KARMA CINTA

By Ucy_Lestary

279K 3.4K 392

Disini kamu akan melihat rasa cinta, cemburu, sakit hati, dan keinginan memiliki yang begitu besar. Dan bagai... More

KARMA CINTA
Karma 1
Karma 2 "Gue Govin Putra Adiutama"
Karma 3 "ARG!! First Kiss AKUUUUU!!"
Karma 4 <Aga-Nasha couple> "Asli Nyebelin"
Karma 6 - <Venus-Sitha> Cewek Cool, imut, manis tapiii...Galak Uey..
Karma 7 - <Govin-Lira> Pergi kau playboy curut
Karma 8 - <Aga-Nasha couple & Govin-Lira Couple > Ada apa dengan Lira?
Karma 9 - <Venus-Sitha Couple> & <Rio-Atik Couple>
Karma 10 - <Venus-Sitha> "Alien Gila... Again?!"
Karma 11 - <Rio-Atik> "Pemandangan WOW dari sang mantan pacar 'kakakku'!"
Karma 12 - <Govin-Lira couple> & <Aga-Nasha couple>
Karma 13 - <Govin-Lira Couple> Rasain tuh!!
Karma 14- <Aga-Nasha couple> "Kencan Yang Berantakan!!"
Karma 15 - <Rio-Atik Couple> & <Venus-Sitha Couple>
Karma 16 - <Venus-Sitha Couple> "Rose and Poison..."
Karma 17 - <Rio-Atik Couple> "Awkward..."
Karma 18 - <Govin-Lira> "Acid, sweet and bitter..."
Karma 19 - <Aga-Nasha> "You make me crazy, beb!
Karma 20 - <Venus-Sitha> "Hilang"
Karma 21 - <Rio-Atik>
Karma 22- <Govin-Lira> "Telak!"
Karma 23 - <Aga-Nasha> "Perlawanan Berbahaya"
Karma 24 - <Rio-Atik> "Maaf....."

Karma 5 <Rio-Atik Couple> "Sial!!"

10.4K 120 5
By Ucy_Lestary

“Wah itu biru… Itu juga biru… Kereeen!” jerit gadis bernama Ratika Dewi Anjani dengan noraknya.

Teman yang ada disebelahnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah norak sahabatnya itu.

“Lo nggak bisa ya De lihat warna biru dikiiit aja,” timpal Tita sambil menangkupkan jari jempol dan telunjuknya dengan gemas.

Gadis yang bernama Ratika Dewi Anjani itu sering dipanggil teman-teman dekatnya dengan panggilan ‘Ade’ atau ‘Dede’ *sama aja kali!* dia dipanggil begitu karena perawakannya yang mungil dan paranya yang imut dengan pipi chubby dan lesung pipi dikedua pipinya yang akan muncul apa bila dia tersenyum. Tapi kalau sehari-hari dirumah sama orang yang tidak terlalu mengenalnya maksudnya, dia selalu dipanggil Atik.

Kembali keawal….cekidot!

Atik tersenyum manis menanggapi ucapannya Tita “Tapi gimana ya… Gue nggak bisa tahan ngejerit kalau liat warna biru. Apa lagi yang lucu-lucu atau keren banget kayak itu tuh” tunjuk Atik pada salah satu senior yang memakai bandana warna biru ditangan kirinya.  “Mana ganteng lagi,”

Tita jadi ikut tersenyum melihat Atik tersenyum sambil memandang senior biru itu. Entah kenapa orang-orang yang ada disekiling Atik akan tertular senyum kalau Atik tersenyum, aneh ya.

“De… Ade…,” Tita hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Eh… Eh, Ta…,” jerit Atik pelan sambil menggoyang-goyang tubuh Tita.

Tangan Atik juga menunjuk-nunjuk cowok yang berbandana biru itu sembunyi-sembunyi “Dia…cowok itu..dia…berjalan kemari deh! Duh gimana nih?,” Atik jadi histeris sendiri melihat cowok berbandana itu berjalan kearah mereka berdua. Melihat itu Tita malah tersenyum geli.

“Mungkin dia ngerasa kali De diliatin sama mata biru lo itu..xixixi”

Atik jadi gelagapan gugup “Ah masa sih? Perasaan gue nggak terlalu nampakin deh…”

Dan saat Atik berbalik ingin melihat cowok berbandana biru itu. Dia malah terkejut karena cowok berbandanya biru itu tepat berada didepannya. Cowok berbandana biru itu membungkukkan badan.

