Replacing His Parents

By YkzYkz

27K 1.7K 181

Ini tentang Raka Adiputra Widjaya dan Kayla Mayangsari. Mereka menikah bukan karena dijodohkan. Bukan karena... More

2. Demi Rio
3. Deal?
4. Percaya

1. Mereka Yang Pergi

10.5K 441 18
By YkzYkz

Raka berlari sepanjang koridor rumah sakit bersalin secepat yang dia bisa. Entah sudah berapa bahu yang tidak sengaja dia tabrak tanpa meminta maaf. Raka terus berlari tanpa memperdulikan makian yang dilontarkan kepadanya. Yang dia pedulikan sekarang adalah kondisi Diana -kakak iparnya.

Sekitar satu jam yang lalu dia mendapat telepon dari Kayla -adik sepupu Diana, memberitahunya bahwa Diana masuk rumah sakit karena jatuh dari tangga. Diagnosa terakhir dari dokter, Diana harus melahirkan secara caesar secepat mungkin karena Diana terancam keguguran. Itu berarti prematur, mengingat usia kandungan Diana baru 25 minggu.

Demi Tuhan, Raka bahkan belum selesai mengurus Raffa -saudara kembarnya, yang turut menjadi korban meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat. Sekarang dia harus mendengar kabar buruk dari istri Raffa.

Raka bukan orang yang religius, tapi seiring dengan jantungnya yang berdebar kencang, dia terus saja memanjatkan doa. Semoga Diana dan calon keponakannya baik-baik saja. Semoga Diana dan calon keponakannya kuat.

Raka menggeram dalam doanya. Hatinya tak kunjung tenang. Ya Tuhan, berikanlah yang terbaik untuk Diana dan bayinya...

Raka memelankan langkanya saat sampai di depan kamar bersalin. Mata hitamnya menangkap sosok wanita yang dia kenal. Wanita paruh baya itu tengah menangis dipelukan suaminya.

"Bagaimana kondisi Diana?" tanya Raka dengan suara tercekat.

Sang suami menatap Raka dengan tatapan sendu. Laki-laki itu sendiri tampak bingung harus menjelaskan seperti apa. Sedangkan istrinya tidak mampu memberikan jawaban karena tangisannya yang tidak bisa berhenti.

"Diana ada di dalam. Dia sedang-"

"DIANA... JANGAN TINGGALKAN KAMI...!!! KAMU HARUS KUAT, KAMU HARUS LIHAT ANAK KAMU... KAMU HARUS HIDUP..."

Suara teriakan histeris terdengar dari dalam ruangan. Teriakan itu terdengar pilu dan menyedihkan karena bercampur dengan suara tangis.

Raka mencoba menghentikan otaknya yang sedari tadi menduga-duga hal buruk apa yang terjadi di dalam sana. Jangan lagi, dia masih shock pasca berita meninggalnya Raffa. Tadi siang dia tak sanggup menahan  tangis saat melihat jasad Raffa yang hampir tidak dikenali lagi.

Seorang perawat memanggil anggota keluarga masuk. Pemandangan pertama yang dapat dia lihat adalah Kayla yang menangis sambil menggenggam tangan Diana. Sedangkan Diana bernapas dan berbicara dengan putus-putus. Lelehan air mata tampak di sudut mata Diana.

Raka tidak dapat mendengar dengan baik karena jantungnya berdebar terlalu kencang. Hanya satu kalimat yang dapat ia dengar dengan jelas walaupun diucapkan Diana dengan susah payah.

"Tolong jaga Rio ya... Sampaikan maafku dan Raffa pada Rio,"

Setelah itu Diana dituntun oleh Ayahnya mengucapkan syahadat diiringi tangis pilu Ibunya dan Kayla. Raka hanya bisa mengusap pelan kedua punggung perempuan itu. Berharap usapan itu meringankan perasaan mereka untuk mengikhlaskan kepergian Diana.

Beberapa saat kemudian, Diana tertidur dengan tenang.

Kayla menangis histeris sambil mencengkram tangan Diana yang kini terkulai lemah. Ibunya berusaha mengendalikan kesedihannya dengan membelai rambut panjang Diana sambil melantunkan doa. Sedangkan Ayahnya bersandar di dinding dan menutup wajahnya dengan telapak tangan. Semua orang bersedih.

