Gehennomias: The Dark Horse

By Maple_Universe

149 51 63

[ZODIAC ACADEMY] Selama 17 tahun meramal, Cecil tidak pernah menyangka akan diutus dalam sebuah misi yang san... More

Author Preface
Who Am I?
[01] Here's Come Trouble
[02] The (very) Fantastic Four
[04] The Abyss
[05] The Devil Bones
[06] Hell's Gate
[07] Eternal Flame
[08] Die or Die

[03] Hadwin Sialan!

26 12 20
By Maple_Universe

Hari keberangkatan pun tiba. Mereka berempat sepakat untuk berkumpul dahulu di lapangan sebelum ke ruangan Wakil Kepala Sekolah, Hadwin. Cecil belajar dari pengalaman kemarin, takut Elaina akan tersasar lagi karena sibuk menyembuhkan hewan di jalanan.

Benar saja, bahkan ketika kini mereka sedang berjalan bersama menuju ruangan Hadwin, Elaina masih berusaha membantu seekor kumbang yang akan bertelur. Gadis itu benar-benar akan membantunya jika tidak segera diseret paksa oleh Cedric.

"Jadi apa rencanamu peramal?" tanya Sean.

"Aku berencana untuk menjadikanmu santapan bagi Heidi," jawab Cecil asal.

Sayangnya, kali ini ia tidak bisa membawa Heidi. Tidak ada gambaran di otak Cecil tentang misi kali ini, baik medan atau rintangan yang harus mereka lewati. Lucas dan Hadwin pun agaknya tidak banyak membantu, seolah ada yang mereka tutupi. Terlalu riskan untuk elang kesayangannya itu.

Begitu sampai di ruangan Hadwin, ternyata sudah ada empat orang lain di dalamnya. Seorang gadis berambut hitam panjang, gadis berambut violet yang dikuncir kuda. Juga ada seoran laki-laki lagi yang memiliki rambut violet panjang menjuntai--eh tunggu? Apa dia laki-laki atau seorang gadis? Lalu seorang paling kecil dengan rambut separuh hitam dan separuh putih itu apa juga seorang gadis?

"Aku sudah tidak sabar sekali!" Elaberseru dengan mata berbinar-binar.

"Aku juga!" Cedric menimpali tidak kalah bersemangat. Ia mengangkat tangannya lalu tidak lama muncul sebuah tulang berujung runcing. Laki-laki itu memainkan tulang di tangannya dengan sudut bibir terangkat. "Aku penasaran seperti apa lawan kita?"

"Entahlah?" Mata Sean menyipit sedang berpikir keras. "Mungkin makhluk setinggi tiga meter dengan kulit hitam dan nanah yang mengalir melalui sendi-sendinya?"

Cecil dan Elaina terkesiap bersamaan, buru-buru menutup mulut untuk menahan muntah.

"Kau bisa membuatku muntah, Sean!" pekik Ela.

"Hati-hati dengan ucapanmu, itu bisa menjadi kenyataan." Cecil memperingatkan sambil menunjuk batang hidung Sean.

"Baiklah." Suara Hadwin terdengar memasuki ruangan bersamaan dengan langkahnya yang hampir tidak terdengar. Pria itu mengedarkan pandangan sambal bersedekap.

Detik berikutnya, tubuh Hadwin seolah terdirtosi sesaat. Delapan murid di depannya mendelik penuh. Sekarang ada dua Hadwin di depan mereka. Cecil mengeryit, apakah misi yang merekaakan mudah? Pasalnya, setiap kloning hanya memiliki masing-masing separuh kekuatan asli.

Bukankah itu berarti misi ini bisa dituntaskan dengan separuh kekuatan Hadwin? Tapi jika begitu mudah kenapa sampai butuh bantuan mereka?

Dua kloning Hadwin berbicara bersamaan. "Bagaimana jika kita mulai misinya? Ikuti aku."

Dua tim mengikuti Hadwin berjalan menuju lorong berbeda. Lorong tim Sagitarius gelap dan terasa aneh. Dindingnya terbuat dari batu bertumpuk berwarna hitam pekat dengan struktur tidak rata. Terlihat beberapa ujung tajam yang mencuat. Jika tidak berhati-hati, itu mungkin akan menggores pelipis mereka.

Kelima orang itu terus berjalan hingga terlihat sebuah pintu di ujung ruangan. Pintu itu berwarna putih bersih, tanpa ada goresan atau debu sekecil apa pun. Begitu pintu itu dibuka, gelombang angin kuat langsung menerpa.

Mereka berempat otomatis menguatkan pijakan. Mata seketika terpejam. Rambut Cecil dan Ela berterbangan tidak karuan, menampar-nampar wajah mereka sendiri. Angin itu seolah mengamuk, ingin menerbangkan tubuh mereka.

"Di mana kita?" teriak Cedric berusaha mengalahkan deru angin.

"Kita di atas gunung berapi," jawab Sean dengan nada santai.

"Apa?!" Cecil, Ela dan Cedric berteriak berbarengan.

Cecil berusaha membuka matanya. Rasanya perih sekali. Namun, matanya kontan melebar saat melihat Sean. "Bisa-bisanya kau membuat pelindung untuk dirimu sendiri dan Hadwin!"

