Mari Saling Berterima

By tanindamey

442 52 25

Ketika ketulusan dalam hubungan ternyata tidaklah cukup. Ketika dua manusia ingin bersama dalam waktu yang la... More

Mari Saling Berterima
Chapter 1 - Mengaku Cinta
Chapter 2 - Tiada Duga
Chapter 4 - Terbelenggu
Chapter 5 - Binar yang Lain
Chapter 6 - Risau
Chapter 7 - Tiba-tiba Hadir
Chapter 8 - Bunga Tidur
Chapter 9 - Bersemu
Chapter 10 - Sandykala
Chapter 11 - Rekah
Chapter 12 - Penganalisis yang Baik
Chapter 13 - Pagi yang Berbeda
Chapter 14 - Sebuah Pinta
Chapter 15 - Mengusik
Chapter 16 - Penengang
Chapter 17 - Terlepas?
Chapter 18 - Suara Hati
Chapter 19 - Bersua Kembali
Chapter 20 - Hari Jadi
Chapter 21 - Bergemuruh
Chapter 22 - Berseteru

Chapter 3 - Dan, terungkap.

26 2 0
By tanindamey

"Apa pun itu, tetep aja dia tetap pengkhianat."

~ Tarunika Mega Tara ~

Merasa indah. Terlihat sempurna tiada cela. Tutur katanya terangkai menenggelamkan hati, lalu meluluhkan. Seorang yang kita percaya mampu menjaga dan menerima ketulusan, ternyata orang itulah yang memberikan luka cukup besar. Berdarah-darah. Kekecewaan hadir menyanyat hati. Kebohongan adalah pengkhianatan yang menjijikkan. Wajah teduh itu menjadi pelindung sikap bengisnya.

Satu nama, Argha Dipta. Manusia tidak memiliki hati yang mempermainkan ketulusan. Jejalan semua ucapannya kembali Tarunika ingat, dan setelahnya ia merasa sesak. Betapa bodohnya Tarunika selama ini. Bisa-bisanya dia menjalin hubungan dengan laki-laki berengsek itu. Tarunika kasihan sekaligus malu pada dirinya sendiri.

Setelah mendengar cerita Raga yang mengatakan bahwa dirinyalah yang menjadi selingkuhan Argha selama ini membuatnya teramat berkyukur telah usai dengan laki-laki itu. Selama hampir satu tahun lebih, Tarunika dibohongi. Sekarang ia percaya, pasti banyak kebohongan-kebohongan yang disembunyikan oleh Argha. Entah seberapa bapak tumpukan omongan sampahnya. Menjijikkan sekali.

Tarunika memastikan bahwa dirinya tidak akan pernah meneteskan air matanya sedikit pun. Raga tidak menceritakan hal yang lain. Ia hanya mengatakan bahwa Argha memiliki kekasih, dan Tarunika adalah salah satu kekasihnya. Argha adalah pembohong. Itulah yang diucapkan oleh Raga, dan Tarunika menyimpulkan banyak hal-hal buruk tentang Argha.

Sejak saat itu, ia tidak pernah berlarut-larut menyesali hubungannya dengan Argha. Tarunika melupakannya. Menganggap bahwa apa yang terjadi dengannya kemarin adalah sebuah mimpi buruk. Mimpi buruk yang demi apa pun ia tidak ingin mendapatkannya lagi. Saat ini Tarunika berada di depan laptopnya. Tugas kuliahnya baru saja ia rampungkan. Musik mengalun menemaninya sejak tadi.

Tarunika meraih ponselnya. Ia membuka sosial medianya. Tidak sengaja ia menemukan postingan video. Lama Tarunika mengamatinya. Kemudian, matanya terbelalak setelah mengetahui siapa wanita di postingan video itu. Tarunika mengingatnya. Dia Dhara. Dari cerita Argha, Dara adalah mantan kekasihnya. Dari cerita Raga, Dhara memiliki hubungan dengan Argha sejak lama hingga saat ini. Raga tidak menjelaskan hubungan seperti apa. Laki-laki itu menolak untuk bercerita.

Tarunika menatap ponselnya sambil menimbang-nimbang apakah ia akan berusaha mencari tahu melalui Dhara. Sambil terus berpikir, Tarunika beranjak dari meja belajarnya menuju tempat tidur. Meraih guling, lalu memeluknya sambil duduk bersila.

Tarunika sangat beryukur karena hubungan yang ternyata tidak sehat itu sudah berakhir. Meskipun ketulusannya hanya berakhir sia-sia, Tarunika tidak berniat untuk balas dendam kepada Argha. Sesuatu yang mengganjal adalah mengapa ia diperlakukan seburuk itu. Sebuah kebetulan yang tidak terduga, Dhara muncul dan mungkin ini adalah jalan untuk mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tanpa Tarunika berusaha mencari, perempuan itu muncul dengan sendirinya.

Tidak mau kembali berpikir, ia mengetikkan sesatu di akun Dhara.

Tarunika Mega Tara

Hai, Dhara. Gue Tarunika. Ada yang ingin gue tanyakan.

Lo berkenan buat balas pesan gue?

