AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]

By nazieranff

3.8M 302K 314K

AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungk... More

ASKARAZEY ~ PROLOG
(1.) Agaskar Junior
(2.) Cuddle, Babe!
(3.) U're Mine!
(4.) Vakenzo's Family
(5.) Zeya Ngidam?!
(6.) Happy Wedding, Javas!
(7.) Obsessed or Love?!
(8.) Broken Home and Harmonious
(9.) Agaskar with Kuceh?!
(10.) Zeya Cemburu?
(11.) Salting?!
(12.) Wapresma VS Maba
(13.) Viral Bareng?!
(14.) Let's Deep Talk
(15.) Moment di Lautan Buku
(16.) Status yang Terancam?!
(17.) Idaman
(18.) Special Day
(19.) Sebuah Kesalahan
(20.) Salju yang Hangat
(21.) Private Talk
(22.) Menuju Reuni
(23.) Bermain-Main
(24.) Kondisi Baby
(25.) Terjebak Birthday Party
(26.) Siapa yang Kecewa?
(27.) Ada yang Ngambek!
(28.) Godaan Maut
(29.) Bujukan Non-Stop!
(30.) Aman atau Ancaman?!
(31.) Rival Misterius
(32.) Insiden Sirkuit Balapan
(33.) Car at Midnight
(34.) Malam yang Gila
(35.) Dark Family Dinner
(36.) Berusaha yang Terbaik
(37.) Pesona Suami Royal
(38.) Permintaan Berubah
(39.) Kamar Penantian
(40.) Dies Natalies
(41.) Nisan tanpa Nama
(42.) Mendadak Asing
(43.) Rindu dibalik Maaf
(45.) Hukuman atas Kesalahan
(46.) Membaik atau Memburuk?
(47.) Agaskar, Arazey, dan Althea
(48.) Kenangan 1 Minggu Kita
(49.) Ditinggal Sementara

(44.) Cinta dibalik Gengsi

52.7K 5.8K 7.7K
By nazieranff

Harga penulis melalui feedback berupa vote serta comment. Jika ingin ceritanya lekas terus di updated, jangan lupa tembuskan targetnya, xixixi. WARN! ADA SEKITAR 1000+ KATA, SEMOGA TIDAK BOSAN.


Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis🖤🖤🖤

TARGET--4 RIBU VOTE DAN 7 RIBU COMMENT UNTUK NEXT?! (Sedikit naik, krna biar ada jeda untuk pengimbangan AU nya di instagram @agaskarstory.ofc)

ABSENN DULUU, SPILL PENGALAMAN MEMALUKAN KALIAN YG PALING BERKESAN😭AKU SIH SALAH PANGGIL TEMEN, MANA UDH KU GOYANG GOYANG TANGANNYAA.
•••••••••••

HAIIIII PASREMOYY SEMUAA😻BESYOKKKK UPDATEEEE DI KARYA KARSAA YAA HIDDEN CHAPTER BAB 44 INI, infonya ada di @agaskarstory.ofc 🥹🩷
••••••••••••••••

"Memaafkan memang sulit dilakukan, namun apakah itu berarti sama sekali tidak ada kesempatan?"
-Arazey Henessy Elthea-
••••••••••••••

"Zeya?" Bagaimana tidak terkejut, Agaskar sudah tidak pulang ke rumah hampir satu bulan lamanya, lelaki itu memilih menenangkan diri dan menjauhi Zeya selepas kejadian tersebut.

Detik berikutnya, Zeya langsung jatuh memeluk tubuh suaminya dengan erat. "Maafin gue, Kak..."

DAMN!!! Agaskar hanya bisa diam terpaku tanpa sepatah kata apa pun lagi, begitu kedua tangan Zeya berhampir di pinggangnya, lelaki itu mendadak bisu beberapa saat.

Pelukan hangat, pelukan yang sudah lama tidak Agaskar rasakan. Pelukan yang juga dipenuhi kekecewaan, serta pelukan yang cukup menyayat perasaan, sekaligus pelukan yang sangat Agaskar rindukan.

"Kak, ayo balik ke rumah. Gue nungguin lo udah lama...."

Tak bisa dibohongi, begitu merasakan pelukan yang telah lama dinanti ini, kedua mata Agaskar berkaca-kaca tanpa sepengetahuan istrinya, sontak lelaki itu langsung menatap langit-langit kamar begitu Zeya mengadahkan pandangan.

"Gue tahu gue gue salah, Kak. Gue nyesel, maafin gue yang udah ngehancurin harapan lo buat punya anak, maaf..."

Zeya sudah menangis sesenggukan di hadapan Agaskar, tak peduli bagaimana respon lelaki itu melihatnya. Bahkan ketika Agaskar belum mengatakan apa pun, Zeya terus memohon maaf pada suaminya.

