PENGASUH

By Cratelius

149K 13.8K 1.2K

[Completed] Pusat organisasi pembunuh bayaran telah terbongkar dan menjadi buron oleh negara. Salah satu caba... More

Note;
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
End

48

1.5K 168 18
By Cratelius

Emas

----

Pagi yang indah, burung-burung berkicau serta angin yang lembut berhembus menerbangkan anak rambut milik Kathrina yang sedang berdiri ditengah halaman akademi. Damai sekali suasananya.

"ANJINGGGGG!"

Kathrina menahan kaki Olla yang hendak menendangnya dari depan, menguncinya dan langsung memutarnya hingga membuat sang empu menjerit kesakitan.

"Olla, bahasa dan suaranya dijaga. Kalau kamu begini bisa-bisa langsung ketahuan oleh musuh saat mengintai," kritik seorang perempuan yang lebih tua dari mereka, memperhatikan pertarungan antara Kathrina dan Olla pagi hari ini. Matanya menatap tajam, menilai setiap pergerakan yang dilakukan oleh Kathrina pada Olla serta gerakan Olla pada Kathrina.

Kathrina cukup bagus, tak ada gerakan sia-sia yang ia keluarkan. Semuanya sempurna kecuali tenaga Kathrina yang lebih kecil dari Olla.

Dengan kakinya yang dipelintir, Olla menyapa wajah Kathrina dengan sikutnya. Membuat perempuan yang mengunci dirinya itu sempoyongan dan melepaskan dirinya.

Olla sudah bebas, tapi kaki kanannya terasa sakit hingga tak bisa digunakan untuk menendang ataupun berlari. Satu-satunya cara agar ia bisa menang adalah melakukan tackle.

Keunggulan Olla, selalu bisa merencanakan sesuatu disaat ia sedang berkelahi sekalipun. Teknik yang ia miliki pun beragam, membuat lawannya yang tak memiliki pengalaman menjadi kesusahan meladeninya.

Kathrina terjatuh kala Olla melakukan tackle dan mengunci leher Kathrina hingga membuatnya menepuk tanah dengan kuat.

"NYERAH! KAK SHA- NI! ATIN NYERAH!" Pekik Kathrina terus-menerus karena sudah merasa tak bisa bernapas.

Olla masih mengunci, melirik pada Shani yang tak memberikan aba-aba apapun untuk menyuruh mereka berhenti, justru, kalimat keramat keluar dari mulutnya.

"Jangan berhenti sampai ada yang pingsan," titah Shani.

Beginilah latihan mereka setiap bersama Shani. Hanya akan selesai saat yang kalah tak sadarkan diri. Berbeda dengan Gracia dan Feni, mereka berdua memiliki cara mengajar yang jauh lebih manusiawi.

Wajah Kathrina mulai berubah menjadi putih pucat. Kesadarannya pun perlahan hilang dan kini Kathrina jatuh pingsan seperti yang Shani inginkan.

"Kerja bagus, Olla." Shani memuji seraya menepuk pundak Olla sekilas. Sekarang ini, pandangannya beradu dengan Azizi dan Freya. Memperhatikan sejenak dua anak didiknya yang duduk dihadapan lalu menyuruh mereka untuk melakukan latihan. "Azizi dan Freya, jangan ada yang berhenti sampai salah satu dari kaki kalian patah!"

Freya mengulum bibirnya sendiri. Bagaimana bisa ia mematahkan kaki Azizi. Mana tega ia lakukan hal itu pada teman angkatan sekaligus kekasihnya ini.

Berbeda dengan Azizi. Ia mengangguk dengan mantap dan langsung mengambil posisi untuk melawan Freya, si jenius dalam bertarung. Julukan yang aneh, tapi Killer Angel's sendiri yang memberikan Freya nama itu.

"Bersyukur banget gue cuman disuruh bikin pingsan," monolog Olla sembari menyeret tubuh Kathrina ditanah menuju kamar rawat.

Ditengah lapangan, Shani mengulurkan tangan kanannya untuk memberikan aba-aba pada Azizi dan Freya bahwa latihan mereka akan dimulai ketika tangannya naik keatas.

"Siap?" Tanya Shani sembari melirik pada Azizi lalu berganti pada Freya. Dua anak itu tersebut mengangguk dan langsung memasang kuda-kuda.

Tangan Shani terangkat dan Azizi langsung menyerang Freya dengan cepat.

-

"Sayang."

