Miss Dandelion

By yusufalvaro00

111K 15K 1.1K

Setelah mengetahui bahwa dirinya mengandung, Larasati Kirana sangat kebingungan. Ia memang punya kekasih, nam... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Epilog

Delapan Belas

2.2K 317 5
By yusufalvaro00


Alih- alih murka, atau marah, atau paling tidak kecewa, ketika tahu putranya menikah dengan seorang perempuan hamil yang baru dikenalnya, Ibu Suta malah menunjukkan perhatian pada menantunya.

Kerap kali Rosmala menelepon Suta hanya untuk menanyakan kondisi Laras dan kehamilan perempuan itu.  Suta sempat terheran- heran dengan sikap ibunya pada Laras.

Padahal, tujuan pria itu menikahi Laras, salah satunya adalah membuat Rosmala murka. Terusik ketenangannya. Andaikan saja ibunya memberi restu pada Suta untuk menikahi Felisha, pasti Suta sudah berbahagia dengan perempuan yang hingga kini masih sangat dicintainya itu.

Felisha adalah perempuan yang membuat Suta memikirkan sebuah hubungan yang serius untuk pertamakalinya. Felisha adalah nama yang ia inginkan bersanding dengan namanya pada kartu undangan pernikahan mereka. Ia ingin perempuan itu menyandang nama belakangnya.

Hanya saja jangankan nama belakang, perempuan itu bahkan telah mencatatkan namanya bersama nama salah satu sahabat Suta, yakni Garda Antasena Senoadji.

Pagi itu, Suta baru saja tiba di kantor. Ia melihat meja, ruangannya, berikut kopi sudah rapi dan tersedia. Ketika ia berangkat pagi ini, rupanya Laras sudah lebih dulu tiba di kantor.

Baru saja duduk di kursi kebesarannya, ponselnya bergetar. Dari Rosmala.

Sebenarnya Suta malas mengangkat panggilan itu. Rosmala pasti menanyakan Laras. Entah mengapa, Suta merasa bahwa keputusannya untuk menikahi Laras demi membuat ibunya murka, malah balik menyerang dirinya sendiri. Rasa sayang Rosmala pada Laras, kian hari kian tumbuh dengan suburnya.

"Gimana kondisi Laras sama janinnya, Ta?" pertanyaan pertama Rosmala sudah membuat Suta dongkol bukan main. Pria itu bahkan berdecak sebal.

"Ibu nelepon aku cuma mau nanyain kabar menantu  Ibu? Kenapa nggak tanya orangnya sendiri saja. Punya nomor teleponnya, kan?"

"Ibu sekalian ngecek kondisimu. Kamu baik, kan?"

"Seperti yang ibu dengar,"

"Suta, Ibu minta buat kali ini, kamu beneran sama Laras. Paling enggak jangan permainkan dia selama jadi istrimu. "

"Kenapa Ibu getol banget bela dia, sih, Bu? Ibu tahu kan Laras sudah hamil anak pria lain saat aku menikahinya? Kenapa Ibu malah jadi sayang banget sama dia?!"

"Kamu tahu, bahwa nasib kami sama, Suta. Ibu dulu juga hamil dan pergi dari ayahmu. Saat itu, ayah sudah punya ibunya Elida. Ibu nggak kuasa merusak pernikahan mereka lalu ibu pergi. Sama kasusnya kayak Laras. Lelaki yang sudah menghamili dia itu sudah berkeluarga. "

Deg!

Sebenarnya, Suta belum pernah mendengar fakta ini. Dia pun belum pernah bertanya pada Laras, tentang siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Yang ia tahu, perempuan itu hamil di luar nikah. Dan ia berasumsi, kemungkinan orang yang satu kantor dengannyalah yang menghamili perempuan itu.

Tapi bukan berarti orang itu masih lajang juga. Bisa jadi, sebenarnya dia adalah seorang pria menjijikkan dengan tiga anak yang masih kecil-kecil.

"Ibu bukan mau menoleransi perbuatan seperti itu, Suta. Bagaimana pun juga, hamil di luar nikah nggak pernah dibenarkan dalam agama atau budaya Timur yang kita anut. Kamu menikahinya Ibu nggak melarang. Sama juga kalo ternyata pada akhirnya kamu akan mengakhiri pernikahan itu dengan Laras. Ibu juga nggak akan melarang kamu untuk melakukannya. "

"Lantas kenapa Ibu nggak biarin aku nikahin Felisha? Dia jauh lebih baik ketimbang Laras yang kemungkinan hamil dengan pria beranak tiga, Bu!"

"Percaya atau enggak,  semua tentang insting seorang Ibu, Nak. "

Perempuan memang selalu menggunakan kata itu sebagai tameng. Insting. Yang berarti adalah bullshit.

"Suatu saat, kamu akan mengerti apa yang ibu rasakan. Ibu masih ingin memiliki anak ibu hingga nanti Ibu harus kembali menyusul ayahmu. "

***

"Jadi Mbak Dhea kenal sama dokter Ethan? Dia kayaknya juga di obgyn tuh." Pertanyaan Laras terdengar random. Tapi semenjak bertemu lagi dengan Ethan di rumah sakit ketika mengantar Laras kemarin, Dhea  masih memikirkan pria itu. Walau dia pantang mengakuinya.

Pria itu adalah mimpi buruk masa lalu yang pernah Dhea sesali keberadaannya.

"Ganteng sih, tapi saya keburu ketemu sama dokter Rio. Dan kadung cocok juga. Dokter Rio kebapakan banget orangnya."