Entah karena tertutup rasa gengsi atau pun ego, Agaskar menatap nanar perempuan di depannya. Tanpa ekspresi, datar, meski dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Maafin gue, Kak...." ucap Zeya lagi memohon, kakinya menekuk dan tubuhnya perlahan turun. "Gue nyesel...."

Agaskar menunduk, melihat apa yang Zeya lakukan. Hal itu membuat setetes air mata Agaskar jatuh ke pipinya, salah satu kakinya dipegang erat oleh kedua tangan Zeya yang melingkar.

Ya, Zeya bersujud di hadapannya sembari menangis pilu penuh penyesalan.

"Selama hampir satu bulan gue di rumah sendirian, nggak ada ART, gue kesepian, Kak. Bayangan lo dan anak kita terus-menerus ngehantuin gue itu buat gue nggak tahan," lirih Zeya masih mendekap erat kaki Agaskar.

Detik berikutnya, Zeya mengadah ke atas. "Gue cuman nggak mau nyakitin perasaan lo, Kak. Gue—"

"Bangun," potong Agaskar lebih dulu saat Zeya belum menyelesaikan ucapannya.

Zeya terdiam sejenak mendengar kata-kata yang Agaskar lontarkan pertama kali. "Bangun, Zeya," ujar Agaskar mengulang permintaannya.

Bukannya langsung melakukan, Zeya dibuat terdiam bagaikan patung, otaknya seakan blank dan tidak tahu harus melakukan apa. Agaskar mendecak pelan, ia langsung menarik tubuh Zeya untuk bangkit.

"Lo tahu darimana apartement gue?" tanya Agaskar, nadanya ketus dan sangat dingin.

Zeya yang masih sesenggukan itu pun meneguk salivanya kasar. "D-dari Mamoy, gue yang tanya ke Mamoy. Karena gue pengin ajak lo pulang ke rumah, Kak."

"Gue nyaman tinggal di apartement ini," tukas Agaskar berbalik badan dan berjalan menuju sofa ruang tengah. "Kalau lo mau di rumah ya pulang aja."

Kedua pundak Zeya lemas mendengarnya, namun bukan Zeya namanya jika gampang menyerah. Perempuan itu pun melangkah mendekati Agaskar yang tengah menyeruput kopi hangatnya di atas meja.

"Kasih tahu gue, Kak. Gue harus apa biar lo mau maafin gue? Gue bakal ngelakuin apa pun buat lo asal lo mau maafin gue," tutur Zeya tetap memohon.

"Kak..." panggil Zeya, Agaskar masih belum juga meresponnya.

Agaskar fokus bermain ponsel, tak menggubris sepatah kata apa pun yang Zeya utarakan. Seolah menganggap perempuan tersebut tidak ada, seakan sudah muak dengan kehadiran istrinya sendiri.

"Sampai kapan kita harus kayak gini, Kak? Soal rekaman itu, gue emang curhat sama Kak Wave, tapi dia baik banget dan ngedukung kita—"

"Apa pun responnya, itu nggak membenarkan lo buat curhat ke mantan lo, Zey!" Spontan Agaskar menyahut dengan tatapan tajam.

"Mau dia ngedukung, mau dia baik responnya waktu lo curhat. Lo pikir apa yang lo lakuin itu bener? Gue ada, gue suami lo. Yang jadi pertanyaan gue, apa lo nganggep gue suami lo, hah?!"

Zeya mengangguk-anggukkan kepalanya berkali-kali, mencoba meyakinkan Agaskar dengan jawabannya. "Gue selalu ngakuin lo, Kak. Lo adalah suami gue."

"YA TERUS KENAPA LO NGGAK PERNAH MAU TERBUKA SAMA GUE, HAH?!" Agaskar tak sengaja membentak beriring dengan meja yang ia dobrak.

"Dari awal kita nikah gue selalu tanyain banyak hal tentang lo, biar gue tahu dan dapat memahami perasaan dan keinginan lo. Lo tahu gue pengin punya anak, tapi kenapa lo nggak pernah menyanggah kalau lo nggak siap?!"

"Gue bukan nggak siap, Kak, gue—"

"APALAGI?!" sahut Agaskar dengan nada yang satu oktaf lebih tinggi. "Alasan basi apalagi yang mau lo jabarkan, hah?! Rekaman 5 menit itu nggak sebentar, Zeya."

Agaskar mengusap wajahnya frustrasi. "Kalau lo nganggep gue suami nggak akan ini semua terjadi. Yang pertama, gue nggak akan ngebiarin lo hamil, yang kedua gue mungkin berusaha nggak akan nikahin lo."

