Mari Saling Berterima

By tanindamey

444 52 25

Ketika ketulusan dalam hubungan ternyata tidaklah cukup. Ketika dua manusia ingin bersama dalam waktu yang la... More

Mari Saling Berterima
Chapter 1 - Mengaku Cinta
Chapter 2 - Tiada Duga
Chapter 3 - Dan, terungkap.
Chapter 4 - Terbelenggu
Chapter 6 - Risau
Chapter 7 - Tiba-tiba Hadir
Chapter 8 - Bunga Tidur
Chapter 9 - Bersemu
Chapter 10 - Sandykala
Chapter 11 - Rekah
Chapter 12 - Penganalisis yang Baik
Chapter 13 - Pagi yang Berbeda
Chapter 14 - Sebuah Pinta
Chapter 15 - Mengusik
Chapter 16 - Penengang
Chapter 17 - Terlepas?
Chapter 18 - Suara Hati
Chapter 19 - Bersua Kembali
Chapter 20 - Hari Jadi
Chapter 21 - Bergemuruh
Chapter 22 - Berseteru

Chapter 5 - Binar yang Lain

23 3 3
By tanindamey

"Ciee, udah penasaran aja, nih."

~ Dhara Yurika ~

Dengan posisi  tengkurap di atas tempat tidur, di depannya ada laptop yang menyala. Dhara sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Sudah sejak tadi ia berfokus pada laptop, tetapi tidak kunjung selesai. Beberapa kali ia memainkan ponselnya, merebahkan kepalanya, dan memakan camilannya. Lalu, Dhara memiliki ide. Ia tersenyum jahil, bangkit, kemudian melangkah keluar kamar. Ia menuju ke kamar saudaranya.

"Mas Baskara?" suara Dhara menyapa sambil sedikit memasukkan kepalanya dari sela-sela pintu. Laki-laki itu ada di dalam sambil menatap laptopnya.

Dhara masuk, duduk di tepi tempat tidur. "Ngapain, Mas?"

"Kamu nggak lihat ini lagi apa?" kata Baskara yang sedikit pun tidak menoleh ke adiknya. Lalu, ia memutar tubuhnya menghadap Dhara. "Ada apa?"

"Mas, tahu Tarunika, kan?"

"Mantannya mantan kamu itu?" sahutnya. "Kenapa? Dia buat masalah?"

Dhara menggeleng gemas. "Enggak."

"Lagian kamu itu kenapa, sih, ketemu dia terus? Kalo dia orang jahat gimana?"

"Jahat dari mana? Dia orang baik, kok. Dia selalu merespon dengan baik, pendengar yang baik." Dhara menggerutu. "Dia cantik, nggak, Mas?" Ia menaikkan alisya, menunggu respon Baskara.

"Nggak tahu. Ketemu atau lihat wajahnya aja enggak"

"Loh," sergah Dhara. "Yang kemarin di café Joy Day itu, lho. Kan, Mas jemput aku, masa nggak lihat, sih?"

"Enggak."

Dhara hanya menghela napasnya. "Mas sama dia aja, Mas."

"Ngawur kamu. Aneh-aneh ngomongnya. Udah sana keluar, Mas mau belajar," usir Baskara.

"Besok anterin aku buat ketemu dia, ya, Mas?" tanya Dhara cengar-cengir.

Baskara menautkan alisnya. "Ngapain? Biasanya juga sendiri."

"Duh, Mas. Aku ini males. Kan kalo sama Mas aku tinggal duduk, terus sampai." Dhara tersenyum. Berdiri mendekati saudaranya, meraih lenggan Baskara. "Mau, ya, Mas?"

Baskara hanya diam. Lalu, mengangguk.

"Nah, gitu, dong. Makasih, ya, Mas."

***

Keesokan harinya, Baskara menepati janjinya untuk mengantar Dhara bertemu dengan Tarunika. Masih di café yang sama. Setelah sampai, Dhara mengajak Baskara untuk duduk bersama. Namun, laki-laki itu menolak. Baskara ingin duduk di meja yang lain.

"Kok gitu, sih, Mas?" Dhara tidak suka. "Duduk bareng aja sekalian kenalan."

"Enggak." Tetap saja Baskara menolak. "Mas di sini aja." Ia sudah duduk di salah stau tempat duduk.

"Astaga," kesal Dhara. "Padahal Tarunika ada di sebelah sana, tuh. Tinggal jalan dikit."

"Enggak, Dek."

