Behind Every Laugh

Por plpurwatika

6.2K 457 111

#30DaysWritingChallenge Más

#1 Love Yourself
#2 Say Your Love!
#3 See you soon!
#5 My Olive
#6 (Judulnya Nyusul)
#7 Sorry
#8 One Day to Remember
#9 Selfie
#10 Ojek tak Bermesin
#11 Cinta
#12 Bukan Benci Biasa
#14 Sate Cinta-eh, Sate Ayam
#15 Bukan Benci Biasa (2)
#16 Trust Me
#17 Damn you, Arka.
#18 I Miss You.
#19 Kotak Cokelat
#20 Ongkos
One Call Away
KISS
#21 Dia yang Tidak Pernah Menangis

#13 Surat Cinta?

140 20 1
Por plpurwatika

#30DaysWritingChallenge Day 13: Someone you've always wanted to meet

Aku masuk ke dalam kelas dengan grabak-grubuk seperti biasanya. Aku mengedarkan pandanganku ke seisi kelas sebentar lalu melangkah ke mejaku.

Benar. Seperti hari-hari kemarin, di mejaku sudah terdapat satu buah amplop berwarna pink. Aku mengambil surat itu dengan ceria dan membacanya.

Kamu. Kamu adalah keputusasaanku. Tempatku selalu berusaha untuk berdiri di sampingmu. Menjadi kita.
Have a nice day, Gita.
-ur admirer-

Aaaahh so sweet. Siapasih yang kirim? Aku jadi penasaran. Semakin hari surat yang dikirim semakin romantis saja. Aku ingat pertama kali menemukan surat itu di mejaku, aku kira si orang itu salah kirim. Besoknya, aku menemukan surat lagi dan tertera namaku di sana! Sampai saat ini, di dalam suratnya selalu tertera namaku. Bikin penasaran.

Dugaanku satu-satunya, surat itu berasal dari Gio, pacarku. Tapi aku belum menanyakan hal itu padanya. Entahlah. Hubungan kami akhir-akhir ini sedang nggak jelas. Dia jadi sering marah-marah tanpa sebab. Aku jadi malas bicara padanya.

Tiba-tiba aku merasakan bahuku ditepuk dari belakang. Aku berbalik dan mendapati Egi, sahabatku yang paling baik, sedang cengengesan nggak jelas.

"Git, lo udah belom pr kimia?"

Oh dia mau nanya pr. Aku langsung cengengesan balik. "Belom nih. Yuk cari contekan bareng."

"Gue udah." Aku menatap Egi tidak percaya. Tumben. Biasanya aku yang lebih rajin dari Egi. Wah aku harus lebih giat lagi. "Nih liat aja punya gue. Udah gue cocokin sama yang lainnya kok. Jadi pasti bener." Egi lalu menaruh bukunya di mejaku lalu kembali ke tempat duduknya di belakangku.

Aku menoleh kepadanya sambil tersenyum lebar. "Thankyou Egi!" Egi hanya membalasnya dengan mengacungkan jempol.

↑↓↑↓

"Gita?" Aku menoleh ke arah pintu kelas dan mendapati Gio berdiri di sana sambil menggendong tasnya. Dia lalu menghampiriku. Aku segera mengemasi barang-barangku. "Mau pulang bareng?"
Hah? Bukannya seharusnya dia berkata 'pulang bareng yuk?' Dasar aneh.

Aku langsung cemberut. "Terserah kamu aja."

"Yaudah buruan."

Aku melanjutkan mengemasi barang-barangku yang tersisa, lalu menggendong tasku dan berdiri. Ketika aku berdiri, amplop berwarna pink yang tadi pagi, langsung jatuh ke lantai. Ah ya, aku lupa memasukkannya ke dalam tas! Aku segera berjongkok dan mengambilnya.

"Apaan nih?" Tiba-tiba saja Gio langsung merebut surat tadi dengan kasar dari tanganku lalu membuka dan membacanya dengan kening berkerut. Hah? "Dari siapa?"

Aku diam. Bingung ingin menjawab apa karena aku memang nggak tahu dari siapa surat itu.

"Jawab!" Aku tersentak saat dia membentakku. Seluruh perhatian teman-temanku yang sedang piket langsung teralih pada kami. "Ini dari siapa?!"