Zeya hanya bisa diam menangis dengan air mata yang tak berhenti untuk mengalir, posisinya duduk di lantai mendengar bagaimana ungkapan kekecewaan Agaskar secara langsung atas kejadian beberapa minggu lalu.

"Gue minta maaf—"

"BASI, ZEYAAAAAAA!!!" pekik Agaskar, lelaki itu mendecak kasar. Ia berjalan mondar-mandir seolah gelisah. "Percuma, semuanya udah terjadi!"

"Kak Agaskar," panggil Zeya lembut. "Mungkin kata maaf dari gue udah bikin lo muak dan bosen, makanya gue kesini mau mengajukan diri buat lo."

"Gue harus apa biar lo mau maafin kesalahan gue? Gue bakal gunain kesempatan itu sebaik-baiknya misal lo kasih gue kesempatan untuk berubah dan memperbaiki semuanya," final Zeya.

Cukup lama Agaskar diam merenung memikirkan kata-kata Zeya, tatapannya menghadap jendela seolah mencari celah berpikir melalui alam yang ia tatap.

"Apa lo lupa gue udah kasih lo kesempatan berkali-kali untuk jangan deket sama Wave lagi? Mau dia berubah, mau dia kayak gimana pun, dia itu belum move-on dari lo asal lo tahu, Zey!"

"Gue tahu, Kak. Gue tahu semuanya."

"YA TERUS KENAPA MASIH LO LADENIN?!" desis Agaskar, keduanya jadi berdebat dalam apartement. "Lo udah tahu mantan lo masih gamon sama lo, masih lo ladenin itu kocak!!"

Zeya menghela napasnya cukup panjang, ia mencoba bangkit berdiri setelah menghapus sisa-sisa cairan bening yang ada di pipi mulusnya. "Gue rasa gue sama Kak Wave bisa jadi teman yang baik," tutur Zeya.

"Teman baik?!" Agaskar tertawa miring. "Yang ada dia semakin sayang sama lo, semakin berharap sama lo. Semakin ngerasa ada peluang buat milikin lo lagi!"

"Tapi, Kak—"

"BERHENTI BELA MANTAN LO DAN KELUAR DARI APARTEMENT GUE SEKARANGGG!!!" Agaskar mantap mengusir istrinya sendiri.

DAMN!!! Kalimat menyakitkan itu bertepatan dengan guntur dari langit yang bergemuruh, terlihat awan tidak bersahabat hari ini dan murung, sangat mewakili perasaan Zeya.

"KELUARRRRRR!!!" ulang Agaskar dengan suara yang lebih keras hingga membuat tubuh Zeya terpelonjat kaget.

"Gue udah muak lihat muka lo, dan berhenti munculin diri di hadapan gue kalau lo masih bela mantan lo, it's fucking that!" maki Agaskar.

Lagi dan lagi, Zeya terdiam membisu, ia tak langsung bergerak meskipun jantungnya berdebar kencang karena rasa terkejut akibat suara Agaskar yang meninggi sebelumnya.

Agaskar mendecak kasar melihat sang istri tak kunjung pergi dari kamar apartement-nya, tanpa ragu ia menarik tangan Zeya dan membawa perempuan itu ke ambang pintu. "Keluar."

"Pergi dari sini dan pulang ke rumah, nikmatin kebebasan lo sendiri. Kalau perlu ajak mantan lo tidur sama lo, atau dosen lo sekalian. Lo kan ngerasa cantik banyak cowok yang suka sama lo," ujar Agaskar tanpa memikirkan apa pun lagi.

Zeya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue nggak pernah kepikiran kayak gitu, Kak. Bahkan mungkin lo yang lebih banyak disukai cewek-cewek di luar sana."

"Tapi satu pun nggak ada yang gue ladenin demi lo, Zey. Diminta rektor waktu itu untuk sembunyiin pernikahan kita aja gue nggak mau, sedangkan lo apa?!"

"Gue—"

"Udahlah, anjingg!! Bikin mood gue rusak aja."

BRAKKKKKKKKKKK!!!

Pintu dibanting Agaskar cukup kasar hingga menimbulkan suara yang sangat keras, Zeya yang berusaha menahan celah pintu itu pun tak sanggup melakukannya hingga ia terkunci dari luar.

BUGG BUGGGG BUGGGGG!!!

"Kak, tolong jangan kayak gini. Gue tahu gue salah, semua hal yang gue lakuin salah gue udah sadar itu. Izinin gue perbaikin semuanya, Kak!!" teriak Zeya dari luar.

"PERGIII GUEE BILANGGGG!!! ATAU GUE PANGGIL SECURITY BIAR NGUSIR LO?!!" tandas Agaskar yang masih berada di balik pintu.