“Lo Ratika Dewi Anjani kan?,” tanya cowok itu dengan pandangan datar.

Atik hanya mengangguk dengan mata yang secara terang-terangan menatap cowok berbandana biru itu dengan pandangan kagum. Ganteeng!! Tambah bandanya biru itu. Pas! Kagum Atik dalam hati.

“Lo dipanggil tuh sama senior cowok yang itu…,” ujar cowok berbandana itu sambil menunjuk salah satu cowok berbandana kuning yang ada diseberang tepat diposisi Atik berdiri. Atik mengikuti arah tunjukan cowok berbandana biru itu dengan kening berkerut. Ada perlu apa ya? Tanya Atik dalam hati, heran.

Cowok berbandana kuning yang memanggil Atik itu bergerak-gerak menuyuruhnya agar segera mendatanginya. Atik berdiri dengan bingung dan dengan sedikit berlari Atik menemui cowok berbandana kuning itu.

“Ada apa ya Kak?” tanya Atik sesampainya didepan cowok berbandana kuning itu.

“Lo kan yang namanya Ratika Dewi Anjani?”

Atik mengangguk “Iya…,” sahutnya pendek. Bingung dia.

Tiba-tiba cowok berbandana kuning itu menyeringai. Entah kenapa. Atik yang melihat seringaiannya aja bingung. Nih orang kenapa lagi? Seringai aneh gitu. tapi ganteng sih seru Atik dalam hati, memuji juga.

“Dan lo adiknya Febri-kan?,” tanya cowok itu lagi. Atik mengangguk lagi membenarkan “Iya kok tau?,” jawab Atik dengan dahi berkerut.

“Lo ingat sama gue?,” tanya cowok itu sambil tersenyum.

Atik memiringkan kepalanya mencermati wajah cowok berbanda kuning itu. Memang dia merasa sedikit familiar sama wajah cowok didepannya. Tapi dimana dia pernah melihatnya, Atik mencoba mengingat-ingat siapa cowok berbandana  kuning itu. Alis Atik sampai keriting berusaha mengingat-ingat siapa cowok didepannya itu yang ternyata susah sekali diingat. Kepala Atik sampai pusing karena berusaha mengumpulkan memori tentang cowok didepannya itu yang hasilnya nol besar, nggak ada satupun memori tentang cowok berbandana kuning itu yang nyangkut diotaknya.

Apa begini yah rasanya orang yang amnesia noba nginget orang? Pusing! Atau jangan-jangan gue pernah kecelakaan dan amnesia makanya lupa sama orang ini..pikir Atik ngaco *mungkin karna mumet kali ya!* :D

Atik meringis geli karena pikiran ngaconya tadi itu. Cowok berbanda kuning itu sampai bingung melihat Atik meringis geli sendiri.

“Kakak siapa ya? Teman Kak Febri?,” tanya balik Atik karena sudah pusing mencoba mengingat cowok ini, nyerah dia.

Cowok didepannya itu menarik nafas pelan lalu membuangnya perlahan. “Sudah gue duga lo nggak ingat sama gue,” celetuk cowok itu masih dengan senyum datarnya.

“Siapa ya?”

“Cowok yang sering nganterin bunga buat kakak lo sama coklat buat lo itu siapa ya? Ingat…,” cowok berbandana kuning itu mencoba memberi sedikit gambaran.

Atik mencoba mengingat lagi, suka ngasih bunga buat kakak gue dan ngasih coklat itu…. Tiba-tiba mata Atik membulat, mulutnya yang terbuka ditutupnya dengan kedua tangannya. Kok gue bisa lupa ya kalau cowok ini…. cekatnya dalam hati.

“LO…,” sentak Atik nyaring.

Cowok berbandana kuning itu tersenyum manis, tangannya menyentuh puncak kepala Atik dan mengacak-acaknya gemas “Akhirnya lo ingat...”

“Lepasin tangan lo dari kepala gue!,” bentak Atik kasar, disingkirkannya tangan cowok berbandana kuning itu kasar.

