EXO Saga The Series [1] "Nigh...

By arrania_smith

47.8K 1.4K 145

Cast : Yullya Tri Utari as Lily Russell Dara 2NE1 as Sandara Park Zhang Yi Xing EXO M as Lay ... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26

Part 5

2.3K 53 7
By arrania_smith

Aku berjalan menaiki tangga menuju tempat dimana hiruk pikuk mulai terdengar. Lucu memang kalau mengingat aku adalah vampire dan aku tetap bekerja layaknya manusia. Menjalani hari-hari sebagai penulis lagu, produser, koreografer, dan juga owner dari club vampir di berbagai penjuru Inggris. Tapi apa yang harus aku lakukan? Aku tidak punya kegiatan apapun seperti Kris ataupun Suho. Kris seringkali bepergian ke berbagai penjuru dunia untuk mengawasi langsung kaum kami yang tersebar hampir disetiap negara. Dan Suho adalah dream hunter, yang mendapatkan energi tidak hanya dari darah tapi juga mimpi manusia. Hanya saja Suho hanya mengincar mimpi-mimpi yang melibatkan mahkluk dunia lain seperti kami. Dia terlalu terhormat untuk memangsa mimpi apa saja.

Sebenarnya ada hal yang tidak kuceritakan pada Kris. Walau dia bisa membaca pikiran, tapi selama aku tidak memikirkannya, dia tidak akan tahu. Bekas darahku yang tertinggal di plastik belanjaan Lily menghilang saat aku kembali ke rumah gadis itu untuk mengambilnya. Plastik itu sudah diambil seseorang selain aku. Dan dari jejak auranya aku yakin si ‘pengambil’ adalah makhluk abadi. Dan pertanyaannya adalah siapa yang mengambilnya? Untuk apa? Keanehan itulah yang membuatku memutuskan untuk berada disisi Lily sesering mungkin.

Dan aku juga tidak mengatakan kalau Lily sempat menyentuhku saat aku tidak memiliki persiapan. Salah satu keuntungan berteman dengan malaikat adalah mereka bisa mengubah suhu tubuhku yang sangat dingin ini menjadi sedikit lebih hangat saat harus bersosialisasi dengan manusia. Tapi kejadian waktu itu benar-benar di luar dugaan. Aku sama sekali tidak tahu apa yang kulakukan dan tiba-tiba saja rasanya aku sudah berhenti di pinggir jalan dan mengantar Lily pulang.

“Lay?”panggil sebuah suara yang sangat kukenal.

“G.O? Apa yang kau lakukan disini?”

Vampir pengikutku itu terlihat cemas. Pasti ada sesuatu yang terjadi saat ini. G.O adalah vampir yang bertugas menerima laporan dari seluruh daerah yang ada di Inggris. Dia selalu bisa mengatasi semua masalah dan biasanya G.O tahu langkah apa yang harus diambil, kecuali masalah penyerangan. Jadi kalau dia memutuskan datang ke clubku malam ini, maka ada klan lain yang berusaha merebut wilayahku atau ada kelompok vampir tak bertuan dalam jumlah besar memaksa masuk wilayahku.

“Vampir baru?”tanyaku cepat.

Dan G.O menggeleng. Sial! Seharusnya aku tahu ini sejak Kris datang! Dia selalu membawa pertarungan di setiap kemunculannya. Aku bukannya takut menghadapi pertarungan antar pemimpin klan, hanya saja aku tidak suka kalau harus memperebutkan segala sesuatunya dengan kekerasan. “Dimana?”tanyaku kemudian.

“Bristol”

“Bukankah disana ada Minho?”tanyaku lagi. Bristol adalah salah satu daerah yang kuserahkan pada vampir pengikutku yang kuat. Karena daerah itu berdekatan dengan Wales yang merupakan daerah perbatasan.

“Sepertinya mereka menyebrang dari Wales, Lay. Dan Minho sama sekali tidak menyadari kalau serombongan vampir baru yang bulan lalu meminta suaka adalah vampir bertuan milik D.O.”

Scorpio Clan. Klan vampir yang cukup besar dan sangat kuat. Selama ini aku hanya mendengar nama pemimpinnya, dan beberapa kali bertemu saat ada pertemuan beratus tahun lalu sebelum Kris menjadi nosferatu. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana kekuatan mereka, yang kutahu hanyalah kenyataan kalau D.O, sang ketua klan adalah master dari beberapa klan vampir lainnya.

“Kapan tempat itu jatuh ke tangan mereka?”tanyaku sedikit berharap kalau Bristol masih bisa diselamatkan.

“Beberapa jam yang lalu. Minho ditawan mereka.”