"GUE NGGAK AKAN PULANG KALAU LO BELUM MAAFIN GUEE!! GUE BAKAL TETAP ADA DI SINI SELAGI LO NGGAK MAAFIN GUEE!!" tegas Zeya yang tak menyerah.

Hening, tidak ada sahutan apa pun lagi yang membuat pundak Zeya lemas. Ia hanya bisa menghapus spontan air mata yang mengalir terus-menerus, sampai kapan ia harus begini?

Zeya menyandarkan punggungnya di pintu kamar apartement Agaskar, apartement bintang 5 dengan fasilitas dan furniture yang tidak main-main. Siapa pun tentu akan betah tinggal di sini.

"Mbak, permisi. Jangan berdiri atau duduk di depan kamar apartement orang, karena bisa mengganggu kenyamanan penghuni lain." Suara yang baru saja datang menyambangi Zeya itu mengejutkannya.

"Mbak bisa tunggu di bawah kalau penghuninya belum ada, jangan di sini ya, Mbak!" tegas sang security yang tengah berpatroli ke setiap lorong apartement setiap siangnya.

Ingin menjawab, rasanya energi Zeya sudah habis terkuras untuk mengemis di hadapan suaminya tadi. Perempuan itu hanya diam, tanpa menyahut apa pun dan bangkit berdiri mengikuti langkah security.

Pandangannya sempat berbalik ke arah belakang, berharap ketika ia melangkah, Agaskar akan segera membuka pintu kamar apartement nya lagi dan menerima permintaan maaf.

Namun nahas, semua itu hanyalah angan-angan Zeya yang mungkin tidak akan terjadi.

BUGGGHHHHH BUGGGHHHH BUGGGHHHH!!

"Arggghhhhhhhhh!!! Sialannnn!!" cecar Agaskar, urat lehernya menegang. "Kenapa sih selalu Wave? Apa-apa Wave, ini itu Wave! Kenapa nggak sekalian nikah aja sama Wave, anjing!"

Siapa sangka di sisi lain yang sejujurnya Agaskar melampiaskan kekesalan dan segala amarahnya ke dinding kamar. Tanpa tahu bahwa Zeya sempat menunggunya di depan pintu.

••••••••••

"Huufffftttt, dingin banget. Ini lebih baik, karena nggak ada bayi yang gue bawa hujan-hujanan kayak gini," gumam Zeya mengusap kedua tangannya ke bagian sikut.

Hujan deras melanda bumi, hawa dingin sangat menembus kulit pada malam ini. Bahkan petir tak segan-segan memperlihatkan jaringannya di atas langit yang gelap.

Banyak orang-orang berlarian mencari tempat teduh, agar bisa menghindar dari rintikan hujan dan juga badai petirnya. Akan tetapi, berbeda dengan Zeya yang sudah sejak siang tadi berdiri di bawah pohon.

Pohon yang letaknya tidak jauh dari depan apartement Agaskar berada, bukan tanpa alasan Zeya berdiri di sana. Ia ingin mengintip Agaskar dari kejauhan, apa yang lelaki itu lakukan.

Agaskar baru saja menyelesaikan mandi, ia sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Melihat gorden yang belum menutupi kaca dinding apartement, lelaki itu pun bergegas untuk menutupnya.

Begitu ingin menutup, tangan Agaskar tertahan cukup lama saat pandangannya tak sengaja menangkap sosok Zeya yang duduk di bawah pohon mangga yang menghadap apartement nya.

"Dia belum pulang?!" Agaskar terkejut, karena ia pikir perempuan itu sudah tidak ada di sekitar sini lagi. "Di tengah hujan badai petir kayak gini?"

"Dia kan paling takut sama petir dan hujan, kenapa dia harus ada di tengah-tengah ketakutannya kayak gitu?!" heran Agaskar benar-benar dibuat syok.

Lelaki itu tahu dan mengerti apa yang tidak disukai dan dibenci istrinya, yakni suara petir hujan. Apalagi ketika suasana itu malam dan mati lampu.

Detik berikutnya, Agaskar mengintip dari balik gorden terlihat Zeya yang pucat dan kedinginan dihampiri oleh Kang Gogo, security apartement nya dengan membawa payung.

"Aduhhh, Neng. Udah dibilang kalau mau nunggu orang di ruang tunggu sana aja daripada disini. Hujan, Neng, kasihan Neng nya loh," tegur Kang Gogo. "Kalau bukan siapa-siapa mending pergi aja, pulang."

Zeya mendongakkan kepalanya. "Maaf, Pak. Saya tunggu di sini aja sampai suami saya mau maafin saya."