"Aku nggak tahu. Aku kira ini dari kamu," lirihku.

"Bohong!"

"Aku nggak bohong."

"Dasar kamu tuh ya!" Tangannya bersiap melayangkan tamparan ke pipiku. Aku langsung memejamkan mata. Satu detik. Dua detik. Kok tidak sakit? Aku memberanikan diri membuka mataku. Dan aku melihat tangan Egi yang sedang menahan tangan Gio.

"Apa-apaan sih lo?!" Gio langsung menarik tangannya dari tangan Egi dan langsung melirik Egi dengan kesal.

"Lo yang apa-apaan?" Egi berkata kalem. Bisa-bisanya dia kalem begitu? Apa dia nggak tau kalau sekarang itu Gio sedang marah banget? "Banci ya beraninya sama cewek?"

"Suka-suka gue lah. Dia kan pacar gue." Deg. Hatiku hancur mendengarnya. Seakan kehadiranku tidak berarti sama sekali untuknya. "Mau gue apain aja, itu urusan gue."

Bug!

Dengan tiba-tiba Egi langsung melayangkan tinjunya kepada Gio yang langsung ambruk seketika. Aku menjerit melihatnya. Tapi kelihatannya Egi tidak peduli.

"Sekali lagi lo ngomong kayak gitu, gue bikin lo langsung masuk kuburan!" Egi berkata sambil menunjuk Gio. Kata-katanya terdengar lucu di telingaku. Egi memang jarang sekali marah. Memang benar kata orang, tidak ada yang lebih menakutkan daripada marahnya orang yang suka bercanda. Tatapan Egi langsung beralih padaku. "Kita pulang sekarang."

Egi langsung mengambil tasnya dan menggandengku berjalan keluar kelas. Meninggalkan Gio yang masih shock dengan kejadian barusan.

↑↓↑

Hari ini aku menemukan amplop berwarna pink itu lagi. Diam-diam aku tersenyum, membukanya lalu membaca isinya.

Dan, ketika dunia tak lagi berpihak padamu, kumohon janganlah menangis, karena cukup aku saja yang menangis melihat kamu yang tersakiti, tapi jangan kamu. Air matamu terlalu berhaga untuk menangisi manusia brengsek sepertinya.
Have a nice day, Gita!
-ur admirer-

Air mata sudah menggenang di sudut mataku setelah menyelesaikan membaca surat tadi. Tapi aku menahannya mati-matian karena teringat isi surat itu.

Siapasih yang mengirimnya? Aku ingin menemuinya! Aku harus menemuinya! Tapi bagaimana caranya?

↑↓↑

Aku datang pagi-pagi sekali ke sekolah. Tujuanku jelas, ingin menemui pengirim surat yang misterius itu.

Kalau bertemu dengannya, apa yang yang akan kukatakan? Terimakasih atau apa? Tapi bagaimana kalau ternyata pengirimnya tidak sesuai harapanku? Ah, memangnya apa yang aku harapkan?

Benar. Akulah orang pertama yang sampai di kelas ini. Belum ada amplop pink di atas mejaku. Jadi, pengirimnya belum datang ya? Aduh, kok tiba-tiba jadi kebelet pipis gini, ya?

Aku langsung melangkahkan kakiku ke toilet. Dan, ketika aku kembali lagi ke kelas, kelas itu sudah ramai dan amplop pink itu juga sudah ada di mejaku! Sial! Kecolongan deh.

Aku langsung membuka dan membaca surat itu.

Selamat pagi, cantik. Pagi itu baik sekali ya? Dia membangunkanku untuk mencintaimu satu hari lagi.
Have a nice day, Git.
-ur admirer-

Aku harus menemui orang itu! Aku sangat ingin menemuinya!!!!

↑↓↑

Hari ini aku datang pagi lagi seperti kemarin. Kali ini aku sudah pipis terlebih dahulu supaya tidak kecolongan seperti kemarin. Aku harus menemui pengirim itu surat itu pokoknya.

Benar. Hari ini, aku juga yang datang paling pertama dan amplop pink itu juga belum ada di atas mejaku. Baik. Aku akan tetap di sini.

