Dika dan Para Suami - New Cha...

By deandlesss

117K 2.5K 254

🔞 Manxboy, but somtime 👩‍❤️‍👨🔞 Dika, anak polos yang sedang mencari jati Diri kehilangan arah. Ia menemuk... More

1. Perasaan Aneh
2. Motor Tua
3. Persimpangan Jalan
4. Percakapan
5. Halaman
6. Temaram Lampu
7. Rindu
8. Kursi
9. Banting
10. Telepon
11. Gendong
12. Sungai
13. Dapur
14. Pintu
15. Panik
17. First .....
18. Tuntaskan
19. Sedih dan Bahagia
20. Hancur

16. Kedua Kali

1.5K 84 10
By deandlesss

Mobil keluarga Dika baru saja tiba di tempat parkir rumah sakit. Namun Dika tidak sabar dan segera turun dari mobil dan berlari menuju rumah sakit. Papa dan Mama Dika terkejut dan khawatir.

Namun, belum lama Dika berlari, Dika tiba-tiba berputar arah menuju kedua orang tuanya. Papa dan mama kini lega sekaligus kebingungan dengan tingkah Dika.

"Kita harus kemana Pa?" tanya Dika dengan tersenyum malu

"Hahahaha, kamu ini. Ayo ikut papa," jawab Papa yang terpingkal-pingkal melihat tingkah laku anaknya. Ia pun menggandeng tangan Dika agar tidak pergi lagi nantinya. Mama hanya tersenyum melihat dua orang kesayangannya itu berjalan, di tangan kanannya sudah ada tas berisi barang Ustad Izhar dan Mbak Umi.

Setibanya di depan ruangan tempat mbak umi menginap, Papa mengetuk pintu pelan. Pintu pun terbuka, dan terlihat wanita paruh baya yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"Ehh, bener kamar Umi kan?" tanya Papa spontan.

"Ohh benar Pak, mau menjenguk Umi ya?" jawab wanita itu.

"Iyaa ibu, hmmm... Ibu..." ucap Papa

"Ohh maaf, saya Ibunya Umi. Mari masuk," ajak wanita itu yang ternyata merupakan ibu dari mbak Umi.

Mereka bergegas masuk. Di dalam ruangan itu, mereka melihat mbak Umi yang sedang tertidur dengan infus yang terpasang di tangan kirinya. Selang oksigen masih terpasang untuk membantu mbak Umi bernapas. Kulit wajahnya sudah tidak sepucat kemarin.

Disampingnya terlihat seorang pria yang sedang memegang tangan mbak Umi. Ia terlihat sangat lusuh dan kelelahan. Dari baju yang dikenakannya, Dika langsung mengenali bahwa itu adalah ustad Izhar. Tangannya memegang erat tangan istrinya itu.

"Nak, ada tamu," ucap Ibu Mbak Umi membangunkan Ustad Izhar. Seketika ustad Izhar terbangun dari tidurnya.

"Ehh pak bu, maaf saya ketiduran," ia mengusap matanya agar semakin tersadar. Ia beranjak dari tempat duduknya, dan menyalami Papa, Mama dan Dika.

"Ehh, ada Dika juga," ucap Ustad Izhar sambil mencubit pipi Dika yang selalu terlihat menggemaskan setiap waktunya.

"Iyaa nih, dia maksa ikut, ga sabaran anaknya. Katanya mau cepetan liat Mbak Umi. Dia bahkan bantuin buat masukin barang-barang kalian, nih" jawab Mama Dika.

"Wahhh, makasih ya Dika sayang," ucap Ustad Izhar.

"Oh jadi ini Dika yang sering Umi ceritakan ke saya. Katanya ada anak tetangganya yang lucu, sering main ke rumahnya, ternyata beneran lucu" ucap ibu Mbak Umi.

Dika tersenyum malu mendengar itu dari Ustad Izhar dan Ibu Mbak Umi.. Semua tertawa melihat tingkah Dika. Papa pun menambah suasana riang dengan menceritakan kejadian di parkiran yang baru saja terjadi. Sontak semua orang di dalam ruangan itu tertawa.

