TaeKwonDo Love Story

By afifah_dm

26.4K 1.4K 145

Abel. Taekwondo. Cinta. Dipertemukan oleh taekwondo? Mungkin. More

Prolog
1. Abel di Sekolah Barunya
2. Him. Again.
3 Pernyataan Ambigu
4 Masa Lalu
5 Radiv + Tugas Pertama
6 Kak Adit's Unagreement
7 Nerves
8 War Invitation
9 Backstep -Dolyo
10 Being a Mascot
11 Clear
12 Berhenti Mengungkit Masa Lalu!
13 XOXO
14 Gibon Il-Jang
15 Rakana's
Mascot [1]
Mascot [2]
16 dan Kau Hadir, Merubah Segalanya...
17 dan Kau Hadir, Merubah Segalanya... [2]
19 Dimulainya Kasus Kembar
20 Kasus Kembar I
21 Terlambatkah?
22 Bahu untuk Kupinjam
23 Ajakan Lainnya
24 Surprised
25. Fakta yang Ganjil
26. Twins' Disaster
Part 27. Konfrontasi Langsung
28. Gadisku

18 Hei, why?

604 35 5
By afifah_dm

18

Aku tidak masuk sekolah beberapa hari setelahnya.

Untung Daniel memberitahuku semua tugas yang aku harus kerjakan. Sehingga aku tidak ketinggalan pelajaran. Alikha juga menyemangatiku dengan lelucon dan gosip-gosip yang tersebar di sekolah. Aku mensyukuri kenyataan bahwa mereka tidak bertanya apa-apa tentang kejadian festival budaya itu.

Hari ini aku masuk sekolah dan harus melihat kegiatan ekstra taekwondo. Walaupun aku lelah, aku ingin mencoba melupakan cowok maniak itu. Aku harus menyibukkan diri dengan kegiatan OSIS ini.

"Hai, Bel. Kata Alikha lo sakit? Udah sembuh?" tanya Dio, kadiv divisi empat, divisi dimana aku bertugas.

"Hmm... udah sembuh kok. Sorry karena gue sakit taekwondo nggak ada yang ngeliatin,"aku meminta maaf padanya.

"Ah, selow aja, Bel. Nggak kenapa-kenapa kok," katanya sambil tersenyum.

"Kelas lo olahraga hari ini? Tumben pake baju olahraga," tanyanya. Aku memang sedang menggunakan baju olahraga.

"Oh, ini tadi abis pelajaran olahraga kan pelajarannya Bu Murtining, Bu Murtiningnya nggak ada, jadi pada nggak ganti baju. Pelajarannya Bu Murtining kebetulan pelajaran terakhir," kataku menjelaskan.

"Oalah, enak yah. Gue abis olahraga juga. Langsung ganti seragam, Bu Christin marah-marah kebauan keringet kita," dia tertawa. Aku tertawa kecil mendengar kelakarnya.

"Dio," cewek berambut lurus sepinggang memanggil lawan bicaraku ini. Lala, pacar Dio menghampiri kami. Lala juga anggota OSIS, tapi dari divisi delapan.

"Gue cabut duluan, Bel," Dio berpamitan padaku.

"Yoo.." kataku.

Aku pergi ke lapangan indoor. Seharusnya anak-anak taekwondo sudah mulai berlatih. Di depan pintu lapangan indoor aku tidak mendengar suara-suara khas kihap atau hitungan-hitungan pemanasan.

"Haloo.." kataku saat membuka pintu. Tak ada jawaban, tak ada orang.

Aku mengerutkan dahi lalu menengok jam tangan.

Jam gue gak telat atau kecepetan kok

Aku menelusuri tepi lapangan dan tidak menemukan tas-tas yang biasanya bergelimpangan di lantai. Ditinggalkan para pemiliknya berlatih. Akhirnya aku sampai di ruang yang menyimpan peralatan olah raga. Mulai dari jala untuk badminton sampai body protector taekwondo.

