Dika dan Para Suami - New Cha...

By deandlesss

117K 2.5K 254

πŸ”ž Manxboy, but somtime πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ‘¨πŸ”ž Dika, anak polos yang sedang mencari jati Diri kehilangan arah. Ia menemuk... More

1. Perasaan Aneh
2. Motor Tua
3. Persimpangan Jalan
4. Percakapan
5. Halaman
6. Temaram Lampu
7. Rindu
8. Kursi
9. Banting
10. Telepon
11. Gendong
12. Sungai
13. Dapur
14. Pintu
15. Panik
16. Kedua Kali
17. First .....
18. Tuntaskan
20. Hancur

19. Sedih dan Bahagia

966 46 7
By deandlesss

Senin itu, Dika pulang sekolah dengan buru-buru. Ia tak sabar untuk menemui Ustad Izhar, sebelum kepergiaannya. Ia tahu bahwa hari ini Ustad Izhar akan pergi. Sudah sejak pagi ia menjadi tidak tenang dan gelisah. Bahkan banyak pelajaran yang tidak masuk dalam pikirannya.

"Assalamualaikum," ucap Dika. Ia berlari menuju kamarnya untuk mengganti bajunya.

"Waalaikumusalam, makan siang Dik, udah mama siapin cumi hitam kesukaan kamu," jawab Mama.

"Nanti aja ma," jawab Dika dari dalam kamar.

Setelah mengganti pakaian, Dika bergegas lari keluar rumah.

"Eh mau kemana Dik?" tanya Mama.

"Mau ke rumah Ustad Izhar Ma, assalamualaikum," jawab Dika sambil berlari.

"Lhooo, tapiii..." belum sempat Mama Dika menyelesaikan ucapannya, Ia sudah tak melihat Dika. Ia sudah pergi dengan cepat ke rumah Ustad Izhar.

Setibanya di rumah Ustad Izhar, Dika tak melihat adanya aktivitas di dalam rumah itu.

"Om ustad! Omm!" Teriak Dika sambil mengetuk pintu. Tak ada satupun jawaban terdengar dari dalam.

Dika berjalan mengitari rumah Ustad Izhar menuju dapur.

"Om!!!" Teriak Dika dengan lebih kencang. Namun tetap tidak ada jawaban dari Ustad Izhar.

"Om!!!" teriak Dika lagi. Dika mulai khawatir. Ia kembali mencoba mengintip di setiap jendela rumah Ustad Izhar dan kembali meneriakkan ustad Izhar.

"Om ustad kemana?" Tanya Dika lirih. Air matanya mulai menggenang di matanya. Ia duduk terisak di depan pintu rumah Ustad Izhar. Air matanya tak terbendung lagi, ia nangis sejadi jadinya. Dadanya sesak.

Ia tak menyangka Ustad Izhar sudah pergi tanpa berpamitan dengannya. Ia masih ingin melihat wajah Ustad Izhar untuk terakhir kalinya. Namun jauh panggang dari api. Hatinya hancur.

Dika yang sedang tertunduk menangis dikagetkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya pelan.

"Om Ustad?" tanya Dika berharap yang menepuknya adalah orang yang dicarinya. Wajahnya terlihat antusias.

Namun ia tak mendapati wajah Ustad Izhar. Melainkan Mamanya sendiri. Melihat itu, Dika kembali menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk mamanya dengan erat dan terus menangis.

"Om ustad jahat ma! Huaaaa. Pergi... tapi gak... Bilang sama dika. Huaaaa" tangis Dika di pelukan Mamanya.

Mamanya hanya terdiam membiarkan anaknya melepaskan semua perasaan sedihnya. Ia mengelus punggung Dika pelan, menenangkan Dika.

"Dika... masih mau ketemuu... Huaaa" imbuh Dika.

Semua tangisan Dika meluap, membuat baju mamanya pun basah oleh tangisannya. Beberapa waktu berlalu, tangisan Dika perlahan mereda.

"Sayang, Om Ustad kan perginya sampe adeknya lahir. Habis itu Om Ustad balik lagi ke sini. Nanti kan Dika bisa main sama Om Ustad, Mbak Umi, dan adeknya yang kecil," ucap Mama menghibur Dika.

Dika melepas pelukannya pada Mamanya. Mama Dika menatap mata Dika dengan penuh kasih sayang, dan mengelap air mata Dika yang masih ada di mata dan pipinya.

"Sekarang kita pulang dulu ya, nanti kalo Dika kangen, kita telepon Om Ustadnya ya," ajak Mama.

Dika mengangguk pelan dan menggandeng tangan Mamanya. Mereka berjalan pelan. Dika masih terlihat terpukul dengan kepergian Ustad Izhar.

Kesedihan Dika berlarut hingga beberapa hari. Ia terlihat tidak bersemangat. Bahkan ketika teman-temannya mengajaknya bermain, Dika lebih memilih untuk di kamarnya.