Tarunika mengepalkan tangannya di depan mulut sambil menunggu balasan perempuan itu. Jika memang perempuan itu tidak membalas, Tarunika tidak akan melanjutkan. Beberapa menit ia menunggu, dan ponselnya berbunyi.

Dhara Yurika

Ada apa, ya? Ini siapa?

Tarunika bergerak membalasnya.

Tarunika Mega Tara

Gue yakin lo tahu gue. Benar, kan?

Lo ada hubungan sama Argha?Maaf banget, tapi gue cuma menanyakan itu aja.

Dhara Yurika

Iya, tau. Lo pacar Argha kan?
Maaf banget, gue nggak tahu kalau
Argha pacaran sama lo. Gue udah putusin Argha, kok.
Lo bisa lanjutin hubungan lo dengan Argha.

"Apa maksud dia? Putus?"

Tarunika Mega Tara

Sebentar. Apa maksudnya?Gue udah selesai sama Argha.

Jadi, benar lo ada hubungan sama Argha?

Dhara Yurika

Iya, gue putusin dia
karena gue tahu kalau dia selingkuh.
Seandainya gue tahu lebih awal, gue akan
putusin dia, kok.

Tarunika Mega Tara

Bisa kita ketemu?

Obrolan itu berakhir setelah Dhara menyetujui pertemuan mereka di salah satu taman kota. Besok mereka akan bertemu untuk mengetahui kebenarannya. Tarunika terkekeh pelan. "Jadi, benar. Gue adalah selingkuhan."

***

Tarunika berpisah dengan Amara dan Ruhi di depan gerbang kampus. Sesuai dengan rencananya kemarin malam, hari ini ia akan bertemu dengan Dhara. Apa yang disembunyikan oleh Argha selama satu tahun lebih akan terbongkar juga. Tarunika tidak takut. Dia tidak takut terluka mendengar faktanya. Ia hanya akan merasa lega setelah ini karena semua rasa sakitnya ternyata sudah ia rasakan selama masih berhubungan dengan Argha. Dan tentu saja baru ia sadari.

Setelah hampir tiga puluh menit ia duduk dalam bus, saat ini ia menapakkan kakinya di taman kota. Siang ini cerah sekali. Matanya disapa oleh tumbuhan hijau menyegarkan. Lama sekali Tarunika tidak ke tempat seperti ini. Ia terus melangkah menuju kursi tanaman di bawah pohon. Dari tempat duduknya ia bisa melihat hamparan tanah lapang dan ada air mancur di tengah-tengah sana. Tarunika hanya duduk diam dalam beberapa saat, hanya menikmati angin yang menerpanya. Lalu, ia mulai bergerak mengambil ponsel untuk memberi pesan pada Dhara jika dirinya sudah sampai.

"Hai!"

Tarunika menoleh. Ia tersenyum, lalu bangkit. "Tarunika." Ia mengulurkan tangannya.

"Dhara." Perempuan itu juga tersenyum. "Nunggu lama, ya?"

"Engga, kok. Silakan duduk."

Mereka berdua duduk bersampingan. Tidak ada yang bersuara setelah itu. Jujur saja peretemuan mereka terasa aneh. Ada sesuatu yang terasa ... canggung.

"Naik apa ke sini?" suara Dhara memecahkan keheningan.

"Gue naik bus kota tadi."

"Ah, okay. Panas banget tadi di jalan."

"Iya, bener, panas banget."

Dhara memperhatikan sekitarnya. "Gue lama nggak ke taman kayak gini. Lo pilih tempat yang pas, sih."

Tarunika tersenyum saja. Lalu, mereka kembali diam. Ketika mereka saling menatap, mereka malah tertawa.

"Akward banget, ya?" Tarunika tertawa.

Dhara meakukan hal yang sama. "Langsung ke pembahasan kita aja kali ya?"

Tarunika mengangguk menyetujui. "Lo dulu."

"Okay." Dhara mengangguk. Ia tampak bernapas panjang sebelum bersuara. "Sumpah, gue gedeg banget sama Argha sebenarnya. Tapi gue juga penasaran sama apa yang terjadi sebenernya. Gue akan tetep cerita. Gue pacaran sama Argha sejak lima tahun lebih."

Tarunika menelan ludahnya. Selama itu. Dan bisa-bisanya di satu tahun terakhir malah pacaran sama gue.

"Awalnya hubungan kami sangat baik, setelah beberapa tahun dia mulai berubah. Dia selalu selingkuh. Berkali-kali dia meminta maaf, dan bodohnya gue memaafkan. Dia pacar yang buruk. Dia selalu bilang sayang ke gue setelah melakukan kesalahan. Sampai akhirnya gue sadar kalo dia udah nggak ada rasa cinta sama gue, dia hanya mempertahankan gue karena dia mengincar sesuatu. Dia memanfaatkan gue selama ini."

Tarunika dengan tatapan terkejutnya masih berusaha untuk menyimak. Ia mengamati wajah Dhara dari samping.