"Permisi," ucapku sambil mengetok gudang alat itu.

Pintunya tidak terkunci, jadi aku masuk ke dalamnya. Baunya apak seperti gudang pada umumnya. Ruangan itu gelap, sehingga aku mencari-cari saklar untuk menyalakan lampu. Aku sempat kesulitan menemukannya, karena letaknya berada di tengah ruangan, tergantung di bawah lampu. Penerangannya sendiri terbuat dari lampu lima watt kuning. Karena tidak ada orang, aku keluar. Tidak lupa aku mematikan lagi lampu yang nyalanya tak seberapa itu.

Brukk.

"Aduh," pekikku saat menubruk seseorang. Aku jatuh terduduk, menahan bobot badanku. Nyaris terjungkal jika tanganku tak sempat meraih mistar gawang untuk futsal. Belum reda rasa sakitku, rasa takutku muncul. Bayangan Miki dan teman-temannya berkelebat di hadapanku. Sialnya, gelap ruangan itu mampu mengaburkan wajah orang yang aku tubruk.

Tergesa-gesa aku bangun dari dudukku.

"Siapa itu?" suara itu bertanya padaku. Suara seorang cowok. Terdengar langkahnya masuk semakin dalam, menuju ke arahku. Aku hening, karena mengingat adegan Miki menyentuh wajahku. Aku masuk ke dalam gudang karena tak mungkin aku melewatinya yang berada di tengah jalan keluarku.

"Akk!" aku berteriak saat sekali lagi ditabrak cowok itu yang kini menemukan saklar lampu. Sekejap cahaya lampu kuning tadi menerangi gudang alat. Namun, aku tak sempat melihat cowok itu. Aku langsung menutup mataku rapat dan berjongkok melindungi diri.

Miki.

Miki.

Miki.

"Abel?" cowok itu memanggil namaku. Dia berjongkok di depanku. Sungguh aku takut sekali.

"Hei. Kamu kenapa? Kamu ngapain di sini?" ucapnya sambil mengguncang tubuhku. Aku berontak dan mendorongnya.

"Ah!" dia mengaduh kecil, lalu aku bangun. Namun, lenganku ditahan olehnya.

"Hei, hei. Ini gue, Rakana," ucapnya.

Apa gue gak salah denger? Rakana? Kak Rakana?

"Kak.." napasku terengah-engah dan badanku bergetar.

"Kamu kenapa?" suaranya cemas.

"Aku... aku kira siapa,"suaraku bergetar saat mengatakannya.

"Ini gue, Rakana," seakan memperjelas eksistensinya, dia mengulangnya. Aku sungguh-sungguh lega saat mendengarnya sekali lagi. Padahal aku telah melihat wajahnya saat dia mengucapkan yang pertama tadi.

Aku berusaha menenangkan diriku dan mulai mengatur napas. Berangsur-angsur napasku kembali normal.

"Kamu ngapain di sini? Ayo kita keluar," ajaknya. Aku hanya mengangguk, masih berusaha mengatur detak jantungku yang entah mengapa tak kunjung normal.

"Kamu gakpapa?" tanyanya saat kami telah keluar dari gudang alat.

"Aku... nggak kenapa-kenapa kok, Kak," ucapku sebisa mungkin. Tapi sia-sia karena suaraku masih bergetar. Parahnya, aku baru menyadari kalau tanganku juga bergetar.

"Gue ngagetin?" tanyanya lagi. Entahlah, awalnya aku kaget, tapi begitu ingat Miki aku jadi ketakutan.

"Bel," panggilnya karena aku tak kunjung menjawabnya.

"Ng... nggak kok, Kak. Aku kira tadi itu... orang lain. Jadi aku... jadi aku takut," ucapku terbata-bata.

"Takut? Ada orang yang kamu takutin? Siapa?" rentetan pertanyaan diberikannya.

"Ahh... itu..." aku bingung harus menjawab apa.

