ONLY TODAY?

By albega_

5.3K 202 38

Apakah hanya untuk hari ini saja kau kembali menemaniku? Tak bisakah kau menemaniku selamanya? Setiap hari ak... More

note 2
note

Untitled Part 1

3.7K 174 36
By albega_

Happy reading^^

Hembusan angin pagi membawa lembut aroma segar dari balik jendela, memberi semangat baru bagi Veranda. Ia bergegas keluar kamar dan melahap dengan nikmat menu sarapan yang sudah disiapkan oleh sang mama.

"Ma, Ve berangkat dulu"

"iya sayang hati-hati ya" ucap sang mama sambil mencium pipi bak moci milik putrinya itu.

"iya ma"

Senyum simpul jelas terlihat kala Veranda mendapati sosok gadis seumurannya yang sedang berdiri di depan rumahnya, sedang menunggunya. Dia Kinal, sahabat Veranda.

Ia mengamati sosok yang masih sibuk menonton jalanan perumahan sambil sesekali menyapa orang yang lewat berlalu lalang. Helaian rambut sebahu milik Kinal berterbangan dihempas oleh angin membuat Ve betah mengagumi gadis yang selama ini selalu berada di sampingnya, yang selalu melindunginya dan menjaganya.

"hei Ve" seruan Kinal membuat Veranda tersadar dari aktivitasnya menikmati sosok di depannya itu.

"eh? Iya Nay.. bentar" ucap Ve sedikit gugup.

Sering sekali seperti itu, Kinal mendapati seorang Veranda melihat dengan tatapan yang tak ia mengerti. Tatapan intens yang penuh makna itu. Sebenarnya Kinal merasa takut dengan tatapan misterius itu, selalu membuat dadanya berdesir hebat, beberapa kali ia harus berusaha mengatur degup jantung yang tak karuan karena tatapan Veranda tersebut.

Ia tidak senang dengan kelemahan hatinya yang seperti itu, ia bahkan tak mengerti kenapa selalu seperti itu.

Dua sahabat tersebut dibaluti senyum menaiki sepeda milik Kinal, terpaan angin pagi membuat Veranda selalu menikmati momen-momen berangkat sekolahnya. Oh mungkin bukan karena suasana paginya, tapi.. mungkin karena ia bersama orang yang disayanginya. Asalkan bersama Kinal, terik mataharipun tetap terasa sejuk dan hujanpun tetap terasa hangat.

"Ve, besok free ngga?" ucap Kinal sambil memelankan laju sepedanya.

"Uum.. iya kayanya. Kenapa?"

"kita jalan yuk?"

"hah? Kemana Nay?"

"kemana lagi kalau bukan pantai favorit kita?"

"beneran Nay?"

"iya.. lagian udah sebulan ngga kesana jadi kangen"

"yeeeyyyy siap Kinay!!!"

Sepasang tangan tiba-tiba melingkar erat pada perut Kinal, perlakuan Veranda membuat Kinal kaget hingga membuat sepedanya hampir saja oleng, untung saja kinal berhasil menyeimbangkannya kembali. Jantung Kinal bagai berlari dengan kelajuan tinggi, berdegup dengan hebatnya menikmati suasana ini. Veranda selalu seperti ini, membuat Kinal memperkarakan perasaannya yang tak dimengerti oleh diri Kinal sendiri.

Sesuai janji Kinal, esok hari ia membawa Veranda menuju pantai favorit mereka. Biasanya setiap weekend, barangkali sebentar mereka selalu menyempatkan diri menikmati pesona pantai pasir putih yang masih sangat sepi itu. Tak jarang mereka menghabiskan waktu hingga malam hari disana, tiada lagi yang lebih indah saat mereka memandang sunset bersama.

"the real of keindahan yah Ve" ucap Kinal sembari merentangkan tangannya lebar menikmati hembusan angin senja yang menyambut pesona warna langit jingga dengan matahari sebagai pusat terangnya.

"iya Nay, aku seneng masih bisa menikmati sunset bersamamu setiap sore"

Kinal terkekeh mendengarnya, tak mengerti dengan ucapan Veranda barusan. Ambigu.

"aku berharap selalu bisa menikmatinya bersamamu Ve, kuasa Tuhan yang indah ini"

Veranda hanya tersenyum mendengarnya. Dalam hati ia berkata, tak hanya untuk melihat sunset Nay, aku ingin setiap saat bersamamu, menikmati waktu yang ada. Menikmati senyum khasmu yang indahnya melebihi mentari senja ini. Mengikuti tawa renyah yang selalu kau berikan padaku. Aku ingin selalu bersamamu.

-esoknya-

Hoaaammzzz

Kinal merasakan matanya terganggu, kilauan sinar mentari mengusik mimpi indahnya. Memaksa tubuh bongsornya itu menggeliat mengumpulkan nyawanya.

"bangun Nal.. udah pagi"

"iya ma.."

Seperti biasa, Kinal selalu menyambut pagi harinya dengan semangat 48. Tak luput dari kebiasaan paginya yang selalu menunggu dengan anteng sesosok bidadari tanpa sayap di depan rumah sang bidadari.

-At school-

"Nal, lu ntar jangan pulang dulu yee.. kita ngerjain tugas dulu disini" ucap Jeje sambil memukul pelan bahu Kinal.

"gue pulang dulu aja gimana? Ntar gue balik lagi kesini? Kasihan Veranda kalo harus nungguin gue ngerjain tugas. Biar gue anter dia pulang dulu" ucap Kinal memohon.

"kan Veranda bisa pulang sendiri.. dia udah gede juga keles nal"

"tapi Je.."

"serah lu dah.. pokonya lu kudu ikut ngerjain ntar pulang sekolah.. jangan pacaran mele lu"

"ya keles gue pacaran ama Ve"

Tanpa sadar ucapan Kinal tersebut cukup mengiris hati Veranda yang tak sengaja mendengarnya, oh bukan tak sengaja. Dia sengaja menyimak dengan cermat apa yang dikatakan Kinal, meskipun dari jarak dengar yang cukup jauh. Entah pikiran Veranda sudah tak bisa teratur lagi, ia sendiri bingung dengan perasaannya. Jujur saja mendengar ucapan Kinal dengan nada menyela itu membuat dadanya sesak, seakan Kinal tak mengingankan hadirnya seorang Veranda. Mungkin otak ve sudah mulai gila, sakit hati menerima kenyataan Kinal tak ingin menjadikannya seorang pacar.

Sadarlah ve, Kinal justru benar. Batinnya.

"udeh pokoknya ntar lu datang aja" ucap Jeje sambil berlalu pergi meninggalkan Kinal di bangkunya.

"iya Je iya"

Tak lama dengan berat Veranda masuk kelas dan duduk ditempat duduknya, persis disamping Kinal.

"Ve" panggil Kinal.

"apa?"

Sebenarnya Veranda merasa sakit atas ucapan Kinal tadi, tapi ia tau segalanya akan jadi aneh kalau dia marah karena hal tersebut. Dengan berat hati, ia berusaha senormal mungkin menghadapi apapun yang terjadi.

"ntar.."

"kamu mau ngerjain tugas kan Nay?" potong ve.

Kinal hanya nyengir kuda tanda membenarkan pertanyaan ve.

"yaudah nggapapa.. kutungguin kamu ngerjain tugas."

"hah? Beneran ve?"

"iya.. tapi kalo kamu ngga mau yaudah ntar biar aku naik bus aja"

"eh bukannya ngga mau ve, tapi aku kasihan sama kamunya kalo harus nungguin aku ngerjain tugas"

"nggapapa Kinay.. lagian males juga harus pulang sendirian naik bus"

"oh yaudah kalau gitu.. makasih ya ve"

Mereka sama sama tersenyum dan saling menikmati senyum khas satu sama lain. Hanya saja mereka tak saling tau bahwa mereka saling menikmati senyum orang yang sangat mereka sayangi. Jantung Kinal berpacu begitu cepat, memaksa ia melepas pandangannya pada Veranda. Ia tertunduk sadar akan perbuatannya yang mengundang kejanggalan. Selalu karena takut akan perasaannya sendiri.