Cowok berbandana kuning itu menyeringai geli “Loh kenapa? Kok jadi kasar gini? Dulu lo suka banget manja-manja sama gue kan?,” ucapnya tenang

Atik melotot mendengar itu wajah Atik sampai memerah“Itu dulu sekarang beda! Gue nggak sudi…”

“Nggak sudi apa Ade sayang?,” potong cowok berbandana kuning itu lembut, matanya berkilat menggoda.

Atik mendesis marah “Jangan pernah manggil gue Ade. lo nggak berhak manggil gue dengan nama itu!” maki Atik dengan mata berkilat. Dia benci cowok yang ada didepannya ini, sangat benci.

Cowok berbandanya kuning itu mengangkat alis “Ternyata sifat lo setelah jadi anak SMA nggak sopan ya! Dulu lo manis dan bersikap baik sama gue kok sekarang?.”

“Itu dulu! Gue ulangin DULU! Jangan berharap gue bakal bersikap manis-manis menjijikan seperti itu sama lo! Nggak SUDI!,” sahut Atik sadis sambil menekan kata ‘dulu’ dan ‘sudi’ yang berarti Atik sudah pada tahap muak dan benci tingkat dewa.

Cowok berbandana kuning itu mendengus “Lo dendam sama gue? Yang gue putusin itu kakak lo bukan elo!”

Pandangan Atik menajam “Lo nggak tau apa yang terjadi setelah kakak gue lo putusin?,”ujarnya pelan.

Cowok berbandana kuning itu menggeleng ringan.

“Huh!,” dengus Atik muak “Tentu aja lo nggak tau! Lo terlalu sibuk sama cewek-cewek lo yang berjibun itu. Tanpa tau keadaan kakak gue yang dengan gampangnya lo putusin. Tanpa tau perasaannya…,” geram Atik dengan mata memerah menahan marah dan tangis yang ingin keluar.

Dahi cowok berbandana kuning itu mengerut tak mengerti.

Padahal dia kangen sama sosok gadis yang ada didepannya ini. yang sudah dia anggap adik sendiri. Dia kira saat bertemu dengannya. Atik akan tersenyum dan memeluknya dengan senyum cerianya setiap menyambutnya kalau dia datang kerumah Febri ‘mantan’ untuk apel. Tapi ternyata jauh dari harapannya. Atik malah menampakkan raut wajah kebencian dan penolakan besar yang terpampang jelas dikedua mata beningnya.

“Lo kenapa? Kakak lo kenapa?,” cowok berbandana kuning itu mendekat menyentuh bahu Atik dengan tatapan bingung.

Tapi dengan cepat Atik menyentakkan tangan cowok berbandana kuning itu kasar “Jangan pernah lo nyentuh gue. Gue udah berjanji sama kakak gue dan diri gue sendiri kalau gue nggak bakalan mau dan sudi dipengang atau disentuh lo sedikit pun” desis Atik.

Cowok berbandana kuning itu mendesah “Apa yang sebenarnya terjadi sama kakak lo setelah gue putusin?”

Atik mendongak menatap mata cowok didepannya dengan pandangan yang sarat akan kebencian, marah dan muak.

Atik menarik napas pelan mencoba menguatkan dirinya sendiri “Seminggu setelah lo putusin kakak gue… Kakak gue meninggal Ri…,” sendat Atik dengan setetes air mata yang jatuh dipermukaan pipi putihnya.

Cowok berandana kuning yang dia panggil ‘Ri’ yang benarnya bernama Mathias Rio Hardinata itu tercekat. Tubuhnya menegang kaget. Matanya membulat.

“Lo nggak bohong kan? Dia bunuh diri?” cekat Rio dengan wajah kaget dan pucat.

Atik mendengus lagi mendengar perkataan Rio “Dangkal banget pikiran lo. Lo nggak tau kan keadaan kakak gue saat masih pacaran sama lo? Hah gue yankin lo nggak tau! Dan satu lagi kakak gue nggak bunuh diri!!”

Mendengar perkataan Atik yang terkesan dingin dan merendahkan itu Rio jadi tepancing. gerahamnya menegang menahan marah. Dengan mencoba tenang Rio menggeleng. Dia sungguh-sungguh tidak tau apa kejadian yang terjadi setelah dia putus dengan Febri, karena dia, betul apa yang dikatakan Atik tentang Rio yang sibuk mengurusi pacar-pacar lainnya itu, makanya dia tidak bisa membalas ucapan  Atik. Dia sedikit mengerti dengan kemarahan Atik itu. Tapi dia bingung dengan kebencian Atik yang masih tanda tanya itu.