“Minho ditawan mereka, jadi siapa yang memberi kabar?”

“Chanyeol.”

Brengsek!

“Kau membuatku membenci kemampuanku membaca pikiran, Yixing. Sejak kapan kau belajar memaki dari awal hingga akhir seperti ini?”tanya Kris yang entah sejak kapan berdiri dalam jarak 2 langkah dariku.

“Seharusnya aku sadar sejak melihatmu muncul di rumahku, Kris.”geramku sambil menekankan jari telunjukku di dadanya yang hanya membuat Kris tertawa. “Kau mau ikut denganku atau tidak?”tanyaku kemudian setelah menyadari kalau semakin aku menyalahkannya, Kris hanya semakin bahagia.

“Tentu saja aku ikut. Bukankah aku menantikan ini? Melihatmu bertarung? Lagipula ada sedikit pelanggaran yang harus kuurus disana.”sahut Kris yang menurutku sangat bersemangat.

Aku berbalik dan berjalan kembali ke kantorku bersama Kris. Kulihat Suho masih menikmati minumannya di meja bar. “Ada masalah?”

“Kita kehilangan Bristol.”ujarku cepat sambil meraih telpon dan menelpon seseorang.

Setengah jam kemudian kami sudah melaju dengan menggunakan limosinku menuju Bristol. Karena misi kali ini hanya untuk menjemput Minho, aku memutuskan untuk tidak membawa siapapun bersamaku, termasuk Suho. Hanya Kris dan Tao yang ikut denganku ke Bristol malam ini. Tapi aku juga tidak sebodoh itu untuk tidak menyiapkan apapun. Setidaknya Gloucester dan Swindon sudah bersiap menerima perintahku.

“Kau memang satu-satunya vampir paling glamor yang kukenal, Yixing.”ujar Kris sambil memperhatikan isi dalam limosinku.

“Apa salahnya memanjakan diri? Aku tidak akan mengikutimu yang tinggal di gua atau seperti Kai yang tinggal di pedalaman hutan. Tidak. Aku suka hidup ditengah kota dengan segala keramaian dan kemewahan yang bisa kuperoleh.”

“Gua yang kau katakan itu hanyalah ruangan bawah tanah, teman. Kau selalu berlebihan kalau menyangkut masalah properti, Yixing. Hanya karena kami tidak tinggal di rumah modern dan canggih di tengah kota, bukan berarti kami tidak pandai memanjakan diri.”ralat Kris tenang.

Aku mengabaikan protes Kris sambil menuang sekantong darah yang sudah dihangatkan ke dalam gelas. “Banyak sekali kau minum hari ini, Yixing?”

“Kau tidak mengira mereka akan melepaskan Minho begitu saja bukan begitu aku memintanya?”tanyaku datar lalu meneguk habis isi gelasku. “Tidak ada yang mudah sejak kau selalu mengikutiku, Kris.”

Telpon wireless di sebelah tempat dudukku berbunyi. “Ada apa?”tanyaku pada si penelpon yang tidak lain tidak bukan adalah supirku.

“Lima menit lagi kita akan sampai di kediaman Minho, Sir.”lapornya tenang.

Kris hanya menggeleng pelan saat aku menjawab. “Terima kasih. Setelah kami turun, pergilah menjauh setidaknya 1 mil, dan kalau dalam setengah jam aku tidak datang, hubungi G.O dan minta dia mengirim bantuan.”ujarku sebelum memutuskan sambungan.

“Berapa orang manusia yang kau pekerjakan, Yixing?”tegur Kris seakan dia sudah lama ingin mengetahuinya.

“Semua supir yang kumiliki adalah manusia, Kris. Kecuali untuk saat-saat tertentu, misalnya ke rumahmu. Aku butuh supir yang bertahan di bawah sinar matahari saat aku tidak ingin menyetir. Lupakan saja kalau aku memiliki pegawai manusia, okay? Dalam beberapa menit kita akan sampai, dan Tao, jangan pernah menggangguku. Kau hanya bertugas melindungi Kris, tidak peduli dia memintamu untuk menyelamatkanku.”

“Aku tidak mematuhimu, Lay. Kalau itu perintah Kris, aku akan melaksanakannya walau aku harus membunuhmu untuk membawamu ke hadapannya.”balas Tao dingin.

“Kenapa kalian tidak pernah akur?”

“Aku akan akur dengannya saat aku menikah, yang artinya tidak akan pernah.”sahutku cepat dan beberapa saat kemudian mobilku berhenti di depan sebuah rumah bergaya lama yang sebenarnya adalah rumahku sebelum Bristol diambil alih.

