I'M YOUR J (SeungcheolXJeongh...

Galing kay Seunghoney17

59.7K 4.6K 549

Akankah dia tau aku mencintainya? Sampai kapan aku harus memendam perasaan ini? -Jeonghan- Higit pa

I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 1/9
I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 2/9
I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 3/9
I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 4/9
I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 6/9
I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 7/9
I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 8/9
I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 9/9 (LAST PART)

I'M YOUR J (SeungcheolXJeonghan) - PART 5/9

5.5K 470 60
Galing kay Seunghoney17

Title : I'M YOUR J (Original Title 'NOT YOU')
Cast : Seungcheol, Jeonghan, Jisoo, Jihoon, and other Seventeen's members
Genre : BoyxBoy, Romantic, Comedy, Hurt
Rate : T
Lenght : Longshoot (5/9)
Author : Seunghoney17

Disclaimer : Cerita ini pure milik author. Tokoh selain OC pure milik mereka masing-masing. Jika ada kesamaan adegan atau bahasa itu tanpa disengaja. Warning! Typos everywhere, please anticipate. Enjoy the story and please give ur review :)



Preview

Sementara Seungcheol hanya diam memandangi wajah indah di hadapannya ini. Dia sedang berpikir bagaimana bisa di dunia ada pria semanis Jeonghan. Pasti dia akan sangat bahagia jika kelak dia hanya akan melihat wajah Jeonghan saat dia pertama kali membuka mata sampai kembali menutup mata. Wajahnya terpatri dengan sempurna, batinnya.


"Han, apa kau sudah tidur?" Tidak ada jawaban apapun dari Jeonghan. Kemungkinan Jeonghan sudah tidur.


"Selamat malam, sayang." Dia mengucapkan kata sayang dalam hatinya. Kemudian mengecup singkat bibir tipis Jeonghan.



***


Seoul Art School


Hari ini adalah hari seleksi untuk peserta lomba dance yang akan mengisi acara festival seni minggu depan. Seungcheol dan yang lain sudah berlatih sangat keras untuk lomba ini. Namun Jeonghan merasa sedikit kecewa karena dia tidak bisa ikut berpartisipasi. Ya, karena dia masih dalam tahap pemulihan kakinya.

Seperti biasa Jeonghan membelikan Seungcheol minuman agar lebih semangat. Namun kali ini Jeonghan ingin menaruhnya di loker Seungcheol. Dia merasa masih sedikit canggung untuk menemuinya setelah apa yang terjadi semalam. Jeonghan juga menuliskan sebuah pesan yang ia tempelkan di pintu lokernya.

-Choi Seungcheol, hwaiting!-

Setelah memastikan bahwa botol minum itu aman, Jeonghan pergi menuju taman karena dia ada janji bertemu dengan Chan.

Rupanya sedari tadi ada yang sedang memperhatikan Jeonghan. Orang itu berjalan menuju loker Seungcheol. Melepas kertas kecil yang tertempel di pintu loker itu.

"Cih! Kekanakan sekali." Seseorang itu meremas kertas itu hingga tak berbentuk lalu melemparnya.

Dia juga mengambil botol minum yang ditinggalkan Jeonghan di loker Seungcheol lalu membuangnya ke tempat sampah. Sebelum akhirnya dia pergi entah kemana.

"Chan, apa kau lama menungguku?"

"Kau kemana saja hyung? Aku hampir pingsan karena terlalu lama menunggumu."

"Haha mianhae. Aku tadi ada urusan sebentar. Ada apa kau mengajakku bertemu disini?"

"Hyung.."

"Hmm? Ada apa?"

"Apa kau kecewa?"

"Kecewa? Memangnya kenapa aku harus kecewa?"

"Apa kau kecewa tidak ikut lomba bersama kami?"

Jeonghan terdiam. Kenapa Chan tiba-tiba bertanya hal seperti itu? Tentu saja dia kecewa. Dia tidak bisa mengikuti lomba itu dan itu membuatnya sangat kecewa.

"Kenapa kau bertanya hal seperti itu Chan?"

"Karena aku ingin memastikan."

"Memastikan apa?"

"Memastikan kalau kau benar-benar kecewa."

"Lalu?"

"Apa kau tidak berpikir mengikuti lomba lainnya?"

"Lomba apa? Sampai saat ini hanya painting dan love letter yang pendaftarannya masih dibuka. Aku kan tidak bisa melukis. Jadi aku tidak bisa ikut lomba painting."

"Lalu kenapa tidak mencoba love letter?"

"Ha?" Jeonghan sedikit terkejut.