Diana telah pergi. Pergi menyusul Raffa yang telah dipanggil lebih dulu oleh Tuhan tiga hari yang lalu. Semua orang menyayangi Diana dan Raffa, tapi Tuhan jauh lebih menyayangi mereka.

"Nggak mungkin, Diana masih hidup. Rio butuh kamu... kita semua butuh kamu," kata Kayla disela tangisnya. Gadis itu masih tidak bisa menerima kenyataan.

Gadis itu terus saja menyangkal kenyataan bahwa Diana telah pergi. Raka mengerti, mengingat Kayla yang paling dekat dengan Diana. Jelas saja Kayla yang paling terpuruk diantara semua.

Melihat Kayla yang mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, Raka menarik Kayla berusaha menjauh dari jasad Diana. Kayla memberontak dan memukul-mukul apa saja yang bisa diraihnya.

"Ikhlas, Kayla, Ikhlas! Diana sudah pergi dengan tenang." bentak Raka dengan suara paruh karena menahan tangis sejak tadi. Mendengar itu gerakan Kayla mulai melemah, tapi tidak dengan tangisnya.

Tiba-tiba tangisan gadis itu berhenti diikuti tubuh Kayla terkulai lemas dan jatuh di pelukan Raka. Gadis itu pingsan. Raka menepuk-tepuk pipinya tapi tidak ada reaksi.

"Ya, Tuhan. Suster!!" Raka dengan panik memanggil suster terdekat. Dengan sigap dia segera membawa Kayla ke ruangan yang ditunjukkan seorang suster.

Setelah memastikan Kayla ditangani dengan dokter, Raka terduduk lemah di bangku koridor Rumah Sakit. Ini adalah hari terpanjang dan terlelah dalam hidup Raka, setelah hari dimana ayah dan ibunya pergi.

.

.

.

Rintik hujan masih membasahi halaman depan rumah. Kayla hanya bisa terdiam dan meratapi awan mendung yang tengah menangis, seakan turut sedih seperti dirinya. Sedetik kemudian mata cokelatnya beralih pada sosok mungil di gendongannya. Bayi mungil itu bergerak pelan dalam tidurnya.

Setetes dua tetes likuid bening membasahi pipi perempuan berambut cokelat tua itu.

Demi Tuhan, dia sudah banyak menangis sejak mendengar Raffa turut menjadi korban meninggal dalam kecelakaan pesawat. Belum sembuh duka itu, kabar duka lainnya datang dari Diana yang menyusul suaminya.

Diana adalah sosok kakak yang paling dekat dengannya. Diana membuat Kayla menggantungkan hidup padanya. Terlebih saat orang tua Kayla harus keluar negeri, dan menitipkannya pada Tante Ayu -Ibunda Diana.

Kayla ingat saat itu dia diberi pilihan, ingin tinggal di Malaysia atau di Indonesia. Si kecil Kayla dengan yakin memilih Indonesia. Karena Diana ada di Indonesia. Karena Kayla menganggap sepupunya itu sebagai kakak kandungnya. Karena hanya Diana yang mengerti Kayla, saat orang tuanya sibuk berburu kertas bernominal tinggi. Karena Kayla menyayangi Diana sebesar dia menyayangi dirinya sendiri.

Kini Diana telah pergi, dan menitipkan Rio Nazam Widjaya kepadanya. Keluarga besar sepakat menamai bayi mungil itu sesuai dengan nama yang telah disiapkan Raffa dan Diana.

Sosok Rio masih sangat kecil untuk menerima kenyataan pahit. Kenyataan bahwa dia telah yatim piatu. Dia hanya terdiam menatap Rio. Tapi tidak dengan air matanya yang terus mengalir.

"Kayla,"

Dengan segera Kayla mengahapus air matanya. Setidaknya dia tidak terlihat menyedihkan di hadapan orang lain. Dia ingin orang-orang berhenti menatapnya dengan tatapan kasihan. Walaupun keluarga besarnya jelas tahu, Kayla yang paling terpukul atas kepergian Diana.

Kasihan? Aku tidak butuh dikasihani.

Dia sedikit menoleh ke arah pintu kamar, memeriksa siapa yang datang. Di sana telah berdiri seorang laki-laki berpostur cukup tinggi. Dari wajahnya, Kayla mengenal sosok itu. Orang luar mungkin akan berpikir sosok itu adalah hantu Rio yang gentayangan.