Kami bertiga turun dari mobil dan kemudian sesuai perintahku, supirku segera pergi dari sana. Aku memperhatikan keadaan sekitar. Tinggal 2 jam menuju fajar. Itu artinya apapun yang kulakukan disini harus segera kuselesaikan. Oh, matahari tidak menjadi masalah bagiku, tapi jelas menjadi masalah cukup besar bagi Minho. Aku bisa berdiri dibawah terik matahari Spanyol selama lebih dari 3 jam sebelum kulitku mulai terbakar. Dan terakhir kali aku melakukan uji coba kebodohan itu adalah satu abad yang lalu.

Hanya beberapa detik kemudian tubuhku terlempar begitu saja menabrak pohon saat mataku menangkap gerakan sebuah anak panah menuju tempatku berdiri sebelumnya. Aku tahu aku harus berterima kasih pada Kris dengan kekuatan telekinesisnya. Tapi dia tidak harus menghantamkan tubuhku ke batang pohon paling besar yang ada disana. Dia bisa saja membuang panah itu dan bukannya tubuhku.

“Terima kasih sudah mematahkan tulangku, Kris.”

“Oh, biasa saja, Yixing. Kau tahu itu bahkan tidak cukup untuk membuatmu memar.”balas Kris sambil tersenyum.

Panah tidak akan pernah membuatku terluka, tapi berbeda jika mata anak panah itu terbuat dari perak murni. Seperti legenda, kami memang bisa terluka dengan matahari dan perak, tapi tidak dengan salib, air suci ataupun bawang putih!

“Aku tahu kau ada disekitar sini, Chanyeol! Tunjukkan dirimu sekarang.”teriakku sambil memperhatikan arah tempat munculnya panah tadi.

“Tidak semudah itu, Lay.”ujar sebuah suara dan puluhan panah kembali melesat ke arahku.

Menjadi vampir akan membuat gerakanmu nyaris seringan angin dan dapat bergerak dengan sangat cepat, tapi kecepatanku selalu menjadi kelebihanku karena sepanjang usia vampirku, tidak pernah ada yang bisa menyaingi kecepatanku. Aku berhasil menghindari puluhan anak panah itu saat tiba-tiba kusadari seseorang melompat dari atas atap rumah dan menembakkan peluru vertikal ke arahku. Pilihannya adalah tertancap anak panah bermata perak atau tertembak peluru yang kemungkinan terbuat dari perak. Dan aku tidak menginginkan keduanya!

Aku berusaha menghindari keduanya, tapi peluru perak itu berhasil menggores lenganku. “Brengsek!”makiku saat melihat lenganku mulai berdarah.

Oh, jangan salah, vampir juga bisa berdarah, teman.

Dan saat itu sesosok tubuh jangkung muncul dari dalam kegelapan bayang-bayang pepohonan. Dari kilauan rambut keriting pirangnya yang tertimpa cahaya bulan aku langsung mengenali vampir itu. “Baru keluar setelah memastikan salah satu senjatamu melukaiku?”tanyaku dingin sambil berusaha menghentikan perdarahan di lenganku dengan menekannya.

Satu-satunya yang membuat vampir benci dan perak adalah kenyataan kalau luka yang diakibatkan oleh perak amat sangat lambat untuk sembuh dan tidak jarang beberapa luka besar tidak bisa kembali seperti semua. Vampir dengan kemampuan menyembuhkan diri yang sanggup membuat dunia kedokteran iripun harus bertekuk lutut dihadapan perak.

“Aku tidak sebodoh itu hingga menghadapi vampir berkecapatan tinggi sepertimu tanpa strategi.”ujar Chanyeol dingin. “Kau ingin membebaskan bawahanmu yang setia itu, bukan? Apa yang bisa kau lakukan kalau kau terluka seperti ini?”tanya vampir pirang itu jelas-jelas meremehkan kemampuanku.

“Dimana Minho saat ini?”

“Coba tebak! Rumahmu ini untuk ukuran perumahan di Bristol sangat luas dan sangat mewah, Lay. Ada banyak sekali ruangan di dalamnya. Kau mungkin bisa menebak dimana kuletakkan Minho dari sekian banyak kamar di rumahmu.”

Belum sempat aku berpikir, terdengar suara jeritan kesakitan dari dalam rumah diiringi suara tawa yang menggema sampai keluar. Bahkan aku yakin telinga manusia pun mampu mendengar jeritan itu. Chanyeol benar-benar menguji kesabaranku. Aku tidak tahu berita apa yang selama ini beredar, tapi kalau ada berita yang mengatakan bahwa siapapun yang menyiksa anggota klan-ku akan tetap hidup, jelas suatu kebohongan.

