Happy Reading
Setelah pertemuan malam itu berlangsung beberapa saat, suasana dalam Vila nomor 08 semakin tegang. Para tamu duduk saling memandang dengan waspada, termasuk Erwin dan Erva yang mencoba tetap tenang meskipun firasat buruk tak kunjung hilang dari pikiran mereka. Sementara itu, Aletta dan Alfano berdiri di sudut ruangan, memperhatikan seluruh interaksi yang terjadi dengan sorotan mata tajam. Aletta meremas amplop yang sebelumnya mereka temukan di kamarnya.
Seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba muncul, berjas hitam, mengenakan topeng emas yang membuat identitasnya tak dapat dikenali. Ia memasuki ruangan dengan langkah tenang dan percaya diri. Seluruh mata tertuju padanya, menyadari bahwa sosok ini adalah pemimpin dari acara malam itu.
Dengan suara berat yang misterius, pria bertopeng itu berkata, "Saya tahu kalian semua bertanya-tanya, untuk apa kalian diundang ke sini. Malam ini bukan hanya pertemuan biasa. Kalian masing-masing membawa bagian dari teka-teki ini, dan hanya jika kalian bekerja sama, kunci rahasianya akan terbuka."
"Omong kosong! Aku akan pergi." ucap Devan dingin.
Pria bertopeng kemudian berjalan mendekati Kesya dan Devan, yang masih tampak tegang setelah kejadian sebelumnya. Ia menatap Devan dan berkata dengan nada dingin, “Kamu mungkin mengira bisa pergi, tapi rahasia besar yang ada di tempat ini akan membuatmu ingin bertahan lebih lama.”
Erwin yang sedari tadi diam, akhirnya tak tahan dan angkat bicara. “Apa maksud dari semua ini? Kami datang ke sini atas undanganmu, tapi kami bahkan tidak tahu siapa dirimu dan apa yang kau inginkan.”
Sosok bertopeng tertawa pelan. “Apa yang saya inginkan bukan hal yang sederhana, Tuan Erwin. Tapi kalian semua akan segera mengetahuinya. Setiap dari kalian memiliki sesuatu yang berharga untuk saya. Jika kalian ingin selamat, kalian harus memecahkan teka-teki yang sudah saya siapkan.”
Lalu pria itu mengeluarkan kunci dari dalam jasnya, sebuah kunci dengan angka “26” yang terukir di atasnya. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi agar semua orang bisa melihatnya. “Ini adalah petunjuk pertama. Di vila ini ada satu ruangan yang terkunci. Di dalamnya terdapat sesuatu yang akan membantu kalian. Tapi ingat, hanya satu dari kalian yang boleh masuk ke dalam ruangan itu.”
Aletta menatap kunci tersebut dengan penasaran. Ia merasa bahwa angka "26" yang ada di kunci itu mungkin ada hubungannya dengan pesan misterius yang ia dan Alfano temukan sebelumnya. Ia mendekat ke Alfano dan berbisik, “Mungkin Queen tahu apa arti dari angka 26 dengan surat yang Queen dapatkan.”
Alfano mengangguk setuju dengan pendapat Aletta. Dengan pelan dan tanpa ada yang menyadari keberadaan mereka berdua, pergi meninggalkan ruangan nomor 08.
"Tak perlu bermain-main. Aku hanya ingin gadis ku menjadi milik ku. Itu saja," angkuh Vareno menatap datar pria itu.
Ia mengangguk menanggapi ucapan Vareno, lalu ia tarik ujung topi yang ia gunakan sebelum berkata, "Kau juga berkata seperti itu dua tahun yang lalu, dan sama seperti dua tahun yang lalu... kau tidak mendapatkan gadismu... dan kau menyesal tidak mengikuti permainan dari ku..."
Kalimat panjang yang ia ucapkan sukses membuat mereka yang hadir di ruangan itu menegang, terutama Fareve dan Vareno. Mereka terdiam sesaat sebuah ingatan tiba-tiba saja, terlintas dari benak mereka dan mengingat apa yang seharusnya tidak pernah mereka lupakan.
"Kalau kalian menginginkan nya kalian harus mengikuti permainan ku."
Seseorang berdecih sinis mendengar nya, "Aku bukan bocah pak tua, tak usah membuat permainan konyol seperti ini." ketus Vareno menatap tajam pria itu.
Namun sang empu malah mengendihkan bahu acuh, ia kemudian mengeluarkan kunci dari dalam jasnya, sebuah kunci dengan angka “26” yang terukir di atasnya. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi agar semua orang bisa melihatnya. “Ini adalah petunjuk pertama. Di vila ini ada satu ruangan yang terkunci. Di dalamnya terdapat sesuatu yang akan membantu kalian. Tapi ingat, hanya satu dari kalian yang boleh masuk ke dalam ruangan itu.”
Vareno berdiri dari duduknya, "Kalian saja, aku tidak ikut. Aku hanya menginginkan gadis ku menjadi milik ku." Ia kemudian melangkahkan kaki meninggalkan mereka yang terdiam menatap kepergian nya.
Pria itu terkekeh kecil, "Dia ceroboh sekali. Dia tidak akan mendapatkan apa yang dia mau."