"Astaghfirullah, ini pasti karena hujan yang buat Neng nya jadi halu. Mau saya anterin pulang, Neng? Nggak enak di sini dilihatin orang-orang, mending Neng pulang aja."

DDDRRRTTTTT DDDRRTTTTTT

Notifikasi di ponsel Kang Gogo berbunyi sang security itu pun bergegas memeriksanya.

Mas Agaskar kamar 198
19:12
Jgn di usir kang, biarin aja dia

Kang Gogo
19:13
Ora bisa gitu lah mas, dari tadi ini perempuan mengganggu takut orang gila yang nyasar dan ganggu penghuni apartement

Mas Agaskar kamar 198
19:15
ORG GILA HIDUNG KAU KU TUMBUK
ITU ISTRI SAYA KANG! JGN MCM2
BAWA DIA KE KAMAR APART SAYA SKRG

Kang Gogo is calling....

Agaskar mendecak kasar begitu ia baru saja membalas pesan Kang Gogo yang menyebut Zeya sebagai orang gila, lelaki itu benar-benar tak terima dan emosi.

"Hallo, Kang? Apa sih bisa-bisanya Kang Gogo ngatain istri saya orang gila? Sembarangan—"

"Iya-iya maafin saya, Mas. Saya nggak tahu kalau ini istri Mas, tapi ini istri Mas nya pingsan. Badannya panas, saya harus gimana?!"

"What the fuck?!"

Kedua mata Agaskar membelalak sempurna, ia langsung beranjak dari sofa untuk mengintip ke arah jendela apartement lagi, dan benar Zeya tumbang di bawah hujan yang deras.

"ZEYAA?!" Tanpa menunggu waktu lama lagi, Agaskar langsung berlari turun ke bawah.

•••••••••••

Jam sudah menunjukkan pukul 23:34, dan Zeya belum juga siuman. Perempuan itu mengalami demam, tubuhnya panas, hingga Agaskar mengganti kompres hangat beberapa kali.

Agaskar juga sudah mendatangkan seorang dokter ke apartement nya untuk memeriksa kondisi sang istri, dan Zeya dinyatakan demam akibat kedinginan. Itu sebabnya Agaskar membiarkan istrinya tidur di ranjang apart malam ini.

Tatapan lelaki itu pada istrinya sangat tulus, tidak ada yang mengetahui selain dirinya sendiri bagaimana cara ia menatap Zeya dengan sangat dalam penuh perasaan.

Perasaan yang tak dapat ia jabarkan, perasaan yang mungkin hanya bisa ia pendam, perasaan penuh kekecewaan yang tetap diliputi kasih sayang begitu dalam.

Agaskar terus menahan cairan bening yang menumpuk di sudut matanya.

"Kalau Mamoy Papoy tahu Zeya sakit karena kedinginan hujan abis gue usir, pasti mereka bakal marah juga ke gue, walau mereka tahu Zeya salah," gumam Agaskar menduga.

"Maafin gue..." ujar Agaskar pelan menggenggam dan mengelus punggung tangan Zeya dengan lembut.

Lelaki itu juga sudah mengganti pakaian Zeya dengan piyama yang baru saja ia beli tadi, karena Agaskar tidak membawa satu baju pun dari rumah. Semua baju di apartement ini baru ia beli beberapa minggu lalu.

Agaskar kemudian menuliskan sesuatu di selembar kertas yang ia letakkan di meja kecil sebelah ranjang tempat Zeya terbaring, dilengkapi dengan bubur dan air putih hangat dan juga obat.

"Maafin gue, Zeya," tutur Agaskar memperbaiki selimut untuk menutupi tubuh Zeya seutuhnya, kemudian tak lupa mengecup keningnya sekilas.

Setelah itu Agaskar pergi beranjak dari sana meninggalkan Zeya yang sendirian tidur di ranjang apartement nya, rupanya Agaskar memilih untuk tidur di sofa, berpisah dengan sang istri.

Kantuk pun tak terhindarkan karena seharian ini dipenuhi kegiatan, Agaskar merasa sangat lelah hingga dirinya sendiri tidak sadar bahwa secepat itu memasuki alam mimpi.

Tak berselang lama, Zeya membuka matanya yang panas itu perlahan-lahan, memperhatikan di sekelilingnya yang terlihat asing. Begitu bangun dan mengambil posisi duduk pun rasanya masih sangat pusing.

"G-gue dimana..." sungut Zeya masih memicingkan pandangan, ia berusaha memperjelas penglihatannya sampai akhirnya sadar bahwa ia masih berada di apartement Agaskar.

Ketika tengah menyapu bersih ruangan, Zeya menangkap secarik kertas dengan seutas pesan yang tertulis menggunakan tinta hitam di sana, tepat bersebelahan dengan obat, air putih hangat dan juga bubur.

