Miss Dandelion

Por yusufalvaro00

111K 15K 1.1K

Setelah mengetahui bahwa dirinya mengandung, Larasati Kirana sangat kebingungan. Ia memang punya kekasih, nam... Más

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Epilog

Tiga Puluh dua

2.5K 401 61
Por yusufalvaro00


Sudah dua hari Laras menghilang. Dan membuat Suta seperti orang yang sudah kehilangan akal sehatnya.  Ia sudah mengerahkan segala sumber daya yang ia punya untuk mencari keberadaan istrinya itu.

Bahkan, ia meminta bantuan Ezra untuk menghubungkan dengan orang yang punya bisnis keamanan dari salah satu anggota Mythology Group atau klan Jarasanda, yang mana saja yang bisa menemukan istrinya. Namun, pencarian mereka sejauh ini belum membuahkan hasil.

Suta tercenung di dalam ruangannya. Sudah dua hari ia tidak pulang, bahkan sama sekali  tidak ke luar dari ruangannya. Membuat perasaan bersalah Dhea makin bertumpuk- tumpuk.

Perempuan itu pun  sejak tadi hanya mondar- mandir di depan ruangan bosnya. Membuat Davinsha dan Linda yang duduk di kursi Laras,  geleng- geleng prihatin melihatnya.

"Kira- kira ke mana ya, perginya Laras?" Linda bertanya entah pada siapa.

"Nggak tahu. Nggak kepikiran juga." Davinsha menjawab asal. Baginya, istri bos itu seperti penuh misteri. Datang dari antah berantah. Melamar pekerjaan sebagai sekretaris. Dua bulan kemudian ketahuan lagi hamil. Dan tiba- tiba dia adalah istri bos.

Segalanya tentang Laras seperti sebuah misteri. Dia kelewat ramah, kelewat rajin, dan tidak gampang baper. Membuatnya mudah disukai oleh banyak orang.

Seperti bukan definisi manusia masa kini. Dewasa ini, Davinsha jarang bertemu orang yang tidak palsu seperti Laras. Dan sekarang perempuan itu menghilang tanpa jejak mirip dalam novel yang difilmkan; The Gone Girl.

Tidak ada yang tahu keberadaannya. Tidak ada yang melihat dia pergi. Tapi, berdasarkan keterangan dari Dhea yang sempat tiba- tiba diberi komplimen sama pihak restoran, Davinsha curiga bahwa ini adalah penculikan berencana.

Mungkin, sebenarnya, Laras adalah mantan simpanan pejabat berkuasa dan bayi yang ada dalam kandungan itu milik si pejabat, sehingga si pejabat memburu keberadaan Laras. Atau yang lebih parah dari itu, kemungkinan Laras adalah alat agen mata- mata internasional yang dikirim untuk menyelidiki seseorang.

Buset! Pikiran Davinsha mau meleleh rasanya. Betapa banyak spekulasi yang bermain dalam otaknya saat ini. Lagian kalau memang benar, buat apa bos Suta menikahi wanita hamil?

Karena berita hilangnya istri bos, banyak karyawan yang jadi sibuk bergosip. Berita itu sendiri menyebar dengan cepat bagaikan kebakaran hutan di puncak musim kemarau.

"Mendingan lo duduk deh, Dhe. Ini Vinsha udah mulai ngaco otaknya!"

"Tapi gue ngerasa bersalah banget, Lin. Gara- gara gue, Laras jadi ilang. Coba kalo gue nggak paksa dia buat ikut makan! Pasti sekarang dia masih duduk di situ!" Dhea merujuk ke kursi sekretaris yang kini diduduki Linda.

"Terus dengan lo mondar- mandir kaya gitu, Laras bisa ketemu? Lo bakalan  bikin kita juga jadi ikutan gila kalo terus- terusan mondar- mandir kayak gitu . Pernah nggak lo mikir, bahwa mungkin saja selama ini si Laras sudah diintai? Lo cuma ada di tempat dan waktu yang salah aja!" gerutu Davinsha, untuk mendukung pernyataan Linda barusan.