Orang tua Dika yang melihat Dika memiliki ide untuk menelpon Ustad Izhar. Seseorang yang mungkin bisa membuat Dika bersemangat kembali.

"Dik, Dikaa!" Panggil mama dari balik pintu kamar Dika. Dika sedang berada di kamarnya.

"Kenapa Ma?" tanya Dika datar.

"Om Ustad nelpon nih," jawab Mamanya.

Tak sampai 5 detik, pintu itu sudah terbuka. Mata Dika berbinar penuh semangat. Ia menyambar Hp yang dipegang oleh Mamanya itu. Mama Dika membiarkan Dika berbicara dengan Ustad Izhar, dan berlalu menuju dapur.

"Halo?" jawab Dika.

"Halo sayang," saut sesorang yang sangat dikenal suaranya oleh Dika itu. Seketika mata Dika berair. Ia terharu bisa mendengarkan suara favoritnya lagi. Namun masih ada rasa kesal di hari Dika karena kepergian Ustad Izhar yang tiba-tiba. Ia menghapus air matanya.

"Hmmm..." jawab Dika singkat.

"Kok gitu? Dika sudah makan?" tanya Ustad.

Dika membisu.

"Gimana sekolahnya?" tanyanya lagi.

Dika masih membisu.

"Ga mau ngomong ya? Ya udah Om tutup telponnya," goda Ustad Izhar.

"Om jahat," jawab Dika.

"Maaf ya sayang, Om harus jagain Mbak Umi. Maaf om ga pamitan sama Dika. Dika sedih ya?"

"Iyaa... Hiksss," jawab Dika. Air matanya kembali pecah.

"Loh, kok nangis, jangan sedih. Nanti Om ikutan sedih," ucap Ustad Izhar lembut.

"Om kapan balik ke sini lagi?" tanya Dika. Sebenernya ia sudah tahu jawabannya, namun ia berharap Ustad Izhar mengatakan akan segera kembali secepatnya.

"Nanti ya sayang, setelah adeknya sudah lahir," jawab Ustad Izhar.

Dika diam, sedikit kecewa. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan.

"Dika, om tau kamu kangen sama Om. Om di sini juga kangennnn banget sama Dika. Tapi Dika, harus kuat ya. Kan nanti Om balik lagi," ucap Ustad Izhar.

"Dika juga harus rajin sekolahnya, katanya sebentar lagi mau ujian nasional," imbuhnya.

"Iya om, hikss"jawab Dika. Ia menyeka air mata di pipinya.

"Nanti kalo Dika bisa selesaikan ujian dengan baik, Dika dapet juara seperti biasa, Om kasih hadiah deh. Mau hadiah Apa?" tanya Ustad Izhar.

Dika tak menjawab.

"Hmm? Gimana?" Tanya Ustad Izhar memastikan.

"Om Ustad," jawab Dika.

"Maksudnya?" tanya Ustad Izhar lagi.

"Dika mau Om. Dika mau Om dateng, traktir Dika makan bakso lagi, main lagi kayak dulu," jawab Dika.

Kini giliran Ustad Izhar yang terdiam.

"Om?" Tanya Dika.

"Iya sayang, makanya Dika yang semangat ya, nurut sama Mama Papa. Belajar yang rajin, ya!" Pinta Ustad Izhar.

"Iya om," jawab Dika singkat.

"Janji?"

"Iyaaaa, janji" jawab Dika

"Nah, gitu Dong. Kalo gitu, udah dulu ya, Om masih ada urusan ini, Assalamualaikum," ucap Ustad Izhar.

"Iya om, Waalaikumusalam," jawab Dika.

Telepon singkat itu pun berakhir, cukup untuk mengobati rasa rindu Dika. Hal itu membuat sorot mata Dika lebih hidup.

Dika menuju dapur untuk mengembalikan Hp itu pada mamanya.

"Udah telponnya?" Tanya Mama.

"Udah Ma, nih!" Jawab Dika.

"Makan yuk, Mama buatin cumi hitam buat Dika," ajak Mama.

"Iyaah Ma!" Jawab Dika bersemangat.

Mama cukup lega melihat Dika kembali bersemangat. Ia penasaran, ikatan seperti apa yang sudah terjalin antara anaknya dengan Ustad Izhar. Dika pun memakan cumi masakan mama dengan sangat lahap.

Bulan berganti, kini Dika sudah harus menghadapi ujian nasional. Segala persiapan sudah ia lakukan. Ia tak begitu khawatir, karena memang otaknya encer dan Dika sudah sering mengerjakan latihan soal dengan lancar.

Hari pelaksanaan ujian pun tiba. Sebelum berangkat, Mama menunjukkan pesan singkat dari Ustad Izhar.

