Love You, My Partner

By vikyauliasafitri

711K 35.3K 408

Pertemuan yang tak pernah di duga berakhir menjadi sebuah takdir dari dua hati yang awalnya saling tak suka. More

Competition
Fate? Destiny? Oh I can't Believe
Kontak Fisik
Gosip
Gosip Yang Menyebar
Solusi?
Friend?
Rencana Tante Shinta
Tunangan
Godaan
Rindu?
Salah Paham
Ulang Tahun
Holiday Part 1
Holiday Part 2
Farrel and Rachel
Ex-Girlfriend
Jebakan
Propose
Wedding
Love You, My Partner
Extra Part

Accident

94.2K 3K 33
By vikyauliasafitri

Aku sudah menguap sekitar tiga kali. Rasa kantuk ini tak bisa ku hindari lagi. Sudah beberapa kali aku memejamkan mata kemudian membukanya lagi, melakukan itu beberapa puluh kali berharap rasa kantuk akan hilang.

Ban-ban bus yang meluncur di jalan bagai ayunan yang membuatku terbuai untuk tidur. Aku ingin sekali memejamkan mata tapi ketakutan tempat tujuanku terlewat begitu saja memenuhi kepalaku. Akhirnya ku putuskan menghirup napas dalam-dalam teringat kata-kata dosenku bahwa kantuk disebabkan karena kurang oksigen dalam otak. Aku berharap mengambil napas dalam akan mencoba membuat banyak oksigen masuk kedalam otak hingga aku tak mengantuk lagi.
Di tengah rasa kantukku sesuatu mengejutkan terjadi. Seorang pria tua tiba-tiba saja jatuh tak sadarkan diri tepat di dua bangku di depan ku. Beberapa orang sibuk mengerumuni pria tua yang tak sadarkan diri. Aku bahkan melihat beberapa orang sibuk mengguncangkan tubuh pria tua yang tak merespon.

Aku buru-buru menghampiri pria tua yang tak sadarkan diri. Aku mencoba menerobos keramaian yang ada. Setelah sampai di kerumunan paling depan dan menghadap pria tua yang masih tergeletak dilantai aku buru-buru menekan dada pria tua yang tak sadarkan diri, dan tak merespon.

Aku mengecek nadi karotis, nadi yang ada dileher, hasilnya tak terasa denyutan. Aku pun memeriksa apakah pria tua ini masih bernapas dan hasilnya juga tak ada. Aku meminta salah satu orang yang ada di samping ku untuk memanggil ambulan. Aku buru-buru melakukan CPR atau Cardiopulmonari Resusitation - Resusitasi Jantung Paru, pertolongan pertama jika seseorang tiba-tiba berhenti bernapas dan jantungnya tak berdetak.

Aku melakukan kompresi atau tekanan selama tiga siklus dan masih saja pria tua ini tidak merespon. Aku mengecek napas dan masih saja belum ada napas yang keluar pria tua ini. Aku pun melakukan napas buatan yang pernah diajarkan dosen ku. Setelah tiga kali memberi napas buatan akhirnya pria tua itu batuk dan ketika aku meraba nadinya sudah teraba.

"Ambulannya sudah ada" ucap seseorang membuat ku menghela napas lega. Beberapa pria dengan badan cukup besar mengangkat pria tua tadi menuju ambulan.
Beberapa orang memandangi ku dan memberikan pujian karena aku menolong pria tua tadi. Aku hanya tersenyum kemudian kembali tempat duduk ku. Aku menyandarkan tubuh ku ke kursi, menghilangkan penat setelah melakukan pertolongan pertama pada pria tua tadi.

"Lengan kurang lurus ketika melakukan pijatan dan melakukan napas buatan tanpa mempertimbangkan keamanan diri lo sendiri" aku menoleh menemukan laki-laki yang duduk di belakang ku berkomentar mengenai apa yang baru saja aku lakukan. Aku tau sekali bahwa apa yang baru saja dikatakan laki-laki ini benar tapi kenapa bukan dia saja yang menolong kalo dia bisa melakukannya lebih baik dari ku.

"Lalu kenapa gak lo aja yang tolong?" tanya ku sinis.

"Karena lo duluan yang nyamperin korban tadi" aku mendesah mendengar jawaban konyol dari mulut laki-laki ini.

"Actually lo bisa suruh gue minggir dan menangani korban lebih baik daripada gue" desis ku.

"Lo mahasiswa kedokteran mana?" aku tersenyum meremehkan ketika ia bertanya padaku. Aku tak mau berkenalan dengan orang asing yang hanya bisa berkomentar saja.

Aku menatapnya kemudian melirik halte bus yang ada didepan. Aku berjalan kearah pintu tak peduli mendengar orang asing yang baru saja membuat ku sebal mengutuk diri ku. Aku turun sambil mendengus kesal memikirkan apa yang baru saja orang asing itu lakukan. Menyebalkan sekali ketika ia hanya bisa bicara bukannya melakukan apa yang ia lakukan.

