Where Is My Soulmate? [2]

By quinwriter

553K 2K 49

[ W A R N I N G !!! ] [ Sebagian Cerita Ini Sudah Direvisi dan Sudah Dipindahkan ke WEBNOVEL dengan Judul I D... More

SORRY(sequel)
PENGUMUMAN PENTING

Aku Belum Ingin Pulang

47.5K 1.3K 32
By quinwriter

Hari minggu adalah hari di mana waktunya untuk bersantai, sekarang sudah pukul 01.00 PM berarti di Indonesia sudah pukul 20.00 WIB. Perutku mulai keroncongan karena sejak pagi aku belum makan dan hanya menghabiskan waktu di tempat tidur karena sudah satu bulan ini aku sibuk dan melewatkan weekend-ku.

Sayangnya isi lemariku kosong melompong, aku lupa kalau selama sibuk aku selalu makan di luar dan terkadang melupakan makanku. Hanya tersisa sereal dan sekotak susu di dalam kulkas. Tubuhku sangat malas untuk beranjak pergi membeli makanan atau hanya berbelanja, mungkin aku bisa memesannya saja nanti kalau sampai sore aku masih malas untuk keluar dari apartemen.

Aku menuangkan sereal ke dalam mangkok dengan penuh, sehingga saat aku menuangkan susu sereal tersebut membentuk sebuah gunung. Sembari makan ku nyalakan laptop, aku berniat menghubungi kedua orang tuaku di Indonesia, sepertinya untuk jam segini mereka belum tidur.

"Assalamualaikum Ma?" Sapaku, kuletakkan mangkok ke samping laptop, jauh dari jangkaukan kamera, aku tidak ingin membuatnya khawatir jika tahu aku baru makan sekarang.

Tanpa kusadari bibirku tersunging, tersenyum manis melihat wajah Mama Mama yang sudah mulai menua. Kecantikannya yang dahulu kudambakan, yang selalu kuharapkan agar bisa mewarisinya sampai sekarang tak menghilang walau umurnya tak bisa bohong karena perlahan kulitnya menimbulkan kerutan.

"Walaikumsalam," nada suaranya terdengar tidak bersahabat. Sepertinya ia sedang marah kepadaku, karena pertengkaran kami di telfon beberapa waktu lalu hanya karena permintaanya agar aku pulang.

"Yun, kamu kapan pulang?" todongnya kembali sesuai dengan tebakanku. "Kuliah kamu sudah selesai sampai strata tiga, sekarang apa lagi? Apa lagi alasanmu tidak pulang?" tanyanya sarkas. Sebenarnya, sejak aku di wisuda waktu itu, Mama dan Papa yang hadir, memintaku untuk pulang bersama mereka, namun aku menolak dengan alasan masih banyak yang harus aku selesaikan di sini. Lalu sejak Asha pulang setahun yang lalu, orang tuaku semakin curiga dan merongrongku agar segera pulang.

Aku menghela nafas sejenak, perutku yang tadinya lapar mulai mengenyang. "Ma," panggilku lembut meminta pengertian dan kasih sayangnya sejenak.

"Yuna masih ingin kerja di sini. Mama tau 'kan disini bayarannya lebih mahal, karena pakai dolar?" tanyaku. "Mana tau Yuna bisa beli jet pribadi kalo kerja disini," lanjutku diselingi bercanda agar ia tak meledakkan kemarahannya seperti waktu lalu kepadaku.

"Yun, dengan gelar kamu yang banyak, prestasi kamu yang menjanjikan kamu bisa bekerja di mana pun di sini. Kalau kamu tidak ingin, kamu bisa membuka usaha, atau merintis perusahaan di sini. Mama Papa pasti dukung kamu, nak. Mama janji deh gak akan maksa kamu untuk test Pegawai Negri Sipil jika kamu tidak ingin. Terserah kamu, mau kerja apa Yun. Yang penting kamu kerja di sini ya, di Indonesia?" bujuknya memintaku untuk menuruti keinginannya.

Sumpah! Aku gak tega mendengarnya, aku gak tega melihatnya memohon.

"Aku pikirin dulu ya Ma?" pintaku memintanya memberikanku waktu sejenak. "Aku gak bisa gitu aja ngundurin diri dari perusahaan. Yuna sudah tanda tangan kontrak, Yuna gak mungkin keluar dengan seenaknya, semuanya ada pinaltynya jika Yuna melanggar kontrak."

Itu hanya alasanku semata. Sebenarnya jika aku ingin itu bukanlah masalahnya yang sulit untuk dilakukan. Karena aku disini kerja di perusahaanku sendiri. Aku bisa saja bolak-balik bagaikan sultan, karena perusahaanku sudah berkembang pesat. Tapi rasanya malas sekali untuk kembali ke Indonesia. Sewaktu lulus Strata dua aku merintis perusahaan di sini bersama beberapa temanku dengan meminta dukungan dari beberapa investor. Mengenai ini tak satu pun keluargaku yang mengetahuinya. Jangan tanyakan kenapa? Karena orang tuaku ingin aku bekerja mengabdi kepada negara, sebagai PNS.

"Hmm ... banyak sekali alasanmu Yun! Sudahlah matikan saja ini skype-nya! " rajuknya yang terlihat sangat kesal. Aku hanya bisa terkekeh pelan.

"Yaudah, bye ma! I love you, assalamualaikum ...."

"Walaikumsalam. Eh eh Yun!" teriaknya, seakaan kelupaan sesuatu sembari melambaikan tangannya memintaku untuk tidak menutup skype dengan cepat.

"Apa mama?"

"Umur kamu sebentar lagi dua puluh lima tahun," ingatnya.

"Terus?" tanyaku tak mengerti arah pembicaraanya.

