Baby Boy [21+]

By mamicica

6.2M 77.3K 2.8K

Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanit... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
bab 4
Bab 5
Bab 6🔞
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11 🔞
Bab 12 🔞
Bab 13
Bab 14 🔞
Bab 15🔞
Bab 16🔞
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31 🔞
Bab 32
Bab 33
Bab 34 🔞
Epilog
Extra Part - 1
Extra Part - 2
Baby Boy - Spesial Part

Extra Part - 3

41.6K 1.2K 56
By mamicica

Boy baru saja menarik ke atas resleting celana yang ia pakai ketika dengan tiba-tiba pintu kamarnya terbuka begitu saja dari luar.
Seketika ia melayangkan tatapan datarnya saat mengetahui itu adalah ulah anak tetangganya, setelahnya gadis itu masuk begitu saja ke dalam kamarnya.

Boy hanya mendelik sebal ke arah Baby yang kini tanpa dipersilakan sudah berbaring di atas kasurnya. Yang membuat Boy semakin kesal adalah pintu kamar tak kembali Baby tutup. Boy berjalan ke arah pintu lalu dengan sengaja menutup pintu kamarnya disertai sedikit bantingan untuk meluapkan sedikit kekesalannya.

"Liat Kak!" Tanpa memperdulikan wajah Boy yang terlihat menahan kesal, Baby menunjukan sesuatu dengan tangan kanannya. Agar Boy semakin jelas melihatnya Baby bahkan sengaja bangkit untuk menunjukan langsung dihadapan wajah laki-laki itu.

"Akhirnya gue punya ktp, gue udah gede" ucap Baby, kegirangan. Setelahnya Baby memilih kembali melemparkan tubuhnya ke atas kasur milik Boy.

"Iya percaya udah gede" ucap Boy, matanya melirik dada Baby yang memang sudah bertumbuh besar seperti selayaknya perempuan dewasa pada umumnya.

"Mesum!" Jerit Baby, menutupi dadanya menggunakan bantal.

Boy memilih tak mengacuhkan kehadiran gadis itu, ia meraih kemeja berwarna hitam dari lemarinya untuk ia pakai.

"Mau kemana?" Tanya Baby, menyadari sore ini Boy sudah terlihat sangat rapi dan wangi.

"Ngedate, lo gak usah ikut" ucap Boy yang sangat tahu kebiasaan Baby yang suka sekali merusuh setiap ia akan pergi kencan dengan kekasih ataupun gebetannya.

Mendengar ucapan Boy membuat Baby langsung mencebikkan bibir.

"Sana lo main sama Lian aja" tambah Boy, yang langsung Baby balas dengan gelengan kepala. Gadis itu memilih bangkit lalu berjalan menghampiri Boy yang kini berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya.

"Katanya udah putus" ucap Baby, teringat baru minggu lalu Boy bercerita jika laki-laki itu sudah putus dengan kekasihnya.

"Baru dong" balas Boy, dengan bangganya.

"Kok lo jadi cowok gampangan banget" Mendengarnya membuat Boy langsung mendelik tajam ke arah Baby.

"Sembarangan!" Ucap Boy, menyentil lumayan kencang dahi Baby membuat gadis itu memekik sebal. Baby sampi mengusap dahinya yang terasa panas terkena sentilan jari Boy.

"Emang Kakak suka cewek yang kaya gimana?" Tanya Baby, penasaran. Karena seingatnya semua pacar-pacar Boy tidak ada kemiripan satu sama lain dari bentuk wajah. Kecuali satu hal, diantara mantan-mantan Boy, Baby menyadari jika mereka semua rata-rata memiliki dada dan bokong yang besar. Apa tipe Boy yang seperti itu?

"Yang dadanya besar" Mendengar jawaban Boy yang sesuai dugaanya membuat Baby mencibir pelan.

"Gue juga besar" ujar Baby, kali ini dengan bangga membusungkan dadanya dihadapan Boy.

"Iya sih" gumam Boy, dengan mata yang lekat memandang dada besar Baby. Tak bohong memang dada Baby terlihat besar dan tentunya alami. Tentunya Boy tahu semua yang ada dalam diri Baby masih alami karena setiap hari ia menyaksikan tumbuh kembang gadis disampingnya ini. Termasuk dada Baby yang memang berkembang pesat sewaktu memasuki masa puber. Boy saja sampai tidak menyangka bisa seperti sekarang. Meskipun tak pernah melihat dan memegangnya secara langsung, Boy yakin dibalik pakaian yang Baby pakai dada gadis itu pasti akan terlihat sangat sempurna.

