The Star [ Greyson Chance ]

By sekartiktik

133K 11.1K 951

Gadis biasa yang ingin menggapai sebuah bintang yang bersinar terang di angkasa. Namun tiba-tiba sinar dari b... More

Part 1 - Jasmine van den Bogaerde
Part 2 - Birmingham
Part 3 - Cruel
Part 4 - Disappear
Part 5 - Mucikari
Part 6 - Running Away
Part 7 - Thank You Jeremy
Part 8 - Edmond, Oklahoma
Part 9 - Say Something
Part 10 - The First Step
Part 11 - Curious
Part 12 - Chance To Change
Part 13 - Heart Like Stone
Part 14 - Give Up
Part 15 - Sorry
Part 16 - Truth Be Told
Part 17 - A Warm Hug
Part 18 - Pervert
Part 19 - Jerk Is Back 1/2
Part 20 - Jerk Is Back 2/2
Part 21 - Lying In Your Arms
Part 22 - Woodward, Oklahoma
Part 23 - My G
Part 24 - Believe
Part 25 - Friendzone
Part 26 - You
Part 27 - Styles
Part 28 - Gegar Otak
Part 29 - Numb
Part 30 - Wheelchair
Part 31 - Survive
Part 32 - Hard To Handle
Part 33 - New Label
Part 34 - He is fine
Part 35 - Education, Music, & My Dog
Part 37 - Can't Deny
Part 38 - Oh Tidak
Part 39 - Revenge
Part 40 - Say You Love Me
EPILOG

Part 36 - Still Friendzone

2.5K 241 30
By sekartiktik

Greyson tiba-tiba memanggil semua orang untuk berkumpul diruang tamu. Sean menghentikan laju kursi rodaku disamping sofa yang sedang diduduki oleh Greyson. Bibi Lisa dan Paman Scott tersenyum hangat kearah kami berdua.

"Ada apa ini?" tanya Sean sambil mendaratkan bokongnya dikursi. Greyson masih sibuk dengan ponselnya dan akhirnya Bibi Lisa yang memulai pembicaraan, "Kami berencana akan kembali ke Oklahoma," Ujarnya dengan senyuman kecil, "Alexa akan segera menikah dan lusa ia akan segera dilamar," sambung Paman Scott. Aku terkejut dan tanpa sadar menutup mulutku, "Benarkah? Oh Tuhan! Aku senang sekali mendengarnya," Aku memegang lengan Greyson, "Kau akan menjadi pendamping Alexa di depan altar," ujarku antusias.

Greyson menaruh ponselnya didalam saku lalu menatap kearahku dan Sean, "Aku ingin kau ikut denganku," Aku diam dan segera menatap kearah Sean yang terlihat sedang menggertakan gigi.

"Kau tidak bisa mengajak Birdy." Sean angkat bicara. Ia menautkan jemarinya didepan dagu, "Kondisi Birdy yang tidak stabil membuatnya harus tetap tinggal dirumah,"

"Kau boleh ikut bersama kami,"

Sean menggeleng, "Jika kau menyayangi adikku. Biarkan ia disini dan akan ku pastikan ia baik-baik saja selama kau pulang ke OK,"

Aku mendelik kearah Sean. Kata-katanya barusan seolah sengatan listrik. Jika kau menyayangi adikku oh jelas ia tidak mungkin menyayangiku dan mengiyakan permintaan Sean. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri sampai tidak menyadari kalau tangan Greyson sudah berada dipuncak kepalaku, "Baiklah. Sampai bertemu satu minggu lagi," ia mengacak lembut rambutku. Aku hanya bisa termenung melihat jejak senyum kecil diwajahnya.

Jadi, ia menyayangiku...

Aku segera menggelengkan kepalaku keras-keras.

"Birdy, kau kenapa?" Aku berhenti lalu tersenyum canggung, "Tidak ada," Dengan tergesa-gesa akhirnya melajukan kursi rodaku ketaman belakang tak lupa sebuah buku didalam genggamanku.

Esok harinya, rumah terasa hening sejak keberangkatan keluarga Chance pagi ini. Aku hanya menonton acara TV yang membosankan sambil menunggu Sean kembali dari supermarket.

"BIRDY KU SAYANG," aku hampir terjatuh dari kursi roda karena terkejut mendengar teriakan itu. Menoleh kebelakang ku melihat Harry menenteng dua bungkus permen kapas dan satu kotak coklat.

"Harry, dengan siapa kau datang kemari?" Harry langsung menghempaskan tubuh disofa dan tersenyum lebar kearahku, "Bersama pasukanku tentunya," aku mengernyit heran dan akhir suara gaduh mulai terdengar dari luar. Niall, Louis, Liam dan juga Sean masuk kedalam rumah secara berebut.

