WEDDING HELL (A SasuHina Fanf...

By Pororo90_official

151K 7.3K 1.2K

(Diprivat secara acak. Follow terlebih dahulu untuk membaca) Demi sebuah prestise, pernikahan mega klan, Uchi... More

Act • 1
Act • 3
Act • 4
Act • 5
Act • 6
Act • 7
ACT • 8
Act • 9
Act• 10
Act• 11
Act • 12
Act • 13
Act• 14
WH udah siap dipeluk
DIKIRIM KEPADA...
Act. 25
Berita baik, Keep it first! + promo
CHAPTER BONUS THR
UPDATE WEDDING HELL DAN DISKON BESAR!
INFO DONG

Act • 2

9.1K 658 48
By Pororo90_official

Wellcome to reading-

WEDDING HELL.

An Original story by poochan.
Naruto by MK.

*Untuk ulang tahun sahabatku Renita nee-chan

(*yang aku sadar publishnya ngaret banget)

.

Sasu-Hina
Romance

Warning:
M content.
Typos, OOC, plotless, dan crackpair.

DLDR!

Bersikap sopan
dan jangan budayakan plagiat.
Saya menerima kritik dan saran.

*****

(Act • 2)

You're a fire. I'm a gasoline.

****

Tahu apa yang paling dibenci Sasuke sekarang?

Terjebak dalam segala tetek bengek protokoler ala bangsawan Hyuuga. Bahkan segala hal yang harusnya sederhana selalu menjadi rumit dan memuakkan.

Ada apa dengan upacara minum teh? Untuk apa dia harus datang? Pun dengan hakama yang terasa asing di tubuhnya demi sesuatu yang semu berupa perayaan pertunangannya.

Apanya yang perlu dirayakan? Hanya karena dia berhasil menyematkan cincin mahal di jari manis anak gadisnya lalu Hyuuga Hiashi memberikan previlage khusus untuknya menuju kediaman besar utama.

Sasuke benci berada di tempat itu. Rumah induk besar dengan arsitektur jepang kuno. Dengan pintu shoji dan lengkap dengan taman zen yang memiliki sumber air alami.

Perasaan tertekan itu begitu menghimpitnya. Apakah ini yang dirasakan Hinata setiap harinya? Tertekan, dan terintimidasi oleh darah yang mengalir di tubuhnya.

Hinata hanya boneka untuk klannya. Dia ditekan hingga memenuhi semua standar untuk menjadi pewaris. Dia diberi contoh dan acuan untuk menunjukkan siapa dirinya. Kasian sekali. Perempuan itu tidak boleh menjadi dirinya sendiri.

Dalam perjalanannya di atas lantai kayu menuju selasar utama, dia mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Membayangkan bagaimana mereka menciptakan seorang pewaris yang pandai alat musik, pandai olah raga, pandai bersopan-santun, pandai dalam bidang akademik. Dan juga pandai menyematkan topeng. Imbuh Sasuke dalam hati.

Hinata tidak punya teman. Maksudnya benar-benar teman sejati. Dia hanya punya dirinya sendiri untuk bertahan di gelapnya dunia yang ia miliki.

Ketika anak seusianya sibuk berkenalan dengan lawan jenis, Hinata diajarkan untuk tahan segala rasa sakit berupa penolakan ayahnya, dan juga strategi bisnis utama klan Hyuuga.

Dia dipisahkan dari ibunya.
Dia dilarang jatuh cinta.
Dia dilarang untuk mencintai.
Dia dilarang untuk bahagia.

Ketika umurnya tujuh belas tahun, dia menyerahkan harta berharganya pada sang sepupu yang dicintai dan dianggapnya punya kans untuk menjadi suaminya, justru dia dihadapkan dengan kenyataan konyol.

Dia sudah dijodohkan.

Dia akan menjadi pionir sejarah atas pernikahan mega klan. Uchiha dan Hyuuga.

Karena itulah perempuan itu benci setengah mati pada semua Uchiha. Terutama Uchiha Sasuke si keparat.