“Lalu apa? Dimana lo tau kalau gue…”

Atik memotong ucapan Rio dengan marah “Lo yang ngurusin pacar-pacar lo itu? Gue liat sendiri, dengan mata gue sendiri gue liat lo gonta-ganti cewek, huh! Hampir tiap hari!”

Alis Rio mengerut “Dimana? Hampir tiap hari?.”

“Café Black Stone. Disitu kan tempat tongkrongan lo sama teman-teman lo yang sama kayak lo. Mainin cewek” cibir Atik.

Rio yang tidak terima dia dan teman-temannya dijelek-jelekkan semakin menatap Atik tajam. Rasanya batas kesabarannya, dan juga rasa bingungnya makin besar. Dia tidak tau apa pun *padahal apa yang dikatakan Atik itu semuanya benar! Rio-Rio*

Rio maju mendekati Atik dengan kasar dicengkramnya siku Atik. Cengkraman yang sukses membuat Atik kesakitan. “Main kasar ya sekarang? Oke gue terima!,” ejek Atik dengan pandangan merendahkan.

Rio mendengus “Mungkin dulu gue megang lo dengan lembut. Itupun karena dulu lo anak yang maniiiis banget!! Tapi sekarang mungkin caranya kasar dikit! Gue peringatin jangan bawa-bawa teman-teman gue…,”

Atik mendelik marah “Emang benar begitu kan? Ke-tiga sohib lo itu nggak bedanya sama lo. Suka mainin cewek yakan? Apa kata-kata gue salah? Playboy! Huh! Gue paling benci playboy. Benci banget!” sentak Atik.

Rio tertawa mendengar ucapan Atik itu. Seakan-akan ucapan Atik itu sangat lucu. Atik yang melihat Rio tertawa aneh begitu malah menatap cowok itu dengan mimik datar.

Aku  bakal balas kak apa yang udah dilakukan cowok brengsek ini sama kakak dulu! Lihat ya Kak . cowok brengsek ini bakal aku bikin bertekut lutut sama aku dan bakal aku bikin sakit sama seperti yang kakak rasain saat ditinggal sama cowok brengsek ini. aku bakal bikin dia ngerasain semua itu batin Atik pasti.

“Lo benci sama playboy! Nggak takut karma lo? Mungkin aja nanti lo yang jatuh cinta sama playboy. Atau sama gue mungkin.”

Atik tertawa, mengejek. “Karma? Apa nggak kebalik? Gue apa lo yang bakal kena karma KAKAK! Lucu banget ya lo… Nggak mikir!”

Rio kembali menatap Atik tajam “Bukan hanya kelakuan lo ya yang berubah jadi nggak sopan gini… Ternyata ucapan lo itu sama nggak sopannya, ckckck.”

“Oh makasih atas ucapannya…,” balas Atik tenang. Seakan-akan Rio memberikan Atik pujian.

Rio memejamkan kedua matanya sebentar, lalu dengan sekali sentak Rio menarik Atik yang siku tangannya masih dicengkram Rio erat tepat didepannya. Sangat dekat. Tapi tanpa rasa takutpun Atik mendongakkan kepalanya keatas melawan tatapan Rio yang tajam itu.

Rio yang merasakan perlawanan Atik itupun tertawa dalam hati. Gadis manis gue sekarang jadi berani gini. Mau berubah jadi iblis kecil sepertinya,  seringainya dalam hati.

Semakin dirapatkan Rio tubuh Atik didepannya dengan tangan yang memeluk pinggang Atik erat. Tapi Atik bukannya berontak dia malah menampakkan reaksi tenang, dingin dan aura kebencian yang terlihat jelas.

Orang-orang yang sedari tadi berlalu-lalang disekitar mereka berdua berhenti dan terlihatnya mereka mulai penasaran dan tertarik dengan pemandangan yang ada didepan mereka saat  Rio yang memeluk pinggang Atik dan mendekatkan cewek itu dekat sekali dengannya “Lo nggak berontak,” bisiknya ditelinga kanan Atik.

Atik memalingkan wajahnya kelain arah “Berontak? Nggak guna! Biarpun gue berontak lo nggak bakal ngelepaskan? Sia-sia!,” sahutnya ketus.