"Terus gue kudu gimana?" Dhea jadi gregetan sendiri. Ingin rasanya dia menjungkirbalikkan meja Laras. Mengobrak- abrik isi kantor ini saking  frustrasinya.

"Selamat siang? Suta ada?" Semua kepala yang ada di situ kontan menoleh ke arah sumber suara.

Nun di situ, tegaklah sosok hantu masa lalu Suta. Felisha dalam balutan midi dress warna hijau daun sage, dengan sepasang ankle strap setinggi lima belas sentimeter membalut sepasang kaki mulusnya. Juga riasan wajah yang on point.

"Ada,"

"Thanks,"

Felisha melenggang ke pintu ruangan Suta dengan meninggalkan aroma Chanel no. 5 di belakangnya.

***

"Laras..."

"Bad for you." Sambut Felisha dengan senyuman lebar. "It's me. Felisha. Not her." Tanpa dipersilakan, perempuan itu langsung menempatkan tubuhnya di atas meja kerja Suta. Namun pria itu hanya mengamatinya dalam diam.

"Mau apa datang ke sini?" tanya Suta sengak. "Bukannya Sabtu ini kamu menikah?"

"Well, the wedding has been cancelled." Katanya enteng. Seperti tidak terjadi apa- apa.

Seketika, Suta menegakkan tubuhnya.  Tentu saja ia kaget mendengar pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh sang mantan kekasih.

"Kamu pasti nggak percaya dengan apa yang barusan kuomongin, Suta." Felisha kemudian berdiri. Ia menghampiri Suta. Tangannya yang ramping, putih, dan mulus menjamah ke kerah kemeja abu- abu yang Suta kenakan. Merapikannya. Lantas turun ke dadanya, kemudian menggamit dasi hitam yang menggantung di lehernya.

Suta tentu saja paham betul, bagaimana skil merayu Felisha. Orang belok mungkin langsung lurus. Felisha memang bisa dikatakan sangat expert dalam hal tersebut. Hal itulah yang dulu membuat Suta terjebak hingga jatuh cinta begitu rupa pada sosok indahnya. "Ngaco kamu, Sha!"

"Buat apa aku ngomong yang bukan- bukan?" kali ini Felisha membisikkan kalimat itu di telinga Suta, sebelum menjilatnya dengan perlahan. Membuat Suta memejamkan mata.

Suta tahu rasanya. Ia tahu apa yang dapat dilakukan dengan mulut dan lidah Felisha pada bagian - bagian tertentu tubuhnya yang mendamba.

"Apakah kita masih punya kesempatan?" tangan perempuan itu mulai jadi lebih berani menjamah bagian lain tubuh Suta. "Aku rasa masih." Ujar perempuan itu dengan nada puas.

Dengan tinggi badannya ditambah hal sepatu yang menunjang, Felisha gampang menjangkau mulut Suta. Dan pria itu juga tidak punya daya untuk menolaknya.

***

"Ngapain si bos sama si Kunti itu di dalam sana? Lama banget pula!" Davinsha mulai menggerutu dengan tatapannya yang seolah mau membolongi pintu ruangan Suta yang tidak bersalah apa pun.

"Nggak tahu! Main gundu kali!" balas Dhea yang sudah senewen, keki, plus buntu otaknya.

"Lo kira orang dewasa berlainan jenis kelamin dan berada di ruangan tertutup, bakal kepikiran buat main gundu?!"

"Lah ya gue nggak tahulah. Ngapain lo nyolot juga sama gue?!"

"Lin, lo masuk deh, ke dalam! Interupsi!" Bentak Dhea gusar. Linda menunjuk dirinya sendiri dengan tampang beloonnya. "Gue? Ogah! Bisa di home run ke luar jendela gue sama si bos!" Linda geleng- geleng.

"Elo, Vin." Dhea menoleh ke arah Vinsha. "Tunjukin jiwa nggak tahu malu lo sekarang! Mumpung masih muda!"

"Eh, Monyong! Kok jadi gue? Kenapa bukan lo aje?" Davinsha tidak kalah nyolot.