Dari sudut mataku, aku dapat melihat kalau Kris sudah berpindah dan sekarang sedang bersandar di salah satu batang pohon di dalam gelap sambil memperhatikanku.

Aku menunggu pertunjukanmu, Yixing. Berikan aku tontonan yang lebih menarik.

Suara itu masuk ke dalam kepalaku begitu saja seolah Kris benar-benar mengucapkannya dengan lantang. Aku tidak perlu provokasi apapun dari Kris, jeritan Minho tadi cukup untuk memberikan Chanyeol tiket ke tangan Thanatos!

Aku membiarkan darah mengalir dari lengan kiriku dan berjalan menghampiri Chanyeol saat vampir itu sempat terkejut dan mundur selangkah. “Apa yang kau lakukan?”tanya Chanyeol sambil terus berjalan mundur saat aku semakin mendekatinya.

“Izinkan aku melihat wajahmu dengan baik sebelum aku membunuhmu.”bisikku pelan dan dengan sengaja mempercepat gerakanku hingga kini wajah Chanyeol berada hanya satu senti dari wajahku.

“Tembak dia!”seru Chanyeol saat terdengar gerakan-gerakan disekitar hutan dan puluhan anak panah kembali melesat ke arahku saat Chanyeol berusaha melarikan diri.

Aku merentangkan kedua tanganku. Dan seluruh anak panah itu terhenti di udara. Sebelum berbalik dan melesat kembali menuju si pemanah. Dan malam mulai dihiasi teriakan-teriakan kesakitan yang kali ini berasal dari sekitar pepohonan.

“Kau! Kekuatan itu!”ujar Chanyeol tidak percaya.

“Dia memiliki kekuatannya sendiri, sobat. Aku heran kenapa selama ini kalian berpikir kalau kekuatan telekinesis yang ada disetiap pertempuran Yixing adalah campur tanganku. Yixing juga memiliki kemampuan itu.”ujar Kris yang entah sejak kapan memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. “Park Chanyeol. Aku sudah menetapkan kalau setiap kepala klan boleh menantang kepala klan lainnya dan bertarung hingga salah satu dari mereka mati atau menyerahkan wilayah dan klannya secara sukarela. Dan aku juga sudah melarang segala bentuk penawanan terhadap semua makhluk yang dilakukan oleh kaum vampir. Jadi, apa yang kau lakukan pada vampir malang di ruang bawah tanah itu?”

Kali ini bukan keterkejutan yang ada diwajah Chanyeol. Ketakutan sudah menggantikan keterkejutannya. Perhatiannya yang terlalu terfokus padaku membuatnya tidak menyadari hadirnya sang nosferatu disekitarnya. Membangkang perintah sang raja sama saja dengan mengakhiri keabadian. Dan dia sepertinya tidak menyadari kemungkinan kalau Kris ada di Inggris saat ini, bukannya di Kanada.

“Jangan ganggu aku, Kris!”geramku tanpa bisa menahan taringku yang mulai memanjang.

Kris meletakkan tangannya dibahuku. “Aku tidak akan menahanmu. Kau boleh membunuhnya setelah dia mengatakan ini atas perintah siapa.”

“Jelas D.O yang memerintahkannya!”ucapku mulai tidak sabar.

“D.O tidak ada hubungannya dengan ini! Menahan Minho sepenuhnya atas keinginanku.”tukas Chanyeol yang sama sekali lupa apa akibat dari pengakuannya itu.

Aku menjulurkan tangan ke leher Chanyeol saat vampir pirang itu malah berusaha mencengkram lenganku. “Kau tidak akan bisa menyentuhku, brengsek!”

Dengan sangat cepat aku berpindah ke belakang Chanyeol dan menendang punggungnya hingga ia jatuh tersungkur. Aku ingin sekali menyiksanya terlebih dahulu seperti yang selama ini selalu kulakukan pada orang-orang yang menyiksa anggotaku, tapi Minho harus segera diselamatkan. Dalam satu lompatan aku menginjak kedua bahunya dengan kakiku. “Ucapkan selamat tinggal pada bulan, sobat.”bisikku lalu dengan kekuatan yang cukup, aku memelintir kepala Chanyeol dan melepaskan bagian tubuh itu dari badannya.

Aku melirik jam tangan yang kugunakan. Sudah hampir setengah jam. Kuambil ponsel dari dalam saku celana dan kulemparkan pada Tao. “Telpon supirku dan suruh dia menjemput kita. Aku akan mengeluarkan Minho.”seruku lalu segera menghilang ke dalam rumah hanya untuk menghabisi vampir level rendah dan mengeluarkan Minho dari dalam ruang bawah tanah.