Sepulang sekolah, Kinal segera menemui teman kelompoknya untuk mengerjakan tugas. Dan dengan sabarnya Veranda menunggu Kinal yang tengah sibuk memimpin jalannya kerja kelompok tersebut. Sifat kepemimpinan Kinal memang menjadi nilai plus tersendiri. Menambahkan rasa kagum Veranda pada sosok Kinal.

Veranda tengah asyik membolak-balikkan halaman novel bertebal 400 halaman. Tentu saja ia membacanya. Dengan sesekali mencuri pandang kearah Kinal.

Beberapa jam kemudian, Kinal telah selesai mengerjakan tugasnya, ia segera menghampiri ve dan mengajaknya pulang.

"udah selesai Nay?" tanya ve saat menyadari seseorang duduk menghadap ke arahnya.

"iya, yuk pulang" jawab Kinal dengan senyum manis yang sukses membuat pipi Veranda bersemu merah karena disenyumi oleh kesayangannya.

Ve hanya mengangguk pelan menyanggupi ajakan Kinal.

As you know di tengah perjalanan

"yah Ve ban nya bocor"

"iya Nay, gimana ini?"

"yaudah, terpaksa jalan kaki, kita nyari bengkel deket sini dulu. Sorry ya Ve"

"nggapapa keles Nay, gitu aja minta maaf.. lagian kan bukan salah kamu"

"hehe ya aku ngga tega aja liat bidadari harus jalan kaki di tengah teriknya panas matahari"

"ihh apaan sih Nay"

Pipi ve merona mendengar gombalan Kinal itu.

Kinal Kinal, berhentilah membuat perasaanku makin kacau. Aku semakin sayang sama kamu dan ini sungguh menyakitkan. Huft jangankan jalan kaki nyari bengkel. Jalan kaki keliling dunia pun asalakan bersama mu aku tetap bahagia :). batin ve.

Saat tengah menyusuri jalanan, sebuah mobil tiba-tiba saja berhenti di dekat Veranda dan Kinal. Keduanya saling pandang mengisyaratkan kebingungan masing-masing. Siapa gerangan yang ada di balik mobil tersebut.

Oh rupanya itu hanya Joe, teman sekelas mereka.

Hanya? Jangan bilang hanya karena kalian belum tau siapa itu Joe.

Joe, pengagum Kinal sejak pertama masuk sekolah. Cukup kaya dan terkenal di sekolah. Tapi sampai sekarang dia belum berani menyatakan cintanya pada Kinal.

Lalu bagaimana Kinal pada Joe? Just friend like other.

"hai, ada yang bisa aku bantu?" ucap Joe berusaha seramah mungkin pada dua orang gadis di depannya.

"oh hai Joe, kurasa tidak.. kami hanya perlu menemukan bengkel" ucap Kinal tak kalah ramah.

"bagaimana kalau aku antar?" tawar Joe.

"are you kidding us? Lalu bagaimana dengan sepedanya Joe?"

"haha akan kuantar kalian dengan jalan kaki, sekedar menemani?"

"umm.. kayanya ngga usah Joe. Kami ngga papa kok. Iya kan Ve?"

Ve hanya mengangguk setuju. Ia tau semua, siapa itu Joe. Bagaimana perasaannya terhadap Kinal dan apa yang mungkin sedang direncanakan Joe saat ini, apalagi kalau bukan mendekati Kinal? Hal itu cukup membuat Ve malas berhubungan dengan lelaki di depannya ini. Tentu saja ia tak suka karena Joe mungkin saja berusaha merebut perhatian Kinal darinya.

"yaudah Nal, kalau gitu aku duluan ya.. kalau butuh bantuan kamu bisa langsung hubungin aku."

"iya Joe, makasih ya"

Siapa sangka pertemuan singkat tersebut merupakan awal dari segalanya. Semenjak saat itu, Joe mulai berani mendekati Kinal, memberi kode bahwa ia menaruh hati pada gadis tersebut.

Mungkin Veranda masih bisa menahan sakit saat Joe berusaha mencuri perhatian Kinal, tapi perasaanya lebih dari hancur saat Kinal mulai meladeni perhatian kecil dari Joe. Hatinya berkecamuk saat melihat Kinal mulai dekat dengan Joe.

Veranda mulai tak suka dengan suasana seperti ini, ia harus menahan perih saat Kinal dengan leluasa menceritakan bagaimana kedekatannya dengan Joe. Rasanya ia ingin mati saja saat itu atau paling tidak, mendadak tuli. Tapi bagaimanapun Kinal adalah sahabatnya, Veranda tau Kinal menceritakan semua itu hanya pada Veranda, sahabatnya. Dengan berat hati, Veranda hanya bisa tersenyum penuh kepalsuan dan saran-saran penuh kebohongan yang menyakitkan dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, Veranda berpikir untuk menyerah. Dia sudah mulai lelah dengan sakit hatinya ini. Bukan karena bosan mendengar cerita-cerita Kinal, tapi karena puncak sakitnya telah hadir.

Kinal jadian dengan Joe.

Sudah cukup remuk hati Veranda menerima kenyataan menyakitkan ini, setiap malam air matanya terus mengalir dengan seenaknya, membuat mata indahnya menjadi sayu dengan tatapan penuh luka.

Kinal? tidak kah kamu mengerti bertahun-tahun aku bertahan untuk menyimpan rasa ini begitu sakit? Aku hanya bisa menahannya agar aku tetap bisa berada dekat denganmu, melihat senyum indahmu yang hanya untukku, memelukmu, menikmati sandaran di bahumu. Tapi dengan seenaknya Joe merengggut semuanya. Semua yang harusnya hanya milikku. Dan sekarang kau berikan hatimu pada Joe? Sakit Nal.. -Veranda

"Nal?" panggil Joe pada gadis kesayangannya itu.

"iya?" jawab Kinal tanpa menoleh kearah Joe.

"kamu kenapa sayang? Kok lemes gitu?"

"nggapapa kok"

"jangan bohong gitu"

"aku ngga papa kok Joe"

Kinal berdiri dari posisi duduk nya, pergi meninggalkan Joe yang masih bingung dengan perubahan sikap Kinal semenjak mereka pacaran.

Kinal sadar keputusannya saat menerima Joe memang bukan keputusan matang yang ia ambil. Sekarang kepalanya pusing memikirkan hubungannya dengan Joe. Ia bahkan tak tau apakah dia benar-benar mencintai Joe atau tidak. Rasanya ada yang hilang dari diri Kinal, tapi apa? Ia bahkan merasakan kehilangan semangat yang selama ini selalu ia dapatkan setiap pagi. Saat itulah ia sadar ia kehilangan sesosok Veranda. Mungkin Veranda ada, tetap disampingnya, di dekat bangkunya, tapi ia sadar Veranda seakan menjaga jarak dengannya.

Setiap pagi Kinal dan Veranda tak lagi berangkat bersama. Kinal tau ia yang salah, ia yang memulai karena pada saat itu ia terpaksa menerima ajakan Joe untuk berangkat bersamanya dan membiarkan Veranda berangkat sendiri tanpanya. Seminggu berlalu dan sewaktu Kinal ingin mengajak Veranda bersepeda bersama, Veranda lebih memilih berangkat diantar oleh supir pribadi keluarganya.

