya. Dan yang pasti dia akan langsung mengikutiku latihan sampai dengan selesai. Dan kali ini, Lucian menyuruhku untuk cepat datang ke sana? Bukankah ini terdengar sangat ... aneh?

Aku menoleh kembali ke arah Lucian. Sepertinya Zenas meminlink-nya tadi, entah apa yang akan mereka bicarakan. Jadi kuputuskan jika aku mengiyakannya saja. Kaleela yang melihatku beranjak juga berdiri dan meminta ikut.

Kami berdua berjalan menuju arah utara mansion. Di luar batas pagar mansion ini ada camp pelatihan untuk pack. Dan fasilitas di sana sangat lengkap. Tentu saja, dengan gedung lima tingkat dan bangunan yang luas, camp itu menyediakan semua yang kita butuhkan. Tempat pelatihan yang sangat sempurna. Dan di sanalah biasanya aku menghabiskan hari-hariku. Mengikuti jadwal latihan ketat yang telah kulakukan selama tiga tahun terakhir ini.

Tepat di samping bangunan itu, ada rumah sakit pack yang juga lumayan besar. Walau hanya tiga tingkat, tapi rumah sakit ini sangat lengkap. Dengan banyak dokter ahli, yang tentu saja semuanya werewolf. Dan di sanalah juga Kaleela bekerja. Ternyata saat kuliah dulu dia mengambil bagian kedokteran, dan sejak satu tahun yang lalu Kaleela sudah mulai bekerja di sana. Sejak saat itu pula dia tinggal bersama aku dan Lucian. Kaleela mengingatkan aku kepada Amanda, mereka berdua sama-sama seorang dokter.

"Bukankah Lucian sangat aneh?" Tanya Kaleela memecah keheningan.

Saat ini sami sedang berada di dalam lift menuju lantai empat. Aku mengangguk ke arahnya. "Ya. Biasanya dia akan langsung naik darah jika mendengar aku latihan yoga." Kataku menyetujui ucapan Kaleela.

"Mungkin ada sesuatu yang penting." Kata Kaleela sambil menatapku.

Aku mengangkat kedua bahuku. Saat pintu lift berdenting, kami berjalan ke bagian sayap kiri gedung. Tidak jauh dari sana, ada ruangan yang cukup luas yang telah direnovasi menjadi tempat latihan. Dan aku tidak bisa menahan decakanku karena hal ini. Karena ruangan ini khusus dibangun untukku. Oh, ucapkan terima kasih kepada rasa cemburu Lucian yang berlebihan itu. Yang dengan dangkalnya berpikiran jika dia tidak ingin siapa pun melihat aku sedang meliukkan tubuhku di depan semua orang. Jika dia tidak mau, untuk apa menyuruhku mengikuti latihan ini?

"Selamat sore, Luna." Sapa seseorang saat aku dan Kaleela masuk ke ruang latihan.

"Selamat sore Carlo." Balasku.

"Hai, Carlo." Sapa Kaleela sambil tersenyum lebar. Matanya tampak berbinar menatap Carlo yang sedang bersandar di dinding yang keseluruhannya terbuat dari cermin.

Tentu saja, Carlo itu adalah seorang laki-laki muda yang sangat tampan. Dia juga sangat ramah dan lembut saat berbicara. Belum lagi dia memiliki begitu banyak hal lainnya yang menjadi pendukung penampilannya, dan hal itu sudah pasti akan menyebabkan banyak wanita yang terpesona ke padanya. Dan dia juga werewolf  tentu saja.

"Kau ingin latihan apa hari ini?" Tanya Carlo. Aku yang menyuruhnya untuk tidak terlalu formal denganku.

"Terserah kau saja." Jawabku.

"Tapi jangan heat yoga. Aku tidak ingin kau dihajar Lucian seperti pelatih Chara yang dua bulan lalu." Kata Kaleela tiba-tiba. Tentu saja dia tidak rela jika wajah tampan Carlo rusak oleh tangan kakaknya.

Carlo menggeleng geli sebentar, tentu saja dia tahu apa maksud Kaleela. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana sikap posesifnya Lucian padaku.

"Baiklah, kita akan melatih kelenturan tubuh dan pernapasan saja hari ini." Kata Carlo setelah berpikir sejenak.