Begitu aku keluar bersama Minho, tubuh Chanyeol yang tadinya masih utuh, kini sudah habis dimakan api. Kris tidak pernah meninggalkan bekas apapun dalam setiap pertempurannya. Hidup entah sejak kapan sebagai vampir membuat vampir dihadapanku ini memiliki banyak kekuatan alam. Dan kami semua langsung masuk ke dalam mobil tepat sebelum fajar menyingsing.

“Tidak bisakah kau masuk ke dalam mimpinya?”tanyaku pada Suho saat sudah hampir seminggu Minho tetap tidak terbangun dari tidurnya.

“Setiap dream hunter tidak bisa memburu mimpi sesama klan, Lay.”ujar Suho datar. “Berapa kali aku harus mengatakannya padamu? Kalau aku bisa, aku ingin sekali masuk ke mimpinya dan melihat apa yang membuatnya memilih untuk berada di alam bawah sadarnya.”

“Brengsek! Lalu siapa yang bisa membuatnya sadar!”seruku benar-benar kesal karena aku sama sekali tidak bisa melakukan apapun untuk menolong Minho.

Hampir seminggu ini aku sama sekali tidak keluar dari rumah. Aku tidak bekerja atau bahkan menemui Lily hanya untuk memastikan apakah ada vampir lain yang berkeliaran di sekitar gadis itu yang mungkin sudah mengambil bekas darahku. Minho adalah prioritasku saat ini. Kalau Suho adalah vampir yang pertama bergabung dengan klan-ku maka Minho adalah vampir pertama yang kuminta untuk bergabung denganku. Kulihat Suho hanya berdiri diam di pinggir tempat tidur Minho sebelum dia menatapku tajam.

“Apa yang akan kau pilih, Lay? Seorang dream hunter dari klan lain memasuki rumahmu dengan risiko rumahmu tidak lagi aman dan setiap makhluk malam di luar sana dapat dengan mudah menemukannya atau  Minho tetap berbaring seperti ini?”

“Asal Minho bisa sadar aku tidak peduli siapapun yang akan datang.”jawabku cepat tanpa memikirkan akibatnya sama sekali.

Rumahku, setiap rumah yang kumiliki, memiliki perlindungan dari sang malaikat. Hanya klan-ku atau orang yang kuizinkan yang bisa memasuki rumahku. Bahkan mereka yang bukan klanku tidak akan pernah menemukan rumahku. Walaupun tipis, kekuatan malaikat mampu membuat rumahku hanya bisa ditemukan oleh sesama malaikat. Mustahil memang, tapi karena Luhan adalah temanku, hal itu bisa terjadi.

“Kau yakin?”tanya Suho lagi.

“Memangnya dream hunter dari klan mana yang akan datang?”tanyaku mulai tidak sabar.

“Scorpio, Lay.”

Aku langsung melempar tubuh Suho ke seberang hingga menghantam rak-rak buku dan menghancurkannya. “Aku tidak peduli dia dari klan manapun, tapi kenapa harus Scorpio! Mereka yang membuat Minho seperti ini! Mereka yang menyuntikkan perak cair itu ke tubuh Minho dan membuat penyembuhannya berjalan sangat lambat bahkan setelah aku memberikan darahku!”teriakku tepat di wajah Suho.

Suho meletakkan kedua tangannya dibahuku dan kemudian mendorongku menjauh. “Hanya Chen yang memiliki kemampuan sepertiku, Lay. Mungkin ada banyak dream hunter di dunia ini, tapi hanya kami bertiga yang bisa mengubah mimpi, Lay. Dream hunter hanya boleh ‘memakan’ mimpi dan dilarang keras untuk campur tangan terhadap mimpi orang lain. Hanya aku, Chen, dan Baekhyun yang memiliki kekuasaan untuk mengubah mimpi siapapun selain anggota klan kami sendiri.”ujar Suho tetap tenang bahkan setelah aku melemparkannya seperti tadi.

Aku menghempaskan tubuhku di pinggir ranjang Minho dan menatap tubuh penuh luka yang kini hanya meninggalkan parut tipis di kulit pucatnya. “Suruh dia datang kesini. Kalau dia memang bisa membuat Minho sadar, aku tidak keberatan kehilangan satu dari perlindunganku.”putusku kemudian.

Ya, Minho lebih berharga dari rumah yang kumiliki.

Dan beberapa menit kemudian Suho sudah kembali bersama seorang vampir dream hunter bernama Chen. Dream hunter itu terlihat sangat santai mengingat dia masuk ke rumahku. “Seandainya kau tidak terikat dengan klan ini, kau bahkan lebih dari sekedar cukup hanya untuk membangunkan vampir bodoh ini.”ujar vampir itu yang ditujukan pada Suho.

