Miss Dandelion

Galing kay yusufalvaro00

111K 15K 1.1K

Setelah mengetahui bahwa dirinya mengandung, Larasati Kirana sangat kebingungan. Ia memang punya kekasih, nam... Higit pa

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Epilog

Dua Puluh Dua

2.2K 357 34
Galing kay yusufalvaro00

Kalo emang masih sebulan lagi, lo  masih bisa nikung tuh, Sut.

Masih terngiang- ngiang dengan jelas di kepala Suta tentang komentar gila Kennan tadi. Acara makan- makan itu berlangsung tegang. Seperti dalam lukisan The Last Supper, saat itu Suta merasa dirinya pasti akan dibantai.

Felisha dan Garda memang tak punya malu, menunjukkan kemesraan mereka di depan umum. Terlebih di depan Suta dan teman- temannya.

Melihat hal itu, Ezra yang tak peduli mendiamkan saja dan lebih asyik makan. Sementara Alfian yang paling dewasa mencoba bersikap netral. Walau dia menanggapi setiap kata- kata Garda dan Felisha dengan dingin. Kennan ceria seperti biasanya. Sementara Randi berulangkali memperhatikan Suta dengan raut wajah cemas dan khawatir yang tak bisa disembunyikan. Sementara Alisha merasa tidak enak karena dirinyalah yang mengundang Garda.

Bagi Alisha, Garda adalah salah satu Abang-Abangnya. Dia juga tak ingin mereka jadi canggung begini. Dia menyayangi Garda sama besarnya seperti  ia menyayangi Suta atau Alfian dan Arkadia, kakak Alisha yang lain.

"Btw, istri lo nggak diajak aja tadi sih." Komentar Ezra tiba- tiba.

"Lagi nggak bisa. Jemput adiknya ke stasiun. "

"Lo kenal di mana sih si.... siapa tadi namanya, Ken?" tanya Ezra pada adiknya.

"Laras,"

"Iya. Si Laras- Laras ini kenal dari mana?"

"Dia sekretaris gue."

"Sori sebelumnya, tapi yang aku lihat dia itu bukan tipe yang bakalan kamu nikahin deh, Suta!" Felisha menyambar dengan gaya menantang. Dia hanya ingin menjatuhkan Suta.

Walau telah memiliki Garda dalam genggamannya, Felisha memang tak bisa begitu saja membiarkan Suta mencecap kebahagiaan. Pria itu masih bisa jadi plan B baginya. Mengingat pria itu sepertinya masih tergila- gila pada Felisha.

Yang terjadi antara Felisha dengan Garda, bukanlah inisiatif dari salah satu pihak. Melainkan keduanyalah yang berperan aktif. Saling menggoda saat tak sengaja bertemu di sebuah lounge di SG. Awalnya keduanya hanya saling melempar pujian pada satu sama lain, lalu berakhir di kamar hotel. Semenjak itu, mereka tak terpisahkankan satu sama lain.

Felisha merasa Garda jauh lebih menyenangkan ketimbang Suta yang selama ini menurut Felisha terlalu banyak berpikir. Lain dengan Garda  yang punya pembawaan santai dan menyenangkan.

Ditambah lagi, Garda digadang- gadang akan mewarisi perusahaan tambang milik keluarga dari pihak ibunya. Karena Gatra, kakak sulung Garda tidak kunjung memiliki keturunan dari pernikahannya dengan si aktris.

Hal itu semakin membuat daya tarik Garda meningkat di mata Felisha.

Keluarga Felisha memang bukanlah keluarga miskin. Bahkan cukup berada. Ayah Felisha adalah pengusaha alat berat di Manado. Ibunya adalah seorang pengacara kondang. Sementara kakak sulung Felisha duduk di dewan direksi di sebuah  perusahaan semen di Makassar karena menikahi seorang gadis yang adalah pewaris perusahaan tersebut.