Dia adalah Raka Widjaya. Saudara kembar Raffa.

Raka berjalan pelan dan turut duduk di samping Kayla. Mata hitamnya menatap takjub pada tubuh mungil Rio. Sebulan yang lalu dia hanya dapat menatap tubuh lemah Rio di dalam tabung incubator.

Sekarang Raka dapat melihat secara langsung. Meski samar, dia seperti melihat dirinya dalam versi bayi. Rio mirip dengan Raffa, tentu saja mirip juga dengan dirinya.

Tanpa sadar Raka tersenyum kecil. Perasaan hangat menyelimuti hatinya saat menatap Rio. Dia langsung merasa sayang pada bayi mungil itu.

"Dia... baru saja tidur?" tanya Raka dengan suara pelan, setelah beberapa detik hanyut dalam perasaannya sendiri.

Kayla tersenyum dan mengangguk pelan. Kayla dan Raka menatap Rio dengan hangat.

"Dia kelelahan setelah menangis kencang tadi," kata Kayla tidak kalah pelan. Kayla merasakan suaranya sedikit parau efek menangis tadi.

Jemari besar Raka itu mengelus pipi Rio dengan hati-hati. Matanya masih menatap takjub pada sosok mungil ini. Namun bila diperhatikan dengan teliti, terdapat sedikit  tatapan sedih di bola mata hitam itu.

"Raffa dan Diana sangat beruntung. Rio adalah bayi yang sangat tampan," kata Raka masih mengelus pipi Rio dengan hati-hati. Pipi bayi mungil itu sangat lembut dan berwarna kemerahan.

"Sayangnya, Tuhan terlalu sayang pada mereka berdua dan memanggilnya begitu cepat." Kayla bergumam sambil tersenyum getir. Kenyataan itu sungguh menyakitkan.

Mereka terdiam. Raka pun tidak berniat membahas hal ini. Keheningan ini diliputi kesedihan yang mendalam. Semuanya terjadi begitu cepat. Kayla masih bisa merasakan tangannya digenggam erat oleh Diana saat menitipkan Rio.

Keheningan yang menyedihkan  terpecahkan oleh tangisan Rio yang terbangun. Bayi mungil itu menangis keras. Kayla menepuk pelan bokong Rio, berusaha meredakan tangisnya. Tapi bayi mungil itu tidak juga berhenti menangis.

Saat Kayla sibuk menenangkan Rio, Raka justru tertawa pelan menatap Kayla dan Rio.

"Dia mirip seperti Diana saat mengomel. Suaranya dahsyat sekali," kata Raka saat Kayla menatapnya heran.

Mau tidak mau Kayla ikut tertawa pelan membenarkan perkataan Raka. Diana memang cerewet sekali semasa hidupnya. Permasalahan kecil akan menjadi besar saat kau berhadapan dengannya.

Tanpa Kayla sadari, ini tawa pertamanya pasca kabar duka yang mendatanginya secara bertubi-tubi. Sudah berapa lama ia tidak tertawa? Ia sudah lupa.

"Tidak ada satupun manusia yang mengetahui rencana Tuhan. Tidak ada yang menginginkan musibah ini. Tidak kita, Raffa, ataupun Diana." Raka mencoba menghibur Kayla. Ia meraih Rio dari gendongan Kayla saat anak itu tidak kunjung diam.

"Rio haus? Kita ke Mami Calista, ya? Kakak Danish akan  senang berbagi denganmu," kata Raka pada Rio yang masih menangis hingga wajahnya bayi itu memerah.

"Aku tidak pandai menasihati. Tapi, life must go on. Ikhlas. Bahagia lah demi Diana." kata Raka sebelum berbalik meninggalkan Kayla.

Laki-laki itu tahu Kayla akan menangis lagi. Tapi gadis itu tidak boleh terus terpuruk. Sudah cukup dia menangis dan bersedih. Waktu terus berputar, kematian dan kelahiran adalah hal yang wajar. Semuanya akan meninggal, tapi entah kapan dan apa penyebabnya.

Raka akhirnya membawa bayi mungil itu keluar dari ruangan itu.

"Hai, my baby boy... Do you miss me?" adik perempuan Raka -Calista menyapa Rio yang masih menangis kencang.

"Yeah, I miss your boobs, Mommy..." kata Raka dengan nada bercanda. Candaan Raka berhadiah cubitan pedas ala Calista di lengan kanannya.