Mereka bertiga tetap ribut sambil bisik- bisik dan mengetatkan rahang saking jengkelnya dengan satu sama lain. Hingga lewatlah Mbak Dartik membawa paket warna cokelat.

"Halo, Mbak - Mbak cantik? Kok pada ngumpul di sini? Ini ada paket buat Pak Suta. Orangnya ada kan?"

"Ada kok!"

"Ada, ada!"

"Ya, ada tuh orangnya di dalam. Mbak Dartik masuk aja. " Dhea dan Davinsha mendorong tubuh Mbak Dartik yang subur itu ke arah pintu.

Dasar lagi hoki, ternyata pintu tidak dikunci. Edan juga tuh si Kunti. Datang siang- siang mau berbuat yang bukan- bukan sama suami orang, tapi lupa kunci pintunya!

****

"Bagaimana keadaanmu hari ini, Laras?" sapa Gatra. Saat itu, Laras dijemput oleh salah satu asisten rumah tangga bernama Herman.

Selama dia hari tinggal di rumah itu, Laras mendapati staf pria yang mendominasi rumah tersebut. Ada satu staff wanita yang khusus untuk melayani segala kebutuhan Laras.

Gatra sendiri tidak menginap di rumah ini. Dia selalu datang sore- sore, dan pulang larut malam. Tapi sejauh ini, pria itu belum mencoba untuk mendekati Laras. Tidak pernah menjangkau ruang pribadi perempuan itu. "Saya baik, Pak."

"Dan gimana kondisi kandunganmu?"

"Dia juga baik."

Makan malam yang disajikan adalah steak dan potato puree, serta miso soup. Herman membuka tudung piring yang berada di hadapan Laras. Aroma gurih daging langsung menyerbu indera penciumannya. "Saya nggak boleh makan daging mentah."

"Punyamu itu chicken steak. Jadi dia matang. Nggak perlu khawatir."

Laras masih tampak ragu. "Laras, saya tidak mungkin mencelakaimu. Apa lagi saat kamu hamil anak saya." Bujuk Gatra, ketika melihat keraguan di mata Laras. "Makan. Ini semua buat kebaikanmu. Kebaikan bayi kita. "

Laras menatap Gatra dengan sepasang mata hitamnya yang bulat dan polos. "Apa niat Bapak menculik saya sekarang ini, Pak?"

Gatra terkekeh mendengar pertanyaan perempuan itu. "Saya memang nggak pernah salah menilai seseorang," tatapannya menyapu sosok Laras yang masih mengenakan terusan yang ia kenakan dua hari yang lalu, ketika baru saja sampai di tempat ini.

"Kamu nggak pakai salah satu baju yang ada di walk-in closet?"

"Itu...."

"Itu semua punya Galuh. " Ujarnya. "Galuh adik bungsu saya yang sekarang tinggal di Brussel sama suaminya. Pakai saja. Itu memang dipindahkan ke sini karena saya menghadiahkan rumah ini buat dia kelak."

Laras tertegun.

"Ukuran kalian sama. Galuh juga punya postur yang mirip kamu." Gatra mengucapkannya dengan nada yang sarat akan kerinduan. "Saya sebenarnya juga ingin pindah ke sana."

"Kenapa?"

Gatra menghela napas berat sebelum melanjutkan. "Kamu tahu, pernikahan saya dengan Vega memang bukan didasarkan atas cinta. Kami bertemu di gala dinner untuk yayasan milik nenek saya tujuh tahun yang lalu. Kami saling tertarik lalu berhubungan. Segampang itu."

"Vega adalah sosok yang lincah, cerdas, dan cantik. Awalnya, kami cuma have fun. Saya tahu ketertarikan kami berdasarkan fisik semata. Tapi akhirnya, hal itu pula yang membawa kami pada pelaminan suatu saat. Restu keluarga turun dengan mudah."

"Seperti pengantin baru pada umumnya, kami bahagia, Laras." Tatapannya kemudian teralih ke pada Laras yang menyimak kisah itu dengan takzim. Selama mereka dekat, Gatra belum pernah bercerita sedetail ini tentang masa lalunya bersama Vega.