"Gue berkali-kali minta putus dari dia, tapi tetep aja nggak berhasil. Sumpah, sih. Argha buruk banget, Mbak." Dhara menggeleng. "Dia selalu minta ini dan itu ke aku."

"Maksudanya?" tanya Tarunika.

"Bayarin ini, bayarin itu, beli ini, beli itu."

"Astaga," gumam Tarunika hampir tidak percaya. "Seburuk itu?"

Dhara mengangguk. "Dia pembohong. Semua yang dia lakukan, yang dia ucapakan semuanya bohong."

Tarunika menyandarkan tubuhnya. Menyunggar rambutnya, sambil mendongak ke atas. Hubungan lima tahun lebih, selingkuh berkali-kali, dimanfaatkan secara finansial. Apa yang lebih buruk dari itu?

"Bahkan, Mbak, saat ini Argha juga lagi deket sama cewek."

"Apa?"

"Iya, gue kenal ceweknya, dia adik kelas gue waktu SMA."

"Gila, ya."

"Kalau lo gimana, Mbak?"

"Gue dan dia udah satu tahun lebih. Dia memperlakukan gue dengan baik. Mungkin bisa dibilang kami bertengkar karena emosi dia aja yang nggak terkontrol."

"Bener banget lagi, dia pemarah," sahut Dhara membenarkan.

"Iya, kan?" Tarunika mengangguk. "Komunikasi kami baik, dia nggak pernah minta aneh-aneh."

Dhara tersenyum. "Perlakuan dia ke gue dan ke lo beda, ya, Mbak?"

Tarunika menggeleng. "Apa pun itu, tetep aja dia tetap pengkhianat."

"Gue tuh nggak dendam, Mbak. Tapi kalo ngelihat dia baik-baik aja tuh kayak nggak terima gitu." Dhara melihat jauh ke depan. "Dia harus dapat balasan nggak, sih?"

"Pasti ada, cuma belum aja."

Pembicaraan mereka tidak hanya sampai di sana. Bahkan mereka sambil berpindah-pindah tempat hanya untuk saling bertukar cerita bagaimana sikap Argha. Berjalan santai di sepanjang taman, lalu ketika lelah mereka akan berhenti. Dhara adalah orang yang cukup menarik. Ia orang yang terbuka, tetapi juga tahu batasan. Lontaran candaannya selalu membuat Tarunika tertawa. Obrolan mereka sangat mengalir. Banyak hal-hal yang mereka tertawakan karena ada keterkaitan yang benar-benar menggelikan. Terlalu asik bertukar cerita, dan mereka tersadar bahwa hari sudah hampir petang.

Sejak pertemuan mereka di taman itu, mereka menjadi lebih dekat dan bertemu hanya untuk makan bersama, jalan bersama, dan yang pasti sambil bercerita. Untuk membuka bagaimana sifat Argha ternyata tidak cukup hanya satu hari. Dhara juga menceritakan tentang Raga yang selama ini ikut membantu menutupi kebohongan Argha. Raga menutupi semuanya. Dan hal itu benar-benar membuat Tarunika tidak meyangka.

Sudah hampir satu bulan lebih Tarunika dan Dhara menjadi lebih dekat. Tarunika tahu Dhara adalah orang baik. Apalagi umurnya yang satu tahun lebih muda dari Tarunika membuatnya seperti memiliki seorang adik.

"Gue nggak bisa lama hari ini, Mbak. Soalnya lagi sama Mas Gue," kata Dhara. Mereka saat ini berada di salah satu cafe. Kebetulan sekali Tarunika sedang ada kegiatan di dekat sana.

Tarunika meletakkan minumannya. "Oh, iya? Biasanya sendiri."

"Iya, ada perlu di sekitar sini katanya."

"Oh, gitu. Nggak papa, sih. Mau di jemput Mas lo jam berapa?"

Dhara tidak langsung menjawab. Dia menatap Tarunika yang saat ini melahap makanannnya. Dhara tersenyum.

"Mbak," panggil Dhara membuat Tarunika mendongak. Ia bergumam menjawab, tetapi masih lanjut memakan makanannya.

"Gimana kalau Mbak sama Mas gue aja?"

*** 

Terima kasih sudah membaca.

Mas Mas yang seperti apa ya kira-kira?

See u next chapter.

Tanindamey
Sabtu, 20 April 2024

Continue Reading

You'll Also Like

7.5K 881 11
"Akhir sejati dari penantian adalah pertemuan. Seperti aku yang menemukannya, meski melalui jalan kesalahan." ~ Pradipa Aksadaru Nugroho "Manusia pun...
795K 19.7K 5
Shanum Shaquella Harun seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang sibuk dengan skripsinya. seorang gadis yang tidak suka berbaur, pendiam dan tertut...
710K 38K 40
Tidak mudah bagi Adelard menerima semua kenyataan. Bertahun-tahun membusuk di penjara & merasa sangat terhina Bukan musuh yang menjebloskannya kedala...
148K 17.3K 43
*Ibrahim bin Adham "Dia yang sudah berjanji akan menikahiku, Bu!" "Kamu siapa?" Tuduhan spontanitas itu berhasil memasukkan Asyas ke dalam labirin te...