Hinata punya pemikiran yang benar-benar lihai. Ketika ia melihat peluang untuk menikahi Itachi maka ia menutup kemungkinan itu dengan menjerumuskan Ino menjadi kekasih Uchiha utama itu.

Dia takkan bisa mengatasi Itachi. Terlalu muluk jika ia bisa menjadi orang merdeka dan memiliki kebebasannya sendiri. Dia butuh seseorang yang bisa melanggar semua aturan.

Dan jelas itu Sasuke.
Kenyataan Sasukelah yang bisa menolongnya justru mengoyak egonya.

Tapi rasanya dia lega.

Meski Sasuke adalah musuhnya, tapi Hinata kenal siapa Sasuke. Bukan pria asing bernama Itachi yang merupakan prodigy Uchiha. Bukan lelaki boneka seperti nasibnya.

Sasuke dipersilakan duduk di ruang istirahat, menunggu.

Matanya berkeliaran menatap setiap benda di ruangan itu. Ada lukisan ikan koi dan juga bunga lotus. Dan sebuah potret besar keluarga souke Hyuuga. Seorang perempuan anggun, ayah yang terlihat dingin berkharisma, anak gadis berseragam SMP yang ia kenali sebagai musuhnya dan seorang gadis kecil dengan seragam SD yang tampak identik dengan Hinata. Namun ada dua hal berbeda dari Hinata sekarang dan Hinata yang ada di foto itu.
Tak ada rona merah. Hanya mata yang menyiratkan kebencian.

Oh tentu saja.

Sasuke masih ingat dengan jelas apa yang terjadi di kala SMP.
Kegilaan ini dimulai. Itachi dijodohkan dengan Hinata. Dan Hinata dengan lihai mengumpankan sahabat sekaligus gebetan Sasuke, Ino Yamanaka ke Itachi.

Dan dimulainya perpisahan Hinata dengan sang pelindung, Neji Hyuuga.
Siapa yang patut di salahkan, oh tentu saja keluarga Uchiha yang justru menyambut antusias perjodohan multy culture itu.

Suara derak kayu dan gesekan kain membuat bahu Sasuke menegang. Sesaat setelah Sasuke duduk dengan sikap sempurna, pintu shoji terbuka.
Hyuuga Hiashi sang agung tiba, lengkap dengan hakama hitamnya yang polos dan sederhana namun tampak mahal. Pria tua itu tampak begitu berwibawa dan membuat orang selalu didera rasa segan kepadanya.

Pria itu duduk dihadapan Sasuke. Membiarkan Sasuke menundukkan kepala hormat sebentar lalu menatap muka sang agung dengan pandangan datar.

Pria itu mengerjapkan mata sebentar, lalu memamerkan senyum palsu yang membuat Sasuke teringat akan Hinata. Oh tentu saja karena mereka keluarga.

"Aku tidak tahu mengapa Hinata memilihmu."

Sasuke mengepalkan tangan di pangkuannya. Anehnya dia bisa merasakan aura penolakan orang tua Hinata. Tapi ia tak ingin terpancing. Jadi dia memasang wajah datarnya sebisa mungkin. Lalu menyahut dengan intonasi normal,

"Kadang, kita bisa menekan ego kita sampai ke titik nol. Hanya untuk mendapatkan kembali prestisi yang lebih besar. Saya yakin, Hinata telah melampaui hal ini." Jawab Sasuke tenang ada senyum yang begitu tipis menyungging dingin di wajah tampannya.

Hiashi tersenyum jumawa, "Dengan menghilangkan kesempatan menjadi pertama dan memilih pilihan kedua."

Ah-
Sialan si tua bangka ini. Menolaknya hanya karena dia anak kedua?! Bangsat!

Sasuke tersenyum iblis, "Di keluarga kami tidak mengenal pertama dan kedua, Tuanku."

Ada jeda hening, lalu Sasuke menambahkan.

"Kami selalu mengukur berdasarkan keberhasilan mendapatkan sesuatu. Apa yang anda pikirkan tentang hal itu?"