"Minggir aku mau masuk bodoh!" Sean mencoba menyingkirkan lengan Liam yang menghalangi tubuhnya sementara Niall menyelip masuk diantara selangkangan Louis.

"Yay aku berhasil masuk," Niall bergoyang kesana kemari dengan sebungkus keripik kentang ditangannya. Harry mengusap wajahnya sambil menggeleng heran dengan kelakuan teman-temannya ini. Setelah mereka semua berhasil masuk, satu persatu menyapaku dan ikut bergabung duduk di sofa.

"Sean, memintaku untuk menjagamu selama ia bertugas," ujar Harry yang berhasil membuatku menoleh langsung pada Sean, "Kau bertugas?"

Sean mengangkat kedua alisnya, "Aku harus menemani dokter kepala melakukan operasi dan kurasa tidak ada salahnya mengizinkan mereka disini untuk menemanimu. Kau tidak keberatan, 'kan?"

Aku menyengir lebar. Mana mungkin aku keberatan ditemani oleh mereka. Mereka sudah kuanggap seperti kakak kandung ku sendiri meskipun sikap mereka konyol dan menjengkelkan, "Tentus aja tidak. Aku malah senang," ujarku gembira. Mereka semua berpencar diseluruh penjuru ruangan. Greyson memang memiliki beragam permainan yang ia sediakan dirumahnya, diantaranya billiard, tenis meja, dan football soccer table. Disaat semua orang memilih untuk bermain, Harry malah memilih untuk menemaniku ditaman. Mendengarkan ceritaku.

"Bird, aku turut sedih karena ternyata selama ini Venezzia tidak memperlakukanmu dengan baik," ujarnya dengan tatapan hangat. Jemariku sibuk memainkan ujung bajuku, "Kau tahu dari mana?"

"Siapa lagi kalau bukan Sean? Sean adalah saudara yang baik. Ia tidak membeda-bedakan. Meskipun Venezzia adalah Ibu kandungnya, namun ia tidak segan-segan menceritakan kejahatan Ven yang dilakukan padamu,"

Aku tersenyum masam. Ku rasa, kehidupan ku yang sekarang sudah lebih dari cukup, meskipun kedua kaki ku lumpuh tapi aku tetap bersyukur. Karena aku dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku.

Harry menepati janjinya yang akan menemani ku berjalan-jalan selama ia libur dari tur.

"Kita mau kemana?" tanyaku penasaran. Kami saat ini sedang berada didalam mobil, "Aku akan membawamu untuk berbelanja,"

"Belanja?"

"Yeah, ku perhatikan gaun yang kau pakai itu-itu saja. Kau harus melakukan sedikit perubahan,"

"Harry, ku rasa itu tidak perlu—" "Ssh! Aku tidak mau mendengar penolakan. Kau tinggal pilih barang apa saja yang kau suka," ujarnya kemudian tersenyum. Memperlihatkan lesung pipi indahnya. Kami tiba disalah satu butik ternama di London. Harry membantuku turun dari mobil lalu mendudukiku dikursi roda. Dengan santai Harry mendorong kursi rodaku masuk kedalam. Ada sedikit rasa gelisah. Aku takut para penggemarnya datang menyerbu atau mungkin hal menakutkan lainnya mengingat ia berkeliling tanpa pengawasan seorang guard.

Harry bersandar pada tiang saat menungguku memilih pakaian. Diam-diam aku mengeluarkan ponselku lalu memotretnya yang sedang sibuk memandang kearah lain. Rambutnya yang dikuncir kebelakang serta kacamata hitam membuatnya terlihat sempurna dalam balutan mantel.

"Hanya itu?" tanya Harry ketika aku sudah selesai memilih, "Bird, pilihlah lima pasang pakaian lagi. Dua pakaian tidak akan cukup. Ayo ku ajak melihat-lihat yang lain," Aku hanya pasrah. Harry membawaku kederetan sepatu dan mataku langsung terpana melihat sepatu boots berwarna merah tua. Saat sedang memilih sepatu, beberapa gadis datang menghampiri. Harry dengan senang hati memeluk mereka satu persatu.

"Siapa dia?" tanya gadis berambut pirang pada Harry.

"Ia adik sepupuku. Kenalkan, namanya Birdy."

"Birdy? WOW AKU MENGENALMU!" Aku tersenyum canggung dan pada akhirnya mereka meminta untuk foto bersamaku. Aku tidak menyangka, begini rasanya memiliki seorang penggemar.

Setelah mereka pergi Harry kembali membantuku memilih pakaian yang cocok. Ia bahkan membelikanku mantel baru untuk musim dingin.

