Miss Dandelion

By yusufalvaro00

112K 15K 1.1K

Setelah mengetahui bahwa dirinya mengandung, Larasati Kirana sangat kebingungan. Ia memang punya kekasih, nam... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Epilog

Sepuluh

2.3K 327 18
By yusufalvaro00

"Apa bahkan kamu tahu, siapa ayah dari bayi dalam kandunganmu itu?" Suta bertanya dengan dingin. Membuat bulu- bulu disekujur tubuh Laras meremang seketika. "Mengingat saya sering melihatmu bersama banyak pria." Ujarnya lamat- lamat. Dengan tatapan tajam yang melekat pada wajah Laras.

"Saya nggak heran kalau akhirnya kamu mengalami Hal seperti ini. Hamil di luar nikah mungkin cara tercepat supaya bisa keluar dari belenggu kesulitan hidup. Mungkin saja kamu memang sengaja melakukannya."

Cara Suta mengatakan hal itu seolah-olah melecehkan Laras. Menghina perempuan itu. Dan tentu saja ia berhak tersinggung, walau mulutnya tak membantah kata- kata jahat yang seolah meluncur mulus dari bibir yang sebenarnya amat seksi milik pria itu.

"Kenapa diam saja? Saya benar kan?"

"Saya nggak perlu menjawab pertanyaan Bapak, kan? Saya hamil anak siapa, itu urusan saya. Bukan kewajiban Bapak untuk tahu siapa ayah dari janin yang saya kandung. " Laras mengucapkan pembelaannya sambil menahan emosi. Pria ini memang keterlaluan. Akan tetapi, biar bagaimana pun, dia masih tetap atasan Laras.

"Itu memang hakmu untuk nggak memberitahu saya," Suta mencibir. Setengahnya ia kesal pada dirinya sendiri karena keingintahuan yang tiba- tiba terbit dari dalam dasar hatinya.

Pria itu akhirnya bangkit dari tempat duduknya, sebelum berjalan tertatih ke arah jendela besar yang selalu jadi spot favoritnya.

Pada dasarnya, Suta adalah seorang pengamat. Sejak dulu, ia suka mengamati segala macam hal yang ada di hadapannya. Orang- orang yang berlalu lalang, mobil- mobil yang melintas, bangunan- bangunan yang berjajar, awan- awan yang berarak di langit, atau tetesan air hujan. Juga lampu- lampu jalanan, bintang- bintang, serta ikan- ikan koi serta kura- kura yang ia pelihara di rumahnya.

Lalu, semenjak Laras hadir dalam kehidupannya, entah mengapa pria itu jadi terlalu sering mengamatinya, lebih dari  porsi yang seharusnya.

Ia tidak mungkin tertarik pada perempuan itu. Suta menyukai perempuan cantik yang cerdas, serta mempunyai ambisi. Bukan wanita penurut yang mau melakukan apa saja yang diperintahkan padanya. Ia butuh seseorang yang hidup dan hangat. Bukan sesuatu yang mirip robot karena terlalu patuh padanya.

"Kalau memang nggak ada yang mau dibicarakan lagi, lebih baik saya permisi. Saya harus segera beristirahat. Saya juga bakal mengajukan surat resign saya dalam waktu dekat. "

Suta tetap bergeming di depan jendela. Dengan mata yang menerawang ke arah lalu lintas di bawah sana. Juga gemerlap lampu- lampu kota yang menyemarakkan malam.

Laras pun akhirnya berlalu dari ruangan tersebut. Dengan membawa amarah serta kegelisahan yang masih terus menyelimuti hatinya. Entah sampai kapan.

***

Keesokan harinya, surat resign itu benar- benar ada di meja Suta. Pria itu mengatupkan rahangnya dengan keras karena, rupanya kata- kata perempuan itu bukan ancaman kosong belaka.

Hari itu, juga hari- hari berikutnya, Suta mencoba untuk tidak memikirkannya. Ketika Linda bertanya, Suta hanya mengatakan bahwa Laras sedang pulang ke Jogja. Karena memang tidak ada yang mengetahui perihal surat pengunduran diri perempuan itu.