"Terus lo suka sama gue?" Tanya Baby, penuh harap.

"Enggak, lo adik gue. Mana mungkin gue suka sama adik gue sendiri" balas Boy, sambil tangannya bergerak mengusap puncak kepala Baby. Sesuka apapun ia dengan perempuan berdada besar jika di dunia ini hanya tersisa satu perempuan seperti itu yaitu Baby, Boy lebih memilih perempuan lain meskipun berdada kecil. Mudah saja akan ia bawa perempuan itu untuk operasi dada.

"Gue bukan adik lo!" Ucap Baby, penuh penekanan. Namun, Boy hanya balas dengan mengangkat bahunya tak acuh.

"Lo beneran mau pergi?" Tanya Baby lagi, kembali memastikan.

"Iya, lo gak liat gue udah siap" ucap Boy, membuat mata Baby memindai tubuh Boy dari ujung kepala sampai ujung kaki yang memang sudah terlihat sempurna.

Terdengar Baby menghembuskan nafasnya pelan, lalu tiba-tiba pandangan gadis itu berubah menatap Boy sendu. Baby berjalan menghampiri kasur Boy lalu menghempaskan bokongnya duduk disana.

"Kak, kalo malam ini gue minta lo tetap disini temenin gue, apa lo mau?" Mendengar nada bicara Baby berubah menjadi sendu, membuat Boy membawa langkahnya menghampiri gadis yang baru minggu lalu genap berusia 17 tahun. Boy langsung duduk disebelah Baby dan membawa tubuh Baby merapat padanya, masuk ke dalam pelukan hangatnya.

"Nangis!" Ejek Boy, melihat mata Baby sudah memerah menahan tangis. Mendengar ucapan Boy membuat tangis yang Baby tahan mati-matian akhirnya keluar juga. Gadis itu mulai mengeluarkan tangisnya. Melemparkan tubuhnya ke dalam dekapan Boy lalu mulai menangis terisak-isak disana.

"Kenapa? Berantem lagi sama Papa lo?" Tanya Boy, yang seakan sudah bisa menebak apa yang bisa membuat gadis seperiang Baby menangis seperti ini.

Baby tak langsung menjawab, gadis itu mencoba menormalkan nafasnya yang masih terasa memburu.

"Kangen Mama" ujar Baby, disela isak tangisnya.

"Papa jahat, kalo ada Mama pasti hidup gue gak akan semenyedihkan ini" ucap Baby, tangannya mencengkra erat kemeja bagian dada yang Boy pakai membuat kemeja tersebut terlihat lecek dan juga basah terkena air mata Baby. Namun, Boy tentunya membiarkan saja, ia tak akan protes.

"Jika bukan karena kamu, tidak mungkin saya kehilangan istri saya!" Kembali teriang dalam otaknya ucapan yang baru beberapa menit lalu sang Papa ucapkan padanya.

Baby baru saja bertengkar dengan Papanya, biasanya juga mereka sering bertengkar namun kali ini terasa berbeda. Kata-kata yang keluar dari mulut Papanya seakan menunjukan jika Papanya itu menyesal memilihnya.

Belum lama memang baru Baby ketahui jika dulu saat sang Mama mencoba melahirkannya ke dunia dokter menghadapkan pada dua pilihan, memprioritaskan untuk menyelamatkan ibu atau bayinya. Dengan adanya Baby saat ini tentu saja pilihan sang Mama dulu adalah menyelamatkan bayinya.

Setelah mengetahui itu sempat terpikirkan oleh Baby jika Mamanya itu sangat egois. Tak memikirkan nasib bayinya kelak yang akan hidup tanpa orangtua yang lengkap.

"Mama jahat, Kak. Dia tinggalin gue sendiri disini" Baby lelah dirumah, lebih tepatnya Baby lelah dengan Papanya. Sejak dulu ia sudah tak sabar untuk tumbuh dewasa agar secepatnya bisa keluar dari rumah dan memiliki kehidupannya sendiri.