Sebenarnya, Veranda masih setia mendengar cerita-cerita Kinal tentang Joe, mendengar keluh kesah tentang keposesifan Joe. Tapi ia tau, Veranda tak benar-benar mendengarkannya. Ya Veranda memberi pendapat, ya Veranda memberi saran. Tapi Kinal tau, Veranda kacau. Veranda juga tak lagi bercerita lagi dengannya. Veranda kembali menjadi pribadi yang tertutup, segalanya ia rahasiakan dari Kinal. Padahal sebelumnya, tak ada sama sekali tembok pembatas antara Kinal dan Veranda.

"Ma aku pergi dulu" ujar Veranda sambil berlalu meninggalkan ruang tengah.

"lo kemana ve?" ucap mama menghentikan langkah Veranda.

"ke pantai Ma"

"bukannya kemaren abis ke pantai? Kok ke pantai lagi? Sama siapa sayang?"

"sendirian Ma.. Veranda lagi pengen Ma.. boleh ya Ma? Please.."

"tapi Ve.."

"Ve berangkat dulu Ma"

Setiap waktu kosong, setiap hari saat Ve merasakan lelah dengan pikiran mengenai bayang-bayang perasaannya pada Kinal, ia pergi meninggalkan rumah. Ke pantai sepi itu. Menyendiri menikmati suasana kedamaian yang menyulut hatinya. Merasakan angin berhembus dengan hawa dingin yang merasuk melewati tulang rusuknya.

Kinal, kau tau? Aku sangat merindukanmu. Menikmati suasana damai ini bersamamu, memandang langit mentari senja berdua. Berbagi kebahagiaan dan tawa. Senyum khas milikmu.. aku sangat merindukannya. Sudah dua bulan kita tidak menghabiskan waktu bersama, tak ada lagi dirimu di pantai ini. Aku hanya sendiri menikmati kesunyian yang menyakitkan ini. Berkali-kali aku kesini, hampir setiap hari berharap kau datang menemuiku disini. Atau paling tidak biarlah perasaanku padamu ikut hanyut bersama ombak laut ini agar aku tak merasakan sakit lagi. Tapi semua percuma Nal, kenangan bersamamu disini membuatku semakin sakit, tapi otakku seakan menikmati kesakitan ini.. memaksaku untuk terus-menerus datang kesini. Karena disini aku bisa membayangkan keindahanmu, senyummu, pelukanmu, segalanya tentang dirimu yang saat itu hanya untukku. Tidakkah kau merindukan sahabatmu ini Nal? Sahabat yang terjebak oleh permainan cinta yang aku ciptakan sendiri. Perasaan cinta yang aku akui ini tumbuh kepadamu.. Kinal!!! aku mencintaimu!!!

"Ve?" ucap Kinal saat terbangun dari lamunannya.

"hah? Siapa? Kenapa Nal?" tanya Joe yang ada di sampingnya.

"hei Joe.. besok tak usah menjemputku yaa.. aku mau bersepeda saja"

Joe menatap Kinal dengan tatapan heran.

"kenapa?"

"aku mau berangkat sama Ve. Aku kangen sepedaan sama dia.."

"oh"

"yaudah.. besok aku berangkat sama Ve.. kamu ngga usah jemput aku. Oke Joe?"

"hhmm"

"hehe.. udah jan ngambek gitu.. jelek tauk. Ayo senyum"

Joe dengan berat hati, tersenyum paksa demi kekasihnya itu.

"nah.. anak pinter"

Akhirnya, Kinal pun dengan penuh semangat segera menelpon Veranda malam itu juga. Berharap Veranda mau berangkat bersama lagi dengannya.

"hallo?"

"hallo Ve?"

"ada apa Nal?"

"besok bareng yok"

"hah?"

"iya sepedaan bareng lagi.."

"bukannya kamu sama Joe? Lagian aku kan bisa sama pak Rudi.. udah Nal.. ngga usah"

Kinal cukup kecewa dengan jawaban Veranda. Semua diluar ekspektasinya.

Harusnya kamu bilang, apa? Beneran Nay? Oke oke.. siap kaptenku.. besok aku tunggu di depan rumah yah Nay.. harusnya gitu Ve. Kenapa jadi gini? Eh btw kenapa Ve ngga pernah manggilku Kinay lagi yah? Batin Kinal.

"hallo? Nal? Masih nyambung ngga ya?"

"hellooo??"

"eh iya sorry Ve.. aku masih disini kok.. emm.. pokoknya besok kamu harus mau. Besok aku jemput ya di rumah. Titik ngga boleh protes. Bye."

"loh? Nal.. tapii.."

Tut tut tut

Veranda tak cukup mengerti dengan ajakan Kinal yang tiba-tiba itu. Ia harusnya bisa keluar dari belenggu rasa cintanya pada Kinal. Tapi rasanya terlalu mengikat, seakan Kinal selalu memiliki jerat untuk tidak melepas Veranda dari hatinya. Saking kuatnya jerat itu, membuat Veranda sakit.

Benar saja, esok harinya saat Veranda keluar rumah. Telah dilihatnya seorang yang sangat ia cintai itu. Dengan senyum khas indahnya Kinal menyambut Veranda dengan mata berbinar.

Tanpa sadar kedua sudut bibir Veranda tertarik ke atas. Perasaan riuh dalam hatinya mengalahkan segala rasa sakit hati dan kecewa yang ia rsakan selama ini. Senyuman pagi itu selalu nampak berbeda. Seolah hanya pada Veranda, Kinal tunjukkan senyum itu.

"pagi bidadari" sapa Kinal yang sukses membuat pipi Veranda bersemu merah.

Jantung Veranda mulai berpacu tidak karuan. Kinal di pagi hari memang sangat berbeda dengan Kinal di sekolah. Aura kecerian begitu terpancar saat Kinal hanya berdua bersama Veranda.

"kenapa?" tanya Ve saat berada dekat denngan Kinal.

"kenapa apanya?" tanya Kinal tak mengerti.

"ya kenapa tiba-tiba ngajak berangkat bareng lagi?"

Pertanyaan tersebut cukup menohok Kinal. Ia merasa pertanyaan ini merupakan sindiran halus Ve karena semenjak bersama Joe, Kinal hampir melupakan Ve.

"memang nya ngga boleh kalau aku merindukan sahabat yang selama ini selalu bersamaku?"

Veranda hanya tersenyum menanggapi ucapan Kinal barusan. Ia tak samapi hati menodai suasana pagi yang sudah sangat lama ia rindukan ini.

"ayo naik" ajak Kinal tanpa meninggalkan senyum hangat yang sedari tadi menghiasi bibirnya.

Dengan perlahan Ve menaikki boncengan dan melingkarkan tangannya pada perut Kinal. membuat Kinal sedikit tersentak, ia mungkin kaget karena sudah lama tak berboncengan bersama Veranda. Jantungnya berdegup kencang, darahnya mengalir deras merasakan tangan ve yang dengan erat memeluknya seakan tak pernah ingin melepasnya. Kinal tau Veranda juga merindukan momen seperti ini.

Tuhan, aku bahkan tak pernah merasakan desir perasaan sehebat ini bersama Joe. Batin Kinal.

Rasanya sudah sangat lama Ve tidak merasakan indahnya momen seperti ini, rasanya ingin sekali jalanan menuju sekolah lebih jauh lagi agar ia bisa lebih lama berdua bersama Kinal naik sepada. Menikmati hembusan angin bagai di surga saat bersama orang yang kita sayangi, Veranda menutup matanya menikmati suasana pagi yang luar biasa ini.

Sekelumit harapan tiba-tiba terbayang dalam benak Veranda. Ia berpikir sejenak, dan memberanikan diri mengajak Kinal.

"Nal?"

"iya ve? Ada apa?"

"kamu ntar sore free ngga?"

"emm.. kenapa ve?"