Aku mengangguk dan mulai duduk di atas alas yang sudah disediakan di sana. Carlo berjalan ke arahku dan mulai memberikan beberapa instruksi, dan Kaleela duduk bersandar disalah satu dinding sambil menatap antusias ke arahku dan Carlo.

Sudah hampir satu jam aku latihan, dan rasanya tubuhku mulai sakit. "Lengkungkan punggungmu sedikit lagi, Chara." Terdengar perintah dari Carlo.

Aku melakukannya. Dan sekitar tiga menit kemudian akhirnya Carlo menyuruhku untuk bangun. Aku buru-buru berdiri untuk meregangkan tubuh, tapi malah membuatku oleng seketika. Carlo dengan cepat menarik tubuhku saat dilihatnya aku akan jatuh, dan akhirnya aku malah jatuh dalam pelukannya. Dengan wajahku yang menghantam dadanya.

"Kau oke? Kau tidak boleh langsung bangun seperti itu." Tanya Carlo saat aku mengusap wajahku.

Aku mengangguk sambil menahan ringisanku. Dan saat itulah pintu ruangan terbuka dengan keras. Di sana, tampak Lucian melotot ke arahku dan Carlo. Dan dengan langkah besar dan cepat, dia berjalan ke arahku.

Dari sudut mataku, dapat kulihat Kaleela juga berjalan cepat ke arah kami. Mungkin dia takut jika tiba-tiba Lucian mengamuk lagi karena salah paham.

"Chara!" Kata Lucian sambil menarikku.

"Lucian aku bisa jelaskan-"

"Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu." Kata Lucian memotong ucapanku.

"Apa?" Tanyaku. Aku mengernyit, dan kulihat Kaleela juga melakukan hal yang sama. Jadi dia tidak marah karena melihatku dengan Carlo barusan? Sepertinya ini pertanda baik.

"Mengenai ... " Lucian menggantung ucapannya. Wajahnya tampak menimbang-nimbang, sesekali dia menatap cemas ke arahku.

"Ada apa Lucian? Katakan saja." Kataku mulai gemas karena dia tidak juga berbicara.

Lucian menarik napas panjang. "Aku mendapat kabar dari Indonesia, dan aku tidak yakin tentang hal ini ... " Ucapnya sambil melihat ke arahku.

Aku cukup terkejut memang. Karena tiba-tiba saja dalam tiga tahun ini kami mendapat kabar dari sana. Kehidupan yang kami jalani ini sangatlah sibuk dan berbeda dengan kehidupan orang biasanya, jadi sangat kecil kemungkinan untuk dapat saling bertukar kabar seperti ini. Tapi ada apa ini? Kenapa setelah tiga tahun tiba-tiba saja kami mendapat kabar dari sana?.

Aku mengangguk ke arah Lucian. Menyuruhnya untuk melanjutkan apa pun yang ingin dia sampaikan. Lucian menarik napasnya sekali lagi dan memegang kedua bahuku.

"Apakah ... apakah kau mau mempertimbangkan untuk kembali ke Indonesia?" Tanya Lucian.

Dan dapat kurasakan dengan jelas bagaimana tubuhku menjadi kaku hanya karena mendengar pertanyaan itu.

***

TBC

By

Skia

(27-January-2016)

Continue Reading

You'll Also Like

374K 44.6K 56
[SUDAH TERBIT] Karena rasa penasaran yang tinggi, Jungwon pemuda berusia 17 tahun tersebut nekat masuk ke dalam hutan yang dianggap angker oleh masya...
2.9M 75.6K 20
Setelah bertahun-tahun mendekam di penjara bawah tanah Kerajaan Selencia, Verity akhirnya diberikan kesempatan bebas dengan syarat harus berpura-pura...
17.7K 4.8K 29
[#1 - Echa, Feb-Mar '22] Echa punya dua kehidupan. Terkadang dia menjadi selebriti top yang bernama Rebecca Alessiya, terkadang dia menjadi gadis sek...
4.8K 2.6K 95
Versi Bahasa Inggrisnya sudah terbit dan bisa dibaca secara GRATIS di Amazon Kindle dan Kobo. https://books2read.com/BowlWorld --- Daftar Pendek (Nom...