“Yah seenggaknya lo berontak kek. Biar ada hiburannya. Tantangan.”

“Tantangan? Hiburan? Gue baru tau ternyata lo suka cari sensasi ya! Yah sama seperti tanggapan lo yang menganggap cewek-cewek itu mainan lo, hiburan lo, tantangan lo, yakan? Gue nggak salah ucapkan,” seru Atik sambil melawan tatapan Rio.

Entah kenapa nggak ada rasa takutpun dikedua matanya. Dia berpikir mungkin kakaknya yang ada disurga yang memberikan keberanian ini untuk Atik atau rasa dendamnya yang sangat besar yang sampai membuatnya berani melawan Rio yang sesungguhnya sangat berbahaya itu. Playboy, lembut, tapi sebenarnya berbahaya. Dia tahu itu semua dari mantan-mantan Rio yang sebelumnya. Jadi Atik juga harus sedikit hati-hati dengan cowok dihadapannya ini.

 

 Oke gue mulai sekarang rencana balas dendam gue. Welcome honey, game start…putus Atik, matanya masih menantang Rio yang tidak tau dengan rencana Atik itu.

Masih ada sedikit didalam hati Rio kalau Atik. Gadis manisnya dulu itu. Masih memiliki rasa seperti dulu. Suka manja sama dia, selalu menyambutnya dengan senyuman manis dan pelukan hangat.

Tapi mungkin karena rasa marahnya itu Atik jadi seperti ini. dia pun masih bingung apa yang menyebabkan Febri meninggal. Bunuh diri? Atau apa…? Dia masih bingung itupun karena Atik tidak menjawabnya. Dan dia tau ini bukan sifat asli Atik. Atik telah dikuasai rasa benci, marah, kecewa dan sakit hati yang sangat dalam dan berkurung didalam hatinya.

 

Flash Back on!

 

Rasa kecewa kerana Rio putus dengan kakaknya, rasa marah karena diam-diam sudah menghianati kakaknya, rasa benci karena telah menyia-nyiakan kakaknya dan tanpa tahu kondisinya selama mereka masih bersama dan setelah putus, dan juga rasa sakit hati karena Rio tidak datang saat pemakaman Kakaknya dan malah sibuk dengan banyak pacarnya itu. Padahal dia sudah berapa kali memberitahukan Rio keadaan kakaknya yang semakin buruk dan saat kakaknya meninggal, Atik selalu menunggu kedatangan Rio dirumah sakit, berharap malah dia. Mungkin dengan kedatangan Rio, kakaknya bisa merasa terhibur. Dan juga saat pemakaman kakaknya Atik dengan sabar menunggu kedatangan Rio. Saat itu dia berpikir misalnya Rio datang dipemakaman kakaknya dia akan sedikit bisa memaafkan Rio. Saking lamanya Atik menunggu kedatangan Rio waktu itu, sampai-sampai Atik kehujanan sambil memeluk foto kakaknya dengan tangan gemetar. Tapi, sayangnya Rio malah tak datang.  tak sediktpun dilihatnya wujud Rio. ujung sepatunya pun Atik tidak melihatnya. Dengan perasaan kecewa, marah, benci dan tangis yang sudah tak bisa ditahannya, Atik mengetatkan pelukannya diframe foto kakaknya dan memandang nanar gundukan tanah merah dan basah yang dibawahnya ada sosok kakaknya yang tertidur selama-lamanya. Yang mungkin *dalam pikiran Atik* kakaknya tertidur dengan perasaan yang sama sepertinya dan tidak tenang. dengan memeluk foto kakaknya Atik menangis. Bercampur dengan tetesan hujan yang semakin deras. Dan dengan tegasnya dia mengucapkan rasa benci dan akan membalaskan dendamnya demi kakaknya.

 

Flash Back off

Rio mendesah sambil menyisir rambutnya kebelakang, ditatapnya kembali Atik yang juga menatapnya masih dengan tatapan marah dan…benci?

“Itu cuman sebuah joke jangan dianggap serius dong! Sampai judes gitu! tapi kalau lo mau ini jadi sensansi gue ladenin,” cetus Rio kemudian dengan pandangan menajam. Dan dengan langkah cepat Rio menarik Atik pergi dari tempat mereka tadi menuju tempat yang masih tanda tanya bagi Atik….??

------- Rio – Atik -------

Continue Reading