Avenoir | Jung Jaehyun (ON...

By xieshila

721 424 56

Walaupun sudah terikat janji suci sebagai sepasang suami-istri, kehidupan rumah tangga dua sejoli tersebut ma... More

Prologue
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
[Dibaca dulu]

Sebelas

55 24 4
By xieshila

Disclaimers:
● Cerita ini adalah FIKSI. Mohon kebijakan pembaca untuk tidak membawa karakter dalam cerita ini ke dalam kehidupan nyata visual yang bersangkutan;
● Jika ada kesamaan nama, tempat, atau alur, itu murni ketidaksengajaan;
● Jika ada typo, mohon dimaklumi dan boleh ditegur agar bisa direvisi nanti;
Last but not least, jangan lupa meninggalkan like dan komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap cerita ini. Makin antusias kalian, makin bagus.



Setelah kejadian singkat beberapa waktu lalu, tidak ada percakapan lebih lanjut yang terjadi di antara dua belah pihak. Bahkan ketika Irish mengucapkan terima kasih pada Juan karena sudah menyelamatkannya, Juan malah berlalu begitu saja masuk ke dalam mini swalayan—yang sempat dikunjungi beberapa waktu lalu—di seberang Panti Sosial Pelita Adiwarna. Merasa saat ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara, Irish pun mengekori Juan dan berusaha menjaga jarak agar pria tersebut tidak terusik.

Namun, baru beberapa langkah, Irish menghentikan langkahnya ketika melihat Juan tiba-tiba berhenti di tempar. Dari posisinya, Irish bisa melihat dengan jelas banyak sekali bahan-bahan pangan yang berserakan di lantai.

"Lihat apa yang sudah kau lakukan, Juan," ucap wanita paruh baya dengan raut wajah pasrah saat melihat kekacauan di sekitarnya. "Mengapa kau tiba-tiba berlari keluar begitu saja dan membuang barang-barang belanjaanmu? Ah, sayang sekali, padahal harga bahan pangan sedang naik terutama telur ayam. Lihatlah, 2 kg telur ayam yang kau beli pecah semua!"

Irish yang mendengar hal itu refleks bergerak mendekat ke arah kasir. Sebelum itu, tidak lupa ia mengenakan masker dan topi untuk menyamarkan identitasnya—yang sedang hangat dibicarakan di muka publik saat ini.

"Berapa total belanjaan yang harus dibayar, Bu?" tanya Irish, seraya mengeluarkan credit card dari dompet dan menyerahkannya kepada pemilik mini swalayan tersebut. "Pembayaran bisa cashless, kan?"

Juan yang menyaksikan aksi lancang itu refleks menepis tangan Irish untuk menyingkir. "Tidak perlu."

"Kekacauan ini karena aku, jadi biarkan aku untuk—"

"Bukan urusanmu," sela Juan. Setelah itu, ia berbicara pada pemilik mini swalayan. "Tolong itung keseluruhannya setelah aku membeli beberapa barang lagi, Bu Ida. Jangan khawatir, aku juga akan membersihkan kekacauan ini setelah berbelanja."

Irish pun hanya bisa bungkam saat Juan melayangkan tatapan tajam ke arahnya. Bahkan nada bicara Juan yang begitu dingin mampu membuat tubuh Irish membeku di tempat dengan bulu kuduk meremang di sekujur tubuhnya. Sepeninggalnya Juan, ekor mata Irish masih senantiasa mengikuti ke arah mana pria dingin tersebut melangkah.

Irish menghela napas panjang, Baru kali ini ada pria lain yang berani bersikap dingin padaku selain ayah.

Melihat Juan yang mulai terlihat kesulitan karena membawa banyak barang di tangannya, membuat Irish refleka mengambil tas keranjang yang disediakan oleh mini swalayan dan bergegas menghampirinya. Irish langsung menyodorkan tas keranjang yang ada di tangannya tersebut pada Juan dengan kepala tertunduk untuk menghindari tatapan dingin yang mampu menghunus jantungnya.

Irish sudah mempersiapkan diri jika Juan akan bersikap dingin atau mungkin mengabaikannya, tetapi ia salah besar. Satu per satu, tas keranjang yang dipegang oleh Irish mulai terisi dengan bahan-bahan pangan yang ditata begitu rapi. Irish memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya sedikit dan mendapati ekspresi Juan yang sebenarnya masih sama seperti sebelumnya, yaitu datar. Akan tetapi, terlihat lebih tenang.

"Terima kasih," ucap Juan lalu mengambil alih tas keranjang tersebut dari tangan Irish dan berpaling menuju rak lainnya.

Irish tersenyum memandangi punggung Juan, Sepertinya suasana hatinya sudah membaik.

Selepas itu, Irish masih mengekori Juan. Anehnya, Juan membiarkan hal itu terjadi sambil sibuk memasukkan barang-barang sesuai kebutuhan yang ada di dalam catatan ponselnya ke dalam tas keranjang. Berbeda dengan barang-barang sebelumnya, kali ini Juan mengambil barang-barang yang identik dengan anak kecil. Ada lima kotak susu dengan varian rasa berbeda, snack gurih dan juga manis berbentuk karakter hewan, dan roti-roti rasa buah berukuran mini. Tidak hanya itu, Juan juga mengambil beberapa obat-obatan dalam kemasan saset untuk anak-anak. Selanjutnya, Irish kira Juan akan langsung ke kasir, tetapi pria itu malah menuju ke showcase cooler dan terdiam cukup lama.