***

Telfon berbunyi membuatku terjaga seketika. Aku melirik jam dan ini masih pukul dua belas siang. Aku baru tidur pukul tujuh pagi tadi dan kini harus dibangunkan karena sebuah telefon menyebalkan yang menggangu tidur ku.

"Hallo" suara ku terdengar serak khas sekali suara ketika bangun tidur keluar dari mulut ku.

"Ya ampun Audry gue telefon lo puluhan kali akhirnya lo jawab juga" aku hanya diam membiarkan Marsha mengomel sepuas hatinya.

"Dry denger gue?" aku hanya bergumam supaya Marsha tau aku masih mendengarkan ia bicara.

"Dry tolongin gue banget, gue gak tau nih harus minta tolong sama siapa lagi. Please tolongin gue, gue mohon Audry Silvia" aku mendesah karena Marsha menyebalkan karena sudah mengganggu tidur ku dan kini mengoceh tak jelas meminta tolong.

"Relax Marsha bicara pelan-pelan gue gak tau lo mau ngomong apa" akhirnya aku mendengar Marsha bicara pelan-pelan mengenai bahwa ibunya mendadak sakit dan ia harus menemaninya ke rumah sakit sementara ia harus melakukan shif malam.

Ia meminta ku untuk menggantikannya shiftnya. Aku mendesah membuat Marsha meminta maaf untuk ketiga kalinya.

"Audry gue ngerti lo baru aja dua kali berturut-turut dapet shift malam tapi please gue kepepet dan gak ada yang bisa gantiin gue makanya gue minta lo, please Audry" aku mendesah tak tega melihat Marsha memohon seperti itu. Aku sangat lelah karena aku baru tidur selama lima jam setelah dua hari tak tidur. Akhirnya aku memutuskan untuk mengganti shift Marsha dan ia berteriak kegirangan dan berjanji akan mentraktir ku makan.

Setelah sambungan telefon mati aku berniat melanjutkan tidur tapi tak bisa. Akhirnya aku memutuskan makan siang. Menyiapkan energi untuk nanti malam.

***

Aku memasuki rumah sakit ini, aku benar-benar bosan memasuki rumah sakit. Setiap hari bolak-balik rumah sakit selama dua bulan ini membuatku sedikit bosan suasana rumah sakit. Pagi, siang dan malam selama dua bulan ini melakukan ritual bolak-balik kerumah sakit. Bahkan hari minggu aku masih setia masuk rumah sakit.

"Hey you" aku berbalik ketika mendengar suara ribut laki-laki memanggil seseorang. Ia menunjukku dan aku baru sadar laki-laki yang tadi pagi mengomentari tindakanku melakukan RJP ada dihadapanku. Ia mengenakan jas putih dengan tulisan dokter muda. Aku rasa ia tengah praktek disini. Kemungkinan bertemu dengannya lagi sangat rendah tapi kami benar-benar bertemu saat ini merupakan keajaiban.

"Lo praktek disini juga? Bagian mana?" ia tak punya sopan-santun. Ia bahkan menunjuk-nunjukku membuat beberapa orang yang tengah berjalan melirik kami sebelum melanjutkan perjalanannya.

"Maaf gue telat" aku pura-pura melirik tanganku kemudian menjauh darinya.

"Lo gak pake jam jadi jangan pura-pura telat" ia menarik tanganku dengan berani. Ya ampun aku tak ingin berdebat dengan orang asing yang menyebalkan ini.

"Please gue harus masuk sebelum gue kena teguran" aku melepaskan tangannya dan berlari menuju UGD rumah sakit ini.

Aku memasuki ruang UGD dengan lega karena tak melihat laki-laki asing menyebalkan itu lagi. Mungkin ia sudah kembali kedepartemen dimana ia berjaga. Dunia begitu sempit melihat ia bisa bertemu denganku lagi.

Aku mengambil beberapa obat di konter obat dan mulai meracik beberapa obat yang harus di minum pasien malam ini. Setelah selesai dan meminta izin pada dua perawat senior yang masih sibuk menulis laporan aku melanjutkan pekerjaanku. Baru aku keluar dari ruangan aku menemukan laki-laki asing itu tengah membolak-balik status pasien. Aku mendesah tak sanggup menerima kenyataan ternyata ia berjaga didepartemen yang sama denganku.

Aku berjalan mengendap-ngendap berharap ia tak mengetahui keberadaanku yang akan memberi obat untuk pasien. Sepertinya ia masih sibuk membolak-balik status pasien sehingga ia tak melihatku melewatinya. Aku menarik napas lega dan melanjutkan memberi obat yang sudah menjadi tugasku.

"Lo?" ia melirikku dari atas hingga bawah ketika aku baru selesai memberi obat pada pasien. Sial, ia melihatku dengan tatapan menyebalkan.

"Perawat bukan dokter?" aku benci pertanyaan ini. Memang apa salahnya jika aku perawat bukan dokter sepertinya. Apakah karena aku perawat sehingga membuat derajatnya lebih tinggi dariku? Bukankah perawat dan dokter itu partner dimana saling bekerjasama untuk mencapai kesembuhan pasien.