'Dika, semangat ya untuk hari ini. Jangan lupa berdoa, semoga lancar ya sayang,'

Pesan singkat itu membuat Dika semakin bersemangat. Ia mengerjakan soal demi soal dengan teliti dan cermat hingga hari terakhir pelaksanaan ujian itu.

Sebulan berlalu, tiba hari pengumuman kelulusan Dika dari sekolahnya. Tak ada yang perlu dikhawatirkan bagi Dika. Ia merasa mantap dan percaya Diri. Dan benar saja, Dika mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran Matematika. Dan untuk mata pelajaran bahasa indonesia dan bahasa Inggris, masing-masing dika hanya salah menjawab 1 soal. Dengan demikian, Dika menjadi juara pertama di sekolahnya, bahkan di sekecamatan.

Papa dan Mama Dika tentu sangat bangga dengan prestasi Dika. Keduanya tak bisa menahan rasa haru dan senang karena sebentar lagi anak mereka satu-satunya akan melanjutkan sekolah menengah pertama. Mereka tentu sudah mencari dan mendaftarkan Dika ke sekolah swasta terbaik di Kotanya.

Sepulang sekolah, kedua orang tua Dika sudah mempersiapkan kejutan kelulusan bagi Dika. Tumpeng kecil-kecilan pun sudah tersaji di meja makan.

"Wahhhh, kapan Mama yang nyiapin?" Tanya Dika.

"Rahasia," jawab Mama dengan singkat.

"Selamat ya Nak, Papa dan Mama sangat bangga sama Dika. Hebat sekali. Ini ada hadiah dari Papa dan Mama," ucap Papa memberi selamat sembari mengeluarkan kotak hadiah dan memberikannya kepada Dika.

"Wahhh, makasih Pa. Apa ini?" Tanya Dika. Matanya berbinar menerima.

"Buka aja," seru Papa.

Dika tidak sabar membuka kotak hadiah itu. Namun ketika sudah terbuka, mata berbinar Dika meredup. Ia keheranan, karena masih ada kotak lagi di dalamnya.

"Huhhh," dengus Dika kesal.

Papa dan Mama tertawa melihat reaksi anaknya.

"Buka lagi sayang," ucap Mama.

Dika bersemangat untuk membukanya kembali. Dan kali ini matanya semakin berbinar. Kini ia melihat ada sebuah handphone keluaran terbaru di dalam kotak itu.

"Wahhhh, serius Ma? Pa? Ini buat Dika?" Tanya Dika tak percaya.

"Iya sayang, kan Dika sudah buat Papa sama Mama bangga," ucap Papa.

"Iyaa, tapi dengan satu syarat, jangan terlalu asyik main Hpnya ya, belajar jangan lupa," imbuh Mama.

"Makasih banyak Ma, Pa, Dika janji bakal pake hp ini dengan baik," ucap Dika dengan tersenyum lebar hingga menampakkan giginya. Ia kemudian menuju Papa dan Mamanya, memeluk mereka satu persatu.

"Udah yuk, makan dulu, kita potong tumpeng," ucap Mama.

"Iyaaa!" Jawab Dika singkat. Namun kebahagiaan terpancar di raut wajahnya.

Mereka pun menyantap tumpeng kecil-kecilan itu dengan lahap.

"Assalamualaikum," teriak seseorang di ruang tamu. Suara seorang laki-laki.

Dika mendengar itu langsung berlari menuju ruang tamu dan membuka pintu. Pikirannya hanya satu, orang yang mengucap salam itu adalah orang yang paling ingin ia temui, yaitu Ustad Izhar.

Namun bukan Ustad Izhar yang ia temui. Ia mendapati laki-laki muda, membawa bingkisan paket di tangannya. Dika tak mengenalinya.

"Atas nama Dika?" tanyanya.

"Eh, ehmmm, iyaa mas," jawab Dika.

Lelaki itu pun memberikan paket itu pada Dika, dan meminta ijin untuk memfoto Dika. Ia kemudian bergegas pergi dengan motor yang penuh dengan paket-paket lainnya.

"Mahhh, mama belanja online lagi?" Tanya Dika menghampiri mama yang masih di meja makan dengan Papa.

"Ngga, dari siapa?" Tanya Mama.

"Gatau," jawab Dika singkat.

"Ya udah si, tinggal buka aja," ucap Papa ketus. Ia masih mencoba menghabiskan tumpeng yang ada di piringnya.

Mama membantu Dika untuk membuka paket itu. Di dalamnya ada sepucuk surat bertuliskan "Untuk Dika". "Mungkin dari pengirimnya," ucap Dika dalam hati.

Belum sempat mereka membaca surat itu, mereka dikejutkan dengan bunyi handphone Papa.

"Ehhh, Ma, tolong ambilin Hp Papa. Tangan Papa masih kotor," pinta Papa pada Mama.