Klo udh bngun, jgn lupa dimakan buburnya, diminum air hangatnya, dan diminum obatnya. Tdi gua pnggil dokter, dan itu obat udh sesuai dosis krna lo demam.
-Agaskar

Membaca kalimat itu membuat bibir Zeya melengkung, rasanya ia diajak terbang melayang tinggi karena isi pesan yang berkesan. Sontak Zeya menoleh ke arah dimana Agaskar tertidur.

"Tumben banget dia tidur di sofa, biasanya dia paling anti," ujar Zeya, meskipun ia sudah tahu bahwa itu adalah bentuk kekecewaan suaminya.

Zeya menarik napas panjang, wajahnya yang pucat pasi itu memaksakan diri untuk tetap makan karena dirinya akan semakin melemah tak bertenaga jika tak diisi oleh nutrisi.

Beberapa menit kemudian, usai menghabiskan buburnya, Zeya pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Berharap pucat di wajahnya hilang, namun apa daya? Namanya demam tak bisa dihindari.

"Panas banget, berapa ya suhu gue sampai sepanas ini. Perasaan tadi siang masih biasa-biasa aja," ungkap Zeya.

Ingin pulang? Tidak mungkin, apalagi ia ingat isi pesan yang ditulis Agaskar bahwa lelaki itu sudah memanggil dokter. Namun jika menginap di apartement ini rasanya Zeya juga sedikit ragu dan takut karena sempat di usir.

"Kak Agaskar," panggil Zeya yang melihat suaminya tertidur pulas di sofa. "Kak..."

Beberapa panggilan dari Zeya tak ada satu pun yang digubris oleh Agaskar, rupanya lelaki itu benar-benar menyelami alam mimpi yang sangat jauh hingga tidak mendengar apa-apa.

"Kak Agaskar," ulang Zeya memanggil, kali ini ia berjalan melangkah mendekati lelaki itu.

Zeya memperhatikan jelas bagaimana pahatan wajah Agaskar yang nyaris sempurna, rahang tegas, hidung mancung, alis tebal, bibir tipis, dan rambut lurus, siapa yang tak tertarik dengan suaminya?

"Maafin gue ya, Kak. Seharusnya 2 bulan lagi, kita bisa ketemu anak kita. Sayangnya karena gue, lo jadi harus ngerasain sedih dan kecewa kayak gini," lirih Zeya menyentuh wajah Agaskar dengan lembut.

"Gue kangen pelukan lo, boleh nggak sih gue tidur di sini aja? Gue nggak enak tidur di ranjang lo, soalnya gue tamu," ucap Zeya pada Agaskar yang sudah jelas-jelas tidak bisa mendengarnya.

Perempuan itu pun kemudian memindahkan tangan Agaskar lebih dulu, kemudian mengambil posisi miring hingga tangan Agaskar yang ia pindahkan tadi, ia letakkan ke perutnya untuk digenggam erat.

"Gue nggak butuh kompres, gue butuhnya pelukan lo aja. Maaf kalau lo risih, tapi.... untuk malam ini aja, besok gue pulang," tambah Zeya yang kepalanya tepat menindihi lengan Agaskar yang lain.

Tanpa Zeya sadari, sejujurnya Agaskar mengetahui semua ucapannya. Lelaki itu mendengar, Agaskar memang tertidur pulas, namun begitu mendengar Zeya bangun, ia mengurungkan niat untuk menghampirinya.

Hingga akhirnya sang istri datang dengan memposisikan diri untuk dipeluknya seperti ini, Agaskar sadar dan tahu semuanya. Maka dari itu, pada detik berikutnya Agaskar ikut mengubah posisi.

DAMN! Agaskar memeluknya bagaikan guling di atas sofa itu. Zeya sampai melirik ke arah belakang untuk memastikan apakah Agaskar terbangun atau tidak.

"Kak?" panggil Zeya mencoba memastikan. "Kak Agaskar?!" Tetap tidak ada jawaban, hingga Zeya dapat bernapas lega akhirnya.

Perempuan itu pun memutuskan untuk tidur di dalam pelukan suaminya, menjalani malam yang gelap dengan gemuruh hujan petir tiada henti sejak tadi sore. Ini adalah kali pertama, Agaskar memeluknya lagi.

•••••••••

Niatnya ingin langsung pulang, namun pusing yang menghantam kepala sangat mempengaruhi imunitas Zeya, sudah 2 hari ia menginap di apartement Agaskar karena kondisi yang sakit.