Hiashi terkekeh dengan suara rendah, "Ah, aku melihat betapa miripnya kalian."

Sasuke mengernyit.

"Kau dan Hinata." Hiashi menjelaskan, "Seperti kegelapan dan cahaya. Kalian akan saling melenyapkan."

Sasuke terkekeh, "Pun ada kala dimana gelap bertemu dengan cahaya, Tuan. Dan manusia lebih memuja ketika kami bertemu."

Hiashi mengepalkan tangannya di atas meja. Enggan mengakui jikalau calon menantunya begitu piawai merusak aliran emosinya. Sepertinya ada alasan kuat mengapa Hinata lebih tertarik menghabisi Uchiha yang ini ketimbang si sulung.

"Senja hari, dan saat fajar. Keduanya adalah waktu kegelapan dan cahaya bertemu. Bukankah itu indah, Tuanku?"

Dan Hiashi tak dapat menahan rasa tidak sukanya yang mencuat tiba-tiba. Lelaki itu menarik napas, "Aku bisa membaca ambisimu anak muda."

Sasuke menggerakkan tangannya di atas meja. Seperti menggambar pola-pola abstrak.

"Cinta adalah kata kerja, Tuanku. Sama seperti perang. Kita perlu strategi, kita perlu berjuang dan juga perlu pengakuan."

Hiashi menatap lekat-lekat calon menantunya. "Kau makin mirip Hinata. Hinata juga berusaha terlalu keras." Hiashi memulai. "Terutama sejak adik tirinya lahir."

Dan Sasuke merasa jantungnya tercubit saat tahu kenyataan itu. Ada kesan tidak nyaman.

"Ibu Hinata meninggal karena sakit ketika umurnya baru tujuh tahun." Hiashi tahu Sasuke cukup layak mendengar cerita ini, "Ia baru tahu kalau Mayumi adalah ibu tirinya ketika adiknya lahir."

Sasuke menyimak dengan baik.

"Menjadi yang terbaik untuk dapat perhatian adalah satu-satunya hal yang bisa Hinata lakukan. Ia menjadi jauh tak terjangkau. Bahkan oleh tanganku sendiri."

Ada sebuah nada sedih dari kalimat Hiashi sang agung. Bahwa ia tak benar-benar mengenal anaknya.

Dan Sasuke mencemo'oh pilihan kata-kata Hiashi. Karena pria itu mencoba membuat Sasuke simpati.

Ayolah.

Sasuke tidak bodoh. Yang sebenarnya terjadi tidaklah seperti itu. Ia tahu pasti kenapa keadaan memaksa Hinata untuk menjadi manusia yang tak terjangkau. Jangan lupakan fakta bahwa Sasuke adalah musuh Hinata seumur hidup. Tentu saja cerita kronologi dari Hiashi terlalu mengada-ada.

Musuh yang berwawasan adalah musuh yang tahu celah terkecil yang bisa diambilnya untuk sekedar menjatuhkan sang lawan. Sebutlah ia stalker atau sesuatu yang lebih kejam dari itu, mata-mata atau all you name it, yang pasti ia sudah hapal seluk beluk Hinata sampai ke akarnya hanya untuk memenangkan war-nya dengan sang seteru.

Bahkan ia lebih tahu Hinata ketimbang mengetahui dirinya sendiri.

Sampai-sampai banyak teman kencannya yang salah paham dan memilih mengakhiri hubungan karena obsesi Sasuke yang satu itu.

Obsesi yang Sasuke miliki, justru malah terlihat-seperti seorang pacar yang gagal mendapatkan perhatian ceweknya dan berakhir dengan mencari-cari perkara supaya bertemu setiap hari meski cuma adu mulut.

Namun Sasuke tidak terlalu menyenangi kemungkinan Hiashi beraliansi dengannya. Dia tidak suka mencurangi Hinata. Meski Hinata tidak berpikiran demikian.

Suasana menjadi hening beberapa Saat. Dari ekor mata Sasuke tahu Hiashi mendesah.