Fareve yang mendengar ucapan pria itu terkejut sekaligus bingung. "Apa maksudmu?" tanya Fareve penasaran.
Pria itu menoleh menatap Fareve yang tidak akan mungkin bisa melihat wajah nya. "Oh God, apakah kau juga penasaran? Tapi maaf, aku tidak bisa memberitahu mu, kau harus mencari tahu nya sendiri."
Setelah malam itu entah bagaimana cara nya, Fareve dan Vareno tak pernah bertemu. Bahkan Vareno tak menjumpai gadis yang ia inginkan karena gadis yang dia maksud telah di tumbalkan oleh pria yang membuat sebuah permainan.
Seolah jiwa mereka ditarik kembali, mereka akhirnya sadar dan menyesal dengan kejadian dua tahun lalu. Kedua nya menunduk dalam sambil mengepalkan kedua tangan mereka dengan marah. "Sial!"
Dengan perasaan waspada, Aletta dan Alfano memutuskan untuk pergi mencari ruangan yang mungkin terkunci. Aletta dan Alfano akhirnya menemukan ruangan yang terkunci di ujung lorong.
"Sebuah kode,"lirih Aletta menatap kode yang ada di pintu ruangan itu.
Alfano mengamati dengan seksama lalu mengernyitkan dahi bingung, "Kode nya kenapa bukan angka?" tanya Alfano mengutarakan kebingungan nya.
Kode itu berbentuk sebuah benda hologram berbentuk persegi panjang. Jika ia disentuh, akan muncul sebuah kalimat "Enter password" dan saat akan ditulis kode nya, keyboard malah tidak menyediakan nomor sama sekali.
Itu cukup membuat mereka kebingungan sekaligus panik. Mereka tidak punya cukup banyak waktu untuk mencoba. Cepat atau lambat, mereka yang ada di ruangan 08 akan segera keluar dan kemari untuk memecahkan kode itu.
Dan usaha mereka akan sia-sia telah sampai disini. Aletta menyandarkan punggung nya ke tembok belakang, ia pejamkan kedua mata nya seolah memberi sugesti agar bisa tenang.
"Kode nya berarti bukan angka tapi merujuk ke angka 26," gumam Aletta dengan kedua tangan bersedekap di dada dan kedua mata masih terpejam.
Alfano yang melihat itu tak bisa memalingkan tatapan nya dari Aletta. Sungguh, Aletta terlihat sangat cantik dan keren, ia masih menatap Aletta kagum tanpa memperdulikan apa yang Aletta katakan itu penting atau tidak.
"Cantik... " Tanpa sadar Alfano memuji Aletta membuat sang Queen membuka kedua mata nya lalu memelototi Alfano.
"Heh! Ini bukan waktu nya muji Queen cantik, ya! King ih! Fokus fokus!!" gerutu Aletta menjewer sebelah telingan Alfano.
"Ah iya! 26!" seru Alfano tiba-tiba. Aletta melepaskan pegangan tangan nya di telinga Alfano, beralih menangkup wajah tampan itu untuk menatap nya.
"Apa?" tanya Aletta serius.
"26 yang dimaksud dalam kode adalah sebuah inisial nama. Angka 26 merupakan huruf pertama dari nama yang ada di dalam kode ini," jelas Alfano yang membuat pupil mata Aletta membola.
"Queen tahu! Itu pasti..." Aletta menekan huruf,
"Z... O... R...A..."
Loading....
Aletta menggenggam kedua tangan nya gugup, "Ayolah... semoga benar..." ucapnya memohon di depan layar hologram tersebut.
"correct password."
"Welcome Queen and King."
Pintu terbuka perlahan, dan di dalam ruangan itu, mereka menemukan sejumlah dokumen tua, catatan yang berisi informasi rahasia tentang para tamu yang diundang malam ini. Alfano menutup pintu kembali dengan tanpa suara sedikitpun. Ia menoleh menatap Aletta yang sudah memegang banyak kertas di kedua tangan nya.
"Inikan... " Aletta tercengang mendapati semua bukti dan informasi yang cukup detail dari ruangan ini.
"King... informasi mengenai kita juga ada tapi..."
"Kalian adalah pemilik sebenarnya King dan Queen. Informasi itu adalah milik kalian berdua. King dan Queen yang menemukan informasi itu, kami hanyalah sistem, kami hanya bisa menyimpan dan menjaga nya. Kami pun tidak bisa berjanji akan menjaga informasi yang ada disini selama nya kami—"
Belum mereka sempat mendengar lebih jauh apa yang sistem hologram itu katakan, suara langkah kaki terdengar mendekat.
Alfano langsung menarik Aletta dan bersembunyi di balik lemari, ia kemudian menonaktifkan sistem dan membuatnya seperti semula. Sementara di luar pintu, mereka sedang berusaha memecahkan arti dari kode yang diberikan.
Dimohon untuk tidak memberi komentar seperti "Next kk" atau "Next" karna itu bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental akuu
jadi tolong bgtt kasih komen tentang pandangan kalian, mengenai chapter kali ini.
oh iya, cerita ini bakal tamat tahun ini jadi... tolong beri kesan yang baik ya teman teman ku sekalian... ANZAII