Sean dan Hadwin terkikik kecil di dalam pelindung. Sean lantas meluaskan pelindung yang dibuatnya. Cecil, Ela dan Cedric seketika terperosok ke tanah. Lutut mereka terasa lemas. Belum-belum mereka sudah harus melawan deru angin setara puting beliung.

"Ini baru permulaan, apa kalian sudah lelah?" tanya Hadwin dengan senyum sombong.

Cecil bangkit berdiri sambal melirik judes pada Sean. Ela dan Cedric juga melakukan hal yang sama.

"Awas saja! Akan kubiarkan kau di makan monster nanti," ancam Cedric.

Senja mulai dating perlahan. Titik-titik semburat jinggamuncul di langit.Hadwin mengeluarkan mengeluarkan sebuah perkamen usang dari balik jubahnya. Perkamen yang ternyata sebuah peta berputar cepat di udara. Menciptakan percikan api seperti kembang api yang dengan cepat berubah menjadi pecutan bara panas. Seolah ingin mencabik-cabik segala sesuatu di sekitarnya.

Detik selanjutnya, tanah bergetar hebat diiringi suara dengung yang memekakkan. Mereka berempat sontak mundur beberapa langkah saat tanah di bawah mereka mulai runtuh. Satu detik kemudian, mereka bahkan tidak sempat berteriak saat tersedot ke dalamnya.

Napas mereka tertahan, saat lubang itu menyedot segalanya. Langit jingga perlahan-lahan terlihat menjauh, digantikan langit hitam tanpa cela. Mereka berempat berterbangan dan berputar-putar tanpa arah di udara. Kaget, panik dan ketakutan membuat mereka tidak bisa mengendalikan diri.

"APA-APAAN SEMUA INI," teriak Cedric setengah histeris.

"Kenapa kau tidak meramalkan ini, Cecil?!" Sean juga ikut berteriak.

"Tidak! Aku tidak bisa mati sebelum menikah dengan pria tampan," teriak Ela tidak kalah histeris.

"Jangan panik!" balas Cecil dengan nada tinggi.

"SIAPA YANG TIDAK PANIK DI SAAT BEGINI HAH?!" Sean mendelik sambil berusaha menarik tangan Cecil yang akan mejauh darinya.

Cecil juga melakukan yang sama dengan meraih tangan Cedric. Lalu Cedric meraih tangan Ela dan Ela meraih tangan Sean. Mereka berempat berpegangan di udara. Berusaha agar tidak menjauh dari satu sama lain.

"Apa yang harus kita lakukan?!" Ela mulai menangis.

"Aku tidak tahu!"

"Apa kau lihat daratan di bawah sana?!"

"Lakukan sesuatu!"

"Kita akan mati!"

"A-aku ingin mengucapkan sesuatu ... "

"Kita akan menghantam tanah dan mati bodoh!"

"OH SIAL! DIAM KALIAN SEMUA! HEI HADWIN SETIDAKNYA BANTU KAMI, DASAR KAU WAKIL KEPALA SEKOLAH SIALAN!"

Teriakan Cecil membuat ketiga temannya bungkam dan memandang gadis itu dengan kaget. Makian pertama dari ketua tim.

Sean berdecak. "Sial! Aku akan mecoba membuat pelindung tapi aku tidak tahu ini akan berhasil atau tidak dengan jarak setinggi ini."

Aliran cahaya hangat menjalar pelan lalu melingkupi mereka berempat. Cecil bisa merasakan tekanan udara dan gravitasi yang menarik merekasedikit berkurang. Namun, laju terjun mereka sama sekali tidak melambat.

Cedric ikut bergerak, tulang belulang muncul, saling menyambung dan membentuk kubah bulat dengan cepat. Ela memejamkan mata dengan erat, mulutnya komat-kamit berdoa entah pada siapa. Air mata Cecil berlinang, tidak tahu apa yang harus ia lakukan ketika anggota timnya berusaha. Ia mengeratkan pegangan, berusaha saling menguatkan.

Tiba-tiba bulu kuduk Cecil meremang saat merasakan energi asing yang melungkupi mereka. Membentuk kubah baru yang paling luar setelah kubah pelindung milik Sean. Energinya terasa lebih gelap dibanding teman-temannya.

Namun, bukan cuma energi itu yang membuatnya khawatir. Ada energi lain yang tidak bisa terbaca olehnya. Bergerak cepat, melesat di sekeliling mereka. Mendadak ada yang menabrak mereka secara beruntunmengakibatkan kubah mereka berguncang hebat.

Namun, mereka tidak sempat berpikir karena teriakan Sean. "Lindungi kepala kalian!"

Detik berikutnya, terdengar suara gemelatukkeras seperti tulang yang hancur. Diiringi desisan kecil seolah api yangterkena air. Dilanjutkan suara kaca pecah yang mengerikan, pertanda pelindungbuatan Sean telah hancur dan mereka menghantam daratan. 

Continue Reading

You'll Also Like

15.3M 468K 32
"We can't do this." I whisper as our lips re-connect, a tingling fire surging through my body as his hands ravage unexplored lands; my innocence di...
29.1M 921K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
10.1M 506K 199
In the future, everyone who's bitten by a zombie turns into one... until Diane doesn't. Seven days later, she's facing consequences she never imagine...
44.4M 1.3M 37
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, y...