Dan sudah 2 hari itu juga, komunikasi antara Zeya dan Agaskar mulai terbangun baik. Meski sekali pun alasannya karena dirinya sakit, Zeya tetap bersyukur karena demamnya ini ia bisa mendapatkan simpati lagi dari Agaskar seperti dulu.

"Lo yakin mau pulang?" tanya Agaskar. "Di luar masih hujan."

Zeya pun melirik ke arah jendela apartement yang terbuka, hari sangat cerah dengan awan biru putih yang menghiasi langit. Itu membuat sang empu terdiam sejenak memperhatikan cuaca.

"Yakin kok, Kak. Nanti pakai gocar aja," sahut Zeya.

"Gocar nya nggak bisa."

"Kok nggak bisa? Kenapa?"

"Udah gue hancurin mobilnya," jawab Agaskar asal membuat kedua alis Zeya terangkat. "M-maksud gue, mobil gocar itu hancur. Bercanda doang tadi."

"Ohhh..." Zeya pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, meski dirinya sempat bingung tadi.

Sialan, oh doang. Peka kek anjing, batin Agaskar memilin jemarinya. Udah bener diem di apart gue malah mau balik ke rumah bangke

"Makasih ya, Kak. Untuk the hangatnya, gue udah mendingan kok dari kemarin, gue usahain nanti nggak hujan-hujanan lagi. Tapi ini beneran udah nggak terlalu pusing lagi," imbuh Zeya dengan senyum tipis.

Zeya kemudian bangkit dari sofa, namun belum sempat melangkahkan kaki, pandangannya tiba-tiba menjadi ganda yang membuat ia harus memegangi kepalanya lagi.

"Jangan pulang, lo masih sakit," balas Agaskar mendekat, merangkul istrinya dengan manis.

Menyadari Agaskar yang menyentuh lebih dulu, membuat Zeya mendongakkan kepala, memperhatikan bagaimana tatapan nanar suaminya. "M-maksudnya?!" tanya Zeya ragu.

"Nggak usah pulang ke rumah, lo nginep lagi aja di apartement gue, dan istirahat di sini. Kita kan masih suami istri," jawab Agaskar setelahnya.

DAMN! Tidakkah Zeya salah dengar akan apa yang baru saja Agaskar lontarkan? Lelaki itu mengajaknya untuk melanjutnya inap di apartement? Tidakkah lelaki itu lupa beberapa hari lalu mengusirnya?

Sungguh bunglon, sejujurnya Zeya tak perlu bingung lagi dengan sikap Agaskar yang demikian. Memang gampang berubah, seakan tergantung situasi dan mood-nya, sulit diprediksi.

"Emang nggak papa? Cewek nginep di apartement ini?" tanya Zeya.

Kening Agaskar langsung mengerut mendengarnya. "Emang kenapa? Siapa yang ngelarang?"

"Itu satpam yang kemarin, katanya penghuni apartement di sini rata-rata cowok belum nikah. Makanya gue disuruh nunggu di bawah aja kemarin," sahut Zeya.

Agaskar langsung membisu mendengar itu, ia baru ingat bahwa memang di sejajaran apartement yang ia tinggali sekarang kebanyakan dari laki-laki yang belum menikah dan hanya tinggal seorang diri.

"Yaudah tinggal bilang aja kalau kita pengantin baru. Pasti dibolehin, anggep aja bulan madu," balas Agaskar dengan ide nya yang ngasal.

Zeya tertawa kecil dengan usulan asal Agaskar yang sangat diluar dugaan. "Gue mau berenang, boleh nggak?" tanya Zeya lagi.

"Lo masih sakit."

"Udah nggak lagi, gue lumayan sehat kok."

"Jangan maksa."

"Kalau gitu sama lo aja berenangnya, gimana, Kak? Kali aja gue pingsan kayak ikan, lo bisa langsung nolongin, kan?" sahut Zeya membuat alis Agaskar mengerucut heran.

•••••••••••

"ZEYAAAA?! LAMA BANGET LO!!" panggil Agaskar yang sudah duduk di tepi kolam renang pribadi apartement nya. "Mending gue aja yang berenang sendirian."

"Iya, Kak! Ini kesana!!" jawab Zeya terdengar samar-samar dari kejauhan.

Agaskar menghela napasnya panjang, kedua kakinya sudah terjun menyapa air biru itu sejak tadi. Air kolam renang pun sudah ia kuras dengan hangat, agar Zeya dapat mandi di kolam ini tanpa kedinginan.

"Astaga Zeya, lo lama—"

"Ayo Kak, kita berenang," potong Zeya yang rupanya sudah berada di belakang Agaskar entah sejak kapan, kemunculannya cukup mengejutkan lelaki itu.