"mau ke pantai ngga? Cuma hari ini saja"

Kinal merasa ragu dengan ajakan Ve, sebab ia sudah memiliki janji dengan Joe lebih dulu. Tapi bagaimana bisa ia melukai perasaan orang yang ia sayangi ini? Tapi bagaimana dengan janjinya pada Joe. Ahh mungkin..

"Nal?"

Panggilan Veranda memotong pikiran Kinal, seakan mendesak Kinal untuk segera menjawab pertanyaan Veranda.

"iya Ve, ntar kita ke pantai ya"

"beneran Nal?"

"iya Ve sayang.. ntar sore kita ke pantai yang tidak ada di peta" ucap Kinal yang sukses membuat Veranda tersipu malu dengan panggilan Kinal padanya. Jantungnya tersentak sesaat merasakan begitu indahnya panggilan sayang yang terucap dari bibir Kinal.

Kinal hanya terkekeh menyadari apa yang baru saja ia ucapkan.

"makasih Nay" ucap Veranda. Kinal tersenyum mendengar Veranda memanggilnya dengan panggilan kesayangan itu lagi.

"iya Ve.."

Dengan perasaan waswas ia menemui Joe dibangkunya. Dilihatnya lelaki itu sedang asyik mencoret-coret buku catatannya dengan berbagai macam gambar anime. Kinal duduk tepat disamping lelaki itu membuat Joe tersentak kaget.

"eh? Nal? Kok? Dateng dateng udah langsung kesini aja?"

"hehe iya Joe.. aku mau ngomong sesuatu"

"ada apa sayang? Kamu kangen ya ngga berangkat bareng aku? Kamu sih pake..aww"

Belum sempat Joe menyelesaikan ucapannya, Kinal mencubit keras lengan Joe.

"aduh sakit sayang.. kenapa sih?" ucap Joe sambil merintih kesakitan.

"duh maaf ya Joe, kamu sih bikin sebel" sesal Kinal sambil mengusap-usap lengan Joe berharap rasa sakitnya menghilang.

"iya nggapapa kok sayang, gimana? Kamu mau ngomong apa?"

"ntar kita batal jalan ya?"

"lo? kenapa?"

"aku... emm.. aku ada janji ama Ve"

"Ve lagi Ve lagi.. kenapa sih..aww"

Lagi-lagi dengan terpaksa Kinal harus menghadiahi cubitan keras pada Joe.

"ssttt jangan keras-keras!! Veranda kan ada disini" ucap Kinal setengah berbisik.

"kenapa sih.."

"ihh bisa dipelanin ngga sih suaranya!!"

"iya iya.. say, tadi kan udah berangkat sama Veranda. Masa iya ntar kita gagal nge date hanya gara-gara Veranda?"

Sesaat Kinal mendelik mendengar ucapan Joe.

Hanya gara-gara Veranda? Apa maksudnya? Hellooo... Asal kamu tau aja ya Joe.. Veranda itu lebih dari kamu.. Veranda itu segalanya dan ngga akan aku nyia-nyiain Veranda lagi. Batin Kinal

"mending kita ngomong di luar"

Segera saja Kinal menarik keluar Joe dan pergi meninggalkan kelas yang masih sepi itu.

Veranda menahan sakit melihat pemandangan di depannya itu. Menonton Kinal yang asyik bermesraan dengan Joe. Rasanya bagaikan diterbangkan ke awan yang amat tinggi kemudian dijatuhkan seketika sampai ke jurang yang paling dalam. Baru saja ia merasakan lunturnya rasa rindu akan sosok Kinal miliknya, tapi sekarang ia sudah harus menelan pil pahit melihat Kinal bersama orang lain.

Dilain tempat, Kinal sedang mengobrol serius dengan Joe.

"kenapa sih say harus di luar? Emang di dalem ada apaan sih?"

"denger ya Joe, aku ngga mau bikin Veranda sakit ati gara-gara ucapanmu yang ceplas-ceplos kaya tadi"

"sayang.. emang aku gimana sih tadi? Lagian Veranda juga ngga denger.. abisnya aku sebel masa iya dia bikin kita ngga jadi nge date"

"Joe, Veranda itu sahabat aku. Kamu tau ngga seberapa penting seorang sahabat dalam hidupku? Sangat penting Joe.. sangat!! Aku ngga mau bikin dia sakit hati gara-gara nolak permintaannya buat pergi sore ini"

"tapi kan ia udah ngambil waktu kamu sepagian ini. Terus dia mau minta waktu kamu lagi gitu? Pake ngajak pergi lagi. Terus kapan kamu ada waktu buat aku?"

"apa? Gue ngga salah denger nih? Aku udah ngasih waktu aku banyak buat kamu Joe sampe aku hampir ngelupain sahabat aku. Sampai hampir nyia-nyiain dia. Terus kamu pantes gitu protes gara-gara Ve minta satu permintaan doang buat nemenin dia? Cuma sehari ini doang? Lagian berangkat bareng itu aku yang minta, bukan dia. Joe, aku tuh sayang sama sahabat aku.. dia itu orang yang sangat penting dalam hidupku. Dia yang selalu ada buat aku.. dia ada sebelum kamu. Kamu tuh harus ngehargain sahabat aku kalau kamu ngaku ngehargain aku"

Setetes cairan bening tiba-tiba keluar dari mata Kinal meninggalkan rasa bersalah yang dalam bagi Joe. Ia mengusap pipi Kinal yang mulai basah dan mengangkat dagunya berharap Kinal mau melihat ke arahnya.

"maaf Nal, aku salah.. aku minta maaf banget.." ucap Joe sembari memegang tangan Kinal.

"iya nggapapa kok.. ini masalah kecil. Aku cuma pengen kamu bisa ngertiin aku" ucap Kinal pelan.

"iya Nal, aku akan belajar untuk bisa lebih baik lagi"

Kinal tersenyum ke arah Joe. Hatinya tertegun melihat kesungguhan hati Joe. Ia tau sessungguhnya yang paling salah dalam hubungan ini adalah dia. Hatinya.

Iya Joe ini masalah kecil, karena masalah terbesarku adalah aku tidak bisa mencintaimu.

Kinal masuk ke dalam kelas dengan Joe di belakangnya. Ia memandang lurus kearah bangkunya, tepatnya bangku disampingnya yang terisi seorang gadis yang memandang kearah jendela.

Hey, tidakkah kau ingin menyambut sahabatmu ini? Apakah pemandangan di luar sana lebih indah dari diriku? Oh siapalah aku ini, hanya Kinal yang mungkin sudah sangat kamu benci ini.

"Ve?"

Ve menoleh, memandang sesaat kearah Kinal dan ia tau ada yang berbeda dengan Kinal.

Tadinya ia ingin menghindar dari tatapan Kinal untuk mengurangi rasa sakit hatinya yang baru saja disuguhkan oleh drama romansa Kinal-Joe yang seketika membuat mood nya hancur pagi-pagi sekali. Tapi ia tau sorot mata itu, sorot mata yang terluka, sebuah tangisan yang entah berarti atau tidak. Veranda meletakkan tangannya diatas punggung tangan Kinal.

Kinal semakin dalam menatap mata Veranda.

Ya Tuhan, apakah aku benar-benar.. mencintainya? Jangan biarkan dia membenciku karena perasaan terlarang ini. Aku sangat menyukai tatapan penuh makna itu, seakan membiusku untuk menyelam lebih dalam menikmati mata bening itu. Batin Kinal sembari mengolah kelajuan degup jantungnya yang mulai tidak beraturan.

Tangan Veranda beralih pada pipi Kinal, mengusap perlahan dan tersenyum.

"kenapa? Abis nangis? Diapain Joe? Kamu sakit?"