Laras juga menjelaskan bahwa dirinya bersedia membayar denda atas pembatalan kontrak yang kemungkinan akan menguras habis tabungannya.

Lama Suta memikirkan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Mengapa belakangan ini dia begitu merisaukan ketidakhadiran Laras.

"Pak, permisi. Ada Bu Rosmala." Linda terpaksa meminjamkan Fitri untuk menjadi sekretaris sementaranya. "Mau ditemui di bawah atau..."

"Bawa masuk ke sini, Fit. Dan bilang sama Bu Dartik, bikin teh buat ibu saya. Jangan dikasih gula." Fitri mengangguk, kemudian permisi.

Sebentar kemudian, pintu ruangan itu kembali terbuka. Rosmala datang dengan senyuman khas yang hangat di wajahnya yang masih tetap cantik walau usianya sudah hampir mencapai akhir enam puluhan.

Perempuan itu mengenakan blus batik yang trendi berwarna cokelat dan celana berpipa lurus warna putih. Rambutnya digelung rapi dan membawa tentengan berupa rantang dan kantung keresek jumbo berwarna putih. Kakinya dibungkus sepasang selop.

Suta berdiri dan mencium pipi ibunya. "Apa kabar, Bu? Ke sini sama siapa?"

"Sama Pak Bandi. " Ujarnya, lalu meletakkan barang bawaannya ke atas meja. "Kok kamu sendirian, Ta? Mana si Laras itu? Nggak masuk ya?" tanya Rosmala sebelum mengamati ruangan itu dengan menyelidik, lalu mengangguk puas setelah dirasa sesuai dengan standar kebersihan dan kerapian perempuan itu.

"Duduk, Bu. Bu Dartik lagi bikinin teh." Ujar Suta.

"Oh, iya. Ibu juga bawa sesuatu buat Bu Dartik. Sama Linda dan Syahid. Eh,  kalau buat si Laras juga ada sih. Kamu kasih aja pas dia sudah masuk ya?" Rosmala kemudian mendudukkan dirinya di sofa tiga dudukan berwarna krem.

Suta hanya mengangguk saja menanggapi kata- kata ibunya. Tujuannya supaya urusan cepat selesai.

Hubungannya dengan Rosmala, bisa dibilang tidak begitu baik empat tahun belakangan ini. Hal itu terjadi semenjak Suta memperkenalkan Felisha sebagai kekasihnya. Sudah bisa ditebak perkara yang melatarbelakanginya; Rosmala tidak menyetujui pilihan Suta.

Masalahnya bisa dibilang sangat fundamental. Kolom agama di Kartu Tanda Penduduk mereka  yang berbeda. Serta tentu saja, insting seorang ibu yang peka bila anaknya sedang menuju jurang bahaya.

Buktinya sudah nyata. Begitu tahu kaki Suta cacat, Felisha langsung hengkang meninggalkannya.

Meski begitu, Suta tak pernah alpa mengirimkan bunga, kue, atau kado pada ibunya pada tanggal ulangtahunnya, juga pada ulangtahun  ayahnya.

"Kamu kapan mampir ke Depok, Ta. Rossi sama Marquez belum kamu jenguk sama sekali." Kedua nama yang disebutkan ibunya tadi adalah kura- kura jantan yang ia tinggalkan di rumah ibunya di Depok.

Suta sendiri jarang sekali mendatangi rumah itu. Terakhir kalinya adalah ketika peringatan seribu hari meninggalnya sang ayah. "Kamu sepertinya butuh pendamping hidup, Nak. "

"Ibu jangan mulai. Aku udah cukup dengan kehidupanku yang sekarang. Kalau pun harus menikah, bukan ibu yang menentukan kapan waktu yang tepat. "

"Kamu masih marah sama ibu karena nggak merestui hubunganmu dengan Felisha?"

"Tolong jangan bahas itu lagi, Bu. Segalanya sudah berakhir. Membahasnya lagi hanya akan membuat hubungan kita yang sudah membaik ini kembali ke titik awal permasalahan ini."

Rosmala memandang putranya dengan sorot iba. "Ibu jangan mengasihani saya."