"Bukannya kamu mau nikah di umur segitu?"

Aku menelan ludahku, perutku tiba-tiba sakit padahal selepas sholat subuh tadi aku sudah menyetor ke toilet, sembari mengusap muka ku kasar aku hanya bisa menjerit dalam hatii, Ya allah cobaan apa lagi ini? Tadi disuruh pulang sekarang nanya jodoh.

"Iya sih tapi siapa jodohnya? Lagian ya Ma di sini banyak bule mana beda agama sama kita. Aduh ma pusing kepala Yuna mikirinnya." Keluhku meberikan alasan.

"Eh jangan deh sama bule Yun. Gak cocok kamu. Muka kamu tu ndeso!" ejeknya tega. Ndeso, deso gini ya keturunan siapa toh?

Pengen banget aku saat ini nyanyi lagu rosa yang judulnya Tegaaaaaa!

"Mama nih mana tau memperbaiki keturunan gitu ma," rutukku.

"Makanya pulang aja deh kamu ke Indonesia. Cari di Indonesia nih banyak Yun, di perempatan juga banyak tuh Mama liat."

Ya Allah tega bener, itu nyari jodoh atau mungut sampah sih?

"Ma, ngomong jangan sembarangan gitu dong," tegur Papa yang ternyata sedari tadi tanpa aku tahu berada di dekat Mama.

"Tau nih Yuna, abisnya susah di suruh pulang!"

Pulang lagi pulang lagi. Sudahnya aku pesan detik ini juga tiket pulang ke Indonesia dan kalau bisa langsung sampai ke hadapan mama saat ini.

"Ma untuk sekarangkan Yuna gak bisa Ma. Yuna usahain setelah kontrak kerja Yuna abis."

Maafin Yuna Ma, bohongin Mama mulu.

"Terus gimana dong kamu. Masa nanti kamu jadi gadis tua? Ih amit amit deh. Capek capek aja kamu kuliah jauh jauh. Kuliah tinggi tinggi taunya? Apa? Aduh gak kebayang mama amit amit ih," ucapnya ketakutan sendiri memikirkannya padahal aku tidak berbicara apapun.

"Mama mulutnya bandel deh. Omongan doa loh ma. Tega mama ngomong gitu sama Yuna?" tanyaku berpura kesal lalu menghapus sudut mata seakan ada air mata yang mengepul di sana.

"Habisnya kamuu tuh! Adik kamu aja tuh berdua ada pacar Yun masa kamu enggak?" Adunya.

Aduh bandel ya tu anak dua udah pacar-pacaran awas aja kalo ke sini aku omelin deh habis habisan.

"Maaaa dalam islam gak boleh pacaran. Aku gak mau pacaran. Mau langsung nikah aja," alasanku agar Mama bisa berhenti sebentar saja, aku sudah lelah menghadapinya, tolong Tuhan, tolong!

Tanpa sadar mulut Mama terbuka, sedangkan matanya membesar tak percaya. Lebay banget ekspresinya, ngalahin pemain sinetron!

"Sumveh lu? Gimana caranya lo nikahhhhh Yuna pasangannya mana?" ejeknya.

"Masa mama mau ngejodohin kamu sih. Emang kamu mau?" tanyanya memastikan.

Aku berpikir sejenak boleh juga tuh dijodohin, dari pada aku harus pusing menghadapi Mama.

"Yaudah aku mau," ucapku langsung tanpa berpikir panjang dampak yang akan aku sesali sebentar lagi.

Mama melambai lambaikan tangannya kearah kamera laptop, sembari berkata, "Halo ... halo ... halo ... jaringannya baguskan? Kamu ngomong apa barusan? Mama gak salah denger kan? Kamu mau dijodohin?" ulangnya tak percaya.

Aku mengangguk mantap. "Ya Mama, aku mau. Tapi nyari yang bener dong ma. Yang cakep, kaya, yang bisa kasih aku mahar jet pribadi kalo bisa." Sengaja aku beri syarat biar kesusahan dan nyerah tuh emak-emak.

Mama mendengus kesal. Dia menunjuk kepalanya sendiri. "Pikiran kamu itu yang ada di otak kamu tu cuma jet jet jet pribadi mulu. Pusing mama denger khayalanmu!" protesnya.

Aku terkekeh senang. "Alah ma kalau aku punya jet juga palingan mama yang sering makai."

"Yadong percuma aja punya kalo gak dipake!"

Alasan, dasar nih emak-emak!

"Ma udah dulu deh aku mau tidur besok udah kerja," pamitku karena perutku kembali lapar dan aku harus menyelesaikan beberapa kerjaanku.

"Bye assalamualaikum," lanjutku dan langsung memutuskan skype dengan tidak sopan.

•••

Aku memang tak percaya cinta

Tapi aku percaya setiap orang ditakdirkan berpasang pasangan

Aku memang tak ingin berpacaran

Tapi bukan berarti aku tak mau menikah

Jodohku kamu dimana?

Aku menunggumu disini

Haruskah aku mencarimu?

Siapun kamu yang ditakdirkan untukku

Aku harap kamu bisa membuatku percaya dengan cinta (lagi).

-Yuna Resya Tirka

•••

[Separuh cerita ini sudah dipindahkan ke Webnovel, jika ingin melanjutkan membaca silahkan download aplikasi Webnovel dan silahkan cari di pencarian dengan judul cerita I Don't Care About Love pada volume 02 part 47 Where Is My Soulmate? dan jangan lupa baca I Don't Care About Love terlebih dahulu!!!]

Terakhir Publish: 29 Oktober 2015

Publish Ulang: 15 Desember 2019

Continue Reading

You'll Also Like

676K 48.9K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
764K 57.1K 68
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...