"Gue mau cepet dewasa, gue mau kerja supaya gue bisa hidup sendiri"

"Kenapa harus hidup sendiri. Ada gue, Mama, Papa, Lian. Lo gak sendiri, kami selalu ada untuk lo" ucap Boy, mengelus punggung gadis perempuan yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri ini.

Baby tak membalas apapun tapi belitan tangannya pada tubuh Boy semakin mengerat. Tak bisa Baby bayangkan bagaimana menyedihkan hidupnya jika tidak ada Boy dan keluarga laki-laki itu yang selalu ada untuknya.

****

Di depan sana layar televisi sedang menayangkan sebuah film. Terdengar suara tawa menggelegar setiap adegan konyol terjadi. Baby hanya bisa terkekeh melihat tawa dua putranya yang saling bersahutan.

Sore ini Baby sedang bersantai bersama dua putranya. Bian duduk di sebelah kirinya sedangkan Bima, putra pertamanya yang sebentar lagi beranjak remaja duduk disebelah kanannya.

"Ma, aaa..." Ucap Bima, sambil membuka lebar mulutnya. Bian juga tak mau kalah dengan sang kakak mengikuti hal yang sama. Mengerti maksud keduanya Baby meraih popcorn dalam wadah yang ada di atas pangkuannya lalu ia suapkan pada masing-masing mulut putranya. Kedua putranya itu sudah semakin besar dan juga mandiri, tapi Baby masih sangat suka memanjakan keduanya.

Tak terasa hari demi hari terlewati, dipernikahannya dan Boy yang memasuki usia 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 3 orang anak sebagai pelengkap dalam keluarga kecil mereka.

Dua belas tahun tentu bukan waktu yang singkat, ada banyak suka dan duka yang sudah mereka lewati. Baby beruntung memiliki Boy disisinya, pria yang selalu senantiasa bersabar menghadapi semua sikapnya. Keinginannya membangun sebuah keluarga kecil bahagia terwujud bersama cinta pertamanya, laki-laki yang sejak dulu ia cinta, Boy Fernand.

Boy benar-benar menjadi Ayah juga suami yang hebat. Bahkan anak-anak selalu menjadikan sang Papa panutan mereka.

Apalagi Bian, setiap ditanya cita-citanya jawaban Bian hanya ingin seperti Papa. Baby mengerti maksud putranya itu, sudah dikatakan sebelumnya karena Boy benar-benar menjadi panutan untuk anak-anak. Semua bisa Boy lakukan, bekerja, menjaga anak, melakukan pekerjaan rumah dan juga tentu memasak. Meski sekarang Baby juga sudah mulai menguasai karena hampir setiap hari ia selalu memasak untuk keluarganya, tapi tentu saja masakan Boy selalu menjadi yang paling favorit mereka. Boy juga menguasai beberapa cabang olahraga, terutama renang juga basket, setiap minggunya Boy selalu menyempatkan waktu mengajari anak-anak melakukan dua kegiatan tersebut.

Hal lain yang membuat Bian ingin seperti sang Papa karena Bian ingin mempunyai tato. Sebagian dada dan bahu Boy kini memang sudah dipenuhi tato, Baby sendiri tak melarang ketika sang suami meminta izin untuk memakai tato. Malah yang ada suaminya kini terlihat semakin keren dan mempesona.

Baby menoleh saat mendengar langkah kaki. Terlihat sang suami berjalan mendekat dengan membawa putri bungsu mereka dalam gendongannya. Sejak tadi Boy memang tengah mencoba membujuk Brianna, putri mereka yang baru dua hari yang lalu berusia genap 5 tahun itu sedang dalam mode ngambek kepada Papanya.

Jadi Boy ditugaskan keluar kota untuk urusan pekerjaanya selama satu minggu. Seharusnya Boy pulang satu hari sebelum hari ulangtahun Anna, tapi karena ada kendala Boy harus tertahan lebih lama. Laki-laki itu baru bisa pulang semalam, itupun tengah malam saat anak-anaknya sudah tertidur lelap. Tentu saja yang terjadi Anna marah bahkan awalnya Anna menolak perayaan ulangtahun yang sudah jauh-jauh hari Baby siapkan sebab ketidakhadiran sang Papa. Tapi beruntungnya acara tetap berjalan lancar meski sepanjang acara wajah gadis kecil itu terus tertunduk antara sedih juga bercampur marah.