Setelah puas berbelanja, Harry meminta sang supir untuk singgah ke restoran Jepang.

"Bird, senyum," kamera ponsel sudah mengarah kearahku. Aku segera memasang senyum lebar kemudian melanjutkan dengan melahap sushi-sushi lezat ini.

Sore harinya Harry membawaku pulang. Dirumah, masih ada Liam, Louis dan Niall. Mereka sedang berkumpul diruang tamu sambil bernyanyi.

"Umm, Harry?" yang dipanggil menoleh, "Apa Greyson tahu kalian akan menginap disini?"

Niall menjejalkan satu buah sosis kedalam mulutnya, "Kamwi baruw membwewi tahukan Awyah dan Iwbunya,"

Mulutku membulat. Merasa lelah, aku akhirnya meninggalkan mereka diruang tamu.

Tidak mendengar suara Greyson seharian membuatku merasa sedikit aneh. Ku beranikan diri untuk menelponnya, namun nada sibuk yang ku terima.

"Mungkin masih sibuk mengurusi acara," ujarku lalu berbaring diatas tempat tidur.

Pagi hari yang cerah, aku menerima sebuah pemberitahuan dari twitter. Pemberitahuan itu berasal dari twitter Greyson. Ia memposting dirinya sedang berada diatas panggung sebagai MC. Aku mengulum senyum melihatnya di foto dengan balutan tuxedo.

Ponselku berdering nyaring. Panggilan telepon dari Greyson mengalihkan perhatianku.

"Hey!," sapaku riang.

"Bagaimana kabarmu, Bird?"

"Baik. Bagaimana denganmu?"

Kami berdua berbincang sebentar sampai akhirnya suara Harry melengking meneriaki namaku.

"Apa itu suara, Harry?"

"Um ya. Ia menginap disini,"

"APA?!" aku menjauhkan ponselku dari telinga ketika Greyson berteriak, "Mengapa kau tidak bilang?! Siapa yang memberimu izin, Birdy!"

Aku bergerak canggung karena nada bicara Greyson sudah berubah, "Ayah dan Ibumu," sahutku ragu sambil menggigit bibir. Greyson menghela nafas panjang lalu mengakhiri pembicaraan kami. Entah mengapa ada sedikit rasa bersalah karena tidak memberitahunya. Suara Harry membuyarkan lamunanku, segera ku keluar dari dalam kamar lalu turun untuk menemui Harry.

"Aku sudah memasakan sarapan untukmu," Harry menyodorkan ku satu potong roti lapis dengan isi yang tidak ku mengerti.

Seminggu tanpa Greyson ternyata tidak terlalu buruk, karena ada Harry yang selalu menemani hari-hari ku. Ia mengajakku keberbagai tempat rekreasi bahkan kami sempat singgah sebentar ke Birmingham. Ini membuatku kembali ingat ketika pertama kali aku melihat Greyson bernyanyi diatas panggung dan pertama kalinya aku berkenalan dengan Jeremy.

Sean bilang, hari ini keluarga Chance kembali ke London. Aku tidak sabar untuk menyambut kedatangan mereka dan mendengarkan cerita proses lamaran Alexa. Suara pintu gerbang terbuka, aku segera melajukan kursi rodaku kepintu utama.

Sean sudah berdiri disana untuk menyambut mereka dan saat Bibi Lisa turun dari mobil, Sean melangkah cepat untuk membawakan kopernya.

Senyumku merekah ketika melihat Greyson turun dari mobil. Ia menutupi kepalanya dengan hoodie dan berjalan melewatiku yang sedaritadi tersenyum kearahnya. Seketika senyuman hilang dari wajahku. Aku berbalik menatapnya yang sudah duduk diatas sofa.

Ada apa dengannya?

Bibi dan Paman Scott memelukku secara bergantian. Aku berusaha menghiraukan sikap Greyson yang tiba-tiba berubah aneh padaku. Mereka bercerita bagaimana serunya acara lamaran Alexa kemarin dan antusiasnya Greyson menyambut calon kakak iparnya itu. Kami tergelak bersama kecuali Greyson. Aku berkali-kali mengalihkan pandangan dari tatapan tajamnya saat ini.

Secara mengejutkan, Greyson menarik kursi rodaku kedalam elevator. Aku hanya diam tidak banyak bertanya. Rasa cemas mulai merasukiku.

Laju kursi rodaku berhenti di pintu kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya lebar-lebar dan dengan acuh menyuruhku masuk.

Greyson melepas hoodie yang ia kenakan. Gerakan lambatnya melepas hoodie membuatku bisa melihat jelas kearah perutnya. Mataku melotot dan tak bisa ku hindari pemandangan langka ini. Setelah ia berhasil melepas hoodienya aku buru-buru mengalihkan pandangan. Ia duduk menghadapku di tepian tempat tidur. Air wajahnya sulit ditebak, membuatku sedikit takut.