Mama mengambil hp itu, dan ia melihat nama Ustad Izhar tertera di layar Hp Papa sedang meminta untuk panggilan video.

"Angkat aja Ma," pinta Papa.

"Eh diangkat yang, haloo," ucap Ustad Izhar. Di layar tampak Ustad Izhar mengenakan peci, dan disebelahnya Mbak Umi tersenyum menatap ke arah kamera Hp. Wajah Mbak Umi masih terlihat pucat.

"Ustad Izhar!!!!" Teriak Dika. Ia pun berlari menuju Mama dan merebut Hp itu dari tangannya.

"Halo om!" Seru Dika dengan wajah penuh antusias. "Halo mbak Umi," imbuh Dika.

"Halo sayang, gimana hasil ujiannya?" Tanya Mbak Umi.

"Alhamdulillah Dika lulus, hehe," jawab Dika sambil tersenyum bangga.

"Dika dapet juara 1 loh Om Tante, di sekolah dan kecamatan," ucap Mama yang berada di belakang Dika.

"Wahhh, alhamdulillah. Emang ga diragukan lagi jagoan Om ini, selamat ya Dika. Om Ustad sama Mbak Umi ikut seneng dan bangga sama Dika," ucap Ustad Izhar.

"Hehe, terima kasih Om dan Mbak. Kapan Om ke sini? Ga lupa sama janjinya kan?" Tanya Dika.

"Wahhh, maaf ya sayang. Om ga bisa ke sana dulu. Masih harus jagain adek ini, belum lahir," jawab Ustad Izhar. Ia mengarahkan kamera Hpnya ke arah perut mbak Umi yang tampak membesar.

"Iyaaa deh iyaa. Kapan adeknya keluar om?" Tanya Dika.

"Iyaa, udah berapa bulan itu?" Tambah Mama Dika.

"Ini masih 7 bulan Bu, inshaaAllah 2 bulan lagi lahiran," jawab Mbak Umi.

"Jadi ga sabar ya Dik ngelihat ade bayi," ucap Mama.

"Cowo atau cewe?" Sambar Papa yang telah selesai dengan makanannya.

"Alhamdulillah cowo Pak," ucap Ustad Izhar.

"Wah, jagoan kampung nih nanti, selamat, selamat," ucap Papa.

Mereka semua tertawa.

"Maaf ya Dik, Om sama Mbak Umi belum bisa balik. Tapi hadiahnya udah diterima kan?" Tanya Ustad Izhar.

"Hadiah?" Dika berpikir sejenak. "oh itu dari Om sama Mbak Umi?" tanya Dika menarik kesimpulan.

"Iyaa sayang, semoga suka ya. Jangan lupa terus belajar ya sayang, patuh sama Mama Papa," ucap Ustad Izhar.

"Iyaaa. Terima kasih banyak!" Ucap Dika dengan wajah penuh kebahagiaan. Meskipun Ustad Izhar tak datang, tapi masih ada perhatian yang ia berikan padanya.

Panggilan video itu pun berakhir. Dika kembali menuju tempatnya tadi, dan bersiap untuk membuka hadiah dari Ustad Izhar.

Dengan tak sabar akhirnya kotak itu terbuka, terlihat ada sepatu berwarna hitam. Dika pun segera mengeluarkan sepatu itu dan mencobanya. Ukurannya pas di kaki Dika. Dika pun berlarian dengan sepatu barunya itu. Ia sangat bahagia.

Tak hanya itu, di dalamnya juga ada gantungan kunci boneka beruang grizzly dengan ekspresi marah. Dika pun tak lupa membaca surat yang ada di dalam kotak itu.

"Dika sayang, selamat ya sudah menyelesaikan ujiannya. Maaf Om dan Mbak Umi ga bisa dateng langsung buat ngucapin selamat. Tapi diwakili boneka grizzly aja ya, ^^

Om dan Mbak Umi

Ps, boneka grizzly nya mirip Dika, suka marah-marah"

Bukannya marah, Dika justru tersenyum dengan sangat lebar. Ia sangat bahagia hari itu.

----------

TBC! Hehe, gimana gimana? Dika pinter juga ya. Meskipun main mulu, tapi bisa ranking 1. Mau di gaspoll ga???

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa vote dan komen ya! Biar minthor tambah semangat! Lop

Continue Reading

You'll Also Like

31.1K 718 8
Arsya boti manis dan binal terlibat sekandal dengan pak kades. Bagaimana liar dan binalnya arsya dalam memuaskan pak kadesnya? Semua ada dalam cerita...
17M 752K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
10.6K 74 5
⚠️GaysFantasy πŸ”ž21+ ❌Gak suka, ya jangan di baca bukannya malah ng'Report Ketika penulis amatir berkarya, disitulah anda kepingin muntah😝 Ini hanya...
1.8M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...