Sejak bangun tidur mengetahui sang Papa sudah pulang gadis kecil itu terlihat tak memperdulikannya, bahkan hadiah-hadiah yang Boy bawa tak bisa meluluhkannya. Tapi, entah cara apa yang Boy gunakan hingga kini akhirnya Anna luluh kembali.

"Titip princess Papa, Ma. Papa mau masak ayam goreng kesukaan adek untuk makan malam kita" ucap Boy, menyerahkan Anna dalam pangkuan sang istri.

"Jangan lama!" Ucap Anna, menatap sang Papa dengan bibir mencebik.

"Iya cantik" balas Boy, tangannya mendarat di puncak kepala sang putri lalu mengelusnya pelan.

Setelahnya Boy memilih langsung pergi ke dapur, menyiapkan bahan-bahan membuat ayam goreng untuk makan keluarga tercintanya. Tentu tak hanya itu, Boy juga akan memasak beberapa menu lainnya.

Boy baru saja selesai mencuci ayam yang akan ia olah, ketika ia merasakan sebuah tangan melingkar diperutnya. Tanpa harus menoleh ia  tahu yang kini memeluk tubuhnya dari belakang tentunya adalah sang istri.

"Perlu bantuan?" Tanya Baby, menenggelamkan wajahnya di punggung lebar sang suami.

"Titip adek aja, Ma" ucap Boy.

"Adek aman sama kakak-kakaknya" balas Baby, bukan hanya anak-anak yang butuh dimanja oleh Boy, Baby juga. Lebih dari satu minggu tanpa sang suami membuat Baby merasa ada yang kurang, bahkan setiap malamnya tidur Baby tidak nyenyak karena merindukan suaminya ini.

"Elusnya bawahan dikit, sayang" pinta Boy, merasakan tangan Baby mengelus perut bagian bawahnya dengan lembut.

"Jangan minta lebih ya, aku lagi dapet" ucap Baby, lalu memilih berdiri di samping Boy, melihat tangan suaminya yang terlihat telaten menyiapkan bumbu untuk masakannya.

"Ha, dapet?" Wajah Boy terlihat sangat terkejut, seperti baru saja sudah mendengar berita sangat buruk. Untuknya memang itu terdengar sangat buruk, padahal ia sudah sangat merindukan kehangatan tubuh sang istri.

"Padahal udah kangen banget" Boy berucap lesu.

Bibir Baby sejak tadi sudah berkedut menahan tawa. Namun, melihat wajah memelas sang suami ia tak tahan lagi, dengan kerasnya Baby tertawa karena sudah berhasil menjahili suaminya.

"Bercanda" ucap Baby, disela tawanya.

"Awas aja, habis kamu nanti malam!" Ucap Boy, penuh ancaman.

"Aku mau tidur sama anak-anak" balas Baby, sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

"Anak-anak aku titip Mama" Boy tentu tak mau kalah.

"Mana bisa begitu" elak Baby, langsung.

"Bisa!"

"Mana mau mereka"

"Mau, apapun yang aku bilang pasti mereka nurut" ucap Boy, yang tak bisa Baby balas lagi. Karena biasanya Boy selalu menuruti apapun kemauan anak-anak, ketiga bocah itu juga selalu mendengarkan apapun omongan yang keluar dari Papa mereka itu.

"Salah sendiri jadi istri kok bikin nafsu terus" ujar Boy, tersenyum penuh kemenangan.

"Kamu yang nafsuan, ya!"

****

Untuk yang mau baca ulang gue kasih waktu sampai besok ya, cerita ini mau di unpublish buat direvisi.

Mungkin ada dari kalian juga yang baca cerita Om Varo, sabar ya, minggu depan gue mulai aktif nulis lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 53.3K 50
🔞 "menjadi sugar baby adalah jalan ninjaku" UNTUK KEPENTINGAN PROSES PENERBITAN, BEBERAPA PART DIHAPUS 😊 dapatkan Bukunya di @youthpublishing pre o...
1M 5.9K 6
Cerita yang menguras emosi! Baca langsung yuk kisah Daniel dan Jihyo! Sebuah pasangan yang entah mengapa takdir seolah selalu menolak mereka untuk te...
6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
74.3K 5.7K 28
MATURE CONTENT 19+ 💦 "Kapan kita bisa melakukan itu?" ucapan seorang Sugar Boy penggila seks pada wanita dingin yang memilikinya FF ini terinspirasi...