"Maafkan saya sebelumnya, Tuanku. Saya telah memutuskan untuk mempercepat pernikahan ini."

"Apa maksudmu?!"

"Saya sudah mendaftarkan akta nikah kami ke departemen kependudukan Jepang kemarin."

"Berani sekali kau!" Muka Hiashi memerah karena marah, tatapan tajamnya memanaskan suasana.

Namun dengan tenang Sasuke menatap mertuanya sambil tersenyum, "Maafkan saya, Tou-sama."

Hiashi meradang hingga kehabisan kata-kata. Tangannya mengepal di atas meja. Semua perbendaharaan kata-kata kasar hendak keluar dari kerongkongannya. Tapi laki-laki tua nomor satu Hyuuga itu lebih memilih untuk mengetatkan rahang. Menelan semua sumpah serapahnya demi menjaga martabatnya yang ia junjung tinggi daripada nyawa.

Dan Sasuke tahu itu dengan telak. Karena buah takkan jatuh jauh dari pohonnya. Ketika ia mengenal Hinata, maka ia juga mengenal Hiashi.

Sreeekkk-

Pintu shoji terbuka kembali. Hyuuga Hinata, dengan rambut berkibar dan dada yang naik turun datang dengan napas tersengal.

Mata Sasuke menyipit, dengan aura dingin tanpa memandang mertuanya dia berkata, "Nah, Tou-sama. Aku mau istriku pulang ke rumahnya." Ada nada kurang ajar ketika Sasuke menyebut kata istri.

Lelaki di belakang Hinata terkesiap. Namun berapa detik kemudian lelaki jangkung berambut panjang itu tersenyum sedih. Sudah waktunya, sang putri pergi dari istana.

Sementara itu Hinata mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Merasa emosinya membengkak hingga nyaris meledak, saat disadarinya dengan tanpa sopan santun juga tampang kurang ajarnya lelaki itu bicara tanpa melihat tetua Hyuuga. Lalu ngomong seenaknya dengan nada meremehkan seperti, 'Nah, Tou-sama. Aku mau istriku pulang ke rumahnya.'

Apa-apaan itu ha?!

Dipikirnya Hinata akan sudi memasuki kastil penuh dosa si Uchiha busuk itu?! Terlalu cepat sepuluh tahun ia akan menuruti kemauan serigala jahat itu.

Sasuke bergerak. Menundukkan sebentar kepalanya lalu bangkit. Dengan ketenangan yang dimiliki oleh singa lapar, ia menatap Hinata sambil menyeringai. "Hime-chan. Harusnya aku menyampaikan ini lebih cepat. Tapi aku sibuk. Jadi bisakah kau menurut saja?"

Hinata berdecih sambil memalingkan muka. Tapi tangan kuat Sasuke mencengkeram pergelangan tangan Hinata. Menariknya dalam sentakan kuat hingga Hinata dibuat jatuh kepelukan sang iblis Uchiha.
Sasuke memberikan Neji Hyuuga, sepupu Hinata, yang juga assisten Sang Agung Hiashi sebuah senyum culas,

"Oh, iya. Sebelumnya mungkin aku harus berguru padamu, bagaimana menyenangkan istriku." Ada nada satir dalam kalimat Sasuke serta sinar yang sarat kecemburuan ketika Neji menatap mata kelam milik lelakinya Hinata.

Bajingan si Uchiha!
Di mana otaknya ketika melontarkan kalimat laknat itu?!

Hinata terkesiap, lalu tangannya tanpa sadar melayang menuju pipi Sasuke. Sayangnya sebelum jemari lentiknya sanggup memberikan tamparan kepada si bangsat Uchiha, tangan Sasuke lebih gesit menahan jemari lentik itu sejengkal di wajah aristrokat Uchiha yang lebih banyak diadopsi dari belahan barat bumi.

Sasuke tersenyum geli, mendekatkan jemari Hinata yang nyaris menamparnya ke depan mulut dan menciumnya penuh pemujaan.