"Tadi pagi saat berangkat sekolah Jihoon hyung bercerita kepadaku.."

FLASHBACK

"Chan, kau melamun?" Jihoon sedang memergoki Chan yang tampak melamun.

"Tidak hyung. Aku sedang berpikir."

"Memikirkan apa sampai seserius itu?"

"Memikirkan Jeonghan hyung."

"Kenapa? Apa kau masih merasa bersalah karena sudah membuat Jeonghan hyung terluka?"

"Tidak tidak. Jeonghan hyung mengatakan padaku untuk berhenti merasa bersalah. Jadi aku tidak memikirkan itu lagi."

"Lalu apa yang sedang kau pikirkan?"

"Aku berpikir Jeonghan hyung pasti sekarang ini sedang merasa kecewa karena tidak bisa ikut lomba bersama kita. Aku berpikir kenapa hyung tidak mengikuti lomba yang lain saja. Tapi yang jadi masalah lomba singing sudah ditutup pendaftarannya."

"Kenapa tidak ikut love letter saja?"

"Love letter?"

"Hmm. Kudengar Seungcheol hyung juga mengikuti lomba itu."

"Oh ya? Seungcheol hyung ikut?"

"Iya."

Chan terlihat sedikit berpikir.

"Baiklah. Aku akan mencoba membujuknya."

FLASHBACK END

"Seungcheol ikut?" Jeonghan terkejut.

"Hmm. Kata Jihoon hyung, Seungcheol hyung ikut lomba itu. Akan sangat bagus jika nantinya surat kalian yang akan dibaca."

"A.. apa maksudmu?"

"Jangan berbohong padaku hyung."

"Berbohong?" Jeonghan terlihat bingung.

"Kau menyukai Seungcheol hyung kan?" Tanya Chan to the point.

Bagaikan disambar petir di siang hari. Kini mulut Jeonghan seakan kelu tak mampu berucap. Bagaimana Chan bisa tau, pikirnya.

"Katakan padaku hyung. Apa tebakanku benar?"

"K.. kau sedang bicara apa Chan?"

"Jangan berbohong padaku, hyung. Kau sama sekali tidak pandai berbohong."

Jeonghan hanya terdiam. Menunggu Chan mengucap kata selanjutnya.

"Apa kau tidak percaya padaku? Jika yang lain tidak boleh tau, biarkan aku saja yang mengetahuinya. Sejak kapan?"

"Sejak kapan.. apanya?"

Jeonghan masih tidak ingin bicara yang sejujurnya. Bukan karena dia tidak percaya pada Chan. Tapi dia takut jika dia menceritakan pada Chan perasaan itu akan menjadi semakin besar.

"Hyung.. apa kau mendengarku?"

"Chan.."

Tapi Jeonghan benar-benar bisa berbohong pada Chan. Jeonghan mengangguk pelan dan menundukkan wajahnya.

"Aku lega kau mengakuinya. Lalu sejak kapan kau menyukainya?"

"Entahlah. Aku juga tidak tau pasti. Yang jelas ini sudah berlangsung cukup lama."

"Dan kau hanya diam?"

"Aku tidak mungkin mengatakan hal seperti ini padanya Chan. Bahkan aku sendiri belum mau percaya dengan perasaanku ini. Aku merasa ini adalah hal terlarang. Dan sebisa mungkin aku ingin menghapusnya."

Jeonghan terlihat begitu tersakiti saat mengatakan hal itu. Chan mengambil inisiatif untuk memeluk Jeonghan. Chan memeluk leher Jeonghan dari belakang. Mungkin pelukannya akan meringankan sedikit beban Jeonghan.

"Apa kau pikir rasa cinta akan bisa dihapus begitu saja?"

"Chan.."

"Walaupun aku hanya anak-anak di mata kalian tapi mungkin aku yang lebih mengerti apa itu artinya sebuah cinta. Aku hidup bersama kalian selama beberapa tahun ini. Aku menerima banyak cinta dari kalian. Tapi dari semua cinta itu ada satu yang paling spesial. Yaitu cinta darimu hyung. Cinta hyung padaku adalah yang paling sempurna. Kau mencintaiku lebih dari siapapun begitupun aku. Kau pun juga sama. Kau juga punya cinta yang spesial untuk orang lain. Dan orang itu adalah Seungcheol hyung."

Jeonghan tertegun mendengar kata-kata Chan. Dia tidak menyangka bahwa Chan, adik kecilnya itu mampu mengucapkan kata-kata yang demikian indah.

"Tapi Chan, aku takut. Aku takut jika Seungcheol tidak merasakan hal yang sama denganku. Aku takut."