"Apa itu orang yang bikin kamu nangis? Waktu festival budaya?" kata-katanya tepat sasaran. Aku memandangnya tak percaya. Apa sejelas itu?

Aku mengalihkan pandanganku. Aku harap ia tau bahwa itu artinya 'Ya' tanpa aku harus secara gamblang mengatakannya.

"Siapapun dia, jangan takut. Abel yang gue kenal bakal sanggup menghadapinya," kata-katanya mengingatkanku pada musim semi di Manchaster, terasa hangat.

Mendengarnya, seakan mengangkat sebagian dari rasa takutku. Aku menatapnya yang kini memandang lapangan di hadapannya. Kak Rakana bukanlah tipe laki-laki dengan banyak penggemar. Dia bukan most wanted boy di SMA kami. Tapi ada saja yang menyukainya.

"Tapi... kenapa kamu nggak backstep-Dolyo aja orang jahat itu?" tanyanya sambil tersenyum ke arahku. Aku terpana melihatnya. Aku malu dibuatnya. Pasti pipiku memerah. Aku buru-buru menundukkan kepalaku.

"Kakak kenapa inget terus sih tentang itu?" kataku sambil tetap menundukkan kepala.

"Kalau ketemu orang itu lagi, sebaiknya kamu ap chagi," ujarnya sungguh-sungguh. Terlihat dari ekspresinya.

"Tapi... aku nggak bisa. Backstep-Dolyo aja aku cuma tau namanya," aku malu setengah mati mengatakannya. Tampaknya cowok ini menahan tawanya, disamarkan dengak batuk-batuk kecil yang diberengi seringaian.

"Jadi, kita lanjutin latihan kita yang waktu itu?" dia bertanya padaku setelah puas dengan batuknya.

"Eh, tapi—"

"Hari nggak ada latihan. Mulai minggu ini, latihan diperlonggar hanya tiga kali seminggu," ucapnya padaku, menjelaskan tidak adanya satupun anak taekwondo yang berlatih. Aku benar-benar seperti kepiting rebus sekarang. Mukaku—tanpa perlu cermin—terlihat merah dan terasa panas.

**

"Jadi, orang yang kamu... takutin siapa?" tanya Kak Rakana.

"I don't know him," jawabku.

Entahlah aku sedang sibuk mengurusi detak jantungku yang semakin menderu. Kak Rakana di hadapanku sedang melakukan warming up yang tentu saja aku ikuti dengan kepayahan. Pertanyaan tentang Miki, sungguh, itu hal terakhir yang ingin kubicarakan dengan cowok di hadapanku ini.

"Jadi, dia laki-laki," ujarnya. Pernyataan lebih tepatnya.

Aku diam saja karena bingung harus menjawab apa. Toh, itu bukan pertanyaan.

Kini kami duduk berhadapan sambil meluruskan kaki. Dia menyuruhku menggapai ibu jari kakiku yang tidak terbalut apa-apa. Aku mendengus, tak mampu menggapainya. Padahal biasanya aku bisa.

"Mau dibantuin gak? Supaya bisa megang jempolnya?" tanyanya padaku setelah menyelesaikan delapan hitungan di gerakan yang sama dengan yang ku coba lakukan.

"Ng.. Nggak usah, Kak..." ucapku buru-buru.

Kak Rakana sudah berada di sebelahku saat itu. Untung saja aku buru-buru mengatakannya. Kalau tidak? Dia pasti mendorong punggungku dari belakang agar aku mampu menyentuh ibu jari kakiku. Artinya, aku akan bersentuhan dengannya. Duh, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Sebab, aku pasti akan melumer.

"Erm, oke," ujanya.

Setelah pemanasan yang membuatku berkeringat. Cuma pemanasan dan aku sudah berkeringat. Aku memang payah.

"Bel, mulai ke gerakan inti. Kamu yakin masih sanggup? Kamu udah keringetan banget," katanya sambil melangkah ke arahku.