Hinata mendongak, matanya berkilat berani, tidak peduli di mana dia sekarang, "Apa-apaan ini?!" Ujarnya murka.

Sasuke tertawa geli, "Sayangku. Kita seharusnya bersiap untuk mengadakan pesta. Bukan malah di sini."

"Aku. Tidak. Akan. Pernah. Masuk. Dalam. Mansion. Uchiha."

Sasuke berdecak, lalu nyengir tanpa dosa yang sangat dibuat-buat, "Oh-, aku belum cerita ya? Aku tidak tinggal di mansion."

Hinata mengernyitkan dahi, "Pardon?"

Sasuke menatap Neji sambil menyeringai, "Sesuai seleramu, my queen. Kita tinggal di langit."

****

Sasuke Uchiha tahu diri. Sebagai anak kedua dia takkan bisa melampaui kakak kandungnya yang nyaris sempurna.

Dulu...

Dulu sekali. Ia meradang ketika Itachi pernah mengatainya tolol. Karena ia begitu membenci Hinata yang terpaksa membuatnya bekerja keras mempertahankan posisinya sebagai juara umum. Sering kali, tanpa di duga, jumlah nilai mereka sama dan memaksa pihak sekolah mengumkan juara umum ganda!

Demi Tuhan!

Sasuke benci tawa ejekan Itachi yang mengatainya bahwa ia dan Hinata mungkin ditakdirkan bersama.

Ditakdirkan bersama adalah frasa yang begitu mengerikan untuk Sasuke Uchiha.

Dan kini frasa itu justru tampak sebagai lelucon konyol yang nyata adanya.

Sasuke yang membenci Hinata disebut Itachi sebagai bentuk tsundere love. Bah-apa-apaan itu. Sasuke tak merasa mencintai Hinata.

Sungguh!

Tapi kenapa egonya berubah menjadi sekumpulan banteng mengamuk jika bertemu Hinata bersama mantan kekasihnya. Si ajudan Hiashi yang merupakan sepupu Hinata, lelaki bishounen semacam Neji Hyuuga?!

Sasuke memahami, membawa Hinata adalah suatu beban berat yang sewaktu-waktu meledak dan menghancurkan rencananya. Seperti sebuah permainan lego, butuh kesabaran, ketelitian dan kerja keras.

Dan Sasuke akan mendapat kepuasan jika kepingan kecil lego yang dimainkannya membentuk sesuatu yang nyata. Bernama Uchiha Enterprize.

Jadi ketika ia berhasil meminang Hinata dan menunjukkan akta pernikahannya yang sudah ia catatatkan di departemen kependudukan jepang, Sasuke yang terbiasa hidup bebas memilih sebuah kondominium mewah untuk Hinata. Dan bukan sembarangan kondo. Tapi Sasuke memilih yang paling eksklusif berupa penthouse tiga lantai.

Hinata melirik jengah ketika Sasuke menggiringnya ke lift khusus dan menekan tombol P berwarna keemasan. Dan makin kesal saat Sasuke memberinya senyum setan yang menambah kadar ke-bad boy-an lelaki Uchiha itu.

Berbeda dengan Itachi yang tampak begitu tenang, Sasuke justru pribadi kompleks yang lebih memiliki sikap domiman yang arogan dan mudah tersulut emosi. Memilih Sasuke ibarat pemiliki bom dengan limit waktu otomatis yang akan meledak begitu Hinata keliru mengambil langkah.

Ting!

Begitu lift terbuka, yang dilihat oleh Hinata adalah sebuah ruangan luas menghadap sungai Arakawa. Semua dindingnya adalah kaca ryban berkualitas terbaik.

Hinata membuka pintu geser transparan dan merasakan angin musim panas menerpa wajahnya.

Sasuke menutup pintu dan membiarkan rambut Hinata berterbangan di udara.

Hinata adalah malaikat yang dibuang dari langit. Karena dia berdosa membuat seorang iblis seperti dirinya harus bertekuk lutut dan memohon perhatian.