"Danish mana?" tanya Raka. Ia tidak melihat keponakan pertamanya itu. Biasanya Danish akan merangkak kesana-kemari sambil melempari mainan karetnya.

"Dia baru saja tidur. Untung saja. Bisa-bisa dia demo lagi karena harus berbagi," kata Calista terkekeh ringan. Ia sibuk menutupi tubuh atasnya dengan kain lalu memasukkan Rio kedalam kain itu untuk diberi ASI.

Beruntung Calista memiliki ASI yang dapat dibagi ke Rio. Rio yang sempat kritis karena lahir prematur lebih membutuhkan ASI dibanding susu formula. Keluarga kedua pihak pun setuju, karena memang tidak ada pilihan lain. Lagipula Calista dalah adik kandung Raffa.

"Bagaimana si Kayla?" tanya Calista hati-hati.

Raka menghela napas berat sebelum menjawab. "Masih sedih. Aku mengerti. Dia yang paling dekat dengan Diana,"

"Terus bagaimana hak asuh Rio? Jangan diremehin loh. Kalau diundur-undur terus diskusinya, tahu-tahu Rio sudah masuk sekolah. Dan ia butuh wali. Ini amanah Raffa dan Diana," Calista mencoba memberikan saran.

"Mau bagaimana lagi? Kayla masih terpuruk begitu."

Raka sadar, hal ini akan jadi hal yang sensitive. Diana menitipkan Rio pada Kayla sebelum ia meninggal. Sedangkan pengacara Raffa kemarin, tepat satu bulan meninggalnya Diana, menemuinya dan mengatakan bahwa Raffa meninggalkan surat wasiat.

Isinya seputar pembagian harta kekayaan Raffa. Raka dan Calista tidak peduli dengan berapa jumlah harta yang ditinggalkan Raffa. Sampai pada bagian tentang hak asuh bayinya yang saat itu belum lahir. Raffa bahkan menunjuk Raka sebagai wali Rio. Hal yang membingungkan, Diana juga turut tanda tangan dalam surat wasiat itu.

Pasangan ini... Raffa dan Diana, mereka seperti sudah mengetahui bahwa umur mereka tidak akan lama lagi.

"Aku sih tidak peduli dengan pembagian harta itu. Bagianku alihkan saja ke Rio. Tapi ini tentang identitas Rio, Ka. Kasihan Rio. Dia butuh figure yang diakuinya sebagai orang tua. Sekarang sih belum bermasalah, tapi kita tidak tahu kedepannya bagaimana," kata Calista kembali memberikan penjelasan.

Raka mengakui Calista benar. Masalah ini hanya bom waktu. Keluarga pihak Raffa dan Diana harus mendiskusikan hal ini secepatnya. Hal ini akan sulit. Kayla jelas tidak akan melepaskan Rio.

"Atau... mungkin ini sedikit gila, tapi..." Calista kali ini tampak ragu menyampaikan pendapatnya.

"Apa?"

"Kau... bagaimana kalau kau menikah dengan Kayla?"

.

.

.

Sepeninggal Raka dan Rio, Kayla terdiam. Melihat Raka menggendong Rio tadi, ia seperti melihat Raffa masih hidup dan bercengkrama dengan bayinya. Meskipun masih kaku, Raka telah berusaha menjadi sosok pengganti Raffa untuk Rio.

Kayla mengusap wajahnya karena kembali menangis. Tapi kali ini ia berjanji, ini adalah tangisan terakhirnya. Raka benar. Tidak ada satupun manusia yang mengetahui rencana Tuhan.

Yang harus ia lakukan adalah mengikhaskan dan tetap menjalani hidup. Dia punya Rio yang dititipkan Diana padanya.

.

TBC

.

Oke, saya hanya mencoba menulis sebuah cerita. Ada mau baca, syukur. Tidak ada juga, tidak apa-apa. Saya tidak memaksa, tapi... kalau ada yang salah, atau mengganjal, atau tampak tidak benar dimata teman-teman, mohon dikritik. Dan juga, kalau ada cerita yang mirip atau mungkin sama, beritahu saya. Soalnya ini murni hasil pemikiran saya. Thanks...

With love, Ykz...

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 16.8K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
16.4M 641K 37
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
367K 19.4K 49
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
2.5M 270K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...