"Apa ada masalah?" tanyaku akhirnya. Greyson masih diam menatapku dan bisa kulihat ia menggertakan gigi-giginya.

"Siapa saja yang menginap kemarin?"

"Hanya Louis, Liam dan Harry. Ada apa?"

Greyson menegakkan posisi duduknya, "Apa saja yang kalian lakukan?"

"Kami hanya menghabiskan waktu menonton film dan mereka memilih bermain billiard. Lalu aku dan Harry pergi keluar,"

"Hanya berdua?" aku mengangguk. Greyson mulai gelisah, "Birdy, bisakah kau berhenti membuatku khawatir?" aku menatapnya dengan ekspresi bingung. Greyson berdiri lalu berjalan kearah jendela. Ia memasukan sebelah tangannya kedalam saku celana dan sebelahnya lagi mengacak rambut.

"Greyson, aku tidak mengerti," ujarku jujur. Ia berbalik melangkah mendekatiku, kedua tangannya kini berada disisi kursi rodaku, "Kau tidak mengerti?" aku menggeleng, "Baik. Akan ku jelaskan," Ia menjauhkan diri dariku. Menarik nafas lalu menatapku lagi, "Aku tidak pernah tenang selama aku berada di OK. Aku selalu memikirkanmu, ditambah lagi aku tahu bahwa Harry menginap disini. Jawab dengan jujur, apa saja yang kau lakukan bersamanya?"

Aku menjilat bibirku, penjelasan Greyson membuatku tambah bingung, "Kami hanya pergi belanja. Harry menemaniku membeli beberapa baju dan ia juga mengajakku jalan-jalan mengelilingi London,"

"Hanya berdua?" aku mengangguk lagi, "Sial," umpatnya pelan namun aku masih bisa mendengar.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak mengerti," ujarku lagi dan kini Greyson menatapku kesal.

"KAU BELUM MENGERTI JUGA?!" ia menatapku putus asa. Aku hanya bisa menggeleng kaku.

Dengan gerakan cepat, Greyson sudah duduk kembali di tepian tempat tidur.

"Aku cemburu,"

"Hah?" aku menatapnya. Berusaha mencerna kalimatnya barusan. Apa aku tidak salah dengar?

"Aku cemburu, Birdy!"

"Mengapa kau bisa cemburu padaku? Apa kau menyukai Harry?"

Greyson dengan gemas mengacak-ngacak rambutnya. Dengan cepat ia berlutut dihadapanku, menyamai tinggiku yang sedang duduk dikursi roda.

"Aku cemburu pada Harry karena ia bisa menghabiskan waktu bersamamu,"

"Oh," Aku menghela nafas. Entah mengapa kinerja otak ku benar-benar lamban hingga akhirnya aku menyadari kata-kata Greyson, "APA?! BAHGAIMAN BSIA?!"

Greyson memutar kedua bola matanya, "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Tidak ada reka ulang,"

Aku mematung tidak percaya. Bagaimana bisa ia baru saja mengakui bahwa ia cemburu pada Harry.

"Jadi apa maksudnya semua ini?" tanyaku lagi. Aku masih penasaran dengan sikapnya. Aku berharap bisa mendapatkan jawaban yang lebih baik atau mungkin jawaban yang bisa membuatku berguling kesana kemari.

"Tidak ada. Aku hanya cemburu,"

"Cemburu tanpa ada perasaan apapun? Kau benar-benar aneh,"

Greyson berdiri dan menggaruk tengkuk lehernya dengan canggung, "Yea kurasa aku cemburu karena—kau tahu seorang teman.... dan aku cemburu karena aku juga ingin menghabiskan waktu bersamamu,"

Seorang teman

Oh terkutuk kau friendzone yang sudah menghancurkan khayalanku.


***TBC***

Continue Reading

You'll Also Like

32.4K 5.8K 19
Aturan dan tugas yang berlaku dalam pernikahan ini, yakni; 1. Kedua mempelai diwajibkan saling menguntungkan kepentingan pribadi masing-masing. 2. K...
26.1K 3.8K 28
*** Spin-Off Edelweiss untuk Anna *** Leandro terpaksa menjadikan Edelweiss-adik tirinya-sebagai kekasih pura-puranya. Semakin lama, hubungan palsu m...
1.6K 278 10
Bagaimana rasanya punya pasangan tukang selingkuh? Sakit? Tentu saja. Itulah yang dialami Nissa, atau lengkapnya Anissa Fatih Zhakia. Nissa terpaksa...
402K 40.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. Ā° hanya karangan semata, jangan melibatkan...