Singkat kata, dia memang tak kekurangan harta. Tapi memang sudah jadi tabiat manusia yang selalu ingin mendapatkan lebih dari yang sudah Tuhan jatahkan padanya. Felisha merasa ia harus mendapatkan yang lebih.

Bukan salahnya jika Garda pada akhirnya tertarik padanya. Mengingat ia sudah tak bisa bersama Suta lagi. Sejak kecil, orangtuanya menanamkan padanya tentang pentingnya jiwa kompetitif. Bahwa sebagai manusia, kita berhak mengejar dan mendapatkan yang terbaik. Jadi, Garda memang lebih baik dari Suta. Dengan gurita bisnis Senoadji dan Abdul Ghani yang bisa dibilang memiliki separuh tanah air, maka Felisha sudah mantap dengan pilihannya kali ini.

"Lo jangan salah, Fel. Orang bisa aja berubah! Lagi pula, istri Suta ini humble orangnya. Jago masak pula!"

"Oh ya?" Felisha memamerkan senyuman sinisnya. "Kok aku nangkepnya itu karena Suta nggak mau teringat masa lalu. Makanya dia nyari yang beda."

"Justru kalo dia nyarinya yang sama kayak dulu, itu artinya dia nggak bisa move on!"

Felisha langsung meraih gelas wine nya dan menyesap minuman itu dengan gaya seanggun mungkin.

****

Laras menunggu Ratih ke luar dari kereta api yang membawanya dari Yogyakarta sore itu. Ratih sudah menghubungi lewat chat bahwa keretanya akan tiba di Jakarta sekitar pukul enam lewat sekian menit.

Laras hanya seorang diri karena Danu pamit untuk cari kopi dan rokok di kios- kios yang berderet di sekitar stasiun.

Perempuan itu bahkan masih mengenakan pakaian kantornya, terusan merah marun dengan blazer. Tujuan blazer itu adalah untuk menutupi area dadanya yang kian menarik perhatian.

Banyak yang bilang bahwa dada orang hamil dan menyusui itu terkesan lebih berisi. Tapi, dulu Mbak Nessa, salah satu sekretaris senior di GE pernah mengatakan bahwa payudara yang besar itu rentan kendor. "Jadi, mendingan elo rutin olahraga. Kan ada tuh, senam yang fokus ngebentuk dada sama bokong gitu biar tetep kenceng. "

Sekarang ini, Laras tengah mempertimbangkan untuk memperkecil payudaranya. Karena semakin bertambah usia kandungannya, semakin besar pula ukuran payudaranya kini.

Bahkan saat ini saja ada beberapa pria yang terang- terangan memperhatikan area dada Laras. Membuat perempuan itu mendengus sebal. Beberapa hari ini mood nya memang angin- anginan. Kadang bagus banget. Kadang jeblok banget.

Pengaruh hormon ketika hamil memang tidak bisa serta merta disalahkan. Kalau saja keadaan pernikahannya berbeda, maksudnya, Laras menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya, pasti lebih mudah menjalani kehamilan ini.

Begini rasanya Laras seolah- olah tak diperhatikan. Tapi nyatanya, dia memang tak punya pilihan. Tak bisa mengeluh. Bentuk kepedulian Suta mungkin hanya sebatas memberi Laras tempat untuk bernaung, memberi uang belanja, memberi kenyamanan saat berangkat dan pulang kerja. Semuanya itu sudah selayaknya harus disyukuri. Hanya saja, sebagai individu, Laras juga ingin merasa diperhatikan dan dihargai kehadirannya.

Sekali lagi, mungkin saja ini adalah pengaruh hormon kehamilan. Biasanya perempuan itu tak pernah berpikir tentang hal- hal sampai sejauh ini. Hidupnya dijalani sesuai rencana. Tapi memang ada hal- hal yang bergerak di luar perkiraan.

****

Ratih Kamila Maharani lebih muda empat tahun dari Laras. Banyak yang bilang bahwa 80 % fisik Ratih menurun dari sang ayah.