Irish menatap pantulan bayangan Juan pada kaca mesin pendingin di hadapannya, Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan? Apakah dia kebingungan untuk memilih minuman apa yang enak?"

"Kau," ucap Juan tiba-tiba, membuat Irish refleks menoleh ke arahnya. "Ambil satu yang kau suka."

"Kau," sahut Irish dengan santainya. Bisa dilihat Juan berpaling ke arahnya dengan wajah kesal. Hal itu kontan membuat Irish tergelak kecil di posisinya. "Astaga, aku hanya bercanda! Kenapa wajahmu seperti itu?"

"Tidak dijual." Lucunya, Juan menanggapi candaan Irish.

Tawa Irish pun pecah seketika. Menyadari bahwasanya lawan bicaranya tidak ada niatan untuk berhenti tertawa, membuat Juan memilih untuk melangkah pergi. Namun, baru saja sejengkal kakinya menginjak lantai, Irish langsung meraih lengan Juan. Kontak fisik secara tiba-tiba itu membuat Juan terkejut dan mau tidak mau kembali ke posisi semula karena Irish menariknya.

"Aku pengin makan yogurt," tutur Irish.

"Ya, ambil saja satu yang kau suka." Juan hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Irish sedang mengamati satu per satu jajaran yogurt yang berbeda merek. "Mengapa lama sekali?"

Irish berdecak kesal pada Juan. "Apa kau tidak bisa sabar sebentar? Aku sedang memilih!"

"Kau hanya disuruh untuk memilih yogurt, bukan membuat keputusan pentinf untuk menyelamatkan dunia," sindir Juan dengan nada lirih. Rupanya, ucapan tersebut terdengar oleh Irish dan refleks saja Juan mendapatkan tatapan tajam. Mengetahui Irish belum menentukan pilihannya, akhirnya Juan berinisiatif mengambil salah satu yogurt dengan bonus toping sereal berbentuk cincin warna-warni pada bagian tutup bening dan menyerahkannya pada wanita di sampingnya. "Masih ada banyak hal yang harus aku kerjakan. Jadi ambil ini saja."

Irish menerimanya dengan hati-hati seraya bertanya, "Apa rasanya enak?"

"Apa yang bisa kau harapkan dari yogurt rasa plain? Hambar," jawab Juan. "Jika kau tidak suka, kembalikan saja ke tempatnya dan ambil yang lain yang kau suka. Setelah itu, katakan pada Bu Ida bahwa aku yang akan membayar tagihan barang yang kau ambil nanti selepas urusanku selesai."

"Les privat, kan? Bukannya kau libur mengajar les privat hari ini?"

Tanpa disadari, satu pertanyaan—yang harusnya tidak ditanyakan pada lawan bicaranya—itu lolos begitu saja dari mulut Irish. Bisa Irish lihat dengan jelas sepasang alis Juan bertaut hingga dahinya pun mengerut.

"Bagaimana bisa kau tahu kalau aku mengajar les privat?" tanya Juan dengan nada curiga.

"I-itu—"

"Apa kau diam-diam menggali informasi pribadiku?"

Irish bisa saja langsung mengelak dan mengatakan tidak begitu lantang, tetapi ia malah bungkam. Mengamati gerak-gerik Irish yang mencurigakan, membuat Juan langsung menekan beberapa angka pada ponselnya dan melakukan panggilan.

"Selamat sore," ucap Juan lalu mengambil jeda sejenak. "Saya Juan Ishan, ingin melaporkan bahwasanya ada warga sipil yang melakukan tindak kriminal berupa pengaksesan data pribadi saya secara ilegal. Kira-kira pelaku dengan kasus serupa akan mendapatkan sanksi seperti apa, ya, Pak?"

Irish yang mendengar dirinya dilaporkan pada pihak berwajib, refleks melarikan diri kembali ke mobilnya. Saking kesalnya, Irish mengumpati Juan seraya menunjukkan jari tengah berulang kali pada pria tersebut.

"Dasar cowok sinting!" umpat Irish seraya bermonolog singkat dalam hati, Bagaimana caranya agar kita bisa berkomunikasi dengan baik?!






To be continue...






Ruang Diskusi:
"Kira-kira kapan Juan dan Irish akur?"

Ruang Diskusi lainnya:
"Sepertinya kalian bosen kalau aku update tiap hari. Apa updatenya apa mau dijadwalkan aja kayak seminggu sekali atau dua kali?"



Continue Reading

You'll Also Like

6.5K 1.4K 51
Hari-hari yang terus berlalu tidak akan memberitahu ke mana hidup dan hati ini berlabuh. Semua adalah rahasia, dan rahasia hanya akan terbuka jika ha...
189K 9.4K 14
Kehidupan pernikahan persis seperti yang dibayangkan oleh Jan Lakis; sulit, pahit dan menyakitkan. Dengan penggambaran yang melekat seperti itu di ke...
14K 1.4K 18
Home is the starting place of love, hope and dreams... Home is where our story begins... Home is not a place, it's a feeling... With you, i am home...
50.3K 8.3K 23
lovers don't finally meet somewhere. they're in each other all along -rumi [jaehyun au]