Suasana riang itu pun membuat Mbak Umi terbangun dari tidurnya. "Ehh ada Dika, Bapak, Ibu" ucap Mbak Umi dengan nada yang lemah.

"Eh maaf ya Umi, jadi kebangun," ucap Mama Dika.

"Ngga apa-apa bu, justru saya senang dijengukin," jawab Mbak Umi.

"Kamu gimana keadaannya? Udah mendingan?" tanya Mama lagi.

Mbak Umi mengangguk. "Ini cuma perlu istirahat," jawab Mbak Umi. Mendengar itu, Dika mendekati ranjang Mbak Umi. Ia memegang tangan mbak Umi lembut.

"Mbak Umi gapapa kan?" Tanya Dika dengan perlahan.

"Gapapa kok sayang, nanti juga mbak Umi udah sembuh. Doain ya," jawab Mbak Umi.

Mendengar itu, kekhawatiran dika seolah sirna. Ia kembali tersenyum dengan ceria selayaknya Dika.

"Oh iya Bu, kenalin ini Bapak dan Ibunya Dika. Bapak yang bantu bawa Dek Umi ke rumah sakit. Beliau juga yang bantu buat biaya rumah sakit ini," Ucap Ustad Izhar.

"Wahhh, terima kasih banyak ya Pak, Bu. Semoga dibalas berkali-kali lipat sama Yang di Atas," ucap Ibu Mbak Umi dengan mata yang berbinar.

"Sama-sama Bu, namanya tetangga kan harus tolong menolong. Apalagi Dika ini belajar ngaji sama Ustad Izhar, sering ngerepotin juga di rumah Ustad Izhar," jawab Papa Dika.

"Siapa bilang Dika ngerepotin?" potong Dika dengan wajah cemberut.

"Iyaa iyaa, ngga ngerepotin kok. Justru kami senang, rumah jadi rame" jawab Ustad Izhar.

"Ya sudah, silakan Pak Bu, duduk dulu.  Saya mandi dulu, takut bau," ucap Ustad Izhar. Memang sejak kemarin, ia belum sempat berganti pakaian karena khawatir kondisi istrinya.

"Emang bau, wlee," ucap Dika sambil menutup hidungnya dengan kedua jarinya dan lidahnya melet. Tingkah laku Dika membuat semua orang kembali tertawa.

Ustad Izhar bergegas ke kamar mandi di dalam ruangan itu, dengan baju ganti yang dibawakan oleh Dika. Semua kembali melanjutkan obrolan. Kedua orang tua Dika menanyakan kondisi Umi. Dika yang tak mengerti apa yang mereka bicarakan hanya terdiam. Sesekali ia melihat ke arah pintu kamar mandi, tempat ustad Izhar Mandi.

Tak lama berselang,  Dika tersenyum melihat Ustad Izhar keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap, dan rambutnya masih basah.

Setelah mengeringkan rambutnya dengan handuk, Ustad Izhar kembali bergabung dengan semua orang. Dika yang melihat Ustad Izhar duduk di dekat mbak Umi, menghampirinya dan meminta untuk pangku. Ustad Izhar pun menyambut Dika dengan senang hati, mengangkatnya untuk duduk di pangkuannya.

"Aduh, maaf banget ya Pak Ustad, emang Dika manja," ucap Papa Dika merasa tak enak.

"Gapapa Pak, lagian Dika enak juga dipeluk-peluk, kayak boneka," jawab Ustad Izhar sambil mendekap erat Dika yang ada di pangkuannya. Dika pun tersenyum puas dengan pelukan Ustad Izhar.

"Udah cocok banget punya anak ya bu," ucap Mama Dika kepada Ibu Mbak Umi.

"Iya nih bu, untung udah ada isinya, tinggal nunggu lahiran," jawab Ibu Mbak Umi sambil tersenyum.

Mbak Umi dan Ustad Izhar hanya bisa tersenyum. Dika pun senang karena bisa kembali dekat dengan Ustad Izhar.

Obrolan mereka berlanjut dengan suasana yang hangat.