Kulitnya putih, dengan mata lebar yang ekspresif, bibirnya merah muda dan membentuk huruf M. Alis dan bulu matanya biasa saja. Tidak selebat milik Adit, adik lelaki Laras setelah Ratih yang menurut banyak orang memang terlahir salah gender.

Bisa dibilang, Adit lebih cantik dari pada para kakak perempuan dan adik perempuannya juga.

Tinggi tubuh Ratih juga mengikuti sang ayah. Pada usianya yang ke 22 tahun, tingginya telah melebihi sang kakak sulung.

Tinggi Laras hanya 162 sentimeter sementara Ratih mencapai 168 sentimeter.

"Cuma ini bawaanmu, Tih?" tanya Laras agak heran. Adiknya yang muncul dalam balutan jaket denim dan rok sebetis warna putih bermotif salur itu hanya membawa ransel yang disandangnya juga tas travel kecil.

"Cuma seminggu aja. Lagian mumpung di Jakarta aku juga kepingin shopping sedikit- sedikit dong. Katanya di Tanah Abang sama Mangga Dua ada yang murah- murah, kan?"

Laras meringis. "Sejak kapan sih kamu jadi gila belanja gitu?"

Ratih hanya menjawab dengan satu cengiran jahil. Dia lantas merentangkan tangannya untuk memeluk sang kakak. "Kok Mbak Laras kayaknya semakin menggendut ya?" mata Ratih yang awas itu mengamati sosok kakaknya yang mukanya semakin bulat macam bakpau.

"Pasti Mas Suta giat banget ini kasih makannya!" gurau Ratih seraya terkekeh.

Sementara Laras hanya manyun saja. "Ngomong apa sih?!" Laras pura- pura kesal.

Ketika hendak ke luar dari stasiun, mendadak ponsel yang Laras simpan dalam saku blazernya itu bergetar. Ia berhenti mendadak. Tangannya merogoh ke dalam saku. Matanya membelalak, begitu mendapati nama suaminya yang tertera di layar ponsel itu.

"Eh, bentar, bentar, Tih."

"Kenapa, Mbak?"

"Ini Pak.... maksudku Mas Suta nelepon!"

Ratih akhirnya menggandeng sang kakak untuk minggir mencari tempat yang sedikit tenang. "Halo.... Mas?"

Jeda sejenak. Laras menurunkan ponsel dari telinga, mengamati benda itu. Panggilan masih terhubung. Tapi tak ada suara yang ke luar. Tapi, telinga Laras masih bisa menangkap deru napas lawan bicaranya. "Mas?"

"Kamu di mana?"

"Masih di stasiun. Ini baru mau balik ke rumah ."

"Cepetan ke luarnya. Saya tunggu di luar."

"Ha?"

"Saya. Tunggu. Di. Luar." Suta menekankan setiap kata- katanya. Seolah- olah, yang dihadapinya adalah orang dengan IQ superjongkok. Laras menghela napas panjang. "Buruan! Saya nggak punya banyak waktu."

"Iya, Mas. "

Panggilan terputus begitu saja. Laras menurunkan ponsel dari telinganya. Rasanya ia ingin membanting benda itu ke muka suaminya.

***

Yang ngikutin cerita Daya- Eka, agak sabar ya. Soalnya itu mau aku rombak plotnya. Aku kurang puas sama yang sekarang.... Stuck.

Ayo dong genjot vote dan komennya...

Makasih....










Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

171K 2.7K 78
Imagines starring you w/ your fave modern-day men & women. (enjoy!♡)
3.8K 131 21
Life long friends find love amid tragedy.
196K 6.3K 26
aspen d'angelo is set to appear as a special guest on billie eilish's upcoming 'happier than ever' world tour. what will happen when their management...
89.8K 1.7K 67
"You are going to prove them all wrong, and I cannot wait to see it." "You and I both know how wrong this is." "I know, but I'd rather die than have...