Malaikat jahat yang membuat tubuh Sasuke panas dengan melihat siluet sepasang dalaman VS (Victoria Secret) berwarna hitam yang digunakannya dibalik gaun sifon berwarna pale lilac.

Sasuke tak bisa lagi mengendalikan tangan kokohnya yang telah meraih pinggang Hyuuga jelita.

"Kau-" Hinata tercekat saat melihat mata Sasuke yang berkabut akan gairah.

"Apa?!" Sasuke menaikkan alisnya dengan gerakan menggoda.

"Bajingan!" Hinata mengumpat ketika ia menyadari tangan Sasuke yang satunya telah merambat naik ke pahanya.

"Emang!" Sasuke menyeringai. Tangannya yang bebas lalu menyentak hingga merobek paksa gaun sifon selutut yang kemarin baru saja dibeli Hinata.

Mata Hinata melebar. Ada amarah yang membakar hebat dadanya. Tapi Sasuke tidak bodoh. Ia segera mencengkeram kedua tangan Hinata dalam satu cakupan besar sebelah tangannya.

Hinata meronta hingga tangannya nyeri. Tapi tak membuat Sasuke bergeming. Malah justru membuatnya terikat di belakang punggung dengan simpul mematikan dari dasi milik Sasuke.

Sasuke mencium Hinata dengan perasaan meluap hingga membuat wanita itu kewalahan.

Menyerang Hinata sekarang adalah sebuah momen yang tepat. Mereka adalah sepasang suami-istri sekarang. Dan bahkan Tuhanpun tak dapat menyangkalnya.

Sasuke telah bermain dengan kedua payudara sintal milik istrinya. Membuat wanita itu melayang dan melenguh di bawahnya. Tapi Sasuke ingin lebih.

Lebih diakui. Egonya sebagai lelaki membuatnya menyeringai.

Perang baru saja di mulai.

***

..

.

"Teriakkan namaku Hinata!" Sasuke sudah memasukkan satu jarinya ke dalam liang panas Hinata, membuat Hinata basah dengan satu gerakan kecil menggoda area g-spotnya.

Namun Hinata masih bungkam. Hanya sesekali memejamkan mata menikmati hujaman kenikmatan Sasuke.

"Teriakkan aku!" Sasuke menggeram di telinga wanita Hyuuga itu, lalu dengan culas menjilat cupingnya dengan harapan membangkitkan sisi sensualitas musuh bebuyutannya.

Hinata masih bungkam. Menggigit lidahnya sendiri demi egonya yang melebihi Burj Khalifa. Tidak. Dia takkan menyerahkan harta terakhirnya --- harga dirinya, kepada Sasuke 'berengsek' Uchiha.

"Ah-" Hinata akhirnya memekik saat satu jari lagi masuk dalam inti hidupnya. Membuatnya terpaksa membuang harga dirinya ke laut Cina Selatan.

" Ja-jangan!" Hinata memohon ampunan Sasuke.

"Katakan. Atau siksaan ini akan terus berlanjut." Ancam Sasuke dengan seringai nakalnya yang tampak luar biasa sexy.

"Sa-Sasu- enggghhhhh" Sasuke menyeringai, menarik kaitan bra milik Hinata dengan sekali sentakan hingga terlepas. Dan dengan buas menyerang payudara Hinata.

"Akh-" Hinata memekik. Terutama saat lidah panas Sasuke menyapu ujung puting payudaranya. Dan dua jarinya sudah memporak-porandakan segala akal sehatnya menjadi remah-remah.

"Katakan!" Sasuke mendesak. Matanya juga gelap, tapi enggan memberikan Hinata apa yang wanita itu inginkan.

"Eengghhhh, Sa-Sasuuuuhhh..." Hinata menggelinjang hebat. Merasa intinya berdenyut intens dan Sasuke dengan kurang ajarnya masih berniat menghajarnya lagi.

Jari Sasuke justru bergerak lambat. Karena Sasuke tidak memberikan apa yang Hinata inginkan yaitu kepuasan. Tidak semudah itu, tentu saja.