Kathrina menoleh ke kiri, menatap Gita yang memanggilnya dengan lembut. "Kenapa sayang?" Tanya Kathrina seraya memelankan laju mobil yang ia kendarai.

Tadi sore dokter bilang kalau Gita sudah bisa istirahat diluar rumah sakit. Maka dari itu Kathrina langsung membawanya pulang kerumah agar bisa menjaganya lebih leluasa. Ya, leluasa.

Tubuh Gita tegap bersandar pada kursi. Dengan lukanya yang masih basah, Gita masih belum bisa bergerak dengan bebas. "Kita mampir disekolah aku sebentar, ya? Ada yang mau aku ambil di ruang OSIS."

"Malam-malam begini?" Kathrina mengerutkan keningnya. Sedikit heran dan juga penasaran dengan barang apa yang ingin Gita ambil. Sepenting itukah? Sampai harus diambil malam ini juga.

Gita menganggukkan kepalanya. "Bolehkan sayang?"

Bagaimana bisa Kathrina menolaknya. Mata Gita yang berbinar seperti seekor anak kucing itu membuat jantung Kathrina tidak aman.

Tenang Kathrina, tenangkan dirimu. Gita belum sembuh sepenuhnya. Tahanlah hasrat yang bergejolak didalam dirimu Kathrina.

Kathrina kembali menoleh kedepan, berusaha fokus pada jalan malam yang cukup sepi itu. Bibirnya berkali-kali ia lumat sendiri, menahan rasa geli yang sudah memuncak didalam tubuh.

Berat dan menyiksa. Tapi Kathrina harus menahannya hingga Gita pulih nanti. Setelah itu, barulah Kathrina bisa dengan buas dan puas melakukan segalanya pada tubuh Gita yang sudah lama sekali tidak ia sentuh.

Mereka berdua hening, tak membuka obrolan apapun hingga sampai diparkiran sekolah Gita. Beruntung ada satpam yang masih berjaga dimalam seperti ini, membuat Gita dan Kathrina bisa masuk kedalam sekolahan dan langsung menuju ruang OSIS dibelakang gedung-gedung sekolah.

"Ga dikunci," ucap Kathrina setelah membuka pintu ruang OSIS itu. "Yang paling cantik sejagat raya duluan," silah Kathrina sambil melebarkan pintunya agar Gita bisa masuk dengan leluasa.

Gita terkekeh kecil. Sedikit tertatih ia berjalan sambil menggenggam tangan Kathrina yang sudah lebih dahulu terangkat sebelum Gita melangkah.

Kathrina menuntun Gita, membawanya berjalan menuju lemari persediaan OSIS. "Kamu carikan LPJ didalam situ, ya," pinta Gita seraya mendudukkan dirinya diatas kursi ketua OSIS yang berada didekat lemari.

Kathrina mengangguk setelah membantu Gita duduk. Bergegas ia buka setiap pintu lemari dan juga laci yang ada, mencari kertas LPJ yang Gita maksud. Banyak kertas yang ia angkat dan ia tunjukkan pada Gita, tapi tak ada satupun yang sesuai seperti yang Gita cari.

Entahlah, padahal Kathrina sudah menelitinya dengan baik. Tapi entah kenapa tak ada satupun LPJ yang sesuai. Kembali Kathrina orak-arik isi lemari itu dan mengeluarkan semua kertas-kertas nya.

"Kayaknya ga ada, deh." Kathrina menyerah, sudah ada sekitar setengah jam mereka mencari kertas itu diantara semua kertas yang ada. Tak kunjung Kathrina temukan, akhirnya ia mengeluh dan langsung mendudukkan dirinya diatas lantai kendati merasa pegal. "Udah diambil temen kamu mungkin," sambung Kathrina seraya mendongak menatap Gita yang duduk dikursi.

"Emang ga ada disini," jawab Gita tanpa ekspresi, kembali membuat Kathrina kebingungan.

"Maksudnya?"

"Aku sengaja ngulur waktu aja, mau berduaan sama kamu disini." Gita tersenyum tipis. Ah, ini yang membuat Kathrina tak tahan. Cara Gita menggodanya selalu berbeda dari manusia pada umumnya.

Memang aneh dan gila tapi Kathrina makin menyukainya.

Kathrina menggelengkan kepalanya dengan cepat. Kedua tangan Kathrina menepuk-nepuk pipi dengan pelan, berusaha menyadarkan dirinya sendiri agar tak terlalu larut. Ia takut melakukan hal lebih jika terus seperti ini.