Iya Ve aku sakit. Aku terluka dan sakit mengingat diriku sendiri yang telah menyia-nyiakan orang sebaik dan seberharga dirimu.

Kinal meraih tangan Ve dari pipinya dan menggenggamnya, kemudian membalas senyum Ve.

"aku nggapapa kok Ve.. aku cuma mau ngingetin aja ntar sore jangan lupa ya"

Ve tau Kinal berbohong, Ve tau air mata baru saja mengalir entah seberapa. Tapi Ve tak ingin menanyakannya terlalu dalam mengingat tempat dan suasana yang tidak pas. Mungkin nanti ia bisa menanyakannya saat di pantai.

"aaaaa!!!! Aku sangat merindukan tempat ini" teriak Veranda sesaat setelah sampai di pantai ini.

Kinal tersenyum miris mendengarnya. Ia merasa sangat bersalah telah melupakan kebiasaan nya ini bersama Veranda hanya karena lebih sering menghabiskan weekend bersama Joe.

Maafkan aku Ve

"kamu seneng Ve?"

"banget Nal.. aku kangen banget sama pantai ini.. emm.. nunggu sunset ya Nal?"

"tentu aja Ve"

Veranda tersenyum mendengarnya.

Langit yang mulai menampakkan merah kejinggannya membuat Ve dan Kinal terdiam, menikmati suasana yang semakin dingin namun hangat ini.

"duduk yuk Nal"

Mereka duduk di pasir putih yang masih bersih itu, memandang cakrawala lepas sambil menunggu mentari senja menghilang dibalik lautan luas.

"Nal, kamu kenapa tadi? Kamu lagi berantem sama Joe? Cerita dong sama aku.."

Awalnya Veranda ragu harus mengungkit kembali kejadian tadi pagi. Tapi naluri kepedulian Veranda pada Kinal membuat kalimat tersebut mengalir begitu saja dari mulut Veranda.

"aku nggapapa kok Ve.. hanya problem ringan... kamu ngga usah khawatir ya.."

"kamu yakin?"

"iya Ve.. yakin.. udahlah lupakan saja.. aku mau kita nikmatin quality time ini tanpa mengingat-ingat masalah yang udah lalu. Aku hanya ingin bahagia disini barengan sama kamu"

Lagi-lagi Veranda merasa terspesialkan dengan ucapan Kinal barusan.

"oh ya Ve, kamu kenapa ngga manggil aku Kinay lagi?"

Veranda terdiam dengan pertanya Kinal. Ia sendiri tak tau kenapa, tapi semenjak Kinal bersama Joe, lidahnya terasa berat memanggil nama kesayangan itu.

"aku mau kamu tetep manggil Kinay Ve, aku suka panggilan itu.. karena panggilan itu hanya sahabat aku yang punya.. panggilan dari orang yang sangat aku sayangi"

Veranda menatap lekat mata Kinal tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Perasan itu semakin menggebu-gebu dalam diri Veranda.

Tuhan ijinkan aku memilikinya, ijinkan rasa ini bertumbuh dan mekar. Aku sangat mencintainya, Kinal...

"Ve?"

"iya Nay?"

Kinal tersenyum mendengar panggilan itu lagi.

"maaf aku baru bisa membawamu kesini sekarang..."

"it's okay Nay.. ini lebih dari cukup.."

Desiran ombak yang dengan perlahan membasahi kaki sepasang insan yang sedang jatuh cinta itu menciptakan suasana sendu di pantai tersebut. Matahari perlahan tak menampakkan dirinya, bersembunyi membiarkan bulan menggantikan tugasnya. Ve dan Kinal nampak menikmati momen indah yang lama mereka rindukan. Tiba-tiba saja bahu Kinal terasa berat, seseorang bersandar pada bahu kirinya. Veranda terpejam menikmati hembusan angin laut dengan merasakan jantung yang berdegup kencang. Ia lepaskan seluruh beban dan kerinduan yang selama ini ia pendam dengan bersandar pada bahu Kinal. Bahu yang lebih dari nyaman dari sebuah awan yang lembut sekalipun.

Kinal meraih sebuah tangan didekatnya, mengaitkan jemarinya dengan Veranda dan menggenggamnya erat. Kemudian ikut terpejam bersama menikmati gelora cinta yang harusnya ia berikan pada Veranda.

Sikap Kinal yang seperti itu, membuat Veranda cukup kaget tapi ia sangat menikmatinya dan tak mempermasalahkannya. Rasanya ia ingin waktu berhenti saat itu juga agar ia dapat lebih lama berdua bersama Kinal, menikmati romansa yang sama-sama mereka sembunyikan.

Namun angan hanyalah angan, senja perlahan menghilang berganti suasana malam yang semakin dingin. Memaksa keduanya harus merelakan waktu berjalan dan tempat berganti.

Sepulang dari pantai, pikiran Kinal semakin kacau. Semalaman ia berkecamuk dengan bayang-bayang Veranda dan Joe.

Haruskah aku mengatakan pada Ve? Bagaimana kalau dia membenciku? Bagaimana kalau ini akan membuat persahabatan kami hancur? Lalu bagaimana dengan Joe? Haruskah aku melepasnya? Bukankah itu akan menyakiti hatinya?

"aaarrgghhh"

Kepala Kinal berdenyut memikirkan pertanyaan-pertanyaan aneh bersliweran dalam otaknya membuat segalanya jadi terasa amat sulit.

Hari ini Kinal berangkat bersama Veranda lagi dan mungkin ini akan berlaku selamanya karena ia tidak mau kejadian yang lalu terulang kembali. Oke sebenarnya ia tidak kuat lagi jika harus berjauhan dengan Veranda karena kini ia sadar akan perasaan terlarangnya itu. Tapi bagaimanapun ia belum tau apakah cinta miliknya berbalas atau tidak.

Hari ini Kinal terpaksa membiarkan Veranda pulang terlebih dahulu karena ia harus mengerjakan tugas kelompok yang harus dikumpulkan esok hari. Sedangkan Veranda harus segera pulang ke rumah karena ia harus menghadiri pertunjukkan band adiknya, Aaron. Kinal sangat menyesal tak bisa ikut menontonnya, tapi mau gimana lagi ini demi tugas.

Sebenarnya Kinal sangat malas mengerjakan hari ini, pikirannya masih tidak fokus karena memikirkan perasaannya yang semakin tak menenntu ini. Membuatnya kekurangan ide untuk menyelesaikan tugas tersebut. Ia hanya menerima apa yang diperintah oleh teman-temannya dan melaksanakannya, padahal biasanya dia yang memimpin jalannya tugas.

"oke kita sampai disini, ntar malem gue kirimin bahan fix nya biar lu pade belajar buat presentasi lusa. Makalah tinggal proses editing dan finalisasi" ujar Jeje sambil menutup laptop nya.

"siap Je.. yaudah kita bisa pulang kan?"

"iye.."

"lha lu ngga pulang?"

"ntar gue bareng Kinal. Oye ngga nal?"

"hah? Ahh.. iya Je"

"oh yaudah.. kita duluan yaa Je, Nal"

"iye.. ati2"

Jeje tau Kinal sedang ada masalah, raut muka yang benar-benar berbeda meyakinkan Jeje bahwa si Kinal jauh dari kata ceria.

"kenape lu?"

"apa? Gue? Gue ngga kenapa napa"

"lu ngga usah boong ama gue Nal"

"gue ngga boong kok"

"yeee gue tau.. lu pasti mikirin pacar lu ye?"

"siapa? Joe?"

"eh? Oh iya ya pacar lu kan Joe"

"maksud lo?"

"gue lupa kalo pacar lu Joe. Seinget gue lu kan pacarnya Veranda"

Sebuah jitakan sukses mendarat pada kepala Jeje membuatnya sedikit tersentak.