Oh, tidak. Tangannya mengelap peluh di dahiku. Seketika aku membeku. Jarak kami begitu dekat. Aku bahkan bisa mencium aroma khasnya yang bercampur bau keringat. Namun anehnya tetap terasa segar.

"Kak.." aku memundurkan badanku. Kaget dengan perlakuannya yang begitu tiba-tiba, bukan karena enggan dengan perlakuan itu. Aku justru sangat menikmatinya.

"Sorry" ucapnya.

Latihan berlanjut.

"Kuda-kuda, tekuk, tendang," perintahnya.

"Salah," ucapnya galak. Hei, aku kan baru pertama kalinya latihan tendangan ini.

"Jangan kayak orang main bola. Pakai ini, ap chok(1)," masih sama galaknya dengan sebelumnya.

Sudah setengah jam kami melakukannya. Aku belum sekalipun melakukan tendangan yang menurut Kak Rakana benar. Jujur, aku sudah lelah. Apalagi Kak Rakana semakin galak saja.

"Lagi," teriaknya lantang, padahal aku berada di sebelahnya.

Kak Rakana ngeliat ke arah pintu besar lapangan indoor. Jadi, aku juga ngeliat ke sana. Ada seseorang di sana—setidaknya tadi. Aku tak sempat melihatnya, tapi sepertinya Kak Rakana sudah. Ponsel Kak Rakana bunyi, dia langsung liat ponselnya.

"Kak, aku—"

"Dammit," katanya. Lho? Aku kan belum bilang apa-apa.

Dia terburu-buru mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan aku yang kebingungan setengah mati.

***

Rakana's

Setelah pemanasan yang membuatnya berkeringat. Cuma pemanasan dan dia sudah berkeringat. Dia terlihat kepayahan.

"Bel, mulai ke gerakan inti. Kamu yakin masih sanggup? Kamu udah keringetan banget," kata gue sambil melangkah ke arahnya.

Oh, yah. Tangan gue mengelap peluh di dahi cewek ini. Seketika dia diam. Jarak kami begitu dekat. Gue bahkan bisa mencium aroma sampo stroberi yang bercampur bau keringat. Namun anehnya tetap terasa segar.

"Kak.." dia memundurkan badan. Gue kaget dengan gerakannya yang begitu tiba-tiba, apa karena enggan dengan perlakuan itu? Sh*t. Segitunya kah dia gak mau disentuh sama gue?

"Sorry" ucap gue.

Latihan berlanjut. Walaupun gue masih keki setengah mati. Iyalah, dia biasa-biasa aja kalau disentuh sama si sa-dan itu. Gue kan bukannya buta, cowok itu selalu gandeng Abel setiap ngejemput.

"Kuda-kuda, tekuk, tendang," perintah gue.

"Salah," ucap gue galak. Walaupun dia baru belajar.

"Jangan kayak orang main bola. Pakai ini, ap chok," masih sama galaknya dengan sebelumnya.

Sudah setengah jam kami melakukannya. Abel belum sekalipun melakukan tendangan yang menurut gue benar. Jujur, dia keliatan capek. Apalagi gue semakin galak saja. Masih keki ceritanya.

"Lagi," teriak gue lantang, padahal gue berada di sebelahnya.

Gak sengaja, ekor mata gue ngeliat bayangan di pintu utama.

Lyra. Dia megang hand phone terus melambai pergi. Gak lama hand phone gue bunyi, tanda pesan masuk.

"Kak, aku—"

"Dammit," kata gue.

Gue terburu-buru mengambil tas lalu pergi meninggalkan Abel yang pasti kebingungan setengah mati.

(1) Ap chok : bola kaki

tton<(


Continue Reading

You'll Also Like

119K 233 9
Gadis polos yang terjerumus suasana malam club, menceritakan cerita seorang influencer yang terkenal dikalangan remaja berusia 16 tahun. cerita lengk...
1.7M 124K 57
Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Jeffrey Alexander...
81.4K 1K 3
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
770K 22.7K 62
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...