"Oh iya Pak, ini saya juga sudah diskusi dengan Umi dan Ibu. Karena kondisi Umi, jadi kami berencana untuk pulang dulu ke rumah Ibu sampe lahiran," Ucap Ustad Izhar.

Dika terkejut mendengar keputusan Ustad Izhar itu. Ia melihat wajah Ustad Izhar yang tampak serius. Dalam hatinya iya sedih. Belum lama sejak Om Muh pergi, kini ia akan ditinggal oleh Ustad kesayangannya itu.

"Oalah, kalau memang itu sudah jadi keputusan Ustad sama Umi, semoga menjadi keputusan yang terbaik buat kalian," jawab Papa.

"Ga boleh," potong Dika. "Jangan pergi," imbuh Dika.

"Dika, ga boleh gitu, itu kan untuk kebaikan Mbak Umi juga," ucap Mama.

Mata Dika mulai berkaca-kaca. Ia memeluk Ustad Izhar seakan tak ingin melepas Ustad Izhar pergi. Ia membenamkan wajannya di dada Ustad Izhar.

"Kan cuma sebentar, sampe adeknya keluar, habis itu Dika bisa main sama adek kan," ucap Ustad Izhar lembut sambil mengusap kepala Dika. Dika seolah olah sudah menjadi anak dari Ustad Izhar. Suasana menjadi haru.

"Oh iya Pak, satu lagi. Tempo hari bapak bilang ingin mencari sawah untuk dibeli. Karena saya pergi untuk sementara, bagaimana kalau bapak beli sawah saya dulu. Nanti uangnya sekalian dipotong untuk biaya rumah sakit ini Pak," Ucap Ustad Izhar. "Itung-itung buat pegangan dan modal usaha saya nanti di rumah Ibu Pak," tambah Ustad Izhar.

"Wahhh, beneran ini Pak Ustad? Kalau masalah uang rumah sakit ga usah dipikirin," jawab Papa Dika

"Loh, jangan Pak, saya mohon diterima uang ganti rumah sakit ini. Saya tidak enak kalau ngerepotin bapak terus," sanggal Ustad Izhar.

Papa Dika menoleh ke arah mama Dika. Mama hanya mengangguk dan menyerahkan semua keputusan pada Papa. Papa Dika kembali menatap wajah Ustad Izhar, Mbak Umi dan Ibu Mbak Umi bergantian.

"Ya sudah, nanti kita bicarakan lagi yah," jawab Papa Dika.

"Baik Pak, terima kasih banyak," jawab Ustad Izhar.

"Tenang aja Pak, udah ada pekerjanya satu, ini di sini," tambah Ustad Izhar sambil menunjuk ke arah Dika.

Dika yang sadar bahwa yang dimaksud itu dirinya sontak melepaskan pelukannya dan melihat ke arah ustad Izhar dengan kesal. Ustad Izhar hanya merespon dengan menjulurkan lidahnya saja.

"Tiap hari bantuin saya Pak di sawah, udah bisa mencangkul juga," imbuhnya menggoda Dika

"Ihhh, apaan sih," jawab Dika dengan kesal. Terlihat pipinya semakin membesar ketika ia kesal. Semua orang tertawa melihat itu.

Waktu berkunjung sudah akan selesai. Dika dan keluarganya pamit kepada keluarga Ustad Izhar. Di satu sisi, Dika senang melihat mbak Umi sudah membaik, namun di sisi lain, ia masih tidak kuat akan melepas kepergian Ustad Izhar, walau hanya sementara.

-------------

TBC. Waduhhh, Dika mau ditinggal lagi, nih. Jangan ikutan sedih ya!

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa vote dan komen ya! Biar minthor tambah semangat! Lop

Continue Reading

You'll Also Like

25.4K 326 5
Tradisi yang terus berlanjut
31K 457 6
Untuk mendapatkan kepuasan segala hal akan dilakukan. Termasuk hawa nafsu, dengan cara yang tidak sewajarnya pun akan di lakukan. Demi kepuasan dan k...
793K 76.7K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...