Sambil menunggu pengirim surat itu, omong-omong soal hubunganku dengan Gio, aku sudah memutuskan hubungan kami dari kemarin-kemarin. Masa bodo dia ngamuk-ngamuk. Aku tidak takut. Aku juga tidak sedih sama sekali saat memutuskan hubungan kami, walaupun sedikit banyak aku masih mencintainya. Benar kata pengirim surat itu, air mataku terlalu berharga untuk menangisi cowok brengsek seperti dia.

Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu kelas. Orang itu... Egi! Eh, kenapa aku jadi deg-degan gini?

Egi masuk dan melirikku heran. "Tumben dateng pagi. Mau nyontek pr apaan?"

Sialan. "Emang ada pr?" Aku tiba-tiba jadi panik mengingat semalam aku hanya nonton DVD.

Egi terkekeh sebentar lalu duduk di tempatnya. "Nggak ada kok."

Huh. Lega.

"Git?" Aku berbalik. Egi tersenyum lebar. Aku baru sadar Egi manis juga. "Lo putus ya sama Gio?"

Aku mengangguk lalu tersenyum bahagia. Menunjukkan kepada Egi kalau aku tidak apa-apa dan aku bahagia sekarang.

"Bagus deh." Egi ikut mengangguk. "Nggak nangis kan?"

"Ngapain amat. Air mata gue terlalu berharga buat cowok brengsek kayak dia." Aku membeo kata-kata di surat itu.

Egi tampak tertegun sebentar lalu secepat mungkin menyembunyikannya. Egi lalu merogoh sesuatu dari dalam tasnya, mengeluarkannya, lalu menaruhnya di atas meja. Aku tersentak. Itukan... amplop pink!

Jadi, Egi? Aduh kenapa aku jadi semakin deg-degan? Kenapa aku baru menyadari Egi bisa merakit kata-kata yang begitu indah?

"Have a nice day, Gita!" Katanya sambil menyodorkan surat itu padaku lalu mengacak-acak rambutku dengan sayang.

Aku membuka dan membaca surat di dalam amplop pink itu.

Ketika perasaaan sayang berubah menjadi cinta, itulah saatnya untuk mengatakannya. Maaf karena aku yang begitu pengecutnya sehingga belum bisa mengatakannya. Jangan dipaksakan. Kalau jawabannya memang tidak, kita akan terus menjadi sahabat, kan? Perasaan cinta yang sesungguhnya tak melulu soal keinginan untuk saling memiliki, namun soal merelakannya memilih kebahagiaannya sendiri.
I love you, Git.
-Egi-

Aku menatap Egi dalam-dalam. Melihat mata Egi yang selalu bersinar-sinar jail kali ini menatapku serius. Sial, aku jadi ingin menangis karena tidak menyadari Egi selama ini begitu mencintaiku, tapi aku malah memilih cowok brengsek seperti Gio untuk aku jadikan pacar. Aku memang bodoh.

Aku langsung mengambil pulpen dan menulis di balik kertas dengan kata-kata indah tadi. Egi hanya mengamatiku dengan raut muka penasaran, tapi tetap lucu. Khas Egi. Aku berusaha menulis. Berusaha agar kata-kataku seindah kata-kata orang di depanku ini.

Setelah selesai, aku langsung menyerahkan kertas itu pada Egi. Dia menerima kertas itu dengan, aku tahu dia sebenarnya deg-degan banget. Sama denganku.

Dia menerima kertas itu dan membacanya.

Jawabannya emang nggak.

Egi melirikku sambil tersenyum, lalu melanjutkan membaca.

Karena gue harus milih kebahagiaan gue, makasih buat semua surat dengan kata-kata yang, serius keren banget.
Sekali lagi, jawabannya nggak. Nggak salah lagi. Soalnya kebahagiaan gue ya, cuman elo wkwkwkwkwk.
-Gita: ur girlfriend-

ヘ( ^o^)ノTHE END\(^_^ )

Seguir leyendo

También te gustarán

RUBBY🔞⁉️ Por ca

Historia Corta

199K 621 4
Rubby gadis sma yang gila akan belaian, saat dirinya menginjak di jenjang smp Rubby sudah mengetahui banyak tentang hal hal dewasa. Bahkan dia sering...
ONESHOOT48 Por Dutamara

Historia Corta

316K 9.4K 64
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
13.4M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...