"Aku heran kamu nggak milih dokter Rio sebagai Bapak dari anakmu?" Dhea terdengar sewot. Alih-alih merasa tersinggung, Laras malah terkikik. "Ya, tapi yang ngelamar saya justru.... Su.... Satria!"

Duh, hampir aja keceplosan! Kalau ketahuan bisa berabe. Laras tahu, Dhea memang bisa menjaga rahasia yang ia percayakan padanya. Tapi untuk yang satu ini, pernikahannya dengan Suta, Laras belum berani mengungkapkannya.

Dhea sempat menatapnya dengan tajam. Entah apa yang dipikirkan oleh perempuan itu. Aradhea Ilona Wijaya memang tidak pernah menampilkan wajah yang menyenangkan. Jarang tersenyum. Lebih sering mengernyit. Mukanya sama angkernya dengan jabatannya sebagai akuntan di Ranjana.

Meski kerap ikut berkumpul makan siang rame- rame, atau nongkrong di karaokean bersama rekan- rekan kerja. Intinya, dia tidak menutup diri walau tidak bisa dibilang welcome juga.

"Berapa bulan kehamilanmu itu?" mereka saat itu sedang makan siang bareng di sebuah warung soto Betawi hanya berdua. Saat makan siang, tempat itu sangat ramai.

"Empat bulan."

Pramusaji mengantarkan dua gelas es jeruk. Mereka menjeda percakapan itu sejenak.

"Lo ngelakuin itu atas dasar suka sama suka?"

Laras tercenung. Memikirkan pertanyaan yang tak pernah ditelaahnya selama ini. Apakah dia memang menyukai Gatra?

Dia memang menyukai pria itu. Gatra adalah pria yang amat kharismatik dan punya wajah di atas rata- rata, sebagai atasan, dia juga tak pernah semena- mena. Tapi rasa suka Laras saat itu hanya sebatas kagum. Seperti kalau kita pergi ke mal premium di Jakarta, tahu- tahu ada Ridwan Ghani melintas, yang notice kalau dia adalah oemain FTV pasti bakalan kagum. Tapi cuma ngelihat dari jauh. Ambil foto. Mau mendekat pasti ragu.

Rasa suka Laras pada Gatra seperti itu.

Jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Laras mengharapkan akhir yang bahagia bersama Satria, kekasihnya saat itu.

Hanya saja, kesibukan mereka serta jarak Jakarta- Bandung yang memang sebenarnya tidak jauh, tapi Satria sendiri jarang bisa menyambangi Laras, membuat hubungan mereka semakin dingin dan merenggang.

Satria saat ini berbeda jauh dengan Satria yang Laras kenal sewaktu mereka masih ada di DIY.

Satria yang rendah hati dan perhatian. Satria yang selalu menjaga dan melindungi Laras. Satria yang membuat Laras jatuh cinta sepuluh tahun yang lalu.

Sekarang segalanya seolah melenceng jauh dari outline hidup yang telah Laras buat ketika dia masih kuliah dulu. Impiannya adalah, ia dan Satria berakhir menjadi pasangan suami istri yang bahagia.

Nyatanya ia tak berakhir bersama Satria. Juga dia tidak bahagia.

"Nggak tahu juga Mbak." Ujar Laras pada akhirnya. Dua mangkuk soto Betawi dan dua piring nasi putih diantarkan ke meja mereka. "Kami memang dekat. Dia memang perhatian ke saya. Tapi apakah ada cinta diantara kami?" Laras tersenyum pahit. Dhea tetap memperhatikannya dengan saksama.

"Lo bilang dia adalah pacar lo di Bandung? Dan kalian memang udah nikah." Tatapan Dhea terasa amat menuntut.

"Sekarang saya memang sudah menikah, Mbak. Tapi.... "

"Laras!"

"Mei?"

***

Laras tak pernah merasa begitu bersyukur dengan kehadiran teman dari kantor lamanya. Dia serasa dilepaskan dari keharusan mengungkap segalanya di hadapan Dhea.

Tahu- tahu saja, Meita muncul begitu saja. Dia tidak sendiri. Melainkan bersama seorang gadis yang masih sangat muda.

Keduanya bergabung di meja yang juga ditempati Laras dan Dhea. "Elo di Jakarta, Ras?" Meita terpana menatap sahabatnya itu. Laras tampak lebih berisi.

Sementara Laras sendiri kaget dengan penampilan sahabatnya yang semakin kurus. "Ini Fiona. Pegawai di toko bunga Oma. "

"Oh, Oma sehat? Eh, ngomong- ngomong, ini teman sekantorku yang sekarang. Mbak Dhea."

Dhea mengulurkan tangannya ke Meita dan Fiona. Mereka saling menyebutkan nama. "Lo sekarang kerja di mana, Ras?"

"Di retail, Mei. Lo sendiri tetep jadi sekretaris double agent Pak Dharmawan dan Si Nyonya?"

Meita menggeleng kaku. Dan dari situ, Laras tahu, ada yang ingin Meita ceritakan secara pribadi pada Laras. Juga sebaliknya.

***





Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 94K 43
• INDIAN ARRANGE MARRIAGE • ˜"*°•.˜"*° •°*"˜.•°*"˜ "You're my peace within all the Chaos of my life" ...
196K 6.3K 26
aspen d'angelo is set to appear as a special guest on billie eilish's upcoming 'happier than ever' world tour. what will happen when their management...
6.7M 143K 45
Falling in love never scared Maddie Davis until she fell for the one boy she swore to stay away from forever. Season 1 of My Brother's Best Friend ...
305K 5.1K 64
All he needed was some one to spoil. He felt lonely, and depressed. He just needed something, someone in his life to make him happy, so he can make t...