Tidak hanya kemunculannya yang mengejutkan Agaskar, namun apa yang ia lihat sekarang dari penampilan Zeya itu jauh-jauh lebih mengejutkan hingga dirinya lupa cara berkedip.

"Oh shit, maksud lo berenang tanpa baju?" tanya Agaskar dengan mulut yang terbuka.

"Bukannya biasanya emang gitu, ya, kalau di rumah?" papar Zeya. "Gue kan belum mandi abis sakit kemarin 2 hari, jadinya gue pengin sekalian mandi di sini, nggak boleh?"

Agaskar meneguk salivanya kasar, ingin membuang pandangan juga tidak bisa, snagat munafik jika ia tidak tergoda dengan apa yang ia lihat. "B-boleh, silahkan. Mandi aja."

Zeya pun tersenyum mengangguk, ia kemudian bersiap ingin turun. Namun sebelum itu, Zeya menyerahkan shampoo dan sabun pada Agaskar.

"Bantu gue buat nyabunin di punggung gue, bisa Kak? Biasanya Bi Sakura, tapi lo yang mecat Bi Sakura, kan. Jadinya nggak bisa bantuin gue lagi, deh."

Fuck!!! Apa-apaan ini? Gue udah berusaha diem malah disuruh gerak, bangsat-bangsat!!!! batin Agaskar memaki dirinya sendiri sembari menahan juniornya agar tidak bangun.

KELANJUTAN SCENE INI ADA DI HIDDEN CHAPTER BAB 44. Karyakarsa aku @nazieranff info selengkapnya ada di ig @agaskarstory.ofc

WARN🔞🚫HIDDEN CHAPTER ITU BERISIKAN ADEGAN DEWASA PERTIMBANGKANLAH!

••••••••••

GIMANA MENURUT MU TENTANG BAB KALI INI???

YUPSSS BAB KALI INI FULL SCENE AGASKAR-ZEYA AJAAA KARENAA DI BAB-BAB SEBELUMNYAA KELEAN UDAH DISERBU KONFLIKK XIXI😚

KIRAAA-KIRAA SI AGASKARR BISAA TAHANN GODAAN NGGAK YAA? UDAHH SATU BULANN LEBIHHH LOHHH ITUUU😜😜

REFRESHHHH KONFLIKKKK DULUUU, KITA REDAINN PAKE SCENE ROMANTIC EAAA😘😘😘

SPOILER BAB SELANJUTNYA? HANYA ADA DI agaskarstory.ofc dan @ofc.wolviper . Jangan lupa join broadcast channel nya juga di instagram biar dapat info selalu.

Apa yang mau disampaikan sama Agaskar?

Apa yang mau disampaikan sama Zeya?

SIAP MELIHAT PERJUANGAN AGASKAR MENAHAN IMANNYA?! SPAM "🔥" SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. UPDATED BERGANTUNG DI TARGET...

TIDAK ADA AKUN INSTAGRAM LAIN SELAIN DI BAWAH INI:
@nazieranff
@agaskarstory.ofc
@wolviper.ofc
@pasmoy.ofc

ROLEPLAYER ACCOUNT ACTIVE:
•@agaskarvakenzo
••@arazeyhelthea
•@pangeranjavas
••@surganyaallah17
•@galenfaldevion
••@vandahavrielles
•@savionragasvara
••@ansleyarcellin
•@arhezalkanders
••@soniafabiannexy

•••@waveravedson
••@aessyrazelina
•••@vanoriswilder
••@irishzeverly

[[ JANGAN LUPA REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI KE TEMAN, KELUARGA, KERABAT DAN SAHABAT MU. VOTE, COMMENT AND SHARE CERITA INI SEBANYAK-BANYAKNYA❤️‍🔥]]

~~Selasa, 23 April 2024 (3968kata)

Continue Reading

You'll Also Like

403K 49.2K 50
"Tipe gue nggak muluk-muluk kok, cukup kating FK aja." Ujaran Natha kala itu hanya sebatas candaan. Sampai di suatu pagi, ia bertemu dengan Jake-kaka...
2.3K 366 9
"A-aku hamil kak" ucap seorang gadis dengan kepala menunduk. ups mungkin sekarang dia lebih cocok dipanggil seorang wanita. "Lu yakin tuh anak gua? b...
472K 33.4K 29
"Kalau lo tau gue depresi, gimana?" "Gue temenin. Gue bantuin lo sampai lo sembuh. Gue bakalan jadi obat buat lo-"Ada jeda setelahnya. Dimana sepasan...
NAJESA By 세이시

Teen Fiction

187K 11K 41
Ke mana pun mereka pergi, rumah dan keluarga adalah tempat untuk kembali. Tapi, kehangatan dan keramahan rumah, tak berlaku baginya. "Karena rumah, t...