"Aku rasa Seungcheol hyung juga menyukaimu."

"Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu?"

"Ciuman kalian di kelas waktu itu. Aku lihat Seungcheol hyung benar-benar tulus menciummu."

"Ja.. jadi kau.."

"Apa? Jadi aku apa? Melihat kalian berciuman?"

Jeonghan terlihat malu sekali. Dia tidak menyangka kalau Chan melihatnya berciuman dengan Seungcheol.

"Salah siapa tidak mengunci pintu saat berciuman? Kan aku jadi melihatnya. Hanya saja aku diam karena tidak mau mengganggu. Baru setelah kalian selesai aku berteriak berpura-pura mencari kalian." Chan terkekeh mengingat kejadian itu.

"Yak! Kenapa kau jahil sekali sih?" Kesal Jeonghan.

"Kulihat kalian berdua begitu menikmati ciuman itu jadi mana mungkin aku berani mengganggu." Jawab Chan polos.

"Ah dasar! Mana boleh anak kecil melihat hal seperti itu?"

"Aku sering melihat Wonwoo hyung dan Mingyu hyung melakukan hal itu di ruang latihan. Oops~" Tanpa sadar Chan membuka satu rahasia miliknya.

"Apa? Kapan mereka melakukan hal itu?"

"Disaat kalian sedang sibuk. Mereka pasti akan masuk ke ruang ganti dan melakukannya disana."

"Issh dasar anak-anak itu. Awas saja kalau ketemu."

"Kembali ke topik awal. Apa kau mau mengikuti lomba love letter nya?"

"Apa kau yakin Seungcheol akan ikut?"

"Tentu saja. Mana mungkin Jihoon hyung berbohong padaku."

"Aku akan memikirkannya nanti."

"Aku harap keputusannya adalah iya."

"Aku tidak janji tapi akan aku pertimbangkan."

"Baiklah. Aku akan ke aula dulu untuk latihan sebelum babak penyisihan."

"Baiklah. Aku akan menyusulmu nanti."

"Sampai jumpa."

Chan mencium pipi Jeonghan sebelum akhirnya dia berlari menuju aula.

"Chan.."

"Iya?" Chan menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Jangan katakan hal ini pada siapapun ya."

Chan tidak menjawab, hanya melakukan gerakan seakan mengunci mulutnya rapat-rapat. Lalu kembali berlari menuju aula.


***


SEUNGCHEOL POV


Latihan hari ini sangat melelahkan. Kami belum tampil di babak penyisihan yang akan dilakukan nanti sore tapi aku sendiri sudah kelelahan. Kuambil botol minuman yang kutinggalkan di pojok ruangan. Ah airnya sudah kosong. Pasti ini pekerjaan Mingyu dan Seokmin. Aku hampir mati karena dehidrasi.

"Kau mencari ini?"

"Kenapa sih selalu saja mengejutkanku?"

"Ini. Ambil!" Jihoon menyodorkan sebotol minuman isotonik kesukaanku.

"Tau saja kau aku hampir mati karena dehidrasi. Gomawo." Aku meminumnya hingga tersisa setengah saja.

"Pelan-pelan kalau minum. Kau bisa tersedak."

"Hah. Segar sekali. Jihoonie, bagaimana kau bisa tau minuman kesukaanku? Setauku hanya Jeonghan yang mengetahuinya."

"Kau terlalu memperhatikan Jeonghan hyung, hyung. Aku yang lebih lama bersamamu jadi aku yang lebih tau apa kesukaanmu."

"Benarkah begitu?" Aku tertawa dan kembali meminumnya.

Kulihat Jeonghan berdiri di ambang pintu aula. Kenapa dia baru datang? Harusnya sejak tadi dia datang. Hanya dengan melihatnya saja tubuhku bisa kembali segar.

"Aku latihan dulu." Pamit Jihoon.

"Hmm. Berlatihlah dengan keras Jihoonie, hwaiting!" Kataku memberi semangat.

Jeonghan berjalan ke arahku. Sepertinya dia sedang bahagia.

"Kenapa berjalan sambil tersenyum seperti itu?" Tanyaku penasaran.

"Apa kau suka minumannya?"

"Tentu saja. Ini kan minuman kesukaanku."

"Syukurlah. Bagaimana latihanmu hari ini?"

"Melelahkan. Kenapa kau baru datang?"

"Aku ada urusan tadi."

"Harusnya kau datang sejak tadi. Kau tidak tau apa kalau aku hampir pingsan karena dehidrasi."

"Lalu hubungannya dengan kedatanganku apa?"