"woi sante bro.. gue tau kok nal lu ngga usah sok nutupin gitu.."

"maksud lu apaan si je?"

"dari sorot mata kalian aja udah ketauan banget kalau kalian saling cinta.. lu berduanya aje yang pada ga peka."

"what? Emang keliatan banget ye?"

"tuh kan.. gue bener.."

"saik lu je.. yang bener? Gue ngerasa cinta gue bertepuk sebelah tangan. Cinta tak berbalas dari belakang"

"harusnya yang ngomong gitu Veranda cuy.. lu nggga mikir gimana perasaannya? Dia udah patah hati dan hampir nyerah saat lu akhirnya jadian ama Joe"

"kok.. lu.."

"denger ya nal, gue tuh kenal lu ama Veranda udah 3 tahun. Gue tau gue ngga deket ama kalian berdua, tapi kebiasaan bikin gue bisa tau hal kecil yang berbeda dari kalian. Termasuk perasaan kalian masing-masing. Lu mah kaga peka sama patah hatinya Veranda.. kasihan dia Nal.. kalian sama-sama sayang tapi nyembunyiin perasaan masing-masing. Geblek dah emang"

"...."

"Nal woi?"

"kok lu bisa tau segitunya Je?"

"oke gini gue udah tau masing-masing kalian sama-sama suka. Dan... gue ngga sengaja nemuin ini di catatan Veranda pas gue pinjem..."

"foto apaan tuh?"

"gue ngga sengaja nemu ini di catetan biologi Veranda, seketika gue foto biar bisa gue tunjukkin ke lu. Biar lu segera sadar ama kode-kodean nya Veranda"

"lu yakin ini punya Ve?"

"helloooo lu kaga percaya itu tulisan tangan sahabat tercinta lu?"

"oke ini emang tulisan Veranda.. tapi kan.."

"udah lu baca aja dulu cepetan."

"iye iye galak amat"

Aahh mungkin bagi dirimu hanya temen sekelas saja yang jalan pulangnya searah..

Keberadaan yang seperti angin

Ahh yang selalu bercanda padahal kita slalu saling bicara

Mengapa hari ini cinta tak abadi yang berputar jauh

Ahh mungkin bagi diriku dirimu yang berarti tidak menyadari apapun

Cinta tak berbalas dari belakang

Ahh langit dikala senja seperti mewarnai kota-kota terlalu sedih

Bayangan kita berdua menjadi satu

Hai Kinal, mungkin begitulah perjalanan kisah hidup aku dan kamu. Kamu yang mungkin hanya menganggapku teman sekelas tak lebih dari apapun juga. Kalau saja aku boleh jujur rasanya menyakitkan Nal harus berusaha menjauhimu karena tidak ingin sering-sering melihat drama antara kamu dan Joe. Aku sahabat yang jahat ya Nal? Membenci kala sahabatnya bahagia. Padahal harusnya aku turut berbahagia atas.. yaa... kau dan Joe.. jahat ya? Sebenarnya aku pun tak ingin seperti itu Nal, aku ingin ikut bahagia tapi rasa sakit ini terlalu jauh Nal.. terlalu dalam.. rasanya aku ingin mengakhiri hidupku saja.. tapi aku tau harusnya aku slalu ada didekatmu jika saja kau membutuhkanku. Ternyata ada yang lebih sakit dari memendam perasaan, yahh apalagi kalau bukan melihatmu bersama yang lain dan menyadari bahwa cintaku hanya bertepuk sebelah tangan.

Seandainya kau tau, aku sangat merindukan bersepeda berdua denganmu, menikmati angin pagi bersama dan menikmati senyum khasmu yang bagiku sangat indah di pagi hari, selalu saat berada di depan rumahku. Memandangmu lebih dari keindahan dan saat itulah aku merasa senyum itu hanya tertuju untukku dan hanya aku yang boleh memiliki senyum itu.

But now? Aku kehilangan semuanya. Rasanya sakit Nal.. aku merasa kehilangan suatu yang berharga dalam hidupku.. kamu..

Mendengar setiap curhatanmu tentang Joe, melihat drama romantis mu bersama Joe, bagai tertusuk belati tajam tepat di jantung hatiku, sakit. Andaikan saja aku bisa, aku ingin menangis sekencang-kencangnya saat itu. Tapi aku bisa dikira orang gila karena menangis tiba-tiba, mungkin lebih dikira gila lagi kalau semua tau apa alasanku menangis. Dan mungkin kau akan membenciku selamanya.

Kinal, bolehkah aku meminta? Setidaknya kembalilah jadi Kinal sahabat terbaikku.. aku merindukan momen-momen dimana aku bisa menikmati senyum manis dari bibirmu. Bolehkah?

V

Walau kutau sekarang kamu pacarnya dia

Maafkan aku telah mengajak kamu kesini

Kamu cukup menemani saja disampingku menjadi orang terdekat sama seperti dahulu tanpa berubah

Untuk terakhir kalinya ikutilah cintaku yang konyol ini

Sampai mentari terbenam nanti

Kamu cukup menemani saja dipasir pantai yang kurindukan ini

Ayo lihat mentari senja bersama

Berdua tuk hari ini jika esok tiba semua kembali

Dan menjadi tiga orang teman

Akhirnyaa!!!! Rasanya bahagiaaaa banget bisa ke pantai bareng kamu lagi Nay.. aku kangen banget bisa melihat sunset bareng kamu. Ohh salah, sebenernya aku kangen kamu =']

Maaf ya Nay aku bohong sama kamu.. sebenernya aku malah semakin sering ke pantai itu. Ya mau gimana lagi, cuma pantai itu yang bisa bikin bahagia karena di pantai itu aku bisa merasakan sosok dirimu, membayangkan senyum manismu yang sangat aku sukai. Mengingat kenangan-kenangan kita yang tersusun rapi dalam memori otakku. Tapi saat aku tersadar itu kehadiranmu saat itu hanyalah ilusi semata, disitulah rasanya aku ingin menangis.

Tapi sore tadi kau benar-benar hadir kembali, rasanya sungguh indah Nay, bahkan kau memintaku untuk memanggil dengan panggilan kesayangan itu lagi..

Terimakasih untuk senja terbaik setelah sekian lama :)

Jeje menepuk pelan punggung gadis disampingnya itu. Kinal menangis sejadi jadinya membaca tulisan tangan Veranda tersebut. Hati Kinal terisis mengingat betapa dalam luka yang ia torehkan pada Veranda.

"seandainya gue tau Je.. seandainya gue tau lebih awal, semuanya ngga akan kaya gini"

"dan harusnya gue juga sadar perasaan gue dari awal ke dia.."

"udah Nal, lu jangan sedih nyesel gini.. lu masih punya kesempatan.."

"terus gimana Joe?"

"lu sayang sama dia?"

"gue berusaha.."

"terus?"

"semuanya sia-sia, dan sekarang gue justru sadar gue malah sayang sama orang lain"

"lu mesti tau Nal, semakin lu bertahan sama Joe, lu akan nyakitin dia dan perasaan lu sendiri"

"jadi?"

"lu sok ngga paham apa emang geblek sih?"

Kinal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan senyum cengengesan, tapi jelas pipinya masih terus terbasahi oleh air mata yang tak kunjung reda itu.

"makasih ya Je, lu sahabat baik gue..."

"iye.. samasama.. baek-baek lu ama bidadari"

Jeje memeluk singkat Kinal berusaha memberi kekuatan untuk menghadapi perasaan yang mengacaukan Kinal itu.