“Aku memang ingin kau menyelamatkan, Minho. Tapi katakan padaku apa alasannya? Kenapa kau bersedia membantu kami?”tanyaku sambil berdiri diantara ranjang Minho dan Chen.

Kulihat Chen tersenyum. “Aku berada di Scorpio bukan karena keinginanku, Lay. Anggap saja aku menanamkan kebaikan agar suatu saat nanti kau bisa membunuh D.O dan membuatku kembali menjadi dream hunter yang bebas.”ujarnya ringan lalu berjalan melewatiku dan berhadapan dengan tubuh kaku Minho.

Chen menyentuh dahi Minho dengan tangannya dan tiba-tiba saja sosok Chen menghilang. Aku memang sering melihat cara kerja dream hunter saat melakukan perburuan mimpi, hanya saja selama ini Suho tidak pernah menghilang. Suho hanya perlu menyentuh dahi manusia seperti yang Chen lakukan tadi dan kalau dia sudah mendapatkan apa yang diperlukannya, Suho akan terlihat senang dan puas. Tapi menghilang?

“Tinggalkan saja mereka. Ini bisa memakan waktu yang sangat lama. Kalau kau mempercayai Chen hingga dia boleh masuk kesini, maka berilah kepercayaan sedikit lagi dan tinggalkan mereka.”bisik Suho sambil menyeretku keluar dari kamar Minho.

Begitu sampai di lantai bawah, aku melepaskan tangan Suho. “Aku meninggalkan Minho padamu. Hubungi aku kalau terjadi sesuatu. Aku akan keluar sebentar.”

“Kemana kau akan pergi?”tanya Suho sepertinya curiga dengan tujuanku.

Aku tersenyum sambil menepuk bahunya pelan. “Tenang saja, aku tidak berniat menantang siapapun. Aku hanya ingin menemui Luhan. Kemarin dia memintaku menemuinya.”

Kulihat ekspresi Suho sedikit melunak dan kemudian membalas senyumku. “Pergilah. Sampaikan salamku pada sang malaikat.”

Aku mengangguk dan kemudian segera keluar menuju garase. Aku mengendarai Porsche putihku_yang sudah dimodifikasi_menuju salah satu rumah yang kumiliki Windsor. Perjalanan dari Maidenhead ke Windsor memang tidak memerlukan waktu lama, satu jam kemudian aku sudah sampai di rumahku yang sebenarnya sudah diambil alih secara sepihak oleh sang malaikat.

Rumah itu satu-satunya yang berbeda dari rumahku yang lain. Kalau rumahku yang lain memiliki dominan warna hitam, yang bahkan kaca jendelanya juga kucat dengan warna hitam, maka rumahku yang satu ini benar-benar selayaknya rumah manusia dengan dominan warna putih. Aneh rasanya mengetahui kalau seorang vampir berada di rumah dengan pencahayaan penuh seperti ini. Tapi yang membuat rumah ini istimewa adalah teknologinya. Begitu aku memasuki rumah, seluruh jendela langsung tertutup oleh tirai hitam. Tidak ada cahaya matahari yang bisa masuk dan lampu-lampu mulai menyala memberikan penerangan buatan.

“Apa aku mengganggu tidurmu?”tanyaku pada seorang pria yang sedang menuruni tangga dengan langkah malas.

Aku memang harus mengakui kehebatan malaikat di depanku saat ini. Dengan hanya mengenakan kemeja tanpa lengan kesukaannya serta jeans putih bersih, dia bahkan tetap akan terlihat seperti malaikat walau tanpa kedua sayap putih di punggungnya itu. Sosok sempurna malaikat tidak bisa dilihat oleh siapapun. Bahkan Luhan tidak pernah tampil dalam wujud sempurnanya dihadapanku. Menurutnya wujud sempurna malaikat tidak akan pernah bisa dilihat oleh siapapun selain sesama malaikat.

“Kau tahu kalau kita tidak pernah benar-benar tidur, Lay. Apa yang kau lakukan disini? Bukankah Minho sedang terluka?”tanya Luhan pelan lalu menguap lebar yang membuat sayapnya yang besar terentang hampir ke seluruh ruangan, dan dengan santainya dia melipat sayap putih itu dan kedua sayap itupun menghilang. “Untung kau mengungsikan semua perabotan tua itu karena aku pasti akan menghancurkannya setiap hari.”

