49. Diantara bintang itu ada anak kita
Tiga hari sudah Hazel dirawat di rumah sakit dan hari ini dia akan diperbolehkan pulang. Keluarga mereka baru saja pulang kemarin malam. Elang yang menyuruh mereka untuk pulang dan soal Hazel biar dia saja yang mengurusnya. Lagipula di sini ada Edgar dan Frank yang akan membantunya.
Elang menggendong Hazel ala bridal style masuk ke dalam rumah.
"Jangan ke kamar Kak, aku mau duduk di ruang tengah aja soalnya Reva sama Carissa mau datang," kata Hazel.
"Oke." Elang mendudukan Hazel ke sofa.
Selang beberapa menit akhirnya Reva dan Carissa datang. Hazel menyambut kedua sahabatnya dengan senyuman hangat. Tetapi, Reva dan Carissa malah menunjukkan raut wajah sedih akibat mendengar kabar keguguran Hazel.
"Gue turut berduka ya, Zel. Lo harus kuat." Reva memeluk Hazel.
"Makasih guys."
"Pantesan tiga hari ini lo nggak ada kabar ternyata lagi dapat musibah. Lo kok baru kasih tahu kita sekarang sih, Zel?" tanya Carissa.
"Aku nggak kepikiran buat main handphone, Ris."
"Iya juga sih. Sekarang keadaan lo gimana? Masih sakit nggak?" tanyanya lagi.
"Lumayan kerasa kalo lagi jalan."
"Kasihan banget sahabat gue ini," ujar Carissa.
"Cepat sembuh ya biar kita bisa motoran bareng lagi," sambung Reva.
Hazel mengangguk sembari tersenyum.
"Kita nggak bisa lama-lama Zel, soalnya gue ada kelas bentar lagi. Besok kita bakal datang lagi kok," kata Reva.
"Iya nggak apa-apa kok. Hati-hati ya kalian."
"Lo juga harus cepat sembuh," pesan Carissa.
"Pasti."
Hazel hanya memandangi kedua sahabatnya berjalan keluar rumah, dia belum bisa mengantarkan sampai depan rumah.
Hazel mengambil remot TV dan mencari sinetron yang sekiranya seru untuk ditonton. Tapi sayangnya dia tidak tertarik dengan sinetron yang sedang tayang hari ini.
"Kak Elang udah selesai belum ya?" gumam Hazel. Pasalnya sejak kedatangan dua sahabatnya, cowok itu izin ke kamar hendak mengganti pakaiannya.
"Aku coba jalan pelan-pelan deh." Hazel berdiri dan mulai melangkah dengan tertatih-tatih. Dia berhenti sejenak ketika menaiki anak tangga.
"Oi Zel, kenapa naik tangga sendirian?" Frank dengan sigap membantu Hazel untuk sampai di depan pintu kamar. Dia dan Edgar memang akan menginap untuk malam ini.
"Makasih Kak," balas Hazel.
"Sama-sama, emang si Elang di mana? Bukannya tadi masih di bawah?"
"Lagi ganti baju di kamar, mungkin ketiduran kali ya," ujar Hazel.
"Coba lo cek aja, Zel. Yaudah gue pergi ya," pamitnya menuruni anak tangga.
Hazel menekan handle pintu kamar. Bisa dia lihat Elang tengah berdiri membelakanginya. Entah apa yang sedang cowok itu lakukan Hazel tidak tahu.
"Lagi ngapain, Kak?"
Mendengar suara itu membuat Elang menoleh ke belakang.
"Lo naik sendirian? Kenapa nggak tungguin gue aja sih." Elang mengomel. Dia menghampiri Hazel yang masih berdiri di dekat pintu kamar kemudian menggendongnya menuju kasur.
"Reva sama Carissa pamitnya lumayan cepat. Aku pikir Kakak masih lama, jadi aku putusin buat ke kamar langsung. Tadi dibantu sama Kak Frank kok," beritahu Hazel.
"Mau sesuatu? Makan? Minum atau apa gitu?" tanya Elang.
"Aku mau tiduran aja Kak, kepalaku agak pusing."
"Kenapa bisa pusing? Lo kebentur sesuatu?"
"Enggak kok. Pusingnya emang tiba-tiba gitu."
"Yaudah tidur aja biar sambil gue pijitin." Elang naik ke kasur.
"Tidur di paha Kakak boleh?"
"Boleh, sini." Elang menyuruh Hazel supaya menjadikan pahanya bantalan.
Elang mulai memijit pelan kepala Hazel sampai Hazel merasa tidak pusing lagi.