"Maaf saya gak pernah bilang saya dokter atau mahasiswa kedokteran" ucapku secara formal dan mengingatkannya bahwa aku tak pernah bilang atau mengklaim diriku adalah dokter atau mahasiswa kedokteran seperti dirinya.

"Saya? Mana lo-gue yang beberapa menit lalu" ia menggodaku membuatku tersenyum kecut. Apa ia tak bisa membedakan mana ruang publik dimana ia bisa santai dan mana tempat kerja dimana harus penuh sopan-santun.

"Maaf dok saya harus kerja lagi" aku tersenyum semanis mungkin yang aku bisa kemudian meninggalkannya.
Ketika aku sibuk menulis beberapa laporan yang diberikan perawat senior padaku aku melirik laki-laki asing tadi tengah sibuk membaca sebuah buku. UGD malam ini memang tengah sepi jadi kami (dua perawat senior, seorang dokter spesialis, dua dokter muda, dan aku mahasiswi keperawatan yang sedang praktek) bisa melakukan tugas masing-masing.

"Hey" laki-laki asing itu kini menatapku.

"Ya?" tanyaku karena ia tak kunjung bicara. Ia akhirnya bilang ia ingin meminjam tipe ex yang ada dimejaku. Kebetulan sekali meja kami bersebrangan hingga aku harus mengantarkan tipe ex dengan meninggalkan mejaku dan menuju mejanya. Aku memberikan tipe ex dimeja tanpa diduga ia menyambut tanganku.

"Revan" aku menatapnya kaget ia menyebutkan namanya padaku. Aku tau namanya Revan karena di jas putih yang dikenakannya ada namanya.

"Audry Silvia? Nama yang bagus" ia bergumam sendiri padahal aku belum menyebutkan namaku. Ia melirik name tag yang menempel dibajuku. Ah, jadi ia melihat nama yang tertempel disitu.

"Maaf dok saya harus balik lagi" ucapku dan sebelum aku berbalik ia sudah menarik tanganku dan tanpa terduga tipe ex yang ada ditanganya muncrat begitu saj ke bajuku.

"Sorry gue gak sengaja" ucapnya dan kini bajuku yang berwarna biru muda tercoreng noda-noda putih. Aku buru-buru menuju wastafel dan mencoba mencucinya namun usahaku gagal malah membuat bajuku basah dan bernoda. Aku mengambil tisu dan tisu itu malah berhamburan jatuh kelantai membuatku semakin panik.

"Sini gue bantuin" ia mengambil tisu sangat banyak dan mencoba mengelap bajuku dan aku baru sadar ia mengelapkan tisu ditangannya tepat didadaku. Aku mundur dan mengambi tisu dari tangannya dan mengelap bajuku sendiri.

"Saya bisa sendiri" ia mengumpat dan meminta maaf karena kelakuannya. Ia bilang tak ada niat untuk kurang ajar padaku namun aku terlalu sibuk untuk membereskan kekacauan yang baru saja ia lakukan.

"Lo gak bawa baju lain" aku menggeleng karena aku harusnya hari ini libur dan semua bajuku tengah dicuci.

Aku mendesah karena kini penampilanku benar-benar berantakan. Noda putih menempel dan basah. Kenapa ia begitu ceroboh hingga isi tipe ex itu keluar mengenai bajuku. Aku bahkan jadi punya pemikiran jelek mengenai kalo ia sengaja melakukan itu.

"Are you kidding me? Lo menuduh gue melakukannya dengan sengaja?" aku membulatkan mata. Apakah ia bisa membaca pikiranku. Apa isi kepalaku begitu transparant.

"Ekspresi lo yang bilang kalo lo menuduh gue melakukannya dengan sengaja" ucapnya menjelaskan bahwa ia tak bisa membaca pikiran.

Ia pergi meninggalkanku membuatku sebal karena telah membuatku berantakan dan meninggalkanku begitu saja. Melihat ia meninggalkanku aku memilih kembali kemejaku mengerjakan tuga yang terbengkalai karena kecelakaan yang entah disengaja atau tidak oleh Revan.

"Nih keringin baju lo" ia menyodorkan hair dryer. Aku tak menyangka ia akan membawa benda seperti ini ketika berjaga.

"Itu punya temen gue yang bilang kalo bad hair day itu merusak mood-nya jadi ia bawa benda itu" ucapnya yang sepertinya tau apa yang aku pikirkan.

***

Continue Reading

You'll Also Like

11.9K 1.6K 17
RASA INI series {1} Son Seungwan x Min Yoongi Ketika untuk sampai di rumah, kita harus melewati jalan yang penuh dengan persimpangan. Akankah kita te...
5.7K 893 30
Charets Love Story #3 [COMPLETED] Menggabungkan beberapa kepala menjadi satu bukanlah perkara yang mudah. Berkat guru seni musik mereka, Gita, Ezra...
3.3M 178K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
61.3K 7K 43
TENTANG dua manusia yang terluka mendalam. Luka yang di tinggal menikah oleh kekasihnya, dan luka yang melukai keluarganya. Luka Gandana seiring wakt...