"Ibu yang melahirkanmu. Mana bisa kamu menghalangi seorang ibu untuk mengasihani anaknya sendiri, Suta? Maafkan ibu karena terlalu menyayangimu, sehingga ibu bersikap begitu menjengkelkan bagimu."

***

Hari keempat menjadi pengangguran, membuat badan Laras rasanya pegal- pegal. Ia terbiasa bekerja sejak dulu.

Ayahnya adalah seorang guru SD sekaligus petani, sementara ibunya membantu menambah penghasilan dengan berjualan lotek dan pecel di depan rumah. Memiliki lima anak yang harus diberi makan, diberi pakaian, disekolahkan, bukanlah perkara gampang bagi orang yang hidup di daerah seperti Wates. Meski lebih ramai dan perekonomiannya lumayan maju, namun pendapatan perkapita warganya tidaklah setinggi di kota Yogyakarta.

Kebanyakan tetangga Laras banyak yang merantau atau bekerja di kota- kota besar. Jakarta adalah tujuan utama mereka.

Namun begitu, orangtua Laras adalah salah satu yang tetap bertahan hidup di kampung halaman. Dengan lima anak yang jarak lahirnya praktis berdekatan, membuat orangtuanya harus mengerahkan segala tenaga agar dapur tetap ngebul.

Laras mulai membantu ayahnya di sawah setelah pulang sekolah. Lalu membantu ibunya di dapur, atau mengasuh adik- adiknya. Mengajari pelajaran sekolah, memandikan adik yang paling kecil. Memasak, membersihkan rumah, mencari kayu bakar dan masih banyak lagi.

Pekerjaannya mulai berkurang ketika Aldi dan Ratih sudah lebih besar. Mereka membagi pekerjaan rumah, sementara Laras mencari sampingan untuk menambah yang sakunya, juga untuk adik- adiknya.

Di samping rumah orangtuanya, berdiri konveksi kecil- kecilan milik Bude Mirah. Dari perempuan itulah Laras belajar menjahit sampai akhirnya menjadi pegawai tidak tetap  konveksi tersebut.

Selain bekerja, Laras juga hobi menabung. Sampai saat ini, dirinya masih mempunyai banyak simpanan hasil pekerjaan sampingan selama kuliah, lalu dia juga masih menyimpan hasil penjualan hadiah- hadiah berupa barang mewah pemberian mantan atasannya terdahulu.

Karena itulah dia masih bisa mendatangi tempat praktik mahal dokter Ario Prasodjo Sastrodikromo.

"Mbak Laras," suara kecil milik Riska, salah satu anak Bu Roro, menginterupsi lamunan perempuan itu.

Laras memang sedang duduk mencakung di depan pintu kamarnya. Ia hanya mengenakan daster batik selutut berlengan pendek. Rambutnya ia ekor kuda. "Ada yang cari tuh."

"Siapa, Ris?"

"Nggak tahu. Cowok kok. Ganteng sih. " Riska tampak berpikir sejenak. "Memang Mbak Laras udah punya pacar ya?"

"Kok nanyanya begitu?" dahi Laras berkerut heran.

"Enggak sih," sahut gadis itu cepat. "Riska kira Mbak Laras pacaran sama Bang Andri. Tapi syukur deh kalau emang enggak pacaran sama dia. Orangnya serem banget sih menurut Riska!"

***

Ini aku kasih premiere sepuluh bab. Aku bakalan lanjutin kalau vote sama commentnya udah banyak. Makasih... Met malam Jumat yeee...



Continue Reading

You'll Also Like

13.5K 102 31
Hindi inaasahan ni Gaia na magbubunga ang nangyari sa kanila ni Kane matapos ang hapon na iyon. Yes, she's dating the famous celebrity, D'Arcy Kane...
1.1M 94.3K 43
• INDIAN ARRANGE MARRIAGE • ˜"*°•.˜"*° •°*"˜.•°*"˜ "You're my peace within all the Chaos of my life" ...
6.7M 143K 45
Falling in love never scared Maddie Davis until she fell for the one boy she swore to stay away from forever. Season 1 of My Brother's Best Friend ...
123K 11.4K 31
"I don't have any expectations from this marriage, nor am I looking for love," he said. "I am entering into this marriage merely to honor my promise...