"Enak banget pijitan Kakak," ucap Hazel.
"Semua yang dari gue emang teras enak," balasnya sedikit songong.
"Iyain deh. Pijitin sampai aku tidur ya Kak," pintanya.
"Iya sayang."
***
Elang keluar dari ruang kerjanya, hari ini dia tidak masuk kantor karena masih harus menjaga Hazel. Jadi, seharian ini dia mengerjakan semuanya di rumahnya.
"Hazel udah tidur belum ya," gumamnya. "Gue cek dulu lah." Elang melangkah menuju kamar.
Ceklek
Elang sedikit panik tidak menemukan Hazel di kamar, Namun, melihat pintu balkon yang terbuka membuat Elang tergerak untuk mencari Hazel di sana.
"Ngapain di sini, hm?" Elang duduk di samping Hazel. Ternyata Hazel memang berada di balkon kamar.
"Kak, lihat deh bintangnya banyak banget," tunjuk Hazel ke arah langit. "Dari banyaknya bintang di atas kira-kira salah satunya ada anak kita nggak ya?" tanyanya.
"Lo bisa lihat bintang yang paling terang itu kan? Itu anak kita," balas Elang.
"Wahh, kayaknya dia tahu Mama dan Papanya lagi ngeliatin dari sini." Hazel tersenyum memandangi bintang-bintang itu.
Tangan Elang terangkat mengusap pipi Hazel. "Masuk kamar, yuk. Udah malam nanti lo masuk angin."
"Aku masih pengen lihat anak kita, Kak."
"Besok lagi ya?"
"Emang besok dia bakal ada lagi?" tanya Hazel.
Elang menganggukkan kepalanya. "Pasti. Ayo masuk."
"Oke."
Keduanya masuk ke kamar, Elang langsung menutup pintu balkon kamar.
"Kalau besok aku ke kampus, boleh?"
"Jangan becanda Hazel," balas Elang seraya menarik selimut menutupi setengah tubuh Hazel. "Lo belum pulih," lanjutnya lagi.
"Berapa hari lagi supaya aku dibolehin ke kampus?"
"Sampai lo bener-bener sembuh."
"Kayaknya beberapa hari lagi aku udah ngerasa mendingan deh Kak."
"Liat beberapa hari lagi. Kalau beneran udah kuat, baru gue kasih izin."
"Emmmm baiklah." Hazel pasrah.
"Kak," panggilnya.
"Kenapa?"
"Soal Darya, gimana sama dia?"
"Biar dia jadi urusan gue. Intinya, dia harus dapet balasannya," jawab Elang.
"Kakak mau lakuin apa?"
"Beberapa hari lagi gue kasih tahu."
"Jangan sampai lakuin sesuatu yang buruk ke dia ya Kak. Aku cuma takut kalau Kakak kenapa-napa," pesan Hazel.
"Mau gue bunuh dia."
"Heh! Jangan ngomong gitu ih," tegurnya.
Elang hanya terkekeh pelan. "Bercanda. Yakali gue rela ngotorin tangan cuma buat ngabisin dia."
"Bercandanya ngeri banget. Aku nggak mau punya suami pembunuh ya."
"Iya enggak, panik banget sih lo."
"Panik dong!"
"Buset ngegas amat."
"Biar Kakak takut."
"Tapi gue nggak takut sama sekali tuh," balas Elang."
"Jauh-jauh sana aku mau tidur." Hazel agak menjauhkan tubuhnya dari Elang.
"Kenapa gitu." Elang mendekatkan tubuhnya pada Hazel.
Hazel kembali menggeser tubuhnya menjauh. Tapi, lagi dan lagi Elang melakukan hal yang sama, mendekatkan.
"Gitu aja terus sampai aku jatoh!" seru Hazel.
"Makanya jangan geser-geser," balasnya.
"Kan aku mau jauh-jauh dari Kakak!"
"Gue nggak mau." Elang sengaja memeluk Hazel dari belakang.
"Lepasin sebelum aku tendang anu Kakak?" Hazel mengancam.
"Kalau lo tendang yang ada kita nggak bisa buat anak lagi, Zel."
Hazel tidak menyangka dengan jawaban frontal Elang itu. "Mesum!"
"Mesum ke lo doang." Elang semakin mengeratkan pelukannya.
***
Di part selanjutnya kita buat Darya menderita😏
Hukuman apa nih yang cocok untuk Darya? Ceburin ke kolam buaya kali ya😀
Jangan lupa VOTE ya. Love you buat yang selalu kasih VOTE🫶🏻
Spam next sampi 4k👉🏻
Sekian terima Jungkook💍