Sore itu Kinal sengaja mengajak Joe keluar, ia tak ingin semakin lama lagi merasakan sakit yang membelenggu hatinya. Kalian boleh bilang Kinal egois karena ingin mengakhiri hubungan nya dengan Joe secara sepihak. Tapi taukah? Jika tidak, ia akan merasa sangat bersalah karena akan semakin banyak orang yang terluka karena hubungan itu, termasuk Joe sednri karena harus merasakan getirnya tak dicintai pasangannya.

"tumben banget nngajakin makan" ujar Joe sambil mengaduk-aduk minuman di depannya.

"emm.. ada sesuatu yang mau aku omongin"

Jujur saja Kinal bingung bagaimana mengatakannya, masalahnya keinginan untuk mengakhiri hubungan ini bukan karena ada salah atau keributan, tapi soal hati Kinal yang sudah tidak mampu memaksakan hatinya untuk mencintai Joe.

"apa sayang? Ngomong aja.."

"jadi gini... emm.. gimana ya ngomongnya?"

"..."

"e... kayanya aku ngga bisa ngelanjutin hubungan ini"

"hahaha jangan bercanda atuh.."

"aku ngga bercanda Joe.. kita harus selesai sampai disini"

Joe menatap Kinal dengan tatapan nanar, tidak percaya atas apa yang baru saja ia dengar. Ia sendiri bahkan tidak tau atas dasar apa Kinal mengucapkan kalimat menyakitkan tersebut.

Kinal hanya tertunduk tidak berani menatap kearah Joe, ia benar-benar akan merasa sangat bersalah ketika tau bagaimana Joe menatapnya dengan tatapan penuh kekecewaan.

"kenapa Nal? Apa alasannya?"

"aku ngga bisa lagi.."

"aku minta maaf kalau aku salah, aku minta maaf jika aku belum bisa ngasih yang terbaik buat kamu. Tapi aku akan selalu berusaha buat bisa nal.. aku mohon jangan kaya gini... kita bisa bicarain baik-baik jika ada masalah.. aku sayang sama kamu."

Kinal berusaha tegar namun tetap saja air matnya terpaksa mengalir dengan pelan ikut menyaksikan hati yang terluka.

"aku tau Joe.. aku tau kamu sayang sama aku.. karena itu aku ngga mau nyakitin kamu"

"maksud kamu?"

"aku..."

Kenapa rasanya susah sekali mengucapkannya Tuhan??? Aku ngga cinta kamu Joe!!! Itu yang harus kamu ucapkan Nal....

"Kinal?"

"pokoknya ngga bisa Joe"

"iya tapi kenapa? Jujurlah"

"aku .... ngga bisa mencintai kamu.. aku berusaha tapi hasilnya nihil."

"apa? Maksudnya gimana? Apa ada orang lain?"

Deg. Rasanya bagai ditampar keras saat Joe menanyakan tentang orang lain. Sebenarnya Kinal tak berpikir sejauh ini untuk mengungkapkan alasan tentang orang lain sehingga ia harus putus dengan Joe. Dia cuma harus mengatakan bahwa ia tak memiliki rasa cinta pada Joe. Tapi sekarang Joe benar-benar memojokkan nya dengan pertanyaan tersebut. Pikirannya seketika dipenuhi dengan nama Veranda.

"aku ngga bisa Joe.. saat aku sama kamu, bersama kamu, pikiranku selalu melayang-layang tidak pernah bisa fokus denganmu. Aku berusaha untuk bisa berusaha mencintaimu, tapi rasanya semakin sakit dan rasa bersalah selalu mengganggu pikiranku. Aku tau kamu baik Joe, makanya aku ngga mau membuatmu jadi semakin tersakiti. Aku benar-benar minta maaf.. aku tau aku yang salah.."

"kamu kenapa sih Nal? Aku ngga ngerti.. kalau ini masalah Veranda aku udah berusaha ngasih kamu waktu sama dia. Apa dia belum puas juga menghabiskan waktu dengan kamu? Kenapa kamu tak mengajaknya saja bersama kita?"

Apa? Apa maksud Joe? Kenapa dia malah menyalahkan Veranda?

"cukup joe.. jangan pernah nyalahin Veranda.. aku minta putus secara baik-baik tapi kamu malah kaya gini? Yaudah kita cukup sampai disini"

Emosi Kinal meluap saat ia tau maksud Joe untuk menyalahkan Veranda. Kalau saja Kinal mau, ia bisa mengatakan bahwa Veranda berjuta kali lebih berharga daripada Joe. Tapi Kinal masih punya hati untuk menahan kalimat menyakitkan itu.

Kinal beranjak dari tempat duduknya, namun dengan sigap tangan Joe menahan lengan Kinal.

"kamu mau kemana? Jangan pergi dulu.."

Kinal mencoba meredakan emosinya berharap Joe bisa mengerti apa yang ia inginkan saat ini. Ia berbalik melihat kembali kea rah Joe. Menunggu apa yang akan Joe katakan.

"sebenarnya aku ngga ngerti jalan pikiran kamu, ngga paham sama kelakuan anehmu yang terus menerus membela sahabatmu itu. Ada apa? Se spesial apa sih dia? Kamu lebih sayang sama dia daripada sama aku?"

Bodoh sekali aku menuruti keinginan Joe untuk tidak pergi, membuat telingaku semakin panas

"dengerin ya Joe!! Iya!! Aku jauh lebih sayang sama Veranda daripada sama kamu!!"

Kinal beranjak meninggalkan Joe dengan tatapan syoknya. Secara dia baru pertama kali melihat Kinal yang penuh amarah.

Kinal melihat hp nya yang dipenuh notif missed call dari Veranda. Dan beberapa chat dari orang yang sama. Ia memang sengaja mengaktifkan mode silent di hp nya untuk bisa lebih fokus menyelesaikan masalah hati dengan Joe.

Dengan segera ia membuat panggilan pada Veranda.

"halo? Kinay? kamu kemana aja sih? Ditelpon ngga diangkat, chat ngga di bales, ngga di read. Kamu ngapain sih? Kamu tau ngga aku nyariin kamu kemana-mana"

Kinal tersenyum manis mendengarnya nya, rasanya ingin sekali memeluk gadis yang menelponnya di seberang sana.

"ciieee kangen ya sama aku?"

"ih apaan sih engga"

"yakin nih? Khawatir ya kalau aku nemuin kesayangan yang lain?"

"apaan aku bilangin Joe kalo kamu punya kesayangan yang lain"

"lho kan kesayangannya aku kamu.."

Ditempatnya dengan muka merah padam, Veranda tersipu malu mendengar ucapan Kinal yang sukses membuatnya melayang.

"Kinay ih.. kamu darimana aja sih? Kata mama kamu tuh tadi kamu perginya ngga bilang-bilang.. terus tanya ke aku jadinya ya aku ikut nyariin kamu lah"

"iya iya maaf.. tadi emang ngga bilang soalnya buru-buru banget abis ekskul langsung pergi lagi."

"emang kemana sih?"

"ada urusan bentar ama Joe"

"oh.. pantesan ngga diangkat"

"engga sayang... tadi tuh hape aku sengaja aku silent biar urusannya cepet kelar"

"jadi?"

"hah? Jadi... yaudah kalau kamu gapapa.. cepetan pulang mama pasti udah cemas nungguin kamu"

"iya.. makasih ya Ve"

"iya samasama"

Esok hari di sekolah...

"Kinal!!"

Dengan suara keras Joe memanggil Kinal dan berlari menghampiri Kinal yang baru saja memarkirkan sepedanya.

"emm Nay aku duluan" ucap Veranda dengan wajah yang seketika kusut hendak meninggalkan kedua pemain drama yang akan segera memainkan aksinya. Namun dengan sigap Kinal menahan lengan Veranda dan memintanya untuk tidak meninggalkannya.

"tunggu kamu jangan pergi"

Veranda hanya menuruti kemauan kesayanganya itu. Berharap ia bisa lebih kuat menahan perih hatinya.