"Kau itu seperti sumber air bagiku. Hanya dengan melihatmu saja aku bisa menjadi segar dan semangat kembali. Pabo!" Aku mendorong sedikit keningnya dengan jari telunjukku.

Jeonghan terlihat tertegun. Dan itu manis sekali. Kenapa sih dia bodoh sekali? Hanya kata-kata sederhana begitu saja tidak mengerti.

"Ya sudah aku latihan dulu."

"Ah tunggu!" Jeonghan menahan tanganku.

"Ada apa?"

"Hwaiting!" Jeonghan tersenyum padaku.

Jika dia bermaksud memberiku semangat dengan cara seperti itu. Itu sangat manis.

"Uuu manis sekali malaikatku." Aku mencubit lembut pipi Jeonghan.

"Tetap disini sampai aku kembali. Oke?" Dan hanya dibalas anggukan olehnya.

Dan saatnya babak penyisihan itu datang. Hanya sebuah festival seni kenapa aku gugup sekali. Sedari tadi aku mondar-mandir agar gugupku hilang. Sementara yang lain sibuk mempersiapkan diri mereka.

"Cheol-ah, kau kenapa?" Tiba-tiba sebuah suara yang sangat kukenal mengejutkanku.

"Aku gugup sekali." Kuraih tangannya dan kupegang erat-erat.

"Ya ampun tanganmu dingin sekali."

"Sudah kubilang aku gugup."

Jeonghan sedikit menarik tanganku mungkin maksudnya mencari perhatianku. Aku hanya mengangkat alisku sebagai tanda aku bertanya kenapa.

"Dengarkan aku. Kau leader kami yang terhebat. Kau bisa melakukan segala hal dengan sangat baik. Percayalah kau akan bisa melakukannya. Ini hanya babak penyisihan untuk festival sekolah. Kau pasti bisa."

Itu sebuah semangat atau sebuah pujian? Entahlah. Tapi aku senang mendengarnya. Setidaknya aku mendapatkan rasa percaya diriku kembali.

"Hannie, gomawo."

Jeonghan hanya tersenyum kemudian merapikan tatanan jasku. Dan tiba-tiba MC menyebutkan nama kami. Seventeen.

"Jja! Mari kita berdoa sebentar sebelum naik ke atas panggung." Ajakku pada yang lain.

Kami saling menautkan kelingking masing-masing. Memanjatkan doa agar kami diberi kemudahan oleh Tuhan.

"Hanna, dul, set. Seventeen, fighting!"

Yang lain sudah bergegas naik ke atas panggung. Namun aku mengingat ada satu anggota kami yang tidak naik. Ya, Jeonghan.

"Doakan kami berhasil ya." Pintaku tulus sambil mengacak sedikit rambutnya.

"Tentu saja. Pergilah."

Aku mengecup puncak kepalanya. Kurasakan Jeonghan sedikit terkejut. Tapi biarlah. Aku sedang mencoba menyemangati diriku sendiri. Lalu aku bergegas lari ke atas panggung dan meninggalkan Jeonghan yang masih terpaku di tempatnya.

***


JEONGHAN POV


Konsentrasiku buyar. Aku kehilangan konsentrasiku yang semula ingin menonton penampilan Seventeen. Detak jantungku belum mau berkompromi. Seungcheol menciumku? Dia berani menciumku di depan umum? Kami bukan sepasang kekasih. Bahkan kami tidak memiliki hubungan spesial.

Apa maksudnya ciuman tadi? Apa benar yang dikatakan Chan, kalau dia juga menyukaiku? Benarkah begitu?

Dan apa arti kata bahwa aku adalah sumber air baginya? Benarkah aku sepenting itu baginya? Berbagai pertanyaan muncul di otakku. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?

Jika memang benar Seungcheol menyukaiku kenapa dia tidak mengatakannya padaku? Apa dia tau kalau aku juga sangat menyukainya?

"Shining diamonds yeah."

Kedengar lantunan lagu kami berhenti menandakan penampilan mereka sudah selesai.

"Wow, ini hebat. Penonton histeris melihat kita." Mingyu terlihat sangat bahagia walaupun nafasnya terengah-engah.

"Mereka histeris hanya melihatmu, Gyu." Jawab Seokmin.

"Fansmu bertambah banyak hyung." Sahut Chan.

"Diamlah. Kalian membuat Wonwoo-ku cemburu. Tidak seperti itu sayang. Fansmu juga banyak." Mingyu memeluk Wonwoo.

"Apa yang kau lakukan?" Wonwoo mendorong Mingyu.

"Kenapa mendorongku?" Protes Mingyu.