“Ya. Dan Chen sedang mengurusnya. Aku hanya ingin mengunjungi teman malaikatku. Dan kalau dia bersedia, aku ingin mengajaknya keluar mengingat matahari sudah hampir tenggelam.”

Luhan memiringkan kepalanya dan kemudian sepertinya dia menyadari sesuatu. “Kau memasukkan vampir lain ke rumahmu?”tanya Luhan seakan aku baru saja mengatakan akan mengakhiri kehidupan abadiku.

“Hanya Chen yang bisa menolong Minho dan aku tidak keberatan kehilangan salah satu perlindunganku.”jawabku cepat.

Luhan langsung memegang kepalanya. “Seandainya aku bisa sakit, maka kepalaku pasti sudah akan meledak saat ini.”gerutunya kesal. “Bawa aku keluar, dan hindarkan aku dari kegilaan yang kau perbuat ini.”ujarnya cepat dan entah sejak kapan, pakaian ditubuhnya sudah berganti menjadi kaos putih dengan jaket jeans pudar dengan bawahan celana jeans putih.

“Sepertinya aku tahu kemana tujuan kita.”ujar Luhan datar saat kami sudah memasuki lalulintas London.

Aku tersenyum pada temanku itu. “Hanya ingin melihatnya sebentar sebelum aku kembali bekerja.”

“Jangan bertemu lagi dengannya, Lay.”ujar Luhan entah untuk keberapa kalinya sejak aku bertemu dengan Lily.

“Aku tahu kau melakukan ini karena kau bisa melihat masa depannya. Tapi bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau masa depan tidak akan bisa diubah? Aku tidak percaya takdir, teman. Jadi aku akan melakukan apapun yang ingin kulakukan sekarang.”

Kulihat Luhan membuang wajahnya dan menatap ke jendela di sampingnya. “Aku tidak bisa mengatakan seluruhnya. Yang bisa kukatakan adalah, kebersamaan kalian hanya akan mengundang pertempuran.”

“Hidupku atau lebih tepatnya matiku memang selalu mengundang pertempuran, Luhan. Selalu ada yang menantangku walau aku tidak pernah menantang siapapun. Karena aku sudah sangat puas dengan apa yang kumiliki saat ini.”jawabku sambil terkekeh pelan. “Baiklah, sekarang apa kau ingin turun atau tetap disini?”tanyaku begitu aku memarkir mobil di pelataran parkir umum tidak jauh dari toko Lily.

“Aku akan menunggumu disini saja. Aku rasa makhluk fana itu tidak ingin bertemu denganku.”sahut Luhan datar.

“Jangan membawa lari mobilku, ya? Ini satu-satunya mobilku yang berwarna putih.”ledekku lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju toko Lily.

Seperti biasanya, gadis itu berdiri di belakang meja kasir dan melayani pelanggannya dengan senyum. Dia memang gadis yang sangat biasa, tapi entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang berbeda darinya. Aku melangkah memasuki toko dan melihat wajah kagetnya menyambutku.

“Kenapa kau terlihat terkejut seperti itu, Lily?”tanyaku sambil mencondongkan tubuh ke arah Lily.

“Apa yang kau lakukan disini?”tanya Lily dingin.

“Kau selalu seperti itu. Padahal aku sudah merindukanmu seminggu ini.”bisikku pelan lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh bibir bawahnya dengan ibu jariku kemudian menempelkannya ke bibirku. “Aku rasa ini cukup mengingat kau masih di tempat kerja. Aku tidak ingin berbagi waktu pribadi kita bersama orang lain.”

“Jangan macam-macam, Lay!”

Aku tersenyum. “Tenang saja, sayang. Aku masih tahu sopan santun kok untuk tidak menciummu disini.”selaku cepat. “Jam berapa kau selesai hari ini?”

“Mengingat kau tahu hampir seluruh hal dalam hidupku, aku cukup terkejut kau bertanya seperti ini.”

“Aku berusaha bersikap sopan, sayang. Tidak adil rasanya kalau aku tahu dengan mudah segala hal tentangmu. Aku~”

Kata-kata itu terhenti di bibirku saat aku menyadari kehadiran Luhan yang mendekat dengan cepat. Dan beberapa detik kemudian Luhan sudah membuka pintu dan berdiri disana dengan wajah serius. Walau kuakui, malaikat itu nyaris berwajah serius setiap harinya.

“Ada masalah, teman?”tanyaku sambil menghampiri Luhan.

“Ada yang lain dalam jumlah besar menuju kesini.”ujar malaikat itu pelan.

“Apa Lily dalam bahaya?”