"ada apa Joe?" ucap Kinal berusaha seramah mungkin.

"Nal, aku mau bicara sama kamu.."

"yaudah ngomong aja"

"emm.."

Joe melirik kearah Veranda, memberi kode bahwa kehadiran Veranda mengganggu. Seakan mengerti, Veranda berusaha melepas tangan Kinal yang masih erat menggenggam lengannya. Tapi Kinal tak meberikan ijin untuk Veranda pergi dengan semakin menguatkan genggamannya.

"udah ngomong aja... ngga usah nyuruh Veranda pergi"

Kinal tau Kinal yang salah, makanya ia tak ingin meladeni Joe dengan amarah. Ia sebisa mungkin bersikap seramah mungkin dengan lelaki di depannya.

"aku mau kita ketemuan dan ngomongin masalah kemaren. Pasti ada kesalahpahaman diantara kita"

"aku udah minta maaf sama kamu Joe karena aku yang salah, makanya aku ngga mau bikin kamu tambah sakit lagi. Jadi aku bener-bener ngga bisa mertahanin hubungan ini lagi. Maaf Joe"

Mata Veranda terbelalak mendengar ucapan Kinal. Ia sadar Kinal sudah tak bersama Joe lagi. Tapi kenapa? Apa Joe menyakiti Kinal?

"kita bisa memulainya dari awal Nal.."

"maaf Joe.."

Kinal beranjak dari hadapan Joe sambil menarik pelan tangan Veranda. Tak mempedulikan panggilan Joe yang masih kekeuh untuk mempertahankan hubungan keduanya.

Sesampainya di kelas terlihat jelas wajah frustasi Kinal, membuat hati Veranda sakit melihatnya.

"Kinay.." ucap Ve sambil menyentuh punggung tangan Kinal.

"maaf Ve.." setetes air mata kembali keluar dari mata Kinal membuat Veranda ikut menangis melihat Kinal yang lemah seperti itu.

Kinal memang tipikal orang yang sangat peduli. Saat ia merasa bersalah pada seseorang otaknya akan penuh dengan masalah-masalahnya itu. Ia bahkan rela tersiksa demi tidak menngecewakan seseorang termasuk apa yang ia lakukan saat ia menerima Joe menjadi kekasihnya tanpa didasari rasa cinta dari Kinal sendiri. Namun hal itu justru membuatnya semakin rumit dan rasa bersalah semakin merasuki pikirannya. Meski sekarang ia sedikit lega karena akhirnya kejujuran ia berikan pada Joe, tapi tak dapat ia pungkiri ia masih merasa bersalah saat melihat tatapan kecewa dari Joe. Hal tersbebut selalu sukses membuat air mata Kinal keluar.

Veranda memeluk erat Kinal berusaha menenangkannya.

"kenapa kamu ngga bilang sama aku kalau kamu putus dengan Joe? Apa yang terjadi? Apa Joe nyakitin kamu?" Ucap Veranda saat pelukannya terlepas dari Kinal yang mulai tenang.

"aku belum bisa menceritakannya, maaf Ve"

"iya gapapa.. kalau kamu siap, kamu bisa langsung cerita sama aku ya.. jangan disimpen sendiri.."

Kinal tersenyum.

Bolehkah aku mengatakannya sekarang Tuhan??? Bahwa aku mencintai orang yang tepat berada di depan mataku ini? Aku sangat ingin dia tau bahwa aku benar-benar mencintainya.

"Ve?"

"ya?"

"ntar sore mau ngga ke pantai?"

"tentu saja mau.."

Desir ombak kembali menghangatkan hati Kinal, menikmati angin laut yang berhembus dengan diiringi suara burung yang berkicau dan dedaunan yang melambai lambai. Tak ada yang lebih indah daripada menikmati keindahan ciptaan Tuhan terutama bersama orang yang sangat kita cintai. Seperti Kinal yang tak henti memandangi paras bak bidadari milik Veranda. Mereka berdua duduk santai menunggu sang mentari senja yang akan segera pergi bersembunyi meninggalkan cakrawala. Veranda menatap lurus kedepan menikmati langit dengan warna penuh jingga sedang Kinal lebih memilih memandang wajah samping Veranda yang indah mengalahkan pemandangan sunset di depannya.

"Ve?" panggil Kinal sambil menyentuh punggung tangan Veranda.

"iya?" jawab Ve sambil menoleh dan tersenyum kepada Kinal.

"kamu tau kenapa aku harus meninggalkan Joe? Satu alasan yang aku berikan padanya, karena aku selama ini hanya berbohong padanya, sejujurnya aku tidak mencintainya. Aku berusaha tapi hasilnya nihil membuatku semakin merasa bersalah karena harus memaksakan untuk mencintainya.... Tapi ada satu lagi alasan yang lebih utama yang sangat mendasari aku untuk mengakhiri hubungan ku dengan Joe..."

Kinal menahan ucapannya terfokus melihat pandang kearah Veranda. Kemudian tesenyum.

"aku sadar aku telah lama mencintai orang lain.." lanjutnya.

Veranda menunduk sebentar. Hatinya sudah siap untuk menerima sakit yang lebih dalam jika Kinal benar-benar harus mencintai yang lain.

Lamunan Veranda tersentak saat Kinal mulai menautkan jemari Kinal dengan jemarinya.

"kamu..." ucap Kinal lembut.

Mata Veranda terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Apakah aku salah mendengarnya Tuhan? Bisakah aku mendengarnya lagi? Apa maksudnya? Apa artinya ini Kinal?

Lidah ve tertahan saat ingin mengucapkan kalimat tersebut. Bermacam praduga memenuhi otaknya.

Kinal semakin menggenggam erat tangan Veranda, dan tangan kanan Kinal yang kosong dengan pelan mengusap pipi Veranda. Ia mengesampingkan rambut Veranda yang berterbangan menutupi wajah cantiknya. Wajah mereka kian dekat, Kinal dengan pelan mencoba memiringkan kepalanya, dan dalam hitungan detik mata mereka sama-sama terpejam dibarengi sebuah kecupan manis dari Kinal tepat pada bibir Veranda.

Meleburkan semua rasa yang selama ini hanya tertahan di hati masing-masing. Kecupan hangat dan mentari senja menjadi saksi bisu terikatnya dua insan dengan berjuta kisah cinta penuh perjuangan.

Veranda memeluk erat orang yang sanga ia sayangi itu setelah ciuman tanda ikatan tersebut, menangis haru karena selama ini cintanya benar-benar terbalaskan bahkan lebih indah dari apa yang ia inginkan.

"sekarang kamu tau kan? Kamu bukan hanya teman sekelas yang jalan pulangnya searah dan keberadaan yang seperti angin, dan bukan hanya hari ini untuk menemani kamu sebagai orang terdekat untuk menikmati pasir pantai dan mentari senja terbenam yang selalu kamu rindukan ini. Karena selamanya aku akan mencintaimu Jessica Veranda"

"makasih buat semuanya Kinay.. aku sangat mencintaimu"

Kinal tersenyum dan kembali memeluk Veranda.

"terimakasih juga atas kesabaranmu menantiku, menanti otakku yang tak kunjung sadar bahwa aku mencintai orang yang selama ini sangat berharga dan selalu disampingku"

Veranda tersenyum dalam pelukan Kinal.

Karena cinta tak bisa dengan yang lain :)


-end-


Thank you for reading^^

please leave a comment and a vote

lav yu :*

Continue Reading

You'll Also Like

192K 4K 46
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
911K 20.9K 49
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
1.3M 56.9K 103
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
90.5M 2.9M 134
He was so close, his breath hit my lips. His eyes darted from my eyes to my lips. I stared intently, awaiting his next move. His lips fell near my ea...