"Sasuke, tolong-" Hinata tercekat oleh kabut gairahnya sendiri, dan merengek kepada Sasuke supaya dikasihani.

Dan Sasuke bukan pria bodoh yang tak mengerti permintaan Hinata. Tapi ia masih ingin bermain. Ingin agar Hinata benar-benar memohon kepadanya. Dengan culas Sasuke menghentikan gerakan dan membuat wanitanya merengek.

"Sasukeee~"

Suara panggilan Hinata membuatnya memberikan apa yang Hinata inginkan. Memberikan sebuah kepuasan yang ia yakin hanya bisa dilakukannya dan bukan lelaki lain.

"Sasuke!" Hinata memekik saat merasakan gelombang tsunami menyapu dirinya, menyapu segala kesadarannya, dan menenggelamkannya dalam orgasme yang begitu menakjubkan.

Sambil memejamkan mata, Hinata mengatur napasnya yang terengah-engah. Dadanya yang menggoda naik turun. Dan Sasuke tahu mengapa ia tak bisa melepaskan perempuan ini. Tidak dengan hasrat menggebu seperti sekarang.

Hinata terkulai tak bertenaga setelah satu babak pembuka. Sasuke masih berusaha tetap tenang dan memegang kendali. Ibarat api, ia menginginkan api yang merembet perlahan tapi dengan ledakan dasyat di akhir.

Hinata masihlah menggoda dengan aroma dan aura sensual yang tak bisa dielakkan Sasuke. Peluh yang membasahi tubuhnya yang kini tampak mengkilat di bawah lampu kristal yang menggantung indah tepat di atas karpet tebal kamar Sasuke.

Inilah yang membuat Sasuke benci setengah mati. Hinata dengan tatapan tajamnya serta mulutnya yang siap menggores ego Sasuke seperti kunai yang baru diasah yang justru bisa mengakibatkan dia ereksi. Lucunya segala perdebatan mereka seperti sebuah diskusi menarik bagi Sasuke. Dan menjadi musuh adalah gambaran jelas di antara keduanya.

"Bagimana rasanya?" Sasuke berbisik lirih penuh dengan aura menggoda,

Rasanya?
Luar biasa.

Tapi Hinata lebih suka menggigit lidahnya sendiri supaya tak mengeluarkan satu patah katapun untuk keberhasilan Sasuke membuatnya klimaks.

Anehnya meski ia tahu kalau Sasuke baru saja menggodanya kembali. Bahkan lihatlah keadaan yang ada sekarang. Hinata telah sepenuhnya telanjang. Menyatu dengan warna krem karpet bulu di dalam kamar Sasuke, dan warna rambutnya yang kontras dari karpet mahal itu seperti sebuah wallpaper tiga dimensi yang salah tempat.

Sasuke tahu, di mana tempat Hinata yang seharusnya, di atas ranjanganya.

Dia mendekat ke arah kening Hinata. Menatapnya penuh cinta, hanya saat mata wanitanya terpejam erat. Menembus batas mimpi.

Dalam hening ia mengangkat tubuh Hinata, sebelum ia meletakkan hati-hati wanita itu, ia berbisik..
"Sleep tight, ma'wifey..."

****break****

A/n:

Anneyong..

Pernah merasa mood dalam fast switching mood mode? Kayak roller coaster gitu. Cepat marah, cepat sedih, cepat bingung. Kadang bahagia sampai semua hal bisa jadi jadi bahan ketawaan.

Duh..
Saya sampe pengen konsultasi ke psikolog. Takutnya saya ini kena MPD. Kan sekarang banyak tuh yang kena bipolar. Yaudah deh..

Eniwei, ini udah panas belum?
Kalo kurang panas, tunggu minggu depan ya :)

Selamat menunggu :)

*bow

Poochan.

Continue Reading

You'll Also Like

47.4K 7K 18
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
173K 15K 82
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
143K 13.2K 26
[Update: Senin-Selasa] "I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian...
Fantasia By neela

Fanfiction

1.6M 5K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.