"Aku hampir mati kehabisan nafas setelah tampil kau malah memelukku. Apa kau ingin aku benar-benar mati ha? Dasar idiot." Omel Wonwoo.

"Aku hanya tidak ingin kau cemburu."

"Lagipula siapa yang cemburu?"

"Memangnya kau tidak cemburu saat gadis-gadis dan pria-pria itu meneriakkan namaku dengan lantangnya?"

"Apa peduliku? Memangnya mereka siapamu? Hanya fansmu kan? Sedangkan kau adalah milikku. Lalu apa yang harus aku khawatirkan?"

Mendengar itu Mingyu langsung mengeluarkan ekspresi menjijikannya itu. Lalu mencubit kedua pipi Wonwoo.

"Uuuu kenapa kau so sweet sekali?"

"Yak! Sakit. Pabo!" Wonwoo memukul Mingyu dengan sangat keras. Dan aku yakin itu pasti sakit. Tapi benar apa dikatakan Wonwoo dia idiot, bukannya mengeluh tapi justru dia memeluk Wonwoo dan mengatakan pukulan tadi adalah tanda cinta Wonwoo padanya.

Kuedarkan pandangan ke sekitar. Kulihat Jihoon sedang membantu Seungcheol mengelap keringatnya. Kenapa ada yang aneh? Kenapa hatiku terasa sakit? Aku tidak suka melihat Seungcheol disentuh oleh orang lain? Bahkan Jihoon? Apa aku cemburu?

"Hyung, bisa tolong bantu aku mengelap keringat di punggungku?"

Sebuah suara mengejutkan aku. Hong Jisoo.

"Ah tentu saja. Sini biar aku bantu. Lepas jasmu."

Aku segera mengambil tissue dari atas meja rias. Lalu mulai membantu Jisoo mengelap keringat di punggungnya.

"Gomawo hyung."

"Tidak usah sungkan."

Aku mencoba mencuri pandang ke arah Seungcheol. Dia sedang menatap ke arahku dan Jisoo berada. Tapi aku tidak tau arti tatapannya itu.

"Hyung, apa penampilan kami tadi bagus?" Jisoo bertanya padaku.

"Ah tentu saja. Kalian hebat sekali tadi." Maafkan aku Jisoo. Sebenarnya aku tidak benar-benar tau bagaimana penampilan kalian.

Setelah menunggu beberapa saat, MC mengumumkan kalau Seventeen lolos ke babak final. Itu tandanya mereka akan tampil di showcase minggu depan.

"Hah lega sekali rasanya kita lolos ke final." Teriak Soonyoung.

"Kita harus bisa menampilkan yang terbaik." Teriak Seungkwan menimpali.

Kudengar MC sedang mengumumkan sesuatu untuk perlombaan love letter. Kenapa aku jadi tertarik untuk mengikutinya? Aku menoleh pada Seungcheol. Dia juga sedang melihatku sambil tersenyum. Apa benar kata Chan kalau Seungcheol juga ikut dalam perlombaan ini? Chan menarik lenganku.

"Ada apa Chan?" Lalu Chan berbisik padaku.

"Apa kau sudah memutuskan untuk ikut love letter?"

"Entahlah."

Kudengar MC mengatakan surat paling lambat harus diserahkan paling lambat besok dan akan langsung masuk ke penjurian. Apa bisa aku membuatnya dalam waktu semalam?


***

Akhirnya Chan tau kalau Jeonghan suka pada Seungcheol. Kira-kira mulutnya Chan ember gak ya? Terus Jeonghan jadi ikut lomba love letternya apa enggak?


Ditunggu vote dan comment nya ^^

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

12.3K 1.1K 27
[END] Menceritakan seorang Laki laki remaja bernama Kwon Soonyoung,dia merupakan Siswa di Seoul High School.Seluruh Siswa dan Siswi sangat mengenal d...
118K 12.9K 35
[[END]] "BUKAAAANN AKUUUUU!!!!" "AKUU BUKAN PEMBUNUUUHH!!" ~LJH "Kau adalah satu-satunya orang yang membangunkan trauma Jihoon lagi." ~CSC "Ji...bis...
111K 10.5K 26
Yoon Jeonghan seorang pemuda yang bekerja sebagai pengasuh anak. Dirinya ditakdirkan untuk berjodoh dengan anak majikan nya sendiri, Choi Seungcheol...
17.1K 1.2K 6
Bagian kedua buku Jeongcheol + Jihoonie. KENAPA ada 2? soalnya yang pertama kepenuhan huehshahshahsh. enjoy the ride! ❤️