Ingat, Gita masih belum sembuh.

"Udah, ah! Kamu tu suka banget mancing-mancing." Kathrina berubah jadi kesal. Tapi Gita tahu kekesalannya Kathrina hanya pura-pura. Melihat kendati hendak berdiri, Gita langsung menahan Kathrina dengan kata-kata andalannya.

"Cium aku!"

Apakah ini ujian hidup? Kathrina hampir saja ingin melahap bibir pucat Gita itu. Ditambah suasana sepi dan remang diruangan ini begitu mendukung. Tapi Kathrina masih bisa menahan dirinya. Ia benar-benar ingin menunggu Gita pulih terlebih dahulu.

"Kamu sengaja banget, ya? Tapi itu ga akan bisa mancing aku. Wlee!" Kathrina menjulurkan lidahnya, mengejek Gita yang tak berhasil menggodanya dengan kata-kata.

Gita berdiri, mendekat pada Kathrina yang sedang melet tanpa suara.

Dalam hitungan detik, Kathrina langsung merasakan kalau lidah yang ia julurkan telah dilumat. Menyatu dengan bibir dan juga lidah Gita.

Tubuh Kathrina sedikit oleng, membuatnya menabrak lemari yang ada dibelakang tubuhnya. Kedua tangan Gita mengunci tubuh Kathrina, tak membiarkan santapan malamnya itu menolak dan kabur dari ciuman panas yang sedang ia lakukan.

Bibir Gita lembut. Meskipun pucat, Kathrina tetap menyukainya. Ia larut, menikmati lidah perempuan yang semakin lama semakin membuat Kathrina gila.

"Emh. . .!"

Satu desahan Kathrina lolos ketika tangan Gita mengelus area tengah Kathrina dengan tangan lentiknya.

Ini terbalik. Bisa-bisanya Gita ingin mendominasi Kathrina disini. Apapun yang terjadi, Kathrina harus membalikkan keadaan. Hanya saja perlu menunggu waktu yang pas.

Perduli apa kata dokter. Gita duluan yang memancing Kathrina yang berarti Gita merasa dirinya sudah sehat.

Malam ini, Kathrina akan memburu kelinci miliknya.

Gita mengeram kecil kala merasakan bibir bawahnya digigit oleh Kathrina, membuat tautan ciuman mereka terlepas dan menampilkan benang saliva yang menunjukkan betapa nikmatnya ciuman mereka.

"Malam masih panjang, Gita." Kathrina mengangkat pinggang Gita dan langsung mendudukkan gadisnya itu diatas meja OSIS, membuat barang-barang yang ada diatas jatuh berserakan.

Mereka tak perduli, meski pintu ruang belum terkunci pun mereka juga tak perduli.

Kembali Kathrina menempelkan bibirnya dengan Gita, melumatnya hingga membuat Gita kehabisan napasnya.

Tak tinggal diam, tangan Kathrina juga menerobos masuk dari bawah dan membuka kaitan bra milik Gita.

"Buru-buru banget," pungkas Gita sesaat bibir mereka terpisah sembari menyeringai dengan bibirnya yang basah bercampur dengan air liur milik Kathrina.

"Soalnya kamu kelihatan nikmat!"

Gita tersentak ketika Kathrina menarik celananya hingga terlepas, menyisakan celana dalamnya saja yang sudah terlihat basah. "Dari kapan?" Goda Kathrina sembari mengelus area tengah milik Gita hingga membuatnya mengerang.

Tak menunggu jawaban dari Gita, Kathrina memulai permainannya.

.
.
.
.
.

"Kok adegannya setengah-setengah sih??!"

NONTON BOKEP AJA SANA!

Hehehe, bercanda teman-temanku sekalian.
Bukannya aku sengaja, tapi diriku ini tak bisa membuat adegan yang lebih wah dari ini😞🙏🏼

Maaf dan semoga kalian enjoy bacanya!

Continue Reading

You'll Also Like

503K 40.3K 42
Manusia es itu bakal cair secair-cairnya sama gue. - Kathrina
5.9K 165 11
Tentang persahabatan gracia dan shani jkt48
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
109K 11.3K 114
Sebagai Seorang Janda dengan Tiga Anak, Saya Mengendarai BMW pada Tahun 1980-an Cheng Li berubah menjadi seorang janda muda yang kehilangan suaminya...