The Price of Obedience

By raraassx

61.8K 729 9

Keira Nathania, seorang mahasiswi dari keluarga sederhana, terjepit antara biaya kuliah dan hidup yang makin... More

Chapter 1 : Beneath His Rules
Chapter 2 : First Test
Chapter 3 : In His Hold
Chapter 4 : Between Need and Pride
Chapter 5 : The Pull I Can't Resist
Chapter 6 : Under His Command
Chapter 7 : Reality Bites
Chapter 8 : Underneath the Taste
Chapter 9 : Inside Your Gravity
Chapter 10 : No Escape For Tonight
Chapter 11 : The Way He Held Me
Chapter 12 : In the Depths, In the Warmth
Chapter 13 : Shoulder of Comfort
Chapter 14 : Echoes of Care
Chapter 15 : When Silence Becomes A Decision
Chapter 16 : Irresistible
Chapter 17 : Quiet Conversations
Chapter 18 : Late Calls and Lingering Smiles
Chapter 20 : The Stillness Before Everything.
Chapter 21 : Rumors, Reports, and a Little Sweet Treat
Chapter 22 : The Night Slipped Away

Chapter 19 : The Intimacy of Distance

642 8 0
By raraassx


Elric menatap Keira tanpa kedip ketika ia ikut membuka bajunya. Gerakan tangannya pelan, sengaja, memperlihatkan setiap inci tubuhnya seperti sebuah provokasi visual. Napasnya jelas semakin berat, bahunya naik turun cepat.

"See what you did to me?" suaranya rendah, serak, hampir seperti bisikan yang penuh kebutuhan.
"Saya benar-benar nggak bisa mikir jernih kalau kamu kayak gitu."

Keira hanya mengangkat sudut bibirnya, senyum kecil yang penuh kepuasaan.

Ketika ia menurunkan celananya, Elric langsung menegakkan tubuhnya, matanya melebar sesaat sebelum berubah lebih gelap dan intens. Ia tidak mengucapkan apa pun, tetapi ekspresinya sudah cukup untuk membuat Keira merasakan sesuatu yang bergetar halus di perutnya.

"Keira..." Elric menarik napas panjang, seolah berusaha menguasai diri.

"You're killing me."

Ia mendekat ke kamera, seakan ingin menyentuhnya langsung.

"Come closer. Let me see you."

Keira menahan napas, jantungnya berdetak tidak karuan. Ia memenuhi permintaan itu, mendekat, memperlihatkan dirinya dengan cara yang jelas membuat Elric kehilangan sisa kontrol yang ia punya.

"Good girl..." Elric mengucapnya pelan, nyaris seperti gumaman yang lolos tanpa sadar. "Tetap di situ. Jangan gerak dulu."

Nada suaranya berubah, lebih gelap, lebih menguasai.

"Biarkan saya yang lihat semuanya dulu."

Keira merasa seluruh tubuhnya memanas. Ia menggigit bibir bawahnya, perutnya semakin geli tidak karuan. Pada akhirnya Keira sendiri mulai memainkan titik manisnya dengan desahan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Keira..."
Suaranya pecah sedikit.

"Don't stop. I want to see everything you feel."

Tatapannya menusuk lurus ke matanya, tanpa kedipan, seperti menggenggam seluruh dirinya meski hanya lewat layar. Sedangkan Keira tak kuasa lagi memegang ponselnya, ia memutuskan mencari tempat yang nyaman untuknya dan Elric agar bisa melihat semua hal gila yang Keira lakukan.

Keira melanjutkan permainannya, kali ini tanpa sisa malu sedikit pun. Yang tersisa hanya haus, gairah, dan dorongan kuat yang terus naik setiap detiknya. Napasnya terputus-putus, tubuhnya bergerak mengikuti ritme yang hanya ia dan Elric pahami.

"Ahh, Elric... I wish you were here," ucapnya dengan suara bergetar lembut. "Touching me the way I did... ahh..."

Elric terdiam sesaat di layar, matanya menggelap, rahangnya mengencang. Ia mencondongkan tubuh, seolah ingin keluar dari batas kamera dan langsung berada di samping Keira. Tatapannya begitu intens hingga Keira merasa seperti disentuh hanya lewat cara ia melihatnya.

Kemudian suaranya turun, rendah dan penuh kendali.

"Do you want something better than your fingers, baby?"

Ia mengeluarkan napas berat, hampir seperti menahan diri.

"Trust me... you'll like it more."

Keira menggigit bibir bawahnya, napasnya goyah.
"What... what do you mean, Elric?" tanyanya pelan, suaranya terdengar seperti campuran penasaran dan putus asa.

Elric mengusap tengkuknya perlahan, ekspresi di wajahnya berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap, lebih menguasai. Ia mencondongkan tubuh ke kamera, matanya tidak pernah lepas dari Keira.

"Open the drawer beside your bed," katanya lembut, tapi dengan nada yang terlalu jelas untuk ditolak.
"Go on... I know you have something there."

Keira terdiam sejenak. Jantungnya menghantam keras di dadanya—bukan karena takut, tapi karena ia tahu persis apa yang dimaksud Elric. Tangannya bergerak perlahan ke arah laci, gerakannya gemetar bukan karena ragu, tapi karena antisipasi yang menyiksa.

Elric tersenyum kecil ketika melihat Keira mulai membuka lacinya.
"That's it..." gumamnya.

"Take it out."

Keira menarik napas yang terdengar patah.

"Elric..."

Suara itu seperti pengakuan dan permintaan dalam satu helaan.

Elric hanya menatapnya, penuh kontrol.

"Good girl," katanya perlahan. "Now use it... the way I would if I were there."

"Now... start. Slowly. Let me guide you."

Keira menarik napas panjang, tubuhnya sudah tegang hanya karena nada suaranya.

"Follow my pace," Elric melanjutkan, matanya tidak pernah bergeser. "And don't stop until I say so."

Keira mengikuti instruksi Elric, tubuhnya sudah mulai bereaksi hanya dari nada suaranya. Napasnya tak beraturan, dan setiap detik terasa seperti menunggu sesuatu meledak.

Elric mengamati setiap gerakannya dari balik layer, matanya gelap, fokus, dan terlalu intens hingga Keira merasa seluruh dirinya sedang dibaca habis-habisan.



to be continued.



good night, babyy♡'・ᴗ・'♡

di chapter ini aku udah nambahin beberapa foto-foto pemanis buat kalian semuaaa...

buttt, tapi aku agak takut kalau aku taruh semuanya di platform ini, gimana ihh.

Jadi versi lengkapnya—plus fotonya—aku masukin ke Karyakarsa yaa 🫶
Kalian bisa liat di profil akuu, see u babeee♡♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

596K 857 23
Angga Wirayudha yang sudah bertahun-tahun mencintai kakak iparnya sendiri, Raline Argawinata, akhirnya memutuskan untuk merebut istri kakaknya sendir...
357K 5.9K 55
Hancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak...
Wattpad App - Unlock exclusive features