"Okay. " Akhirnya ia mengalah. "Lihatin dia dari sini aja, ya," kata Dhara sambil tertawa.

Dhara berjalan mendekati Tarunika yang sudah datang lebih dulu. "Hai, Mbak!" sapanya sambil duduk. "Nunggu lama?"

"Enggak, baru aja," jawab Tarunika. "Lo ada masalah sama Mas lo? Gue lihat tadi di sana agak ribut."

"Biasalah dia." Dhara mengibaskan tangannya. "Gimana setelah lo lihat dia, Mbak?"

"Apa?"

"Foto yang gue kirim kemarin, lho."

Tarunika tersenyum. "Mas lo?"

Dhara mengangguk.

"Iyaa, kenapa?"

"Ganteng, kan?"

"Iya, ganteng."

"Wah," seru Dhara sedikit berlebihan. "Udah suka, ya, Mbak?"

"Apa, sih, Ra? Lo pikir gampang suka-suka gitu?"

"Ih, kenapa? Mas itu baik, terus ganteng." Dhara mulai membanggakan Baskara.

Tarunika hanya tertawa.

"Tuh, liat, tuh. Dia lagi sama ipad-nya." Dhara menunjuk saudaranya yang berada tidak jauh di belakang meja mereka. Tarunika ikut melihat arah tangan Dhara. Melihat laki-laki itu sangat serius sekali.

"Dia emang selalu bawa ipad-nya ke mana-mana, ya?" tanya Tarunika.

"Ciee, udah penasaran aja, nih." Dhara menggoda. "Dia selalu kayak gitu, tahu. Padahal, kan, bisa nongkrong santai, ya?"

"Dia nggak kuliah?" 

Dhara menepuk jidatnya. "Aduh, gue lupa belum memperkenalkan dengan detail." Ia membenarkan posisi duduknya. "Gini, Mbak. Dia itu Taruna Akmil. Udah mau lulus, tahu. Cuma sekarang, kan, lagi cuti."

"Oh, ya?" respon Tarunika, lalu mengangguk kecil. "Pantesan."

"Apa? Kenapa?"

"Pas lihat fotonya kayak Mas Mas Taruna," jawabnya asal, tetapi membuat Dhara tertawa.

"Emang gimana Mas Mas Taruna, Mbak?"

"Ya kayak Mas lo."

"Dia jomblo, Mbak. Lagi nggak deket siapa-siapa. Kalau lo, Mbak? Lagi deket sama cowok, nggak?"

"Ada yang deketin, banyak." Tarunika meraih minumannya. Setelah meneguk, ia kembali berkata, "tapi kayak males aja responnya. Kalau mau tinggal pilih, sih."

"Gaya banget, Mbak." Dhara tertawa. Ia juga meraih minumannya yang lebih dulu dipesankan Tarunika. "Udah tahu minuman kesukaan gue, nih."

"Iya, dong. Kita udah kenal berapa lama, coba?" Tarunika merapikan rambutnya. "Jadi, mau crita apa?"

Dhara meletakkan minumannya. "Crita Mas gue aja, nggak, sih, Mbak?"

"Mas lo, ya?" Tarunika mengangkat alisnya. "Namanya siapa?"

"Ciee, udah penasaran lagi, nih." Lagi-lagi Dhara menggoda.

"Ya, lo ceritain tapi masa gue nggak tahu namanya, kan?"

"Namanya Baskara."

"Bagus." Tarunika mengangguk.

"Tapi, Mbak, dia dingin banget. Aslii."

"Oh, ya?"

"Dia nggak pernah pacaran. Cuma deket-deket aja. Kalau aku jodoh-jodohin pasti responnya nggak asik, nggak tertarik." Ia menoleh ke belakang sesekali untuk mengamati Baskara.

"Alim banget, dong. Greenflag."

Dhara tertawa, tetapi juga menyetujui. "Bener banget lagi, Mbak."

Sementara itu, Baskara di tempat duduknya fokus pada ipadnya. Namun, tawa adiknya dan perempuan bernama Tarunika itu terdengar dan membuatnya harus melirik ke arah mereka. Apa yang mereka bicarakan tidak bisa ia dengar, tetapi Baskara tahu mereka sedang membicarakannya. Sejak tadi, ia menyadari Dhara menoleh ke belakang beberapa kali.