Luhan menggeleng, “Aku tidak tahu. Sudah terlambat untuk pergi, mereka akan sampai sebentar lagi, dan sampai sekarang aku tidak merasakan niat jahat mereka. Semoga mereka tidak datang kesi~”

“Dan ternyata mereka memang menuju kesini, teman.”tukasku saat melihat segerombolan pria dan wanita berjalan menuju toko Lily. Aku dan Luhan langsung menyingkir dari pintu dan berdiri diam tidak jauh dari Lily.

“Kalian pergilah. Aku akan sangat sibuk. Kalian hanya menggangguku dengan berdiri di depan meja kasir seperti ini.”

Aku dan Luhan saling berpandangan sebelum kami berdua menyingkir dari depan meja kasir dan berpindah tempat. Aku berdiri disisi Lily, hanya berjarak satu jangkauan lengan sementara Luhan memilih untuk duduk di salah satu kursi yang disediakan untuk pelanggan.

Gerombolan vampir laki-laki itu memasuki toko dengan langkah-langkah mantab. Saat itu juga aku tahu kalau para wanita yang bersama mereka adalah manusia yang kemungkinan akan menjadi santapan malam mereka. Salah seorang dari mereka yang mungkin adalah pemimpinnya langsung menyadari kalau ada makhluk tak berdenyut jantung lainnya yang ada disana dan langsung menatapku dan kemudian tersenyum saat menyadari betapa dekatnya posisiku berdiri dengan posisi Lily.

Aku langsung membalas senyumnya. Aku tahu apa arti senyuman itu. Dia tidak mengenaliku sebagai pemimpin klan Libra, tapi dia tahu adalah kalau aku adalah seorang vampir yang sedang berencana menjadikan seorang gadis kasir sebagai makan malamku. Kulihat dia juga menyadari kehadiran Luhan dan terlihat bingung sesaat sebelum memutuskan untuk mengacuhkan Luhan dan membiarkan manusia perempuan yang bersama mereka mencari apapun yang mereka butuhkan.

Dalam wujud manusia, Luhan memiliki denyut jantung layaknya manusia, tapi satu-satunya yang tidak bisa menyamarkan keberadaannya dari makhluk gaib lainnya adalah kenyataan kalau aura kehadirannya sama seperti makhluk tanpa denyut jantung lainnya. Satu-satunya kelemanahan malaikat yang kutahu adalah kenyataan kalau mereka tidak pernah bisa sepenuhnya menahan energi yang keluar dari tubuh mereka. Begitu selesai dengan urusan mereka, gerombolan itu segera membayar dan pergi begitu saja.

Aku masih memperhatikan kepergian kelompok itu saat Luhan sudah berdiri di hadapanku. “Mereka sudah pergi. Ayo kita pergi. Kau harus bekerja.”ujar malaikat itu datar dan aku sadar kalau dia sempat melirik Lily sebentar.

“Tentu.”sahutku cepat. “Sampai jumpa, Lily. Aku akan menelponmu nanti.”sambungku sambil menarik tangan Lily dan kemudian mengecup telapak tangannya hingga membuat wajah gadis itu memerah.

Benar-benar gadis polos. Melihat wajahnya yang memerah seperti itu membuatku ingin mengecup bibirnya seperti sebelumnya.

Aku melangkah keluar dari toko mengikuti Luhan. “Apa kau mau ikut denganku membereskan mereka? Tidak ada kelompok lain yang boleh mengotori daerahku.”ujarku sambil berjalan bersisian dengan Luhan menuju parkiran.

“Boleh saja. Aku ingin menghilangkan stres karenamu.”jawabnya lebih terlihat bersemangat dari beberapa saat tadi.

Malaikat mungkin tidak boleh secara sengaja melawan vampir atau ikut campur tangan apapun pada urusan di dunia, tapi Luhan bukan malaikat biasa. Dia sering kali melanggar beberapa peraturan yang kuketahui dan menurutnya peraturan itu sama sekali tidak ada. Seperti sengaja memperpanjang usia manusia sama sekali tidak diizinkan, dan kalau Luhan ikut bersamaku menyelamatkan manusia-manusia itu, maka itu artinya Luhan dengan sengaja memperpanjang nyawa manusia. Terkadang aku berpikir kalau Luhan adalah seorang Archangel, malaikat tertinggi. Tapi siapa yang tahu?

tbc

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 29.4K 41
While moonlighting as a stripper, Emery Jones' mundane life takes a twisted and seductive turn when she finds herself relentlessly pursued by reclusi...
4M 258K 100
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
16.3M 545K 35
Down-on-her-luck Aubrey gets the job offer of a lifetime, with one catch: her ex-husband is her new boss. *** Aubrey...
1.3M 32.3K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...