"Sebenarnya, Vega bukannya tidak pernah hamil. Dia pernah. Waktu itu kami baru saja pulang dari bulan madu yang kedua di Seychelles. Dua bulan kemudian, Vega dinyatakan hamil. Tapi rupanya dia terlanjur tanda tangan kontrak."

"Waktu itu kami ribut besar. Vega ingin melenyapkan janin dalam kandungannya itu. Tapi saya mencegahnya."

Pada detik itu, Laras terkesiap. Opsi itu pun pernah sekali mampir ke dalam pikirannya.

"Saya pikir kami sudah sepakat. Hingga pada suatu hari, Vega mengatakan bahwa ia telah melenyapkan janin itu. Calon bayi kami."

"Dia mengatakan dalam kondisi mabuk berat. Sejak itu, pernikahan kami rusak. Dia kerap jalan dengan lawan mainnya di serial atau film ke luar negeri. Saya pun begitu. Hingga hari kamu masuk ke GE sebagai sekretaris saya. "

Laras merasa tenggorokannya amat kering. Ia meraih gelas bening berisi air mineral, lantas meneguknya dengan bunyi yang nyaring. Mengabaikan segala macam manners  yang ada.

Semuanya ini sungguh gila. Bukan main gilanya!

"Saya waktu itu memang tertarik padamu, Laras." Ucapnya pelan. Penuh perasaan. Membuat bulu kuduk Laras meremang.

"Kamu yang bagi saya amat lugu. Kamu yang bagi saya nggak palsu. Mungkin bagimu ini terdengar seperti omong kosong. Hati saya sempat mantap untuk menyudahi segalanya bersama Vega."

"Saya berusaha mencari kamu lewat orang- orang saya. Tapi saya nggak berani terang- terangan, karena kalo keluarga saya atau Vega tahu keadaanmu yang seperti ini karena saya, mereka pasti akan menghancurkanmu untuk menghukum saya."

"Lalu bagaimana Bapak akhirnya menemukan saya?"

"Salah seorang anak buah saya menjalin hubungan dengan salah satu pegawai suamimu." Gatra tersenyum dengan bibir terangkat sebelah. "Saya tahu siapa suami kamu, Laras. Dan saya pastikan, dia bukan orang yang cocok buatmu. Dia bahkan nggak layak buat kamu jadikan Bapak buat anak kita."

"Kenapa Bapak berbicara seperti itu tentang suami saya?"

"Tentu saja saya sudah menyelidiki dia sejak lama. Pacar pegawai saya baru tahu bahwa kamu adalah orang yang saya cari kira- kira dua minggu lalu. Setelah itu, saya menyelidiki siapa saja orang yang bersama kamu. Saya bahkan tahu bahwa Dito, Meita, telah mengetahui keberadaanmu. Saya ingin bersamamu Laras. Tapi saya juga tidak mau kamu dan anak kita tumbuh di keluarga busuk seperti keluarga saya. Tapi bukan berarti saya mengizinkanmu untuk bersama pria brengsek seperti Endrasuta Prabu Wiratsana itu!"

****

Ini kalo bahasa Inggrisnya ada yang salah moon maap ye. Ini yang ngasih advis tuh Pak Suami--- yang makin hari makin glowing, keling, item, tapi tetep manis. Huehehehe

Dah ya dari tadi aku pantengin mulu nggak nyampe- nyampe 200. Aku mau bobok siang juga. Takut kalian tagih jadi kuposting sekarang. Selamat menikmati....


Seguir leyendo

También te gustarán

13.5K 102 31
Hindi inaasahan ni Gaia na magbubunga ang nangyari sa kanila ni Kane matapos ang hapon na iyon. Yes, she's dating the famous celebrity, D'Arcy Kane...
100K 3.1K 75
When I woke up, I became the Demon King!? It's my responsibility as the Demon King to increase the monster population, and the only way to do that is...
123K 11.4K 31
"I don't have any expectations from this marriage, nor am I looking for love," he said. "I am entering into this marriage merely to honor my promise...
3.8K 131 21
Life long friends find love amid tragedy.