Baskara melihat jam tangannya setelah meminum minumannya. Sudah hampir satu jam mereka berbicara. Lama sekali. Baskara mengarahkan tatapannya pada Dhara yang duduk membelakanginya, lalu Tarunika yang ada di depan Dhara. Sehingga, Baskara bisa melihat wajah Tarunika. Dia memperhatikan Dhara yang asik bercerita, dan sesekali memberikan respon. Ia juga melihat bagaimana Tarunika tertawa, mengangguk, dan meminum minumannya. Dari bagaimana Baskara melihat sekilas, apa yang dibicarakan Dhara memang benar. Tarunika pendengar yang baik. Selama lawan bicaranya itu berbicara, fokus Tarunika hanya tertuju pada Dhara. Ia tidak sibuk sendiri dengan ponselnya, misalnya.

Baskara suka bagaimana Tarunika menatap lawan bicaranya. Namun, hanya sampai sana ia melihat seorang Tarunika. Ia kembali mengalihkan pandangannya. Ia kembali fokus pada ipadnya, tetapi bibirnya tersenyum.

***

Setelah bertemu dengan Dhara, Tarunika langsung pulang karena ia tidak memiliki rencana apa pun hari ini. Ia tiba pukul 16.30 WIB. Saat ini sedang duduk di balkon, berdua dengan buku yang tengah ia baca. Sudah hampir tiga puluh menit ia duduk di sana. Tenggorokannya terasa sangat kering, sehingga ia bangkit menuju ke pantri untuk mengambil minuman.

Ia mengambil gelas di letakkan di atas meja, lalu membuka kulkasnya. Mengambil air lalu menuangkan pada gelas. Tarunika duduk, sambil minum. Ia membuka ponselnya. Tepat setelah itu, muncul pesan dari Dhara.

Dhara Yurika

Mbak

Mbak

Tau nggak, sih? Setelah balik dari café tadi Mas gue jadi tanya tanya tentang lo Mbak.

Tarunika Mega Tara

Hah? Tanya apaaa?

Dhara Yurika

Dia tanya jurusan lo, semester berapa, umur berapa
Sekarang dia lagi buka instagram lo nih, Mbak
Mana postingan lo dizoom-zoom

Tarunika Mega Tara

Yang bener ajaaaa

Dhara Yurika

Dia lagi kepo sama puisi lo, Mbak
Dia sampai buka kamus
Dia kan kalo tertarik akan cari tahu secara diam-diam

Tarunika Mega Tara

Tertarik dari mananyaa

"Mas jangan zoom zoom postingan saya, Mas"
Ra, gimana nih?

Dhara Yurika

Kayaknya Mas beneran tertarik deh, Mbak

Soalnya kalo gue cie-ciein tuh dulu ogah-ogahan
terus ini gue cie ciein dia senyum-senyum salting gitu.
Pas lihat foto lo dia senyum sambil ngasih jempol, Mbak

Tarunika menahan tawanya sekaligus terheran-heran. Baru saja ia ingin membalas pesan Dhara, suara bel membuatnya menoleh. Tarunika meletakkan ponselnya, berjalan mendekati pintu. Ketika ia membuka pintu tidak ada orang di sana. Mata Tarunika memendar. Benar-benar sepi.

Tarunika berpikir apa mungkin hanyalah orang iseng saja. Mengganggu sekali. Ia kembali menutup pintu. Ia kembali menuju pantri. Meraih ponselnya. Ada yang lebih menarik perhatiannya selain pesan dari Dhara.

Ada notifikasi email yang masuk. Tarunika mengerutkan dahinya. Ia membukanya.

Arghadiptaa@gmail.com

Apa kabar, Tarunika?
Kamu pasti sudah diberi tahu hal-hal buruk tentang aku sama Dhara, ya?
Jangan percaya apa pun.

Argha.

"Dia benar-benar gila," gumam Tarunika.

*** 

Terima kasih sudah membaca.

Pernah bertemu apa cowok gila seperti Argha?

See u next chapter.

Tanindamey
Rabu, 24  April 2024

Continue Reading

You'll Also Like

795K 19.7K 5
Shanum Shaquella Harun seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang sibuk dengan skripsinya. seorang gadis yang tidak suka berbaur, pendiam dan tertut...
2.6M 39.6K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
7.5K 881 11
"Akhir sejati dari penantian adalah pertemuan. Seperti aku yang menemukannya, meski melalui jalan kesalahan." ~ Pradipa Aksadaru Nugroho "Manusia pun...
17.8K 634 40
Karena Bersama Allah, kamu punya banyak cara untuk menjadikannya nyata Oleh: Hulya Ashfie #1 mimpi (10 maret 2019) Namanya, Athaya Shofiatuz Zahwa, i...